Abstrak
Tujuan: Meskipun prevalensi kekurangan gizi pada populasi umum rawat inap
semakin meningkat, tapi pengetahuan untuk mendeteksi kekurangan gizi terkait
penyakit dan melaksanakan dukungan nutrisi masih kurang. Tujuan kami adalah
menyarankan prosedur praktis untuk skrining dan perawatan pasien malnutrisi
atau berisiko yang dirawat di bangsal medis, sehingga mendorong penerapan
langsung terapi nutrisi yang independen dari penyakit yang mendasari dan
komorbiditas.
Metode: Kelompok kerja ahli dalam nutrisi klinis memilih dan menganalisis
pedoman European Society for Clinical Nutrition and Metabolism (ESPEN)
spesifik penyakit yang dipublikasikan, dan ini relevan dengan tujuan kami.
Delapan pertanyaan dalam populasi, intervensi, kontrol, format hasil didefinisikan
agar mencakup topik-topik seperti skrining, target gizi, dan rute pemberian
makan. Studi individu dikumpulkan dari pedoman dengan menerapkan kriteria
inklusi dan eksklusi yang menargetkan populasi heterogen pasien rawat inap
medis dengan atau berisiko kekurangan gizi terkait penyakit. Kami menggunakan
studi tersebut sebagai bukti, serta rekomendasi dari pedoman ESPEN yang dipilih
untuk merumuskan jawaban terhadap pertanyaan. Kesepakatan akhir dengan
pernyataan tersebut diperoleh melalui konsensus seluruh kelompok kerja.
Hasil: Prosedur tentang bagaimana memberikan terapi nutrisi terintegrasi (oral,
enteral, dan parenteral) untuk populasi pasien yang heterogen disarankan,
termasuk bagaimana mengidentifikasi pasien kurang gizi atau berisiko, target
nutrisi, pilihan rute pemberian makan, pemantauan, dan penilaian pasien. Kami
juga mengembangkan algoritma sederhana untuk memfasilitasi implementasi
rencana perawatan gizi untuk populasi rawat inap medis umum.
Kesimpulan: Dengan mengumpulkan bukti dan rekomendasi dari pedoman
spesifik penyakit, kami dapat menyarankan strategi nutrisi yang berlaku untuk
kelompok besar pasien malnutrisi atau berisiko tinggi yang dirawat di rumah
sakit. Percobaan terkontrol acak besar saat ini sedang menyelidiki apakah strategi
ini meningkatkan hasil klinis pasien.
Kata kunci: Prosedur, Algoritma Klinis, Penyakit Akut, Malnutrisi terkait
penyakit, Terapi Gizi, Ruang Medis
Pendahuluan
Pasien yang dirawat di bangsal medis rumah sakit, misalnya setelah eksaserbasi
akut dari kondisi kronis, berisiko tinggi untuk mengalami atau mengembangkan
karena hilangnya nafsu makan, asupan nutrisi buruk, dan katabolisme terkait
penyakit. Jika tidak diobati, DRM pada akhirnya menyebabkan hilangnya jaringan
lemak dan adiposa yang signifikan dan mempengaruhi fungsi dan pemulihan
sistem organ multipel. Di antara pasien yang dirawat di rumah sakit, prevalensi
DRM diperkirakan antara 20% dan 55%, dengan sekitar 20% pasien yang terkena
di Swiss. Pasien usia lanjut yang dirawat di rumah sakit sangat rentan terkena
DRM sebagai konsekuensi penurunan massa tubuh tanpa lemak yang sudah ada
sebelumnya dan gangguan asupan protein, energi, dan cairan. DRM pada
infeksi yang lebih tinggi, tinggal lebih lama di rumah sakit, dan biaya lebih tinggi.
Selain itu, beberapa uji coba terkontrol acak (randomized controlled trials, RCT)
menemukan efek menguntungkan yang terkait dengan terapi nutrisi pada populasi
rawat inap yang kurang gizi. Bahkan, sebuah meta-analisis terbaru dengan fokus
pada dukungan nutrisi pada populasi rawat inap medis menemukan intervensi gizi
terkait dengan asupan energi dan protein tinggi dan peningkatan berat badan.
Risiko penerimaan kembali yang tidak direncanakan setelah keluar dari rumah
sakit menurun secara signifikan seperti lamanya tinggal pada populasi kurang gizi.
Pedoman saat ini yang diterbitkan oleh European Society for Clinical Nutrition
untuk disfungsi organ tertentu dan spesialisasi medis (misalnya hati, onkologi, dan
geriatri). Tetapi rekomendasi tersebut sering diabaikan dan atau tidak diterapkan
pada populasi rawat inap medis yang besar dan sangat heterogen. Ini salah satu
alasan mengapa di banyak bangsal medis di rumah sakit, saat ini tidak ada
program skrining sistematis dan terapi nutrisi yang berkontribusi terhadap dugaan
biaya perawatan pasien dengan kondisi ini. Sebuah studi dari 2010, termasuk
pasien yang dirawat di departemen kedokteran internal tujuh rumah sakit Swiss
indikasi kuat terapi nutrisi, hanya 70% yang mendapatkan intervensi nutrisi.
Kami membuat kelompok kerja multi-profesional yang terdiri dari para ahli
memberikan terapi nutrisi kepada populasi pasien rawat inap medis yang
kekurangan gizi atau berisiko medis heterogen. Kami memberikan rincian alasan
kami dan bukti pendukung terhadap saran kami dan menyajikannya sebagai
terhadap terapi nutrisi untuk pasien rawat inap medis umum dengan atau berisiko
DRM. Penelitian ini dilakukan dalam persiapan untuk skala besar dan luas, di
sedang divalidasi.
Kelompok kerja para ahli dalam nutrisi klinis dibentuk (lihat bagian Pengakuan).
sebuah kelompok sub kerja memilih pedoman ESPEN khusus untuk penyakit dan
spesialisasi medis (misalnya penyakit hati dan onkologi) untuk digunakan sebagai
sumber bukti pendukung yang relevan dengan populasi pasien rawat inap medis
berisiko di bangsal medis rumah sakit adalah lansia (yaitu lebih dari 75 tahun).
Semua pedoman yang kami pilih diperbarui untuk terakhir kalinya pada tahun
2006 dan 2009 (pedoman untuk nutrisi enteral dan parenteral). Kelompok sub-
nutrisi lainnya, rute pemberian makan). Delapan pertanyaan klinis dalam populasi,
Pada langkah kedua, kami mendefinisikan kriteria inklusi dan eksklusi yang
berlaku untuk peserta, hasil dan desain studi untuk mengeksplorasi bukti di balik
com). Setelah itu, kami menyaring abstrak studi yang ditemukan dalam pedoman
ESPEN dan memilih yang memenuhi kriteria inklusi kami dan memberikan
1. Rekomendasi yang berlaku untuk pasien berisiko atau kurang gizi yang
ditemukan dalam pedoman ESPEN yang dipilih dan memberikan jawaban untuk
setiap pertanyaan klinis kami juga dikumpulkan dan disajikan dalam Lampiran A
kami merumuskan pernyataan berdasarkan 1) analisis studi yang kami pilih dari
persetujuan mereka dengan setiap pernyataan dan memilih antara jawaban “kuat”
(yaitu kami sarankan atau “harus”) atau “lemah” (kami sarankan atau “mungkin”)
dominan terkait dan prosedur konsensus akhir tentang deteksi dan pengobatan
kekurangan gizi pada pasien rawat inap medis disarankan. Kami akhirnya
Tabel 1. Studi yang dikumpulkan dari pedoman ESPEN terpilih dan digunakan
untuk menjawab setiap pertanyaan klinis
Pencarian Sumber, tahun Studi yang Desain studi Peserta (diagnostik utama, N )
pertanyaan dimasukkan
(penulis, tahun)
Pertanyaan ESPEN Guidelines for Nutrition Kondrup et al., 2003 Analisis retrospektif Berbagai penyakit akut, 8944
1 Screening 2002, 2003
ESPEN Guidelines for Nutrition Johansen et al., 2003 RCT Berbagai diagnosa, 212
Screening 2002, 2003
Pertanyaan ESPEN Guidelines for Nutrition Johansen et al., 2003 RCT Berbagai diagnosa, 212
2 Screening 2002, 2003
Mendenhall 1993 Uji coba non-acak Hepatitis alkohol berat, 273
ESPEN Guidelines on Enteral Nutrition: Kerns 1992 RCT Penyakit hati alkoholik, 31
Liver disease, 2006
ESPEN Guidelines on Enteral Nutrition: Heymsfield 1989 Uji coba non-acak Gagal jantung kongestif, 8
Cardiology and Pulmonology, 2006 Ferreira 2012 Ulasan sistematis Penyakit paru obstruktif, 325
ESPEN Guidelines on Enteral Ollenschl äger 1992 RCT Leukemia akut, 29
Nutrition: Non-surgical oncology, 2006
Pertanyaan ESPEN Guidelines on Enteral Nutrition: Schneeweiss 1990 Uji coba non-acak Gagal ginjal akut, 86
3 Adult Renal Failure, 2006
ESPEN Guidelines on Enteral Nutrition: Knox 1983 Studi observasional Kanker, 200
Non-surgical oncology, 2006
ESPEN Guidelines on Enteral Nutrition: Klein 1988 Studi observasional Kolitis ulserativa, 8
Gastroenterology, 2006
ESPEN Guidelines on Enteral Nutrition: Dickerson 1991 Studi observasional Pankreatitis akut, 48
Pancreas, 2006
ESPEN Guidelines on ParenteralJohn, WJ, 1989 Uji coba non-acak Hepatitis alkoholik, 20
Nutrition: Hepatology, 2009
Madden 1999 Uji coba non-acak Hepatitis alkoholik, 141
ESPEN Guidelines on Enteral Nutrition: Poehlman 1994 Uji coba non-acak Gagal jantung kongestif, 60
Cardiology and Pulmonology, 2006
Pertanyaan ESPEN Guidelines on Enteral Nutrition: Klein 1988 Studi observasional Kolitis ulserativa, 8
4 Gastroenterology, 2006
ESPEN Guidelines on Enteral Nutrition: Selberg 1995 Uji coba non-acak HIV, 6
Wasting in HIV and other chronic
infectious diseases, 2006
ESPEN Guidelines on Enteral Nutrition: Bunout1989 RCT Penyakit hati alkoholik, 36
Liver disease, 2006 Calvey 1985 RCT Hepatitis alkoholik, 64
ESPEN Guidelines on ParenteralSwart 1989 Uji coba non-acak Sirosis hati, 8
Nutrition: Hepatology, 2009 Nielsen 1993 Studi observasional Sirosis hati alkoholik, 37
Pertanyaan ESPEN Guidelines on Enteral Nutrition: Du 2003 RCT Pankreatitis akut, 84
5 Pancreas, 2006
ESPEN Guidelines on ParenteralSiriwardena 2007 RCT Pankreatitis akut, 43
Nutrition: Pancreas, 2009
ESPEN Guidelines on Enteral Nutrition: Fearon 2003 RCT Kanker, 200
Non-surgical oncology, 2006 Bruera 2003 RCT Kanker, 60
Gogos 1998 RCT Kanker, 30
Pertanyaan ESPEN Guidelines on Enteral Nutrition: Milne 2002 Ulasan sistematis Geriatrics, 2464 (1623 di antaranya
6 Geriatrics, 2006 tidak sehat, 854 kekurangan gizi)
Milne 2006 Analisis meta Geriatrics, 9187
Potter 2001 RCT Berbagai diagnosa, geriatri, 381
McEvoy 1982 RCT Berbagai diagnosa, geriatri, 51
Volkert 1996 RCT Berbagai diagnosa, geriatri, 46
ESPEN Guidelines on Enteral Nutrition: Saudny-Unterberger RCT Eksaserbasi Akut Obstruktif Kronis
Cardiology and Pulmonology, 2006 1997 Penyakit Paru-paru, 33
Pertanyaan ESPEN Guidelines on Enteral Nutrition: Pandey 2004 RCT Pankreatitis akut, 28
7 Pancreas, 2006
Pertanyaan ESPEN Guidelines on ParenteralMarick 2004 Analisis meta Pankreatitis akut, 263
8 Nutrition: Pancreas, 2009
RCT, uji coba terkontrol secara acak
Tabel 2. Pendapat konsensus tentang terapi nutrisi untuk pasien umum di bangsal
medis rumah sakit
Topik Rekomendasi Persetujuan
Indikasi NRS harus digunakan di bangsal medis untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko Kuat
kekurangan gizi (yaitu dengan skor minimal 3 poin), dalam waktu 48 jam setelah
masuk rumah sakit. Penilaian nutrisi lengkap (termasuk evaluasi mendalam informasi
antropometrik, biokimia, klinis, dan diet) harus dilakukan pada pasien dengan NRS >
3 untuk menentukan apakah pasien benar-benar kekurangan gizi, untuk memahami
penyebab kekurangan gizi, sehingga mendukung pengembangan rencana perawatan
gizi yang disesuaikan.
Terapi nutrisi harus dipertimbangkan pada pasien rawat inap yang kurang gizi atau Kuat
berisiko paling tidak 5 sampai 7 hari untuk meningkatkan hasil terkait gizi.
Kebutuhan REE harus diukur secara individual dengan kalorimetri tidak langsung. Kuat
energi dan Ketika kalorimetri secara tidak langsung tidak dapat digunakan, kami menyarankan Lemah
protein menghitung REE dengan rumus Harris-Benedict yang disesuaikan dengan berat
badan selama penilaian klinis dan pengalaman juga digunakan untuk menentukan
target kalori akhir.
Asupan protein meningkat menjadi setidaknya 1,2 g/kg BB/hari harus disediakan Kuat
untuk memperbaiki atau mencegah malnutrisi protein pada pasien rawat inap medis
yang kurang gizi atau berisiko.
Kami menyarankan menurunkan asupan protein menjadi 0,8 hingga 1 g/kg BB/hari Lemah
untuk pasien dengan gagal ginjal akut dan kronis tanpa terapi penggantian ginjal.
Persyaratan Kami menyarankan untuk menambah pasien rawat inap medis yang kurang gizi atau Lemah
zat gizi mikro beresiko gizi oral dengan multivitamin dan multimineral untuk mencapai dukungan diet
dan nutrisi yang direkomendasikan bagi nutrisi mikro, sehingga memperbaiki atau mencegah
lainnya kekurangan. Namun, penilaian individu pasien tetap penting yang secara khusus
memperbaiki nilai gizi mikro.
Suplemen oral ONS harus digunakan sebagai tambahan untuk makanan rumah sakit yang secara Kuat
tambahan ideal disesuaikan dengan preferensi individu, untuk memenuhi persyaratan gizi dan
meningkatkan hasil rawat inap medis kurang gizi atau berisiko. Fortifikasi makanan
dan memberikan camilan antara waktu makan kepada pasien harus setidaknya
menjadi bagian yang sama dari strategi untuk menambah asupan.
Rute, Pemberian makan enteral, idealnya mempertahankan asupan makanan oral, harus Kuat
pemantauan, diterapkan pada pasien rawat inap medis dengan atau berisiko DRM yang tidak dapat
dan penilaian mencapai 75% dari target energi dan protein mereka (atau mengkonsumsi lebih dari
ulang 75% dari makanan yang disajikan setiap hari) dalam 5 d (hari) pemberian oral dan
untuk siapa penilaian klinis meramalkan bahwa nutrisi oral tidak akan cukup untuk
meningkatkan asupan nutrisi. Asupan harus dinilai ulang setiap 24 hingga 48 jam.
Kami merekomendasikan memulai nutrisi parenteral dengan pemberian oral atau Kuat
enteral minimal jika memungkinkan, jika nutrisi oral dan/atau enteral tidak
memungkinkan atau jika setidaknya 75% target energi dan protein belum tercapai
selama 5 hari setelah dimulainya nutrisi enteral. Asupan harus dinilai ulang setiap 24
hingga 48 jam
BW, berat badan; d, hari; DRM, malnutrisi terkait penyakit; ONS, suplemen nutrisi oral; NRS, Skrining Risiko
utritional; REE, pengeluaran energi istirahat
Gambar 1. Algoritma nutrisi: representasi grafis dari prosedur yang disarankan.
Indikasi
Alat skrining gizi buruk Periode skrining Hasil
Target Gizi
Energi Protein Zat gizi mikro
NRS = Skrining Risiko Gizi; BW = berat badan; RDA = rekomendasi kepatuhan diet
Hasil
Indikasi
Pertanyaan 1. Apakah Nutritional Risk Screening 2002 (NRS) adalah alat yang
tepat untuk mengidentifikasi pasien rawat inap yang kekurangan gizi atau
berisiko kekurangan gizi, dan memprediksi hasil positif jika diikuti dengan
beberapa alat skrining dan penilaian gizi telah dikembangkan untuk mendeteksi
risiko DRM dan/atau DRM yang ada pada pasien rawat inap. NRS adalah alat
skrining nutrisi yang mencakup evaluasi risiko gizi, tingkat keparahan penyakit
dan usia pasien. Ini dikembangkan berdasarkan analisis retrospektif 128 RCT
terapi nutrisi versus tidak ada terapi pada hasil klinis pada pasien rawat inap.
berisiko kekurangan gizi dan menentukan siapa yang akan atau tidak akan
DRM dan potensi manfaat intervensi gizi. Uji coba yang dimasukkan dalam
penelitian ini dilakukan dalam kelompok pasien yang secara klinis heterogen
termasuk pasien perawatan bedah, sakit kritis, dan jangka panjang. Setelah
analisis retrospektif ini, RCT prospektif fokus pada 212 pasien, sebagian besar
rumah sakit atau kualitas hidup (quality of life, QoL), karena mempertanyakan
kapasitas NRS untuk memprediksi hasil positif setelah terapi nutrisi dalam
untuk menentukan risiko malnutrisi dalam 48 jam pasca masuk. Tetapi sebagian
besar pedoman yang dipilih untuk penyakit dan organ, tidak memberikan
rekomendasi tentang pilihan skrining dan alat penilaian gizi buruk, melainkan
yang berisiko kekurangan gizi. Parameter tersebut juga biasanya digunakan untuk
mendiagnosis DRM.
Berdasarkan bukti yang tersedia, NRS harus digunakan di bangsal medis untuk
mengidentifikasi pasien yang berisiko kekurangan gizi dan memulai terapi nutrisi
pada pasien dengan skor minimal 3 poin dalam 48 jam pasca masuk rumah sakit.
Tetapi NRS tidak dimaksudkan untuk menegakkan diagnosis malnutrisi yang ada.
antropometrik, biokimia, klinis, dan diet) harus dilakukan pada pasien dengan
NRS > 3 untuk menentukan apakah pasien benar-benar kekurangan gizi, untuk
rawat inap medis berisiko atau tidak menerima terapi nutrisi akan mendapat
manfaat dari intervensi ini. Topik ini dibahas dengan pertanyaan berikutnya.
Pertanyaan 2. Dalam rawat inap medis yang kurang gizi atau berisiko, apakah
terapi nutrisi menghasilkan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan
perawatan biasa?
Studi yang menggambarkan segala jenis intervensi terapi nutrisi (oral, enteral,
atau parenteral) pada pasien rawat inap medis dengan atau berisiko DRM
dipertimbangkan.
Dari enam studi yang dikumpulkan, 1 tinjauan sistematis terhadap 325 pasien
dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang menerima makanan oral,
enteral, atau parenteral dibandingkan kontrol. Kami menemukan tiga RCT, dua di
antaranya mengkonfirmasi efek positif terapi nutrisi pada stabilisasi berat badan
(31 pasien acak dengan hepatitis alkoholik diberi makan melalui rute enteral) dan
penambahan berat badan (29 pasien dengan leukemia akut yang menerima
konseling makanan). Yang ketiga tidak menemukan efek pada 212 pasien dengan
protein dan energi. Satu percobaan non-acak yang sangat kecil dari 1989
dilakukan pada delapan pasien dengan gagal jantung kongestif yang diobati
lemak tetapi kehilangan berat badan. Dalam studi keenam, percobaan non-acak
dari 273 pasien dengan hepatitis alkoholik yang menerima suplemen berkalori
kalori, rendah protein tanpa obat, pengurangan mortalitas, keparahan penyakit dan
kekurangan gizi diamati. Tak satu pun studi yang dimasukkan menunjukkan efek
intervensi terapi gizi pada lama tinggal (length of stay, LOS) atau pencegahan
infeksi.
Karena hasil yang tidak konsisten dan/atau kurangnya bukti berkualitas tinggi
yang dirancang dengan baik, beberapa pedoman spesifik penyakit yang kami pilih
tidak memberikan rekomendasi tentang terapi nutrisi pada pasien kurang gizi atau
dalam pedoman yang dipilih, ada alasan yang baik bahwa terapi nutrisi harus
dipertimbangkan dalam rawat inap medis yang kurang gizi atau berisiko untuk
setidaknya 5 sampai 7 hari untuk meningkatkan hasil terkait gizi. Diperlukan lebih
banyak penelitian dalam kelompok pasien ini untuk lebih memahami jika hasil
lain dapat ditingkatkan pada pasien rawat inap medis umum (misalnya klinis,
Pertanyaan 3. Dalam rawat inap medis yang kurang gizi atau berisiko, haruskah
energi total, sebagian besar dipengaruhi oleh ukuran tubuh, komposisi, serta jenis
dan tingkat keparahan penyakit. Kalorimetri tidak langsung adalah metode standar
mempertimbangkan aktivitas dan faktor stres. Pada pasien dengan berat badan
berat badan (BB) disesuaikan yang dihitung dengan rumus BB yang disesuaikan =
belum jelas bagaimana menyesuaikan BB secara ideal pada pasien dengan berat
Kami menemukan delapan studi di antara pedoman yang menilai REE dalam
kelompok pasien rawat inap yang kurang gizi atau berisiko tinggi dengan berbagai
penyakit akut (gagal ginjal akut, kanker, kolitis ulseratif, pankreatitis akut,
studi (empat studi observasi dan dua percobaan non-acak), di mana REE diukur
dengan kalorimetri tidak langsung dan dibandingkan dengan nilai yang diprediksi
akurat pada semua studi. Selain itu, dari delapan studi yang dikumpulkan, empat
uji coba non-acak menunjukkan peningkatan REE 42%, 55%, 6%, dan 18% untuk
untuk setiap jenis penyakit, kalorimetri tidak langsung selalu disarankan sebagai
Karena pengeluaran energi total pasien malnutrisi atau berisiko yang dirawat di
bangsal medis sangat bervariasi di antara kelompok heterogen ini, REE harus
perhitungan akurat kebutuhan energi. Tetapi ketika metode ini tidak dapat
yang disesuaikan dengan berat badan selama penilaian klinis dan pengalaman juga
Pertanyaan 4. Dalam rawat inap medis yang kurang gizi atau berisiko, apakah
Kebutuhan protein pada umumnya meningkat dalam kasus penyakit dan rawat
inap sebagai kompensasi pemecahan protein yang lebih tinggi dan membatasi
Sebanyak enam studi dari pedoman yang dipilih memenuhi kriteria seleksi
diperlukan untuk mencapai keseimbangan nitrogen. Dalam sampel kecil lain dari
Dari empat penelitian yang dilakukan pada individu dengan penyakit hati, dua
penelitian (satu pengamatan dari 37 pasien dan satu non-RCT dari delapan pasien)
Kondisi fisik yang membaik juga ditemukan pada non-RCT kecil. Satu RCT dari
BB/hari tidak berpengaruh pada mortalitas, komplikasi, atau status gizi. Studi
keempat, RCT pada 64 pasien dari tahun 1985 menunjukkan bahwa suplementasi
komplikasi lebih tinggi dan tidak berpengaruh pada mortalitas. Tetapi tidak
mungkin menilai jumlah protein per kilogram BB yang diterima pasien. Konsisten
asupan protein yang lebih tinggi (setidaknya 1,2 g/kg BB/hari). Jika malnutrisi
rawat inap medis yang kurang gizi atau berisiko. Dibutuhkan lebih banyak
Menentukan target protein pasien dengan atau berisiko DRM dan dengan
perubahan fungsi ginjal menantang, terutama untuk pasien usia lanjut, dimana
Tidak ada penelitian dari pedoman ESPEN untuk pasien gagal ginjal akut yang
memenuhi kriteria inklusi kami karena sebagian besar dilakukan pada pasien
menjadi 0,8 hingga 1 g/kg BB/hari untuk pasien rawat inap medis yang berisiko
atau kurang gizi dengan gagal ginjal akut dan kronis tanpa terapi penggantian
ginjal.
Pertanyaan 5. Dalam rawat inap medis yang kurang gizi atau berisiko, apakah
suplementasi vitamin, mineral, dan/atau nutrisi lain (misalnya asam lemak n-3
dan asam amino bercabang) menghasilkan hasil lebih baik, jika dibandingkan
Kekurangan elektrolit dan vitamin umum terjadi pada pasien dengan atau
berisiko DRM dengan penyakit akut yang memerlukan rawat inap di bangsal
medis. Selain itu, memberi makan berlebih pada pasien-pasien tersebut dapat
pasien rawat inap medis dengan atau berisiko DRM. Keduanya adalah RCT
terbaru yang mempelajari pasien pankreatitis akut untuk efek vitamin C dosis
tinggi dan vitamin C dalam kombinasi dengan selenium dan n-acetylcystein. Studi
komplikasi dan LOS pada kelompok intervensi. Dalam studi kedua pada 43
fungsi organ, mortalitas, dan LOS dan tidak mengurangi stres oksidatif. Tiga RCT
lain menyelidiki efek suplementasi asam lemak n-3 pada pasien onkologi. Dalam
satu penelitian terhadap 200 pasien dari tahun 2003, suplementasi menghasilkan
penambahan berat badan, peningkatan massa tubuh tanpa lemak, dan peningkatan
kualitas hidup. Tak satu pun dari dua RCT lain pada 60 dan 30 pasien yang
dilakukan pada tahun 2003 dan 1998, melaporkan efek menguntungkan pada berat
badan dan status fungsional. Selain itu, tidak ada efek yang dapat dideteksi pada
massa tubuh tanpa lemak, atau tingkat kelangsungan hidup pada pasien tambahan.
Bukti pendukung tentang vitamin, mineral, atau suplemen nutrisi lain pada
hasil terbatas pada kelompok pasien tertentu (pankreatitis dan kanker) dan nutrisi
(vitamin C dan asam lemak n-3). Oleh karena itu, sulit untuk mengekstrapolasi
untuk melengkapi pasien rawat inap yang kurang gizi atau berisiko dengan
multivitamin dan multimineral untuk mencapai tunjangan diet yang
nilai mikronutrien di luar norma atau aturan normal. Tidak ada rekomendasi
suplementasi dengan nutrisi lain (misalnya asam lemak n-3) saat ini dapat dibuat
Pertanyaan 6. Pada pasien rawat inap medis yang kurang gizi atau berisiko,
Kami mengidentifikasi lima studi yang mengeksplorasi efek ONS pada pasien
rawat inap medis yang berisiko atau kurang gizi (lansia dengan berbagai penyakit
akut) dan satu pada pasien yang dirawat di rumah sakit untuk eksaserbasi PPOK
akut.
Dalam ulasan Cochrane dari tahun 2002, analisis subkelompok “tidak sehat” (n
berikutnya dari penulis sama yang diterbitkan pada tahun 2006, suplementasi
orang lanjut usia yang dirawat di rumah sakit yang kurang gizi mengurangi
pada LOS. Tiga penelitian lain (RCT) secara konsisten menemukan peningkatan
asupan gizi dan status keseluruhan pasien lansia yang dirawat di rumah sakit yang
menerima ONS. Dua dari studi tersebut juga melaporkan peningkatan status
fungsional, dan satu juga menunjukkan penurunan risiko kematian, tetapi tidak
Dalam RCT yang dilakukan pada 33 pasien COPD, suplementasi dengan ONS
kapasitas vital paksa, protein, dan asupan energi, tetapi tidak ada perubahan
Tak satu pun RCT ini yang menganalisis data berdasarkan analisis protokol dan
niat untuk menangani analisis. Di antara RCT yang termasuk dalam tinjauan
analisis karena mereka merasa tidak dapat mengambil suplemen, tetapi analisis
hasil pada niat untuk mengobati secara keseluruhan kurang. Kepatuhan buruk
parameter yang tidak selalu dinilai. Selain itu, intervensi nutrisi lain seperti
menyajikan makanan yang lebih kecil dan diperkaya atau makanan ringan antara
waktu makan juga dapat membantu meningkatkan asupan gizi pasien yang
Mengingat temuan ini dan populasi geriatrik mewakili sebagian besar pasien
pedoman yang dipilih, ONS harus digunakan selain makanan rumah sakit yang
gizi dan meningkatkan hasil rawat inap medis yang kurang gizi atau berisiko
tinggi. Fortifikasi makanan dan memberikan camilan antara waktu makan kepada
pasien harus setidaknya menjadi bagian yang sama dari strategi untuk menambah
asupan.
Pertanyaan 7. Pada pasien rawat inap medis yang kurang gizi atau berisiko
untuk memperbaiki DRM, tetapi tidak selalu cukup untuk mengobati DRM dan
Bukti pendukung yang kami temukan untuk menentukan cara yang disukai
dalam memberi makan pasien rawat inap yang kurang gizi atau beresiko terbatas
pada satu RCT yang dilakukan pada pasien pankreatitis akut di mana hanya satu
hasil (nyeri kambuh setelah refeeding oral atau enteral) diukur dan tidak ada
perbedaan ditemukan antara kedua kelompok. Tidak ada data yang menjawab
pertanyaan tentang berapa lama nutrisi oral harus dilaksanakan sebelum memulai
pertama pemberian makan untuk terapi nutrisi pasien kurang gizi atau berisiko
yang mampu menelan makanan. Ketika persyaratan gizi tidak dapat dipenuhi
melalui rute ini selama 5 hingga 7 hari yang disarankan (menurut sebagian besar
pada pasien yang mampu mencapai 75% dari kebutuhan gizi mereka dan pada
pengalaman klinis kami sendiri dan bukan pada data yang mendukung, pemberian
dilaksanakan pada pasien rawat inap medis dengan atau berisiko DRM yang tidak
dapat mencapai 75% dari target energi dan protein mereka (atau mengkonsumsi
lebih dari 75% dari makanan yang disajikan setiap hari) dalam 5 hari pemberian
makanan oral dan untuk penilaian klinis yang memperkirakan nutrisi oral akan
tidak cukup untuk meningkatkan asupan gizi. Asupan harus dinilai ulang setiap 24
hingga 48 jam.
Kecuali jika pemberian makanan enteral menyediakan lebih dari 1500 kkal/hari,
kebutuhan mikronutrien.
Pertanyaan 8. Dalam rawat inap medis yang kurang gizi atau berisiko yang tidak
pasien rawat inap medis dengan pankreatitis akut. Nutrisi enteral mengakibatkan
berkurangnya insiden intervensi bedah dan LOS, tetapi tidak ada efek pada
bahwa pada pasien dengan saluran pencernaan utuh, nutrisi parenteral harus
dilihat sebagai sumber terakhir ketika pasien tidak dapat diberi makan secara oral
Meskipun bukti pendukung tidak ada, kami juga menyarankan memulai nutrisi
parenteral dengan pemberian oral atau enteral minimal jika memungkinkan, jika
nutrisi oral dan/atau enteral tidak memungkinkan atau jika setidaknya 75% target
energi dan protein belum tercapai selama 5 hari setelah awal nutrisi enteral.
Diskusi
penelitian ini tidak boleh dianggap sebagai memberikan rekomendasi kuat seperti
yang dikembangkan dalam pedoman yang divalidasi (ESPEN atau dari kelompok
pedoman khusus medis dan penyakit ESPEN yang dipilih saat ini (Tabel 1). Oleh
karena itu, kami mengandalkan studi yang diidentifikasi dan dimasukkan oleh
menjawab pertanyaan klinis kami telah terjawab. Selain itu, pedoman yang
hingga 2007. Oleh karena itu, penelitian yang dilakukan lebih lambat dari ini tidak
2. Metodologis kualitas dan potensi bias studi yang kami kumpulkan dari
pedoman yang dipilih tidak diukur kembali dan tidak diambil dalam pertimbangan
ketika menganalisis hasil mereka. Hal ini menyebabkan efek terlalu tinggi atau
yang kami sarankan tidak hanya didasarkan pada penelitian yang diterbitkan,
ESPEN yang kami pilih, serta pendapat para ahli, berdasarkan pengalaman klinis
berlaku pada pasien rawat inap independen terhadap penyakit medis yang
optimal, secara klinis dan etis, seperti dalam pengelolaan pankreatitis akut atau
pasien dalam kondisi terminal. Strategi gizi seragam yang cocok untuk semua
pasien rawat inap medis juga kurang presisi dan menyebabkan efek kurang
tantangan yang berkembang dari pasien rawat inap medis yang lebih tua dan
Meskipun studi ini berbeda dari pedoman yang divalidasi, kami mampu
mendeteksi DRM yang ada serta pasien yang berisiko mengembangkan DRM dan
menerapkan terapi nutrisi pada populasi heterogen pasien rawat inap medis. Saran
kami dirangkum dalam Tabel 2 dan juga diwakili secara grafis dalam bentuk
algoritma nutrisi yang ramah pengguna (Gambar 1), saat ini digunakan untuk
memberikan terapi nutrisi di bangsal medis beberapa rumah sakit Swiss sebagai
Walaupun RCT ini mencakup populasi rawat inap medis heterogen yang
menerima terapi nutrisi sesuai dengan prosedur praktis yang dijelaskan di sini,
terapi nutrisi spesifik dikeluarkan dari uji coba (misalnya, pankreatitis, pasien
terminal), sesuai dengan batasan yang diakui sebelumnya dari penelitian ini.