Anda di halaman 1dari 26

PROJECT BASED LEARNING

Untuk memenuhi mata kuliah strategi pembelajaran


yang diampu oleh Bapak Dudung Ma’ruf Nuris, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:
Choirul Ummatin 170421619115
Gigin Ferdika Putri 170421619053
Lu’luul Mukaromah 170421619061
Nabila Dini Syara 170421619082

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN AKUNTANSI
OKTOBER 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa suatu halangan yang berarti.
Tidak lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliah menuju zaman
islamiyah.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah yang berjudul “Project Based Learning”
adalah sebagai pemenuhan tugas yang diberikan demi tercapainya tujuan pembelajaran
yang telah direncanakan.
Tidak lupa ucapan terima kasih kami tujukan kepada pihak-pihak yang turut
mendukung menyelesaikan makalah ini antara lain :
1. Bapak Dudung Ma’ruf Nuris, S.Pd., M.Pd.selaku dosen pembimbing
2. Rekan-rekan sekelompok yang bekerjasama menyelesaikan makalah ini, serta
3. Semua pihak yang turut mendukung terselesaikannya makalah ini
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan.Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik dan semoga dengan adanya
makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca sekalian.

Malang, 25 Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. 1

DAFTAR ISI ................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2

C. Tujuan.................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 4

A. Pengertian Pembelajaran BerbasisProyek ............................................. 4

B. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek ..................................... 6

C. Karakteristik – karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek ................ 7

D. Teori yang Mendukung Pembelajaran Berbasis Proyek ....................... 8

E. Komponen Pembelajaran Berbasis Proyek ......................................... 13

F. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek ............................... 14

G. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Proyek ..... 16

H. Penilaian Pembelajaran BerbasisProyek ............................................. 18

I. Model Pembelajaran BerbasisProyek ................................................... 20

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 21

A. Kesimpulan.......................................................................................... 21

B. Saran .................................................................................................... 21

DAFTAR RUJUKAN ................................................................................. 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Dalam perkembangan dunia pendidikan yang sangat cepat seperti sekarang
ini, peserta didik yang mampu menghadapinya adalah peserta didik yang
berkembang pola pikirnya dan siswa yang mampu menyelesaikan permasalahan
yang ada dengan baik. Karena itu pendidik harus mampu mengkondisikan
bagaimana supaya peserta didik dapat menjadi pemecah permasalahan yang baik.
Di zaman sekarang ini yang serba fleksibel atau identik dengan
perubahan.Oleh karenanya pendidik harus mampu menyiapkan peserta didiknya
untuk mampu menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi.Perubahan itu tidak
dapat dihentikan, tetapi hanya dapat diikuti dengan meningkatkan kreatifitas dan
daya saing peserta didik dalam dunia global. Maka peserta didik harus dididik
sesuai dengan zaman yang akandihadapinya.
Dalam proses pembelajaran banyak sekali metode pembelajaran yang
digunakan oleh para pendidik atau guru. Berdasarkan kenyataan-kenyataan
tersebut, maka secara khusus proses pembelajaran di kelas juga harus ikut
”berubah” sesuai dengan tantangan zaman tersebut, sehingga satuan pendidikan
mampu menyiapkan anak yang kreatif, kooperatif dan kompetitif. Salah satu
inovasi pembelajaran untuk menjadikan anak kreatif dan kompetitif dan mampu
bekerja sama (kooperatif) adalah dengan menerapkan proses pembelajaan
berbasis proyek.
Dalam hal ini model pembelajaran berbasis proyek sangat tepat untuk
digunakan sebagai pembelajaran yang baik untuk perkembangan peserta didik
dalam meningkatkan kualiatas peserta didik. Pembelajaran berbasis proyek
sendiri merupakan pembelajaran yang berpusat pada proses, relatif berjangka
waktu, berfokus pada masalah, unit pembelajaran bermakna dengan memadukan
konsep- konsepdarisejumlahkomponenbaikitupengetahuan,disiplinilmuatau
lapangan.Secara umum pembelajaran berbasis proyek menempuh tiga tahap yaitu
perencanaan proyek, pelaksanaan proyek, dan evaluasi proyek.
Dari uraian diatas untuk mencapai hal tersebut diperlukan adanya
pemahaman yang memadai tentang bagaimana sebuah model pembelajaran ini
mampu diserap dan dimengerti oleh para peserta didik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka berikut ini rumusan masalah
yang didapatkan :
1) Apa pengertian Pembelajaran Berbasis Proyekitu?
2) Bagaimanakah prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Proyekitu?
3) Apa saja karakteristik-karakteristik Pembelajaran BerbasisProyek?
4) Apa saja teori yang mendukung Pembelajaran BerbasisProyek?
5) Apa saja komponen Pembelajaran BerbasisProyek?
6) Bagaimana langkah-langkah dalam Pembelajaran BerbasisProyek?
7) Apa kelebihan dan kekurangan Pembelajaran BerbasisProyek?
8) Bagaimana penilaian Pembelajaran BerbasisProyek?
9) Bagaimana model Pembelajaran BerbasisProyek?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1) Untuk menjelaskan pengertian pembelajaran berbasisproyek.
2) Untuk menyebutkan serta menjelaskan prinsip - prinsip pembelajaran
berbasis proyek.
3) Untuk menjelaskan karakteristik - karakteristik pembelajaran berbasisproyek.
4) Untuk menjelaskan teori yang mendukung Pembelajaran BerbasisProyek.
5) Untuk menjelaskankomponen Pembelajaran BerbasisProyek
6) Untuk menjelaskan langkah-langkahdalam pembelajaran berbasisproyek.
7) Untuk menyebutkan kelebihan serta kekurangan model pembelajaran
berbasis proyek.
8) Untuk menjelaskanpenilaian Pembelajaran BerbasisProyek
9) Untuk menjelaskanmodel Pembelajaran BerbasisProyek
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu model pembelajaran yang
melibatkan suatu proyek dalam proses pembelajaran. Proyek yang dikerjakan
oleh siswa dapat berupa proyek perseorangan atau kelompok dan dilaksanakan
dalam jangka waktu tertentu secara kolaboratif, menghasilkan sebuah produk,
yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan. Pelaksanaan
proyek dilakukan secara kolaboratif dan inovatif, unik, yang berfokus pada
pemecahan masalah yang berhubungan dengan kehidupan siswa.Pembelajaran
berbasis proyek merupakan bagian dari metoda instruksional yang berpusat pada
pembelajar.Model ini sebagai ganti penggunaan suatu model pembelajaran yang
masih bersifat teacher-centered yang cenderung membuat pembelajar lebih pasif
dibandingkan dengan guru.Hal tersebut mengakibatkan motivasi belajar siswa
menjadi rendah sehingga kinerja ilmiah mereka pun menurun.
Definisi tersebut sejalan dengan uraian yang dipaparkan oleh Bell (2005)
yaitu sebagai berikut.
1) Project Based Learning is curriculum fueled and standardsbased.
Model pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang
menghendaki adanya standar isi dalam kurikulumnya.Melalui Pembelajaran
berbasis proyek, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan
penuntun (aguiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah
proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam
kurikulum.
2) Project Based Learning asks a question or poses a problem that each
student can answer.
Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang menuntut
pengajar dan atau peserta didik mengembangkan pertanyaan penuntun (a
guidingquestion). Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya
belajar yang berbeda, maka pembelajaran berbasis proyek memberikan
kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan
menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan
eksperimen secara kolaboratif. Hal ini memungkinkan setiap peserta didik pada
akhirnya mampu menjawab pertanyaan penuntun.
3) Project Based Learning asks students to investigate issues and topics
addressing real-world problems while integrating subjects across the
curriculum.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang
menuntut peserta didik membuat “jembatan” yang menghubungkan antar berbagai
subjek materi.Selain itu, pembelajaran berbasis proyek merupakan investigasi
mendalam tentang sebuah topik dunia nyata.
4) Project Based Learning is a models that fosters abstract, intellectual tasks
to explore complexissues.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang
memperhatikan pemahaman peserta didik dalam melakukan eksplorasi, penilaian,
interpretasi dan mensintesis informasi melalui cara yang bermakna. Pembelajaran
berbasis proyek juga merupakan suatu model pembelajaran yang menyangkut
pemusatan pertanyaan dan masalah yang bermakna, pemecahan masalah,
pengambilan keputusan, proses pencarian berbagai sumber, pemberian
kesempatan kepada anggota untuk bekerja secara kolaborasi, dan menutup dengan
presentasi produk nyata. Pembelajaran berbasis proyek ini tidak hanya mengkaji
hubungan antara informasi teoritis dan praktek, tetapi juga memotivasi siswa
untuk merefleksi apa yang mereka pelajari dalam pembelajaran dalam sebuah
proyek nyata serta dapat meningkatkan kinerja ilmiah mereka Grant (2008).
B. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek
1) Prinsip Sentralistis(centrality)
Prinsip ini menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari
kurikulum.Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana siswa
belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek.Oleh karena
itu, kerja proyek.Oleh karena itu, kerja proyek bukan merupakan praktik
tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari, melainkan
menjadi sentral kegiatan pembelajaran di kelas. Dengan demikian, kegiatan
pembelajaran akan dapat dilaksanakan secara optimal. Dalam pembelajaran
berbasis proyek, proyek adalah strategi pembelajaran; siswa mengalami dan
belajar konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek.
2) Prinsip Pertanyaan Pendorong/ Penuntun (drivingquestion)
Kerja proyek berfokus pada “pertanyaan atau permasalahan” yang dapat
mendorong siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu
bidang tertentu. Kaitan antara pengetahuan konseptual dengan aktivitas nyata
dapat ditemui melalui pengajuan pertanyaan (Blumenfeld, dkk., 1991) ataupun
dengan cara memberikan masalah dalam bentuk definisi yang lemah (Stepien &
Gallagher, 1993). Jadi dalam hal ini kerja sebagai external motivation yang
mampu menggugah siswa (internal motivation) untuk menumbuhkan
kemandiriannya dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran (Clegg, 2001).
3) Prinsip Investigasi Konstruktif (contructiveinvestigation)
Merupakan proses yang mengarah pada pencapaian tujuan, yang
mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Dalam
investigasi memuat proses perancangan, pembuatan keputusan, penemuan
masalah, pemecahan masalah, discovery, dan pembentukan model. Di samping
itu, dalam kegiatan pembelajaran berbasis proyek ini harus tercakup proses
transformasi dan konstruksi pengetahuan (Bereiter & Scardamalia, 1999). Jika
kegiatan utama dalam kerja proyek tidak menimbulkan masalah bagi siswa, atau
permasalahan itu dapat dipecahkan oleh siswa memalui pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya, maka kerja proyek itu sekadar“latihan”, bukan proyek
dalam konteks pembelajaran berbasis proyek (Suhartadi, 2001). Oleh karena itu,
penentuan jenis proyek haruslah dapat mendorong siswa untuk mengonstruksi
pengetahuan sendiri untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya.Dalam hal
ini guru harus mampu merancang suatu kerja proyek yang mampu
menumbuhkan rasa ingin meneliti, rasa untuk berusaha memecahkan masalah,
dan rasa ingin tahu yang tinggi.
4) Prinsip Otonomi (autonomy)
Dalam Pembelajaran Berbasis Proyek dapat diartikan sebagai kemandirian
siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan
pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervisi, dan bertanggung jawab.
Oleh karena itu, lembar kerja siswa, petunjuk kerja praktikum, dan yang
sejenisnya bukan merupakan aplikasi dari prinsip pembelajaran berbasis proyek
(Suhartadi, 2001).Dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator dan
motivator untuk mendorong tumbuhnya kemandiriansiswa.
5) Prinsip Realistis(realism)
Proyek merupakan sesuatu yang nyata, bukan seperti di sekolah (Suhartadi,
2001). Pembelajaran Berbasis Proyek harus dapat memberikan perasaan realistis
kepada siswa, termasuk dalam memilih topik, tugas dan peran konteks kerja,
kolaborasi kerja, produk, pelanggan, maupun standar produknya
Gordon (1998) membedakan antara tantangan akademis, tantangan yang
dibuat-buat, dan tantangan nyata.Pembelajaran Berbasis Proyek mengandung
tantangan yang berfokus pada permasalahan yang autentik (bukan simulasi),
bukan yang dibuat-buat, dan solusinya dapat diimplementasikan di lapangan.
Untuk itu, guru harus mampu merancang proses pembelajaran yang nyata, dan
hal ini bisa dilakukan dengan mengajak siswa belajar pada dunia kerja yang
sesungguhnya (Dryden & Vos, 2001). Jadi, guru harus mampu menggunakan
dunia nyata sebagai sumber belajar bagi siswa. Kegiatan ini akan dapat
meningkatkan motivasi, krativitas, sekaligus kemandirian siswa dalam
pembelajaran.
C. Karakteristik – karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek
1) Siswa membuat keputusan dan membuat kerangkakerja
2) Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukansebelumnya
3) Siswa merancang proses untuk mencapaihasil
4) Siswa bertanggunga jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi
yang dikumpulkan
5) Siswa melakukan evaluasi secarakontinu
6) Siswa secara teratur melihat kembali apa yang merakakerjakan
7) Hasil akhir berupa produk dan di evaluasikualitasnya
8) Kelas memiliki atmosfir yang memberikan toleransi kesalahan danperubahan.
D. Teori yang Mendukung Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran Berbasis Proyek atau Belajar Berbasis Proyek adalah
pendekatan pembelajaran yang merangkum sejumlah ide-ide pembelajaran, yang
didukung oleh teori-teori dan penelitian substansial. Bagian ini mencoba
mengetengahkan bahasan teoretik yang mendasari Pembelajaran Berbasis Proyek.
Menurut Mayer (1992), dalam praktik pendidikan, terutama setengah abad
terakhir, telah terjadi pergeseran teori-teori belajar, dari aliran teori belajar
behavioristik ke kognitif, dari kognitif ke konstruktivistik.
Implikasi pergeseran pandangan terhadap belajar dan pembelajaran tersebut
adalah munculnya pandangan bahwa kurikulum sebagai body of knowledge atau
keterampilan-keterampilan yang ditransfer adalah naif. Jika pandangan
konstruktivis mengenai individu sebagai pengkonstruk pengetahuan mereka
sendiri dapat diterima, maka mungkin lebih tepat memandang kurikulum sebagai
serangkaian tugas dan strategi belajar. Oleh karena itu, perspektif kehidupan kelas
pun menjadi berubah. Hakekat hubungan guru-siswa tidak lagi guru sebagai
penjaja informasi dan siswa sebagai penerima informasi semata, tetapi guru lebih
sebagai pembimbing dan pendamping berpikir kritis yang konstruktif. Lingkungan
kelas dirancang untuk memberikan setting sosial yang mendukung konstruksi
pengetahuan dan keterampilan (Driver & Leach, 1993).
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model pembelajaran yang
didukung oleh atau berpijak pada teori belajar konstruktivistik. Strategi
pembelajaran yang menonjol dalam pembelajaran konstruktivistik antara lain
adalah strategi belajar kolaboratif, mengutamakan aktivitas siswa daripada
aktivitas guru, mengenai kegiatan laboratorium, pengalaman lapangan, studi
kasus, pemecahan masalah, panel diskusi, diskusi, brainstorming, dan simulasi
(Ajeyalemi, 1993). Beberapa dari strategi tersebut juga terdapat dalam
Pembelajaran Berbasis Proyek, yaitu (a) strategi belajar kolaboratif, (b)
mengutamakan aktivitas siswa daripada aktivitas guru, (c) mengenai kegiatan
laboratorium, (d) pengalaman lapangan, (e) dan pemecahan masalah. Peranan
guru yang utama adalah mengendalikan ide-ide dan interpretasi siswa dalam
belajar, dan memberikan alternatif-alternatif melalui aplikasi, bukti-bukti, dan
argumen-argumen.
Dari berbagai karakteristiknya, Pembelajaran Berbasis Proyek didukung
teori-teori belajar konstruktivistik. Dalam konteks pembaruan di bidang teknologi
pembelajaran, Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dipandang sebagai pendekatan
penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong pebelajar mengkonstruk
pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman langsung. Proyek dalam
Pembelajaran Berbasis Proyek dibangun berdasarkan ide-ide pebelajar sebagai
bentuk alternatif pemecahan masalah riil tertentu, dan pebelajar mengalami proses
belajar pemecahan masalah itu secara langsung.
Menurut banyak literatur, konstruktivisme adalah teori belajar yang
bersandar pada ide bahwa pebelajar mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri di
dalam konteks pengalaman mereka sendiri (Murphy, 1997; Brook & Brook, 1993,
1999; Driver & Leach, 1993; Fraser, 1995). Pembelajaran konstruktivistik
berfokus pada kegiatan aktif pebelajar dalam memperoleh pengalaman langsung
(“doing”), ketimbang pasif “menerima” pengetahuan. Dari perspektif
konstruktivis, belajar bukanlah murni fenomena stimulus-respon sebagaimana
dikonsepsikan para behavioris, akan tetapi belajar adalah proses yang memerlukan
pengaturan diri sendiri (self-regulation) dan pembangunan struktur konseptual
melalui refleksi dan abstraksi (von Glaserfeld, dalam Murphy, 1997). Kegiatan
nyata yang dilakukan dalam proyek memberikan pengalaman belajar yang dapat
membantu refleksi dan mendekatkan hubungan aktivitas dunia nyata dengan
pengetahuan konseptual yang melatarinya yang diharapkan akan dapat
berkembang lebih luas dan lebih mendalam (Barron, Schwartz, Vye, Moore,
Petrosino, Zech, Bransford, & The Cognition and Technology Group at
Vanderbilt, 1998). Hal ini menunjukkan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek,
yang mendasarkan pada aktivitas dunia nyata, berpotensi memperluas dan
memperdalam pengetahuan konseptual dan prosedural (Gagne, 1985), yang pada
khasanah lain disebut juga knowing that dan knowing how (Wilson, 1995).
Knowing ‘that’ and ‘how’ is not sufficient without the disposition to ‘do’ (Kerka,
1997). Perluasan dan pendalaman pemahaman pengetahuan tersebut dapat diamati
dengan mengukur peningkatan kecakapan akademiknya.
Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek juga dilandasi oleh teori
belajar konstruktif. Menurut Simons (1996) belajar konstruktif harus dilakukan
dengan menumbuhkan upaya siswa membangun representasi memori yang
kompleks dan kaya, yang menunjukkan tingkat terhubungan yang kuat antara
pengetahuan semantik, episodik, dan tindakan. Sebagaimana dinyatakan Simons
(1996), representasi memori terbagi menjadi tiga jenis: representasi semantik,
episodik, dan tindakan. Representasi semantik mengacu pada konsep dan prinsip
dengan karakteriktik yang menyertainya, representasi episodik didasarkan pada
pengalaman personal dan afektif, dan representasi tindakan mengacu pada hal-hal
yang dapat dilakukan dengan menggunakan informasi semantik dan episodik,
misalnya penyelesaian jenis masalah tertentu, dengan menggunakan pengetahuan
tertentu. Idealnya, hubungan antar tiga jenis representasi pengetahuan tersebut
kuat. Oleh karena itu, prinsip belajar konstruktif adalah menekankan usaha keras
untuk menghasilkan keterhubungan tiga jenis representasi pengetahuan tersebut.
Prinsip belajar konstruktif tersebut juga mendasari Pembelajaran Berbasis Proyek.
Bagian-bagian dari prinsip belajar konstruktif seperti belajar yang berorientasi
pada diskoveri, kontekstual, berorientasi masalah, dan motivasi sosial juga
menjadi bagian-bagian prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek. Strategi belajar
kolaboratif yang diposisikan amat penting dalam Pembelajaran Berbasis Proyek
juga menjadi tekanan teoretik belajar konstruktif. Learning together with other
learners can be a very powerful form of learning, in which learners help each
other’s construction processes (Simons, 1996:294).
Strategi belajar kolaboratif tersebut juga dilandasi oleh teori Vygotsky
tentang Zone of Proximal Development (ZPD). Vygotsky merekomendasikan
adanya level atau zona, di mana siswa dapat lebih berhasil tetapi dengan bantuan
partner yang lebih bisa atau berpengalaman. Vygotsky mendifinisikan ZPD
sebagai “jarak antara tingkat perkembangan aktual seperti ditunjukkan oleh
kemampuan memecahkan masalah secara mandiri dengan tingkat perkembangan
potensial seperti ditunjukkan oleh kemampuan pemecahan masalah di bawah
bimbingan orang dewasa atau kolaborasi dengan teman sebaya yang lebih mampu
(the distance between the actual development level as determined by independent
problem-solving and the level of potential development as determined through
problem-solving under adult guidance or in collaboration with more capable
peers) (Gipps, 1994:24—25). Partner ini tidak mendekte apa yang harus
dilakukan sejawat yang belajar padanya, akan tetapi mereka terlibat di dalam
tindakan kolaboratif, demonstratif, modeling dan sejenisnya.
Prinsip kontekstualisasi yang menjadi karakteristik penting dalam
Pembelajaran Berbasis Proyek, diturunkan dari ide dasar teori belajar
konstruktivistik. Para konstruktivis mengatakan bahwa belajar adalah proses aktif
membangun realitas dari pengalaman belajar. Bagaimana pun, belajar tidak dapat
terlempas dari apa yang sudah diketahui pebelajar dan konteks di mana hal itu
dipelajari (Bednar, Cunningham, Duffy, & Perry, dalam Dunn, 1994). Para
konstruktivis itu tidak menyangkal eksistensi (objektivitas) dunia nyata, akan
tetapi dikatakannya bahwa makna apa yang kita bangun dari dunia nyata adalah
indiosyncratic. Tidak ada dua orang yang membangun makna yang sama, karena
kombinasi pengalaman dan pengetahuan sebelumnya akan menghasilkan
interpretasi yang berbeda. Atas dasar keyakinan tersebut direkomendasikan bahwa
pembelajaran perlu diletakkan dalam konteks yang kaya yang merefleksikan dunia
nyata, dan berhubungan erat dengan konteks di mana pengetahuan akan
digunakan. Singkatnya, pembelajaran perlu otentik. Seperti telah diuraikan di
bagian depan, Pembelajaran Berbasis Proyek adalah salah satu model
pembelajaran yang berlatar dunia otentik.
Jonassen (1991), dan Brown, Collins dan Duguid (1988) juga berpendapat
bahwa belajar terjadi secara lebih efektif di dalam konteks, dan bahwa konteks
menjadi bagian penting dari basis pengetahuan yang berhubungan dengan proses
belajar tersebut. Implikasinya di dalam pembelajaran adalah penciptaan
lingkungan belajar yang riil, otentik dan relevan sebagai konteks belajar tertentu.
Guru dan model pembelajaran yang diciptakannya berfokus pada pendekatan
realistik yang memudahkan siswa belajar memecahkan masalah dunia nyata
(Jonassen, 1991). Lingkungan belajar konstruktivistik yang dimaksud adalah: “a
place where learners may work together and support each other as they use a
variety of tools and information resources in their pursuit of learning goals and
problem-solving activities (Wilson, 1995:27). Pembelajaran Berbasis Proyek juga
merupakan pendekatan menciptakan lingkungan belajar yang realistik, dan
berfokus pada belajar memecahkan masalah-masalah yang terjadi di dunia nyata.
Pembelajaran Berbasis Proyek juga didukung oleh teori belajar
eksperiensial. Seperti dikatakan William James bahwa belajar yang paling baik
adalah melalui aktivitas diri sendiri, pengalaman sensoris adalah dasar untuk
belajar, dan belajar yang efektif adalah holistik, dan interdisipliner (dalam Moore,
1999). Prinsip-prinsip ini juga diterapkan dalam Pembelajaran Berbasis Proyek.
Pebelajar mengendalikan belajarnya sendiri, mulai dari pengidentifikasian
masalah yang akan dijadikan proyek sampai dengan mengevaluasi hasil proyek.
Guru/dosen berperan sebagai pembimbing, fasilitator, dan partner belajar. Tema
proyek yang dipilih juga bersifat interdisipliner, karena mengandung unsur
berbagai disiplin yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah dalam proyek
yang dikerjakan itu. Apa yang dilakukan pebelajar dalam proses pembelajaran
adalah pengalaman-pengalaman sensoris sebagai basis belajar. Ditegaskan oleh
John Dewey bahwa pengalaman adalah elemen kunci dalam proses pembelajaran
(Moore, 1999; Knoll, 2002). Dewey memandang belajar sebagai “process of
making determinate the indeterminate experience”. Makna dari berbagai
pengalaman adalah sebuah hubungan yang saling tergantung antara apa yang
dibawa oleh pebelajar dalam situasi belajar dan apa yang terjadi di dalam situasi
itu. Berdasarkan pengetahuan yang diturunkan dari pengalaman sebelumnya, pada
pengalaman baru orang membangun pengetahuan baru (Billet, 1996). Kerja
proyek dapat dipandang sebagai proses belajar memantapkan pengalaman yang
belum mantap, memperluas pengetahuan yang belum luas, dan memperhalus
pengetahuan yang belum halus, sebagaimana juga dikatakan oleh Marzano (1992)
bahwa belajar melalui pengalaman nyata (misalnya, investigasi dan pemecahan
masalah-masalah nyata) dapat memperluas dan memperhalus pengetahuan.
Berdasarkan teori-teori belajar konstruktivistik yang dirujuk di atas, maka
Pembelajaran Berbasis Proyek dapat disimpulkan memiliki kelebihan-kelebihan
sebagai lingkungan belajar: (1) otentik-kontekstual (goal-directed activities) yang
akan memperkuat hubungan antara aktivitas dan pengetahuan konseptual yang
melatarinya; (2) mengedepankan otonomi pebelajar (self-regulation) dan
guru/dosen sebagai pembimbing dan partner belajar, yang akan mengembangkan
kemampuan berpikir produktif; (3) belajar kolaboratif yang memberi peluang
pebelajar saling membelajarkan yang akan meningkatkan pemahaman konseptual
maupun kecakapan teknikal; (4) holistik dan interdisipliner; (5) realistik,
berorientasi pada belajar aktif memecahkan masalah riil, yang memberi kontribusi
pada pengembangan kecakapan pemecahan masalah; dan (6) memberikan
reinforcement intrinsik (umpan balik internal) yang dapat menajamkan kecakapan
berpikir produktif.
E. Komponen Pembelajaran Berbasis Proyek
Langkah-langkah pengembangan pembelajaran berbasis proyek terdiri dari
enam komponen utama, yaitu :
(1) Keautentikan (authenticity)
Proyek yang akan dikerjakan siswa berhubungan dengan masalah dunia nyata.
Ciri-ciri proyek yang menampilkan keauntentikan, yaitu: (a) Mengatasi masalah
atau pertanyaan yang memiliki arti bagi siswa; (b) Melibatkan masalah atau
pertanyaan yang benar-benar dialami di dunia nyata; (c) Meminta siswa untuk
menghasilkan sesuatu yang memiliki nilai pribadi dan atau sosial di luar kelas.
Dalam merancang proyek yang autentik, diperlukan penggunaan masalah yang
benar-benar ada dalam dunia nyata, misalnya berkaitan dengan isu-isu yang
sedang terjadi yang relevan dengan keadaan sekarang sehingga pembelajaran yang
terjadi dapat bermakna, kontekstual dan mengesankan.
(2) Ketaatan terhadap nilai akademik (academic rigor)
Dalam mengerjakan sebuah proyek, siswa ditantang untuk menggunakan metode
penyelidikan untuk satu disiplin ilmu atau lebih (seperti : seorang sejarawan,
ilmuwan, investor, dan lain-lain).
(3) Hubungan dengan pakar (expert relationship)
Kekuatan pembelajran berbasis proyek terletak pada keterlibatan pakar (orang
ahli) yang ada di luar kelas. Siswa dapat berelasi dengan pakar yang berkaitan
dengan proyek yang akan diselesaikan.
(4) Aktif meneliti (active exploration)
Guru sebaiknya memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengerjakan
suatu proyek. Siswa dapat menggunakan berbagai metode, media, dan sumber-
sumber dalam melakukan penyelidikan. Pada akhirnya siswa dapat
mengkomunikasikan apa yang mereka pelajari misalkan melalui kegiatan pameran
formal. Proyek yang bagus dapat mendorong siswa untuk aktif dalam penelitian,
mengeksplorasi, menganalisis serta menyajikan hasil proyek.
(5) Belajar pada dunia nyata (applied learning)
Siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah-masalah dunia nyata dengan
pendekatan terstruktur dan terencana. Siswa dilatih untuk mengembangkan
kemampuan yang dibutuhkan dalam lapangan pekerjaan.
(6) Penilaian (assessment)
Siswa diberi kesempatan untuk menerima feedback (umpan balik) yang
berkualitas selama dan setelah mengerjakan proyek. Umpan balik formatif dapat
diberikan oleh teman sebaya ataupun dari garu. Pada akhir proyek, evaluasi
sumatif dari produk dan penampilan siswa diberikan oleh guru dan pakar yang
menilai pekerjaan siswa dalam kaitannya dengan indikator kualitas yang telah
ditentukan.
F. Langkah-langkahPembelajaran Berbasis Proyek
1. Penentuan Pertanyaan mendasar (Start With the Essential Question)
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan yang esensial, yaitu pertanyaan yang
dapat memberi penugasan pada siswa dalam melakukan suatu aktivitas.
Mengambil topik yang sesuai degan realitas dunia nyata dan dimuali dengan
sebuah investigasi mendalam. Guru harus berusaha agar topik yang diangkat
relevan untuk para siswa yang sedang belajar.
2. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Prencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik.
Dengan demikian, peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek
tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan
berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat
diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
3. Menyusun Jadwal (Create a Scedule)
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain :
1) Membuat timeline untuk menyelesaikan proyek
2) Membuat deadline penyelesaian proyek
3) Membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru
4) Membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak
berhubungan dengan proyek
5) Meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang
pemilihan suatu cara
4. Memonitor peserta didik dan kemaajuan proyek (Monitor the Students and the
Progress of the Project)
Pengajar bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta
didik selama menyelasikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara
memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain, pengajar
berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses
monitoring, dibuat sebuah rubik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang
penting.
5. Menguji hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian
standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik,
memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta
didik dan membentu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6. Menevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi
dilakukan beik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik
diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama
menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam
rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya
ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang
diajukan pada tahap pembelajaran.
G. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Proyek
a. Kelebihan Pembelajaran Berbasis Proyek
1) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong
kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka
perlu dihargai
2) Meningkatkan kemapuan pemecahan masalah. Siswa menjadi lebih aktif
dan tertantang untuk menyelesaikan/memecahkan masalah yang lebih
komplekas lagi
3) Meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek
adalah mendorong siswa untuk megembangkan dan mempraktikan
keterampialn komunikasi. Kelompok kerja kooperatif evaluasi siswa,
pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah
proyek.
4) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber. Pembeljaran berbasis
proyek yang diimplementasikan dengan baik memberikan kepada siswa
pembeljaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat
alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti kelengkapan untuk
menyelesaikan tugas.
5) Pendekatan proyek menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan
siswa secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dengan
dunia nyata
6) Pembelajran berbasis proyek melibatkan para siswa untuk beljar
mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki,
kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata
7) Pembelajaran berbasis proyek membuat suasana berlajar menjadi
menyenangkan, sehingga siswa maupun pendidik menikmati proses
pembelajaran.
b. Kelemahan dan Hambatan pembelajaran Berbasis Proyek
 Kelemahan pembelajaran berbasis proyek :
1) Memerlukan bayak waktu untuk menyelesaikan masalah
2) Memerlukan biaya yang cukup banyak
3) Benyaknya peralatan yang harus disediakan
4) Peserta didik yang mengalami kelemahan dalam percobaan dan
pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan
5) Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja
kelompok
6) Ketika topik yang diberikan kepada msing-masing kelompok berbeda
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara
keseluruhan
 Hambatan dalam pembelajaran berbasis proyek sebagai berikut :
1) Pembelajaran berbasis proyek memerlukan bayak waktu yang harus
disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks
2) Banyak orangtua peserta didik yang merasa dirugikan, karea
menambah biaya untuk memasuki sistem baru
3) Banyak guru yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana
guru memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi
yang sulit terutama bagi guru yang tidak memnguasai teknologi

Untuk mengatasi kekurangan/kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek


diatas, maka seorang guru harus mampu mendesain pembelajaran dengan baik dan
menarik, memfasilitsi dan membatasi waktu bagi siswa dalam menyelesaikan proyek,
meminimalisasi peralatan yang digunakan dan menggunakan peralatan-peralatan yang
sederhana yang terdapat dilingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian yang mudah
dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya, menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur dan siswa nyaman dalam proses
pembelajaran.
Pembelajaran berbasis proyek ini juga menuntut siswa untuk mengembangkan
keterampilan seperti kolaborasi dan refleksi. Menurut studi penelitian, pembelajaran
berbasis proyek membantu siswa untuk meningkatakan keterampilan sosial mereka,
sering menyebabkan absensi berkurang dan lebih sedikit masalah disiplin di kelas.
Siswa juga menjadi lebih percaya diri berbicara dengan kelompok orang dewasa.
Pembelajran berbasis proyek juga meningkatkan antusiasme untuk belajar. Keita
anak-anak bersemangat dan antusias tentang apa yang mereka pelajari, mereka sering
mendapatkan lebih banyak teribat dalam subjek dan kemudian memperluas minat
mereka untuk mata pelajaran lainnya. Antusias peserta didik cenderung untuk
mempertahankan apa yang mereka pelajari.
H. Penilaian Pembelajaran BerbasisProyek
Penilaian pembelajaran dalam pembelajaran berbasis proyek harus dilakukan secara
menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dalam
melaksanakan pembelajaran berbasis proyek. Penilaian pembelajaran berbasis proyek
dapat menggunakan teknik penilaian yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian
Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu penilaian proyek atau
penilaian produk.
1. Pengertian Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan, dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan,
dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu
secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan,
yaitu:
1. Kemampuan pengelolaan. Kemampuan peserta didik dalam memilih topik,
mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data, serta penulisan
laporan.
2. Relevansi. Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan dalam pembelajaran.
3. Keaslian. Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya,
dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan
terhadap proyek peserta didik.
2. Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan,
sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan
yang perlu dinilai, seperti penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data, dan
menyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan
dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen
penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.
3. Pengertian Penilaian Produk
Penilian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas
suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik
membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya
seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik,
dan logam.
Pengembangan produk meliputi tiga tahap dan setiap tahap perlu diadakan
penilaian, yaitu:
1. Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
2. Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik
dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
3. Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan
peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
4. Teknik Penilaian Produk
1. Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya
dilakukan pada tahap appraisal.
2. Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan
terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
I. Model Pembelajaran BerbasisProyek
Tahapan model pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut:
1. Guru/pendidik merancang desain atau membuat kerangka proyek yang bermanfaat
dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pelajar dalam mengembangkan
pemikiran terhadap proyek tersebut sesuai dengan kerangka yang ada, dan
menyediakan sumber yang dapat membantu pengerjaannya.
2. Sesuai dengan tugas proyek yang diberikan oleh pengajar, pelajar akan memperoleh
dan membaca kerangka proyek, dan berupaya berpikir dengan kemampuannya
berdasar pada pengalaman yang dimiliki, membuat pemetaan topik, dan
mengembangkan gagasannya dalam menentukan subtopik suatu proyek.
3. Pelajar bekerja dalam proyek kelompok. Pelajar menentukan kegiatan dan langkah
yang akan diambil sesuai dengan subtopiknya, merencanakan waktu pengerjaan dari
semua subtopik. Jika bekerja dalam kelompok, tiap anggota harus mengikuti aturan
dan memiliki rasa tanggung jawab.
4. Setelah perencanaan proyek, siswa melakukan investigasi terhadap sumber-sumber
yang berkaitan dengan proyek dan mulai membuat sketsa proyek.
5. Pelajar membuat proyek sesuai sketsasetelah selesai kemudian membuat laporan,
presentasi sebagai hasil dari kegiatannya. Peserta menerima feedback atas apa yang
dibuatnya dari kelompok, teman, dan pengajar.
6. Pengajar menilai semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tiap pelajar
berdasar pada partisipasi dan produktivitasnya dalam pengerjaan proyek.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran berbasis proyek atau tugas adalah sebuah metode penyajian
bahan pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada peserta didik berupa
seperangkat tugas yang harus dikerjakan peserta didik, baik secara individual
maupun secara kelompok. Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan
efektivitas dan efisiensi pembelajaran dan memberikan kesempatan peserta didik
melakukan sendiri kegiatan belajar yangditugaskan.
Selain itu kompetensi yang dikembangkan selain kompetensi disiplin ilmu
(discipline-based competencies) dan kompetensi interpersonal (interpersonal
competencies) dan kompetensi intrapersonal ( intrapersonal competencies)
dalam diri siswa. Kompetensi disiplin ilmu berkaitan dengan pemahaman
konsep, prinsip dan teori dari disiplin ilmu. Kompetensi interpersonal mencakup
kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, berperilaku sopan dan baik,
menangani konflik, bekerjasama, membantu orang lain, dan menjalin hubungan
dengan orang lain dan masyarakat. Kompetensi intrapersonal mencakup apresiasi
terhadap keragaman, melakukan refleksi diri, disiplin, beretos kerja tinggi,
membiasakan diri hidup sehat, mengendalikan emosi, tekun, mandiri, dan
mempunyai motivasi.
Model pembelajaran berbasis proyek mempunyai beberapa prinsip yaitu:
Prinsip sentralistis (centrality), pertanyaan dan permasalahan, Prinsip investigasi
konstruktif (constructive investigation), Prinsip otonomi (autonomi), Prinsip
realistis (realism).
Tahap pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 3 fase yaitu:
1) TahapPerencanaan
2) TahapPelaksanaan
3) TahapEvaluasi/Penilaian
B. Saran
Dalam dunia pendidikan saat ini banyak model pembelajaran yang
digunakan untuk meningkatkan kualitas seorang peserta didik.Dalam hal ini
model pembelajaran berbasis proyek sangat tepat untuk digunakan sebagai
pembelajaran yang baik untuk perkembangan peserta didik dalam meningkatkan
kualiatas peserta didik. Pembelajaran berbasis proyek sendiri merupakan
pembelajaran yang berpusat pada proses, relatif berjangka waktu, berfokus pada
masalah, unit pembelajaran bermakna dengan memadukan konsep-konsep dari
sejumlah komponen baik itu pengetahuan, disiplin ilmu atau lapangan.Secara
umum pembelajaran berbasis proyek menempuh tiga tahap yaitu perencanaan
proyek, pelaksanaan proyek, dan evaluasi proyek.
Dalam penyusunan makalah ini pastinya banyak kekurangan dalam hal isi
atau penyajian oleh karena saran serta kritik yang bersifat membangun sangat
diharapkan oleh penulis.
DAFTAR RUJUKAN

Rusman. 2017. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta.Kharisma Putra Utama.


Syarifudidin, Amer. 2014. Model pembelajaran Berbasis Proyek (online).
http//www.academia.edu/19634266/Model_Pembelajaran_Berbasis_Pro
yek diakses 1 November 2018

Anda mungkin juga menyukai