Anda di halaman 1dari 8

EKOSISTEM DARATAN DAN PENGUKURAN FAKTOR LINGKUNGAN

PRILLY HELENA

A1C417037

Abstrak

Ekosistem terestrial merupakan ekosistem yang komponen penyusunnya sebagian besar berada
didaratan. Komponen penyusunnya berasal dari faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik pada
ekosistem terestrial dapat berupa suhu, kelembapan, ketinggian, angin, cahaya matahari
sedangkan untuk faktor biotik dapat berupa produsen, konsumen, dan dekomposer. Dalam
mengukur faktor abiotik dibutuhkan alat bantu berupa termometer tanah yang membantu dalam
mengukur suhu pada tanah, GPS digunakan untuk mengukur ketinggian dari ekosistem terestrial
yang dipilih, serta termohygrometer yang dibutuhkan untuk mengukur kelembapan udara dan
suhu udara. Sedangkan untuk menemukan faktor biotik dibutuhkan toples dan plastik untuk
pengkoleksian sehingga dapat ditentukan peran dari komponen yang ditemukan diekosistem
terestrial yang dipilih. Faktor biotik yang ditemukan dapat disinambungkan dengan faktor abiotik
yang telah diukur berupa keberadaan faktor biotik didapat pada ketinggian, suhu, dan
kelembapan tertentu. Sehingga penting dalam mengamati dan mengukur keberagaman faktor
abiotik dan biotik pada ekosistem terestrial di lingkungan sekitar
Kata kunci: Ekosistem, Daratan, Hutan, Abiotik, Biotik

Pendahuluan

Dalam mempertahankan hidupnya, makhluk hidup harus mengadakan interaksi dengan


komponen lain dan lingkungan tempat hidupnya. Interaksi yang dilakukan makhluk hidup dan
lingkungan tempat hidupnya haruslah berjalan secara timbal balik. Interaksi tersebut dapat
dikatakan sebagai ekosistem. Ekosistem merupakan interaksi saling mempengaruhi antara
penyusun lingkungan hidup dengan kehidupannya, baik biotik seperti tumbuhan, hewan, dan
manusia maupun abiotik seperti angin, air, kelembapan, suhu, cahaya matahari dan lainnya.
Unsur abiotik dan biotik kemudian membentuk karakteristik yang khas sehingga membedakan
antara satu jenis dengan jenis ekosistem lainnya.

Menurut Odum (2010:16) menyatakan bahwa Ekosistem daratan (terestrial) merupakan


ekosistem yang faktor lingkungan abiotiknya didominasi oleh daratan. Ekosistem terestrial
meliputi faktor abiotik dan biotik. Faktro abiotik terestrial dibagi menjadi 2 yaitu faktor fisika
dan kimia. Faktor fisika pada ekosistem terestrial antara lain suhu, kadar air, porositas, dan
tekstur tanah. Sedangkan faktor kimia berupa pH, salinitas tanah, kadar organik tanah dan unsur
mineral tanah.

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal komponen - komponen yang terdapat
di dalam ekosistem dan kedudukannya dalam ekosistem tersebut. Agar mengetahui bagaimana
kedudukan dan hubungan timbal balik antara komponen - komponen yang ada dialam sekitar
serta faktor abiotik yang mempengaruhinya maka diperlukan pengamatan secara langsung
sehingga hal tersebutlah yang melatarbelakangi dilakukannya praktikum ini.

Metode

Praktikum "Ekosistem Daratan dan Pengukuran Faktor Lingkungan" ini dilakukan pada
hari kamis, 12 September 2019 pukul 15:45 WIB. Alat dan bahan yang digunakan dalam
praktikum ini terdiri dari Termometer tanah, termohigrometer,dan GPS. Praktikum ini dilakukan
dengan mengamati serta mengukur ketinggian, kelembapan udara, suhu tanah dan suhu udara
pada tempat - tempat tertentu disekitar hutan Universitas Jambi.

Pengamatan dilakukan dengan mencari hewan dan tumbuhan yang masuk kedalam aliran
energi pada ekosistem hutan. Setelah melakukan pencarian, dicatat peran hewan dan tumbuhan
yang ditemukan dalam ekosistem hutan pada tabel pengamatan. Kemudian dilakukan
pengukuran dengan mengukur ketinggian dari tempat pengambilan sampel tersebut dan diukur
suhu tanah, suhu udara, dan kelembapan udara dengan melakukan pengukuran selama 1 menit
dan dilakukan pengulangan sebanyak 10 kali. Hasil pengukuran dimasukkan kedalam tabel
pengukuran.
Hasil dan Pembahasan

Tabel komponen Biotik

No Komponen Peran Foto


ekosistem
1. Tumbuhan paku Produsen
(Neprolephis sp.)

2. Belalang Konsumen Tingkat I

3. Capung Konsumen Tingkat II

4. Semut Detritivor

Tabel Pengukuran
No Suhu Tanah Kelembapan Suhu Udara Ketinggian Faktor Lingkungan
1 32°C 49% 33°C 62 m pada Ekosistem
2 33°C 49% 32°C Darat
3 31°C 48% 32°C
4 30°C 48% 32°C
5 29°C 48% 32°C
6 30°C 48% 32°C
7 30°C 48% 32°C
8 29°C 48% 32°C
9 29°C 49% 32°C
10 28°C 49% 32°C
Jumlah 301 484 321
Rata - rata 30.1 48.4 32.1
Berdasarkan pengamatan dan pengukuran yang dilakukan didapatkan hasil bahwa
komponen abiotik dengan ketinggian pada tempat yang dipilih adalah 50m yang diukur dengan
GPS dan kelembapan udara didapatkan rata - rata 48.4% dan suhu udara didapatkan rata - rata
32.1°C yang diukur dengan termoghigrometer dan suhu tanah didapatkan rata - rata 30,1°C.
Dengan pengukuran komponen abiotik tersebut, didapatkan komponen biotik berupa tumbuhan
Neprolephis sp. berperan sebagai produsen, kemudian didapatkan belalang sebagai konsumen
tingkat I dan capung sebagai konsumen tingkat II serta semut yang berperan sebagai
pengurai/dekomposer. Daerah pengambilan komponen tersebut ditumbuhi banyak pepohonan
dan tumbuhan liar lainnya serta rumput-rumput yang cukup tinggi.

Pada termohygrometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kelembapan


(humidity) udara pada suatu tempat/daerah. Alat ini digantungkan pada suatu penyangga dan
diamati data yang tampak pada alat tersebut. Jika kelembapan udara pada tempat tersebut tinggi
maka jarum pada alat akan naik sedangkan jika kelembapan rendah maka didapat hasil
sebaliknya begitu pula dengan parameter suhu udara (Putera, 2016:44).

Suhu udara berperan penting dalam penyebaran organisme karena pengaruhnya dalam
proses biologis dan ketidakmampuan organisme dalam mengatur suhu tubuhnya secara tepat
mengakibatkan organisme bergantung terhadap kecocokan suhu udara untuk ditempatinya. Dari
pengukuran, tampak suhu udara pada tempat tersebut berkisar 32.1°C yang menandakan suhu
tersebut cukup panas. Kelembapan udara yang didapatkan berkisar 48.4% yang mana untuk
daerah hutan, kelembapan tersebut cukup rendah. Hal ini dikarenakan beberapa faktor seperti
kekeringan dan faktor yang sedang terjadinya kebakaran dimana - mana yang mengakibatkan
suhu udara menjadi lebih tinggi dan kelembapan udara menjadi lebih rendah karena sedikitnya
H2O yang ada diudara (Indriyanto, 2009: 57).

Termometer tanah berfungsi untuk mengukur keadaan suhu dibawah tanah. Dalam
pengkurannya, dibuat lubang beberapa cm pada tanah hingga mencapai garis pada termometer
tanah tersebut kemudian ditutup lubang tanah dengan memasukkan bagian reservoir termometer
tanah dan diamati hasil ukurnya. Prinsip kerja dari alat ini adalah pemuaian air raksa ketika suhu
meningkat (Sari, 2016: 84).
Suhu tanah juga berperan sangat penting dalam berjalannya suatu interaksi pada
ekosistem khususnya ekosistem hutan seperti yang digunakan dalam pengamatan. Suhu tanah
yang diukur pada daerah pengamatan memili suhu dengan rata - rata 30,1°C. Suhu tersebut
cukup panas bila dibandingkan dengan suhu tanah yang normal.

Menurut Abdurahman (2008:59) menyatakan bahwa dalam ekosistem tree rdapat


organisme yang memiliki peran - peran tertentu yaitu sebagai produsen, konsumen, dan
pengurai/dekomposer. Produsen merupakan makhluk hidup yang berperan dalam menghasilkan
makanan dan merupakan organisme autotrof yang memiliki klorofil untuj melakukan fotosintesis
agar dihasilkan makanan. Dalam ekosistem yang diamati, Neprolephis sp berperan sebagai
produsen karena merupakan organisme autotrof, memiliki klorofil dan berfotosintesis.

Konsumen merupakan makhluk hidup yang memakan tumbuhan (produsen) atau hewan
(konsumen tingkat I dan II). Pada pengamatan, didapatkan konsumen tingkat I berupa belalang
yang memakan daun Neprolephis sp. dan konsumen tingkat II berupayang berperan sebagai
produsen dan capung yang memakan belalang yang berperan sebagai konsumen tingkat I.

Dekomposer/pengurai merupakan makhluk hidup yang memiliki kemampuan untuk


menguraikan senyawa organik yang telah mati menjadi senyawa organik. Namun pada
pengamatan yang didapatkan adalah semut yang mana semut merupakan detritivor bukan
dekomposer karena semut hanya bisa mengkonsumsi dan menguraikan makanan menjadi bagian
yang lebih kecil (Hashimuddin,dkk, 2017:74)

Panas Panas Panas

Matahari Tumbuhan
. Belalang Capung
Paku

Nutrisi Semut
Anorganik
Panas

Klasifikasi dari Neprolephis sp. (Yuskianti, dkk, 2018:90):

Kingdom: Plantae

Divisi:Pteridophyta

Kelas: Pteridopsida

Ordo: Polypodiales

Famili: Nephrolepidaceae

Genus: Neprolephis

Spesies: Neprolephis sp

Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yabg telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam
suatu ekosistem daratan/terestrial faktor abiotik dan biotik berperan sangat penting. Hasil
pengukuran dan pengamatan yang didapatkan bahwa pada faktor biotik ditemukan tumbuhan
Neprolepis sp. yang berperan sebagai produsen, belalang berperan sebagai konsumen tingkat I
dan capung berperan sebagai konsumen tingkat II serta semut berperan sebagai detritivor. Pada
faktor abiotik didapatkan ketinggian tempat pengambilan sampel adalah 50 m dengan rata - rata
suhu udara berkisar 38,5 C dan kelembapan udara berkisar 42.5% dan suhu tanah didapatkan.
Pengukuran tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kekeringan, akibat kebakaran
hutan yang menyebabkan kelembapan udara sangat rendah dan lainnya.

Daftar Pustaka

Abdurahman, Deden. 2008. Biologi Kelompok Pertanian dan Kesehatan. Bandung: Granfindo
Media Pratama
Hashimuddin, & Syahribulan. 2017. Peran Ekologis Serangga Tanah di Perkebunan Patallassang
Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Jurnal bioedukasi. 8(2): 70 - 78
Indriyanto. 2009. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara
Odum, E. P. 2010. Dasar - Dasar Ekologi. Yogyakarta: UGM Press
Putera, Agusto Permana. 2016. Rancang Bangun Alat Pengukur Suhu , Kelembapan, dan
Tekanan Udara Portable berbasis Mikrokontroler ATMEGA16. Jurnal Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika. 3(2): 42 - 50
Sari, Dwi Vaolina. 2016. Sistem Pengukuran Suhu Tanah Menggunakan Sensor DS18B20 dan
Perhitungan Resistivasi Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi
Warner. Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika. 4(1): 83 - 90
Yuskianti, Vivi., Siti, K. D. dan Trikinasih, H. 2018. Keanekaragaman Paku Terestrial di
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Kaliurang Yogyakarta. Jurnal
Bioedukasi. 11(2): 85 - 92

Lampiran

1. Pengetahuan dan pengalaman apa yang didapat dari praktikum ini?

Jawab: saya dapat memanfaatkan ilmu yang saya dapatkan pada praktikum sebelumnya dengan
menggunakan termometer tanah, GPS, dan termohigrometer. Saya juga mengetahui bahwa
dalam suatu ekosistem pasti terdapat rantai makanan dan aliran energi yang bekerja didalamnya
serta didukung oleh faktor biotik dan abiotik
2. Kendala/kesulitan apa saja yang ditemui saat praktikum?

Jawab: kendala yang dihadapi adalah kesulitan dalam menangkap hewan - hewan pada ekosistem
saerah tersebut dan karena keterbatasan jumlah alat mengakibatkan praktikum berjalan cukup
lama dan lamban

3. Saran yang diberikan untuk perbaikan praktikum selanjutnya?

Jawab: saran untuk praktikum selanjutnya dalam pembagian alat mungkin bisa dibagi secara adil
agar kelompok yg seharusnya mendapatkan bagiannya dalam menggunakan alat tidak didahului
oleh kelompok lain

Anda mungkin juga menyukai