Anda di halaman 1dari 13

MODUL PENYEGARAN KADER POSBINDU

RW 014 KELURAHAN JATIWARINGIN,


PONDOKGEDE, BEKASI

Disusun oleh

Mahasiswa Program Ners Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Islam Assafiiyah

19
PENYEGARAN KADER POSBINDU PTM

A. Pengertian
Posbindu merupakan wujud peran serta masyarakat dlm kegiatan deteksi
dini, pemantauan dan tindak lanjut dini faktor resiko Penyakit Tidak Menular secara mandiri dan
berkesinambungan. Posbindu PTM menjadi salah satu bentuk upaya kesehatan masyarakat
(UKM) yang selanjutnya berkembang menjadi upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
(UKBM)
Posbindu menurut Depkes RI (2002) adalah pusat bimbingan pelayanan kesehatan yang
dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas
kesehatan dalam rangka pencapai masyarakat yang sehat dan sejahtera

B. Tujuan
1. Deteksi faktor risiko ptm oleh masyarakat sedini mungkin
2. Terselenggaranya penanganan faktor risiko ptm oleh masyarakat sesegera mungkin
3. Memperlambat angka kematian kelompok masyarakat lansia
4. Meningkatkan pelayanan kesehatan kelompok masyarakat lansia
5. Meningkatkan kemampuan kelompok masyarakat lansia untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dari kegiatan-kegiatan lain yang menunjang kemampuan hidup
sehat.
6. Pendekatan dan pemerataan pelayan kesehatan pada kelompok masyarakat lansia
dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan pada penduduk
berdasarkan letak geografis.
7. Meningkatkan pembinaan dan bimbingan peran serta kelompok masyarakat lansia
dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat
(Effendy, 1998).

2
C. Sasaran
Kelompok masyarakat berusia lebih dari 45 tahun dengan kreteria :

1. Orang sehat agar factor risiko tetap terjaga dalam kondisi normal
2. Orang dengan factor risiko adalah mengembalikan kondisi berisiko ke kondisi normal
3. Orang dengan penyandang PTM untuk mengendalikan factor risiko pada kondisi normal
untuk mencegah timbulnya komplikasi PTM

D. Azaz Penyelenggaraan
1. MUDAH, dilakukan dengan cara sederhana yang terpadu;
2. MURAH, dilakukan bersama secara gotong royong oleh masyarakat dengan biaya yang
disepakati;
3. Dapat dipertanggung jawabkan karna kader telah terlatih
4. Merupakan bentuk kegiatan desa siaga
5. Bisa dilegitimasi dengan SK Kepala Desa/Lurah;

E. Pembiayaan
1. Kesepakatan berdasar azas gotong royong & kebersamaan melalui rembug warga sesuai
kemampuan & kebut masyarakat;
2. Sistem pengelolaan keuangan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat;
3. Bentuk : sukarela / iuran/ penyisihan keuntungan usaha masyarakat;

F. Kegiatan Utama Posbindu


1. Deteksi dini factor risiko dan monitoring
2. Konseling dan rujukan
3. Aktifitas bersama ( senam, jalan sehat, bersepeda dll)

3
Jenis Kegiatan Posbindu PTM meliputi :

1. Melakukan wawancara untuk menggali informasi factor resiko keturunan dan perilaku
2. Melakukan penimbangan dan mengukur lingkar perut, serta Indeks Massa Tubuh
termasuk analisa lemak tubuh.
3. Melakukan pengukuran tekanan darah
4. Melakukan pemeriksaan gula darah
5. Melakukan pengukuran kadar lemak darah (kolesterol total dan trigliserida)
6. Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asetat) oleh tenaga dokter dan bidan terlatih di
puskesmas
7. Melaksanakan konseling (diet, merokok, stress, aktifitas fisik dan lain-lain) dan
penyuluhan kelompok termasuk sarasehan
8. Melakukan olah raga/aktifitas fisik bersama dan kegiatan lainnya
9. Melakukan rujukan kePuskesmas
10. Jadwal sebaiknya diatur berdasarkan kesepakatan bersama dengan memperhatikan
anjuran jangka waktu monitoring yang bermanfaat secara klinis

G. Sarana dan prasarana


Untuk kelancaran pelaksanaan Posbindu, dibutuhkan sarana dan prasarana
penunjang antara lain:
1. Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka)
2. Meja dan kursi
3. Alat tulis
4. Buku pencatatan kegiatan (buku register buntu)
5. Kit usia lanjut yang berisi: Timbangan dewasa, meteran pengukur tinggi badan,
stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana termometer
6. Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut.
7. Alat ukur tinggi badan (microtoa)
8. Alat ukur lingkar perut
9. Alat ukur gula dan lemak darah
10. Alat ukur tekanan darah

4
H. Alur Kegiatan Posbindu
1. MEJA 1 : Pendaftaran
2. MEJA 2 : Wawancara keseharian lansia
3. MEJA 3: Pengukuran Tinggi Badan, Berat Badan, IMT, Lingkar Perut, Analisa lemak
tubuh
4. MEJA 4:Pemeriksaan Tekanan Darah, Glukosa Darah, Kolesterol Total, IVA, Di
puskesmas, dll
5. MEJA 5 : Edukasi / Konseling.

I. Alur Tindak lanjut Posbindu PTM


Kegiatan Posbindu PTM hanya mendeteksi factor risiko penyakit tidak menular, tidak
sampai ke pengobatan, bila ditemukan hasil pemeriksaan tidak normal diberi
edukasi/konseling atau dirujuk ke fasilitas kesehatan ( klinik, puskesmas, rumah sakit)

5
SOP MENIMBANG BERATBADAN

Prosedur :
1. Memastikan timbangan badan berfungsi dengan baik dengan cara mengatur penunjuk
angka tepat diangka ”nol”
2. Meminta pasien melepas sepatu / sandal dan meletakkan barang bawaan yang berat.
3. Meminta pasien naik keatas timbangan, dengan posisi berhadapan dengan pemeriksan
4. Memperhatikan jarum penunjuk berhenti, dari arah depan tegak lurus dengan angka
5. Mengiformasikan hasil pengukuran pada pasien.
6. Mencatat pada kartu status atau buku.
7. Menanyakan kepada pasien apakah ada yang ditanyakan tentang hasil pengukuran berat
badannya

SOP MENGUKUR TINGGI BADAN

Prosedur Tetap

1. Bila memakai meteran :

 Memasang meteran.
 Meminta pasien melepas alas kaki dan tutup kepala (topi).
 Meminta pasien berdiri tegak dan menempelkan punggungnya pada dinding.
 Meletakkan penggaris diatas ubun-ubun sejajar tempat pijakan.
 Memerhatikan angka yang ditunjuk oleh penggaris
 Menginformasikan hasil pengukuran pada pasien
 Mencatat pada kartu status atau buku.

2. Bila memakai staturemeter

 Meminta pasien melepas alas kaki dan tutup kepala (topi).


 Meminta ibu berdiri tegak pada tiang pengukur.
 Menarik staturemeter kemudian meletakkan tepat diatas ubun-ubun ibu.
 Memerhatikan angka yang ditunjuk oleh staturemeter
 Menginformasikan hasil pengukuran pada ibu Mencatat pada kartu status atau buku

6
CARA MENGUNAKAN TENSIMETER DIGITAL

Tensimter adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah yang
bekerja secara digital (otomatis), alat ini lebih mudah digunakan dibandingkan dengan
tensimeter manual, karena hasil pengukuran bisa langsung dilihat pada layar LCD

Prinsip kerja sistem pada tensimeter digital sama saja dengan tensimeter pada
umumnya hanya saja perbedaan proses pengoprasiannya dilakukan secara otomatis dan
kemudian seluruh hasil dari pengukuran ditampilkan pada layar LCD. Pada umumnya
tekanan darah orang dewasa berkisar antara 100 sampai 130 mmHg untuk tekanan
sistolik sedangkan 60 sampai 90 mmHg untuk tekanan diastolik.

Cara menggunakan Tensimeter digital sangat mudah tinggal tekan tombol 'Start'.
Berikut uraiannya.

1. Gunakan manset pada lengan atas.

 Bagian bawah manset berada 1-2 cm di atas siku.


 Ujung selang manset berada di tengah lengan.
 Jika mengukur menggunakan tangan kanan, posisi selang akan berada pada sisi
siku anda.
 Pastikan selang antara manset dan alat tensimeter tidak tertindih atau terjepit.
 2

7
2. Kencangkan manset.

 Nilai tekanan darah lengan kanan dan kiri dapat berbeda.


 Maka sebaiknya gunakan lengan yang sama untuk setiap kali melakukan
pengukuran.
 Jika nilai hasil pengukuran berbeda jauh, konsultasikan dengan dokter

 3

3. Saat pengukuran duduk harus tenang, tegak dan kaki menapak di lantai.

 Posisi ketinggian manset sama dengan jantung.


 Agar hasil akurat dianjurkan dilakukan saat kondisi badan kita stabil, oleh sebab
itu 30 menit sebelum pengukuran jangan lakukan aktivitas seperti: mandi, minum
alkohol/ caffeine, merokok, berolah raga, atau makan.

8
CONTOH KMS LANSIA

9
PANDUAN PENGISIAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) LANSIA

Pelayanan kesehatan di kelompok Usia Lanjut meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan
mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut sebagai alat pencatat dan pemantau
untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah
kesehatan yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan
Kesehatan (BPPK) Usia Lanjut atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di
Puskesmas.
Petunjuk Pengisian Format Pencatatan Hasil Kegiatan Kelompok Usia Lanjut adalah
sebagai berikut :
 Bulan : Sudah jelas
 Tahun : Sudah jelas
 Nama Kelompok : Sudah jelas
 Desa/Kelurahan : Sudah jelas
 Kecamatan : Sudah jelas
1. No. Urut : No urut kunjungan
2. No. KMS : Sudah jelas
3. 3.Nama : Sudah jelas
4. 4.L/P : Sudah jelas
5. 5.Umur : Sudah jelas
6. 6.Alamat : Sudah jelas
7. 7.s/d 11. Kemadirian : Yang dimaksud dengan hidup sehari - hari adalah kegiatan
dasar dalam kehidupan seperti : makan atau minum, berjalan, mandi, berpakaian,
naik turun tempat tidur, buang air, besar/kecil dan sebagainya. Kegiatan atau
pekerjaan yang dilakukan diluar rumah seperti : berbelanja, mencari nafkah,
mengambil pensiun, arisan, pengajian, dan lain - lain.
 Kategori A : Apabila usia lanjut sama sekali tidak mampu melakukan
kegiatan sehari- hari, sehingga sangat tergantung orang lain (ketergantungan).
 Kategori B : apabila ada gangguan dalam melakukan sendiri, hingga kadang -
kadang perlu bantuan (ada gangguan).

10
 Kategori C : apabila usia lanjut masih mampu melakukan kegiatan hidup
Sehari - hari tanpa bantuan sama sekali (mandiri).
12 s/d 13 Mental emosional : keadaan mental emosional, dengan menggunakan
pedoman metode 2 menit melalui 2 tahap pertanyaan :
 Pertanyaan tahap 1 :
a) Apakah anda mengalami sukar tidur?
b) Apakah anda sering merasa gelisah?
c) Apakah anda sering murung dan atau menangis sendiri?
d) Apakah anda sering merasa was-was atau khawatir?
Bila ada 1 atau lebih jawaban “ya” lanjutkan pada pertanyaan tahap
 Pertanyaan tahap 2 :
a) Apakah lama keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam
sebulan?
b) Apakah anda mempunyai masalah atau banyak pikiran?
c) Apakah anda mempunyai gangguan atau masalah dengan keluarga atau
orang lain?
d) Apakah anda menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter?
e) Apakah anda cenderung mengurung diri dalam kamar?
Bila 1 atau lebih jawaban “ya” maka usia lanjut mempunyai masalah
emosional.
14. s/d 16 IMT : Indeks Masa Tubuh ditentukan dengan mencari titik temu antara garis
bantu yang menghubungkan berat badan yang sudah diukur dengan tinggi
ba dan. Nilai normal IMT untuk pria dan wanita usia lanjut berkisar antara
18,5 - 25. Interpretasinya :
 L (lebih) : Bila titik temu terdapat pada daerah grafik dengan warna merah.
 N (normal) : Bila titik temu terdapat pada daerah grafik dengan warna hijau.
 K (kurang) : Bila titik temu terdapat pada daerah grafik dengan warna kuning.
17 s/d 19 Tekanan Darah : Ukuran tekanan darah dengan tensimeter dan stetoskop.
Interpretasinya :
 T (tinggi) : bila salah satu dari sistole atau diastole, atau keduanya diatas norma
 N (normal) : bila sistole antara 120 - 160 dan diastole ≤ 90 mmHg

11
 R (rendah) : bila sistole atau diastole di bawah normal.
20. Anemi : Hemoglobine yang nilainya kurang dari 13 g% untuk pria dan 12 g% untuk
wanita.
21. Kencing manis : Bila terjadi perubahan warna pada hasil pemeriksaan urine. Diabetes
melitus menggunakan Combur Test (sesuaikan dengan indikator untuk kadar gula).
22. Ginjal : Bila terjadi perubahan warna pada hasil pemeriksaan urine dengan
menggunakan Combur Test (sesuaikan dengan indicator untuk kadar protein)
23. Diobati : Beri tanda + atau –
+ : Bila usia lanjut diberi obat.
- : Bila usia lanjut tidak diberi obat.
24. Rujuk : Beri tanda + atau –
+ : Bila usia lanjut dirujuk ke tingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
- : Bila usia lanjut tidak dirujuk ketingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
25. s/d 27 Konseling : Beri tanda + atau – pada kolom yang sesuai dengan kasus.
 Baru : untuk kasus konseling baru.
 Lama : untuk kasus konseling lama.
 Selesai : untuk kasus konseling lama.
28. Penyuluhan : Beri tanda + atau –
+ : Bila dilakukan penyuluhan.
- : Bila tidak dilakukan penyuluhan.

12
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia
Departemen Kesehatan RI. 2000. Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK)
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 71 Tahun 2015. Tentang Penanggulangan Penyakit Tidak
Menular.
Kapita Selekta Kedokteran Edisi III. 2000. Media Aesculapius. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
Menular (Posbindu PTM)
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Umum Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
Menular

13

Anda mungkin juga menyukai