Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

Jepang (bahasa Jepang:Nippon atau Nihon; nama resmi:


Nipponkoku atau Nihonkoku, nama harfiah: "Negara Jepang") adalah
sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat
Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga
dengan Republik Rakyat Tiongkok, Korea, dan Rusia. Pulau-pulau
paling utara berada di Laut Okhotsk, dan wilayah paling selatan
berupa kelompok pulau-pulau kecil di Laut Tiongkok Timur, tepatnya
di sebelah selatan Okinawa yang bertetangga dengan Taiwan.
Jepang terdiri dari 6.852 pulau dan menjadikannya sebagai
negara kepulauan. Pulau-pulau utama dari utara ke selatan adalah
Hokkaido, Honshu (pulau terbesar), Shikoku, dan Kyushu. Sekitar
97% wilayah daratan Jepang berada di keempat pulau terbesarnya.
Sebagian besar pulau di Jepang bergunung-gunung, dan sebagian di
antaranya merupakan gunung berapi. Gunung tertinggi di Jepang
adalah Gunung Fuji yang merupakan sebuah gunung berapi.
Penduduk Jepang berjumlah 128 juta orang, dan berada di peringkat
ke10 negara berpenduduk terbanyak di dunia. Tokyo secara de facto
adalah ibu kota Jepang, dan berkedudukan sebagai sebuah prefektur.
Tokyo Raya adalah sebutan untuk Tokyo dan beberapa kota yang
berada di prefektur sekelilingnya. Sebagai daerah metropolitan terluas
di dunia Prefektur Ibaraki merupakan bagian paling utara dari
Wilayah Kanto, memanjang di antara Prefektur Tochigi dan Samudera
Pasifik dan dibatasi di utara dan selatan oleh Prefektur Fukushima dan
Prefektur Chiba. Bagian paling utara dari prefektur ini merupakan
pegunungan, tetapi sebagian besar adalah dataran rendah dengan
banyak danau.

1
Pembenihan Abalone
Di Ibaraki Sea Farming Association Jepang
Gambar 1. Lokasi Prefectur Ibaraki (sumber: google.com)

Melihat letak prefectur ibaraki yang dekat dengan laut


menjadikannya salah satu pulau dengan potensi hasil laut yang laut
yang cukup banyak. Salah satu dari beberapa jenis potensi laut yang
dikembangkan adalah abalone.

2
Pembenihan Abalone
Di Ibaraki Sea Farming Association Jepang
BAB 2
MENGENAL ABALONE

A. Morfologi dan Fisiologi Abalone


Abalone atau siput mata tujuh adalah kelompok moluska laut
yang tergolong dalam genus Haliotis, hidup di zona intertidal sampai
kedalaman 80- 100 m, tersebar di daerah tropis sampai sub-tropis. Dari
sekitar 100 spesies Abalone yang tersebar di dunia, terdapat tujuh
spesies yang ditemukan di perairan Indonesia antara lain Haliotis
asinina, H. varia, H. squamata, H. ovina, H. glabra, H. planate dan H.
crebrisculpta (Setyono, 2004b). Spesies Haliotis squamata merupakan
Abalone tropis terbesar dengan panjang cangkang mencapai 12 cm,
terdapat di sepanjang perairan Indo-Pasifik, termasuk di perairan
Indonesia Timur seperti Lombok, Surnbawa, Sulawesi, Maluku, dan
Papua (Setyono, 2004b). Spesies ini sejak lama ditangkap nelayan
karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Abalone (berasal dari bahasa Spanyol, Abulón) ialah suatu
spesies kerang-kerangan (moluska) dari famili Haliotidae dan genus
Haliotis. Ia dikenal pula sebagai kerang mata tujuh atau siput balik
batu, ormer di Jersey dan Guernsey, perlemoen di Afrik a Selatan, dan
pāua di Selandia Baru. Abalone tergolong dalam kelas Gastropoda
yang besar. Terdapat hanya satu genus dalam famili Haliotidae dan
kira-kira 4-7 subgenus. Taksonominya agak membingungkan.
Spesiesnya berjumlah antara kira-kira 100 hingga 130 (karena adanya
hibrida).
Famili Haliotidae memiliki beberapa ciri yaitu cangkangnya
berbentuk bulat sampai oval, memiliki 23 buah puntiran (whorl),
memiliki cangkang yang berbentuk seperti telinga (auriform), biasa
disebut ear shell. Puntiran yang terakhir dan terbesar (body whorl)
memiliki rangkaian lubang yang berjumlah sekitar 4-7 buah
tergantung jenis dan terletak di dekat sisi anterior. Setyono, (2004a)
mengungkapkan bahwa Abalone memiliki cangkang yang berbentuk
seperti telinga, sehingga masyarakat di Maluku biasa menyebut biota

3
Pembenihan Abalone
Di Ibaraki Sea Farming Association Jepang
Abalone sebagai "bia. Selain itu, abalone memiliki ciri-ciri permukaan
kulit sebelah dalam yang berwarna-warni yang terbuat dari nakre.
daging moluska ini dianggap sebagai salah satu makanan istimewa di
sebagian Amerika Latin (khususnya Chili), Asia Tenggara, dan Asia
Timur (khususnya di Republik Rakyat Tiongkok, Jepang dan Korea).
Abalone (Haliotis squamata) atau siput laut disebut juga awabi,
mutton fish, dan sea ear. Dalam bahasa daerah disebut dengan medau
atau kerang mata tujuh atau kerang telinga laut (Effendy, 2000).
Budidaya Abalone (Haliotis sp.) mempunyai prospek yang cukup baik,
mengingat permintaan pasar Asia seperti Jepang, Cina dan Singapura
semakin banyak. Permintaan dunia akan Abalone semakin meningkat
sejalan dengan meningkatnya kebutuhan keanekaragaman sumber
protein (Litaay, 2005). Abalone tergolong hewan yang memiliki nilai
eksotik, dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

B. Distribusi dan Habitat Abalone


Suku Haliotidae memiliki distribusi yang luas dan meliputi
perairan seluruh dunia, yaitu sepanjang perairan pesisir setiap benua
kecuali perairan pantai Atlantik di Amerika Selatan, Karibia, dan
pantai timur Amerika Serikat. Abalone paling banyak ditemukan di
perairan dengan suhu yang dingin, di belahan bumi bagian selatan
yaitu di perairan pantai Selandia Baru, Afrika Selatan dan Australia.
Sedangkan di belahan bumi utara adalah di perairan pantai barat laut
Amerika dan Jepang (Anonymous, 2007a). Setyono, (2004a), Abalone
paling banyak ditemukan di daerah beriklim empat musim, hanya
sedikit jenis yang dapat ditemukan di daerah tropis (termasuk
Indonesia) dan daerah Artik. Penyebaran siput abalone sangat
terbatas. Tidak semua pantai yang berkarang atau barbatu terdapat
siput Abalone. Secara umum siput abalone tidak ditemukan di daerah
estuaria. Hal ini berkaitan dengan fluktuasi salinitas dan tingkat
kekeruhan yang tinggi dan konsentrasi DO yang rendah. Siput
Abalone merupakan hewan herbivora pemakan makroalga
(seaweeds) dan mikroalga. Jenis alga yang biasa dimakan yaitu alga
merah (Corallina, Lhothamium, Gracillaria, Porphya, alga coklat

4
Pembenihan Abalone
Di Ibaraki Sea Farming Association Jepang
(Laminaria, Macrocysis, Sargasum), alga hijau Ulva (Tahang dkk.,
2006). Abalone menyukai daerah bebatuan di pesisir pantai , terutama
pada daerah yang banyak ditemukan alga.
Perairan dengan salinitas yang tinggi dan suhu yang rendah juga
merupakan syarat hidup abalone. Abalone dewasa lebih memilih
hidup di tempat-tempat dimana banyak ditemukan makroalga. Di
daerah utara (Alaska sampai British Columbia). Abalone umumnya
berada pada kedalaman 0-5 m, tetapi di California Abalone berada
pada kedalaman 10 m (Setyono, 2009).

5
Pembenihan Abalone
Di Ibaraki Sea Farming Association Jepang
( halaman ini sengaja dikosongkan )

6
Pembenihan Abalone
Di Ibaraki Sea Farming Association Jepang
BAB 3
ABALONE DI IBARAKI PREFECTURAL SEA FARMING
ASSOCIATION

A. KLASIFIKASI ABALONE

Kulit Abalone Merah

Klasifikasi ilmiah

Kingdom: Animalia

Filum: Mollusca

Kelas: Gastropoda

Subkelas: Orthogastropoda

Superordo: Vetigastropoda

Ordo: Archeogastropoda

Superfamili: Haliotoidea

Famili: Haliotidae Rafinesque, 1815

Genus: Haliotis Linnaeus, 1758

7
Pembenihan Abalone
Di Ibaraki Sea Farming Association Jepang
Gambar 2. Abalone (sumber: google.com)

B. SARANA DAN PRASARAN PEMBENIHAN


Ibaraki Prefectural Sea Farming Association di bangun pada
tahun 1956 dimana balai ini bertujuan melakukan kegiatan
pembenihan ikan sebelah/Japanes flounder (Paralichthys olivaceus) ,
dan Abalonee yang salah satu tupoksi nya adalah “Restocking” agar
ikan ini tidak punah dan dapat dinikmati oleh warga jepang. Pada saat
terjadi Tsunami tahun 2011 balai ini juga terdampak sehingga banyak
bagunan yang hancur dan bebrapa ikan dan abalone yang di
budidayakan juga mengalami kematian.

8
Pembenihan Abalone
Di Ibaraki Sea Farming Association Jepang
Gambar 3. Halaman depan Ibaraki Sea Farming
(sumber: koleksi pribadi penulis)

Pada saat terjadi Tsunami tahun 2011 balai ini juga terdampak
sehingga banyak bagunan yang hancur dan bebrapa ikan dan abalone
yang di budidayakan juga mengalami kematian. Sarana dan prasarana
merupaka hal yang penting dipersiapkan dalam usaha pembenihan
abalone. Beberapa sarana dan prasarana pembenihna yang ada di
Ibaraki sea Farming Yaitu :
1. Bak Induk
2. Bak Pemijahan
3. Bak Kultur Pakan Alami
4. Bak Pendederan
5. Bak Pakan Alami
6. Bak Pemeliharaan
7. Bak Treatmen Air Laut

9
Pembenihan Abalone
Di Ibaraki Sea Farming Association Jepang
Gambar 4. Bak indor yang digunakan untuk memelihara larva Abalone
ukuran 1,5 x 20 M
(sumber: koleksi pribadi penulis)

Gambar 5. Bak Outdor untuk pendederan Abalone ukuran 1 x 1,5 m


(sumber: koleksi pribadi penulis)

10
Pembenihan Abalone
Di Ibaraki Sea Farming Association Jepang
C. Pemijahan Induk
Haliotis squamata termasuk salah satu jenis abalone yang
berukuran relatif besar. Jenis ini dapat mencapai ukuran 8 – 10 cm
dengan bobot 30-40 gr/ekor. Dalam waktu pemeliharaan 12-14 bulan.
Abalone tergolong hewan berumah dua atau diocis (betina dan jantan
terpisah). Pembuahan telur dan sperma terjadi di luar tubuh, dimulai
dengan keluarnya sperma ke dalam air yang segera diikuti keluarnya
telur dari induk betina. Kematangan gonad induk jantan maupun
betina berlangsung sepanjang tahun.
Perbedaan betina dan jantannya bisa diketahui melalui warna
gonadnya (alat kelamin). Bila berwana hijau berarti betina dan bila
menyerupai putih susu bisa dipastikan itu adalah jantan. Induk betina
dan jantan yang telah di seleksi selanjutnya di masukkan kedalam bak
induk yang juga sekaligus berfungsi sebagai bak pemijahan. Jumlah
induk yang dimasukkan berkisar antara 10-15 induk jantan dan betina
dengan rasio antara induk jantan dan betina adalah 1: 3. Umur induk
yang digunakan di lokasi berkisar antara 10-11 tahun dengan panjang
sekitar 15 cm.

Gambar 6. Bak yang digunakan untuk pemijahan induk


(sumber: koleksi pribadi penulis)

11
Pembenihan Abalone
Di Ibaraki Sea Farming Association Jepang
Selama proses perkawinan ini air di bak pemijahan tersebut
diturunkan pelan-pelan, hingga sang jantan mengeluarkan
spermanya,selain itu air dalam bak induk harus terus diaerasi wajib
menggunakan air laut dengan kondisi yang mengalir. Air ini terlebih
dahulu ditreatment agar terbebas dari hama dan penyakit (Tahang
dkk, 2006) dan didalam bak dilokasi di beri shelter berupa pipa/plat
dari plastik. Selain itu induk juga di beri pakan alami berupa rumput
laut jenis “Kombu, wakame dan Alame.

Gambar 7. Induk yang dipijahkan diberi pakan rumput laut jenis Kombu
(sumber: koleksi pribadi penulis)

Secara alami induk dapat memijah sepanjang tahun, namun di


Ibaraki sea farming biasanya musim pemijahan dilakukan antara
bulan Juni – Oktober. Induk yang telah memijah nantinya akan
mengeluarkan telur dan telur akan menempel pada substrat yang telah
disiapkan dalam bak pemijahan tersebut.

12
Pembenihan Abalone
Di Ibaraki Sea Farming Association Jepang
Gambar 8. Induk Abalone yang sudah matang gonad
(Induk Jantan kiri) (Induk Betina Kanan)
(sumber: Fahrur Razi 2018)

D. Penanganan Telur dan Larva Abalone


Di Lokasi abalone bertelur pada bulan Juni dan Oktober Jumlah
telur yang di hasilkan berkisar antara 300.000- 350.000 . Telur
selanjutnya di masukkan ke dalam bak indor untuk ditetaskan. Telur
abalone mempunyai ukuran rata-rata diameter sebesar 185 ± 9,3 µm.
Sebelum menetas menjadi larva (trokopor), telur mengalami masa
embriogenesis selama 6 – 7 jam pada kondisi suhu 28,0° - 29,5°C. larva
akan mengeluarkan veliger atau kaki renang. Saat ini larva memiliki
sifat fototeksis positif atau senang bergerak mendekati sumber cahaya.
Larva abalone dapat bergerak (mencari makan) dengan cara merayap.
Oleh sebab itu sebelumnya harus disiapkan dulu wadah atau bak yang
telah dibersihkan terlebih dahulu. Media air laut yang digunakan
harus disaring (difilter) terlebih dahulu dengan menggunakan
saringan air laut yang berukuran 0,5mickron (Ghufran, 2010). setelah
telur menetas larva diletakkan pada bak-bak yang telah diberi shelter
denggan padat penebaran 4.000 ekor/bak.

13
Pembenihan Abalone
Di Ibaraki Sea Farming Association Jepang
Gambar 9. Bak (indor) yang digunakan untuk memelihara larva abalone
berukuran 1,5 x 20 M
(sumber: koleksi pribadi penulis)

E. Penyediaan Diatom (Pakan Alami)


Pengembangan pembenihan Abalone yang didukung oleh
ketersediaan pakan alami yang cukup dan tepat sangat menentukan
keberhasilan produksi benih secara massal. Produksi pakan alami
untuk produksi benih abalone telah dilakukan secara kontinu untuk
beberapa spesies seperti Amphora sp., Navicula sp., Nitzschia sp. dan
telah berhasil dilakukan penyimpanan pakan dalam bentuk
konsentrat (Fahrudin et al., 2013; Khotimah et al., 2014). Manajemen
pemberian pakan alami pada pemeliharaan larva abalone memegang
peranan penting dalam produksi benih di hatchery. Manajemen
tersebut masih sulit dilakukan untuk mempertahankan ketersediaan
pakan secara mudah dan berkelanjutan, sehingga mampu mendukung
pertumbuhan larva abalone. Diatom merupakan pakan awal yang
dimanfaatkan oleh larva. Kultur diatom dilakukan dalam rangka
penyediaan pakan dalam jumlah yang memadai untuk larva semakin
baik managemen yang dilakukan , maka akan mengurangi tingkat
kematian dari larva tersebut.

14
Pembenihan Abalone
Di Ibaraki Sea Farming Association Jepang
Larva abalone yang terlambat mendapat suplai pakan da usia
tersebut akan rontok dari plate pemeliharaan dan mengalami
kematian. Setyono. (2004b) menyatakan bahwa kematian abalone
Haliotis discus discus pada stadia larva umur dua bulan mencapai
lebih dari 90% karena ketersediaan diatom sebagai pakan yang tidak
cukup dan kontinu selama pemeliharaan. Penyebab kematian lain
pada Abalone yaitu pertumbuhan diatom tidak dapat diprediksi dan
ada kemungkinan bahwa Abalone tidak menerima cukup nutrisi
selama pemeliharaannya Hal ini disebabkan pertumbuhan diatom
sangat tergantung dengan musim, kondisi perairan selama kultur dan
umumnya diatom berasal dari kultur pakan alami secara Selain itu,
nilai nutrisi dan ukuran diatom sangat bervariasi tergantung
spesiesnya sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan larva
abalone pada umur lebih dari 30 hari seiring dengan meningkatnya
pertumbuhan larva abalone.

Gambar 10. Jenis bak yang digunakan menyediakan pakan alami


(sumber : koleksi pribadi penulis)

15
Pembenihan Abalone
Di Ibaraki Sea Farming Association Jepang
F. Pendederan benih Abalone
Kegiatan pendederan benih abalone di lakukan di ruang terbuka
. dimana kepadatan setiap abalone menyesuaikan dengan ukuran dan
umur abalone tersebut, semakin besar dan tua abalonee maka
kepadatan abalone juga semakin berkurang . Setelah pemeliharaan
selama 2 tahun, padat penebaran dikurangi hinggga 1.500 ekor /bak.
Pada ukuran kurang lebih 35 mm, benih abalone dilepas ke laut.
Untuk mencapai ukuran 15 cm, biasanya membutuhkan waktu selama
10 tahun. Ukuran ini cocok untuk induk. Kalau dirata-ratakan Ibaraki
Prefectural Sea Farming Center telah berhasil melakukan restocking
abalone sebanyak 350.000 benih/tahun. Hal ini merupakan prestasi
tersendiri bagi Negara Jepang. Kesadaran terhhadap pemulihhan
sumber daya kelautan dan perikanan bagi penerus bangsa merupakan
prioritas utama bagi mereka. Indonesia dapat banyak belajar dari hal
ini.
Pendederan abalone di lakukan pada bak yang berukuran 1,5 x
1,5, dimana didalam bak sudah di lengkapi dengan aerasi dan sirkulasi
air terus menerus. Selain itu, di dalam bak juga diberi potongan plastik
yang menjadi shelter sekaligus tempat melekatnya abalone dan diberi
jaring di sekeliling bak. Selama pendederan dilakukan , abalone di beri
pakan buatan dengan dosis dan frekwensi yang sudah ditentukan oleh
pihak balai.

16
Pembenihan Abalone
Di Ibaraki Sea Farming Association Jepang
Gambar 11. Jenis pakan buatan yang digunakan di Ibaraki Sea Farming
(Sumber : koleksi pribadi penulis)

Gambar 12. Pendederan abalone di Ibaraki Sea Farming


(Sumber : koleksi pribadi penulis)

17
Pembenihan Abalone
Di Ibaraki Sea Farming Association Jepang
Gambar 13. Padat tabar berbeda yang sesuai umur dan ukuran abalone
(Sumber : koleksi pribadi penulis)

G. Restocking
Restocking atau pelepasan organisme kembali ke alam
khususnya yang di lakukan di Ibaraki sea Farming terhadapa abalone
ini bertujuan untuk melestarikan kembali abalone yang hampir punah
akibat over fishing dan juga dengan adanya Tsunami yang terjadi di
negara jepang. Balai ini memiliki tupoksi selain membenihkan ikan
dan abalone mereka juga menyiapkan benih untuk di restocking ke
alam. Proses restocking ini dilakukan setelah abalone di pelihara
selama kurang lebih 2 tahun dan biasanya abalone telah mencapai
Pada ukuran kurang lebih 35 mm, ukuran ini lah yang nantinya akan
dilepas ke laut.
Untuk mencapai ukuran 15 cm, biasanya membutuhkan waktu
selama 10 tahun. Ukuran ini cocok untuk induk. Kalau dirata-ratakan
Ibaraki Prefectural Sea Farming Center telah berhasil melakukan
restocking abalone sebanyak 350.000 benih/tahun. Hal ini merupakan
prestasi tersendiri bagi Negara Jepang. Selain itu adanya Regulasi
yang ketat terhadap ukuran abalone yang boleh diambil oleh nelayan
menjadikan abalone tetap terjaga kelestariannya. Kesadaran terhadap
pemulihhan sumber daya kelautan dan perikanan bagi generasi

18
Pembenihan Abalone
Di Ibaraki Sea Farming Association Jepang
penerus bangsa merupakan prioritas utama bagi negara jepang.
Harapan kita bangsa kita dapat juga melakukan hal ini shingga kita
tidak hanya sebagai saah satu negara maritim terbesar tetapi juga
dengan sumberdaya lautnya yang lestari dan dapat diandalkan untuk
peningkatan ekonomi bangsa.

19
Pembenihan Abalone
Di Ibaraki Sea Farming Association Jepang
(halaman ini sengaja dikosongkan)

20
Pembenihan Abalone
Di Ibaraki Sea Farming Association Jepang
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2019. Negara Jepang https://en.wikipedia.org/wiki/Japan


Anonymous. 2007a . Abalonee. Wikipedia. http://www.wikipedia.org/
wiki/ Abalonee.
Anonymous. 2007b. Facts About Abalonee.
FISHTECH™INC. California, http://www.fishtech.com/fact/
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumberdaya
dan Lingkungan Perairan. Kanisius: Yoyakarta.249 hlm.
Effendy, I.J. 2000. Study on Early Developmental Stages of Donkey Ear
Abalone (H. asinina). Linneaust 1758.Thesis. Institute of
Aquaculture. College of Fisheries.University of Philippines in
the Visayas. Miag-ao, Iloilo. Philippines. 146 pp.
Fahrur. 2018. http://komunitaspenyuluhperikanan.blogs
pot.com/2018/05/teknologi-perbenihan-balonehaliotis.html
Fakhruddin. 1996. Studi Kualitas Lingkungan Perairan
Ditinjau Dari Pencemaran Bahan Organik di DAS Musi
Bagian Hilir. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian
Bogor. 107 hal.
Ghufran, M. H. 2010. Pemeliharaan Ikan Napoleon di Keramba Jaring
Apung.Akademia. Jakarta.
Litaay, M. 2005. Peranan nutrisi dalam siklus reproduksi Abalone.
Osean, 30(3): 1– 7.
Setyono D E D. 2004a. Abalonee (Haliotis asinina L) : 1. A prospective
species for aquaculture in Indonesia. Oseana. 29 (2) :25-30.
Setyono, D.E.D. 2004b. Abalone (Haliotis asinina L): 3. Induction of
Spawning.Oseana XXIX(3): 17-23.

21
Pembenihan Abalone
Di Ibaraki Sea Farming Association Jepang
(halaman ini sengaja dikosongkan)

22
Pembenihan Abalone
Di Ibaraki Sea Farming Association Jepang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Muhammad di lahirkan di Ujung pandang


pada tanggal 04 Maret 1980. Menyelesaikan
Pendidikan dasar sampai SMP di kota Tarakan
(KALTARA) dan melanjutkan sekolah di sekolah
pertanian Pembangunan (SPP)
Kabupaten Bone tahun 1998. Pada tahun
2004 mendapatkan gelar Sarjana Perikana (S.Pi)
pada Jurusan Budidaya Perairan. Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin. Semenjak masih jadi Mahasiswa penulis aktif dalam
kegiatan kemahasiswaan budidaya perairan serta forum komunikasi
mahasiswa Kalimantan Timur yang ada di Makassar. Pada tahun 2010
penulis diangkat menjadi CPNS dan di tempatkan si SMKN 3 Tarakan
Provinsi Kalimantan Utara dan mengajar mata diklat Budidaya
Perikanan dan Agribisnisn Rumput Laut sampai dengan sekarang.
Buku ini merupakan karya perdana yang penulis buat dan masih
menyusun beberapa buku lagi yang belum diterbitkan.

23
Pembenihan Abalone
Di Ibaraki Sea Farming Association Jepang
(halaman ini sengaja dikosongkan)

24
Pembenihan Abalone
Di Ibaraki Sea Farming Association Jepang

Anda mungkin juga menyukai