A. Tujuan
Tujuan dari hasil pembelajaran siklus hidup dan reproduksi rumput laut adalah :
1. Peserta didik diharapkan mampu menganalisis siklus hidup rumput laut sesuai dengan
jenis yang potensial berdasarkan pengamatan morfologi dan studi pustaka dengan teliti
dan penuh tanggung jawab
2. Peserta didik diharapkan mampu menganalisis sistem pengembangbiakan/ reproduksi
rumput laut secara vegetatif berdasarkan jenis dan karakteristik rumput laut melalui
pengamatan morfologi dan studi pustaka dengan teliti dan penuh tanggung jawab
3. Peserta didik diharapkan mampu menganalisis sistem pengembangbiakan/ reproduksi
rumput laut secara generatif berdasarkan jenis dan karakteristik rumput laut melalui
pengamatan morfologi dan studi pustaka dengan teliti dan penuh tanggung jawab
4. Peserta didik diharapkan mampu mengintegrasikan siklus hidup dan perkembangbiakan
rumput laut untuk mendukung keberhasilan pembibitan rumput laut sesuai jenis dan
metode pembibitannya melalui praktek langsung dan studi pustaka dengan teliti dan
penuh tanggung jawab
Peserta didik dinyatakan telah kompeten pada kegiatan pembelajaran tentang siklus hidup
dan reproduksi rumput laut jika telah mampu :
1. Menganalisis sikus hidup dan sistem reproduksi rumput laut potensial
2. Menganalisis sistem perkembangbiakan/ reproduksi rumput laut secara vegetatif
3. Menganalisis sistem perkembangbiakan/ reproduksi rumput laut secara generatif
4. Mengintegrasikan siklus hidup dan perkembangbiakan rumput laut untuk mendukung
keberhasilan pembibitan
C. Uraian Materi
Alga dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan struktur selnya yaitu prokariotik
dan eukariotik. Pada sel prokariotik invaginasi membrane belum sempurna, oleh karena itu
sel tidak dilengkapi oleh organela.Alga prokariotik yang bersel satu (uniseluler) dapat
bergerak atas kemauannya sendiri (motil) dengan menggunakan alat gerak flagel, sedangkan
sebagian lagi tidak dapat bergerak (nonmotil).Contoh alga yang termasuk ke dalam tipe
prokariotik adalah alga hijau biru (Cyanobacteria).Hal ini berbeda dengan sel eukariotik yang
telah dilengkapi oleh organela.
Gambar 1. Sel prokariot dan eukariot
DNA. Inti pada alga yang bersifat eukariotik memiliki ciri sbb:
a. Inti kecil;
b. Kromosom melekat pada benang spindle;
c. Kemungkinan membran inti hilang atau tetap selama pembuahan inti.
Pirenoid merupakan organela yang tersusun oleh senyawa protein yang terletak di
dalam atau pada permukaa kloroplas.Jumlah pirenoid setiap kloroplas bervariasi.Pirenoid
terdapat pada sebagian besar alga.Perannya adalah untuk sintesis amilum.
Secara umum perbedaan sel prokariot dan eukariot dapat dilihat pada tabel 1.dibawah ini.
Tabel 1. Perbedaan struktur sel prokariot dan eukariot
Karakteristik Prokariot Eukariot
Ukuran sel Umumnya 0,5 – 5 μm 10 – 100 μm
Tidak terbungkus Inti sejati yang
membrane inti sehingga terbungkus membrane
Inti sel
tidak disebut nucleus inti dan memiiki
tetapi nukleiod nucleolus
Ada, seperti lisosom,
kompleks golgi,
Organel yang
Tidak ada mitokondria, reticulum
terbungkus membrane
endoplasma dan
kloroplas
Tersusun atas 2 berkas Lengkap, tersusun atas
Flagel
protein mikrotubulus rangkap
Ada, berupa kapsul atau Ada pada sel yang tidak
Glikokaliks
lapisan lender memiliki dinding sel
Biasanya ada, tersusun Jika ada, struktur kimia
Dinding sel
atas peptidoglikan sederhana
Vesikel gas Ada Tidak
Tanpa karbohidrat dan Sterol dan karbohidrat
Membran sel
biasanya tanpa sterol ada sebagai reseptor
Tanpa sistoskeleton atau Ada sistoskeleton dan
Sitoplasma
aliran sitoplasmik terjadi aliran sitoplasmik
Ribosom Ukuran kecil (70s) Ukuran besar (80s)
Kromosom tunggal Kromosom linier
Kromosom (DNA) melingkar tanpa protein melipat dengan terikat
histon protein histon
Pembelahan sel Pembelahan biner Mitosis
Tanpa meiosis, hanya
Rekombinasi seksual Meiosis
transfer fragmen DNA
Sensitif terhadap
Sensitive Tidak sensitive
antibiotic
a. Mikroalga
Mikroalga merupakan organisme nabati yang hidup melayang-layang dalam air,
relative tidak mempunyai daya geerak sehingga keberadaannya dipengaruhi oleh gerakan air
serta mampu berfotosintesis (Davis,1951). Mikroalga umumnya bersel satu atau berbentuk
benang dan mampu memproduksi komponen yang bernilai tinggi.Habitat hidupnya meliputi
seluruh wilayah perairan di dunia, baik lingkungan air laut maupun air tawar.Organisme ini
memiliki kemampuan mengubah energi matahari, air, dan karbon dioksida layaknya
tumbuhan tingkat tinggi.Populasi tersebut kemudian dikategorikan ke dalam 4 kelas, yaitu
diatome, green algae, blue-green algae, dan golden algae.
Sel mikroalga dapat dibagi menjadi 10 divisi dan 8 divisi alga merupakan bentuk
uniselular.Dari 8 divisi alga, 6 divisi telah digunakan untuk keperluan budidaya perikanan
sebagai pakan alami.Setiap divisi mempunyai karakteristik yang ikut memberikan andil pada
kelompoknya, tetapi spesies-spesiesnya cukup memberikan perbedaan-perbedaan dari
lainnya. Ada 4 karakteristik yang digunakan untuk membedakan divisi mikroalga yaitu: tipe
jaringan sel, ada tidaknya flagella, tipe komponen fotosintesa, dan jenis pigmen sel. Selain itu
morfologi sel dan bagaimana sifat sel yang menempel berbentuk koloni/ filamen.
Beberapa bentuk tubuh ganggang yang bersel satu (uniseluler) dapat bergerak atas
kemauannya sendiri (motil) dengan menggunakan alat gerak flagel, sedangkan sebagian lagi
tidak dapat bergerak (nonmotil).Ada dua tipe pergerakan pada alga yaitu, dengan flagela dan
sekresi lendir sebagai berikut:
1) Pergerakan dengan flagel
Flagela terdiri dari aksonema yang terletak dibagian pusat yang diselubungi oleh
selubung plasma. Pada selubung plasma terdapat struktur berambut disebut mastigonem.
Berdasarkan ada atau tidaknya mastigonem dibedakan dua tipe flagela.
a) Tipe Whiplash, flagel tipe ini permukaan selubung plasmanya halus tanpa dilengkapi
mastigonem.
b) Tipe Tinsel, pada permukaan selubung plasmanya terdapat stuktur seperti rambut,
letaknya lateral. Rambut ini berperan untuk menambah luas bidang permukaan dan
membantu pergerakan flagela sebagai pendorong.
2) Pergerakan dengan sekresi lendir
Pergerakan ini disebabkan oleh adanya stimulus cahaya yang diduga oleh adanya
sekresi lendir melalui porus dinding sel pada bagian apikal dari sel. Selam pergerakan
ke depan kutub berayun dari satu sisi ke sisi yang lain sehingga lendir bagian belakang
seperti berkelok-kelok.
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Gambar 2. Beberapa contoh mikroalga atau alga uniseluler (a) Volvox sp, (b) blue green
algae, (c) Micrasterias, (d) Spyrogira,
(e) Scenedesmus dan (f) Clamydomonas.
Setelah kalian membaca dan melihat gambar dari beberapa contoh alga uniseluler atau
mikroalga, apakah kalian dapat mengenali beberapa contoh diatas? Atau anda pernah
membaca dari literature lain? Ya mikroalga di dunia perikanan sering dikenal sebagai
fitoplankton, karena bentuknya yang kecil, mudah terbawa arus, dan dapat berfotosintesis
sehingga alga ini dikelompokkan juga sebagai fitoplankton yang banyak juga dimanfaatkan
sebagai pakan alami ikan.
b. Makroalga
Keragaman alga makroskopis relatif rendah dengan jumlah spesies sekitar 8.000
spesies.Walaupun alga makroskopis diketahui menyebar secara luas mulai dari perairan
kutub sampai pada perairan tropis baik di belahan bumi utara maupun di belahan bumi
selatan, namun masing-masing spesies alga makroskopis memiliki daerah sebaran tertentu
pada laut-laut di seluruh dunia (Luning, 1990). Rumput laut yang kita kenal merupakan
contoh makroalga yang telah banyak dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan pangan
maupun bahan baku industri.
Makroalga berdasarkan morfologinya tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara
akar, batang dan daun.Secara keseluruhan tanaman ini memiliki morfologi yang mirip,
walaupun sebenarnya berbeda.Tubuh makroalga umumnya disebut “thallus”.Thallus
merupakan tubuh vegetatif alga yang belum mengenal diferensiasi akar, batang dan daun
sebagaimana yang ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi.Thallus makroalga umunya
terdiri atas “blade” yang memiliki bentuk seperti daun, “stipe” (bagian yang menyerupai
batang) dan “holdfast” yang merupakan bagian thallus yang serupa dengan akar. Pada
beberapa jenis makroalga, “stipe” tidak dijumpai dan “blade” melekat langsung pada
“holdfast”. Menurut Sze, (1986) tipe holdfast pada alga makro adalah sebagai berikut :
a. Talus benar-benar diluruskan /menyebar menempel pada substrat (encrusting)
b. Rhizoids/ rhizoidal pada pangkal talus
c. Heterotrichy (lembaran /lampiran), cabang dimodifikasi membentuk dasar untuk
lampiran, pertumbuhan kembali cepat dari dasar jika sistem hilang
d. Diskoid, pada jaringan (parenchymatous atau pseudoparenchymatous) membentuk
dasar makroalga yang lebih besar
e. Haptera, Cabang/batang membentuk seperti jari-jari.
Alga makroskopis memiliki ciri-ciri umum di dalam sel-sel tubuhnya terdapat pigmen
penyerap cahaya yang berupa kloroplas atau kromatofor, bersifat autotrof yang dapat
menghasilkan zat organik dan oksigen melalui proses fotosintesis. Makroalga memiliki
substansi yang beragam. Menurut Aslan (1998) dan Widayanti (2008), sifat substansi thallus
juga beraneka ragam, ada yang lunak seperti gelatin (gellatinous), mengandung zat kapur
(calcareous), lunak seperti tulang rawan (cartilaginous), dan berserabut (spongious).
Percabangan thallus ada yang dichotomous (bercabang dua terus menerus), pectinate
(berderet searah pada satu sisi thallus utama), pinnate (bercabang dua-dua pada sepanjang
thallus utama secara berselang seling), ferticillate (cabangnya berpusat melingkari aksis atau
sumbu utama dan adapula yang sederhana dan tidak bercabang.
Alga kebanyakan hidup di wilayah perairan, baik perairan tawar maupun perairan
laut.Makroalga sebagian besar hidup di perairan laut.Untuk dapat tumbuh, makroalga
tersebut memerlukan substrat untuk tempat menempel/hidup. Makroalga epifit pada benda-
benda lain seperti, batu, batu berpasir, tanah berpasir, kayu, cangkang moluska, dan epifit
pada tumbuhan lain atau makroalga jenis yang lain.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 3. Thallus rumput laut berdasarkan substansinya
(a) gelatinous, (b) calcareous, (c) cartilogenous dan (d) spongeous
Klasifikasi makroalga menurut Dawes (1981), terdiri dari 3 divisio yaitu Chlorophyta
(alga hijau), Rhodophyta (alga merah), dan Phaeophyta (alga coklat).
c) Motilitas
Alga coklat tidak ada yang uniseluler. Sel-sel reproduktif baik zoospora maupun gamet
yang mempunuyai flagella yang umumnya terdapat pada bagian lateral yang tidak sama
panjang. Flagel pada bagian anterior yang lebih panjang memiliki tipe tinsel dan pada
bagian yang posterior lebih pendek memiliki tipe whiplash.
d) Dinding sel
Dinding sel menghasilkan asam alginat, banyak terdapat pada tipe-tipe yang disebut
“kelp” dan “fukoid”.Asam alginate memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.Biasanya
digunakan sebagai stabilizer produk-produk komersial lainnya seperti produk “rumput
laut” yang dapat dimakan.
Alga coklat banyak ditemukan pada habitat air laut dan hanya tiga jenis yang terdapat
pada air tawar.Yang hidup di air laut terutama terdapat di daerah yang beriklim dingin dan
tidak banyak yang terdapat di daerah tropik.Tumbuhan baik pada daerah litoral atau daerah
pasang surut, tetapi tipe kelp terdapat pada perairan sublitoral.Jenis-jenis Sargasum dan
Turbinaria terdapat di daerah tropik dan subtropik.
Divisi Phaeophyta dapat dikelompokkan menjadi 3 kelas sebagai berikut :
a) Kelas Isogeneratae
Daur hidupnya menunjukkan pergantian yang isomorf.Contohnya bangsa Ectocarpales,
dan Dictyotales
b) Kelas Heterogeneratae
Daur hidupnya menunjukkan pergantian yang heteromorf. Contohnya bangsa
Laminariales, dan Desmarestiales.
c) Kelas Cyclosporae
Tidak menunjukkan adanya pergantian keturunan, hanya mempunyai keturunan yang
diploid saja.Contohnya bangsa Fucales.
.
Gambar 4.Cystoseira ericoides
A. Tumbuhan Cystoseira, B. Kantung udara yang diperbesar, C. Irisan melalui reseptakel, D.
Oogonium, dan E. Anteridium (Newton, 1931 dalam Romimohtarto, 2001).
b) Dictyopteris sp yang hidup melekat pada batu di pinggir luar rataan terumbu, jarang
dijumpai.
c) Dictyota (D. bartayresiana), tumbuh menempel pada batu karang mati di daerah rataan
terumbu. Warnanya coklat tua dan mempunyai thallus bercabang yang terbagi dua.
Thallus yang pipih dan lebarnya 2 mm, tersusun atas tiga lapis sel. Lapisan tengah yang
terdiri dari sel yang besar diapit oleh dua lapisan atas dan bawah yang terdiri dari sel
yang sangat kecil. Alga ini mempunyai bagian berbentuk silindrik yang menyerap dan
mempunyai alat perekat dalam bentuk sebundel benang-benang yang bentuknya seperti
rambut. Thallusnya menghasilkan cabang lateral yang dapat lepas untuk membentuk
alga baru yang bebas dalam perkembangbiakan vegetatif. Pada gambar 5, disajikan
gambar alga Dictyota dichotoma.
d) Hormophysa (H. triquesa), hidup menempel pada batu dengan alat perekat berbentuk
cakram kecil. Alga ini hidupnya bercampur dengan Sargasum dan Turbinaria dan
hidup pada rataan terumbu.
e) Hydroclathrus (H. clatratus), tumbuh melekat pada batu atau pasir di daerah rataan
terumbu dan sebarannya sangat luas di Indonesia.
f) Padina (P. australis), sinonimnya P. gymnospora, tumbuh menempel di batu pada
daerah rataan terumbu, baik di tempet terbuka di laut maupun di tempat terlindung.
Padina commersonii adalah alga coklat yang banyak dijumpai di bawah paras pasang
surut. Alat perlekatannya yang melekat pada batu atau pasir terdiri dari cakram pipih,
biasanya terbagi menjadi cuping-cuping pipih 5-8 cm lebarnya. Tangkai yang pendek
dan pipih menghubungkan alat pelekatnya dengan ujung yang meruncing dari selusin
daun berbentuk kipas atau lebih. Setiap daun mempunyai jari-jari 5 cm, dan
pinggirannya berakhir dengan suatu meristem, di tempat itu kerap terjadi pertumbuhan
dan khas menggulung ke dalam untuk perlindungan yang lebih baik. Setiap daun
ditandai oleh satu seri sabuk-sabuk sepusat (konsentrik), yang merupakan deretan-
deretan sel. Daun yang lebih lebar biasanya membelah ke dalam sepanjang jari-jari.
Daunnya berwarna coklat kekuningan, tetapi dapat kelihatan keabu-abuan disebabkan
karena adanya kerak terdiri dari lapisan tipis kapur pada bagian atasnya. Pada gambar
6, disajikan gambar Padina pavonia.
Gambar 6.Padina pavonia
g) Sargasum terdapat teramat melimpah mulai dari air surut pada pasang surut setengah ke
bawah. Alga ini hidup pada batu atau bongkahan karang dan dapat terbedol dari
substratnya selama ombak besar menghanyutkannya ke permukaan laut atau terdampar
di bagian atas pantai. Warnanya bermacam-macam dari coklat muda sampai coklat tua.
Alat pelekatnya terdiri dari cakram pipih. Dari cakram ini muncul tungkai yang pendek
silindrik yang tegak. Dari tangkai yang pendek ini muncul poros-poros silidrik panjang.
Masing-masing poros ini dapat mencapai 1 m panjangnya di daerah bawah litoral
dimana Sargasum hidup. Pada poros yang silindris dengan diameter 3 mm terdapat
bentuk-bentuk seperti daun, kantong udara, dan cabang-cabang perkembangbiakan.
Gambar 7. Sargassum sp
h) Turbinaria terdiri dari tiga jenis yang tercatat, T. connoides, T. decurrens, dan
T.ornate. Mereka mempunyai cabang-cabang silindrik dengan diameter 2-3 mm dan
mempunyai cabang lateral pendek dari 1-1,5 cm panjangnya. Ini berakhir pada sebuah
reseptakel dengan pinggiran bergerigi dan garis tengahnya kira-kira 1 cm. Alga ini
terdapat di pantai berbatu dan paparan terumbu.
Gambar 8.Turbinaria connoides
Ditinjau dari morfologinya, tumbuhan alga hijau dapat dikelompokkan ke dalam 5 golongan,
yaitu:
a) Organisme yang uniseluler yang motil dan non motil
b) Organisme koloni yang motil dan kokoid
c) Organisme filamentik yang bercabang dan tidak bercabang
d) Organisme seperti membran/ daun (parenkim)
e) Organisme sinositik (pipa)
Sebaran alga hijau terdapat terutama di daerah litoral bagian atas, khususnya di belahan
bawah atas daerah pasang surut, dan tepatnya pada kedalaman 10 meter atau lebih, yang
habitatnya mendapat penyinaran matahari yang baik. Alga ini terdapat melimpah di perairan
hangat (tropik). Di Indonesia tercatat sedikitnya 12 marga alga hijau yang banyak dijumpai di
perairan pantai, beberapa marga-marga alga itu adalah sebagai berikut :
a) Caulerpa yang dikenal beberapa penduduk pulau sebagai anggur laut, terdiri dari 15
jenis dan 5 varietas. Berikut ini disajikan gambar beberapa jenis alga Caulerpa.
Gambar 9. Beberapa jenis alga Caulerpa
(Bold dan Wynne, 1980 dalam Romimohtarto, 2001).
b) Ulva mempunyai thallus berbentuk lembaran tipis seperti sla, oleh karenanya
dinamakan sla laut. Ada tiga jenis yang tercatat, satu di antaranya Ulva reticulata. Alga
ini biasanya melekatnya dengan menggunakan alat pelekat berbentuk cakram yang
melekat pada batu atau substrat lain atau pada tabung dari cacing beruas. Tangkai yang
pendek dapat menghubungkan alat ini dengan daun yang tipis dan lebar, 0,1 mm
tebalnya, dan ukurannya tidak teratur. Daun yang lebar mencapai 400 cm2. Daunnya
mempunyai sejumlah perforasi tak teratur dan tebalnya hanya dua sel. Tumbuhan ini
dapat terlepas dari pegangannya yang tersebar di sekitar daerah pasang surut. Alga ini
tumbuh bagus di selat-selat dan perairan teluk yang tenang. Pada gambar 10 berikut ini
disajikan gambar Ulva lactuca.
c) Valonia (V. ventrikosa) mempunyai thallus yang membentuk gelembung berisi cairan
berwarna ungu atau hijau mengkilat, menempel pada karang mati atau batu karang.
d) Dictyosphaera (D. cavernosa) dan jenis-jenis marga ini di Nusa Tenggara dinamakan
bulung yang dimanfaatkan untuk sayuran.
e) Halimeda terdiri dari 18 jenis, marga alga ini berkapur menjadi salah satu penyumbang
kapur air laut. Halimeda tuna terdiri atas rantai cabang dari potongan tipis berbentuk
kipas. Potongan-potongan ini berkapur, masing-masing 2 cm tengahnya. Yang terbesar
dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh sendi-sendi yang tak berkapur. Mereka
berada di bawah air surut rata-rata pada pasang surut bulan-setengah, pada pantai
berbatu dan paparan terumbu, tetapi potongan-potongannya dapat tersapu ke bagian
atas pantai setelah terjadi badai. Halimeda opuntia berbeda dengan H. tuna karena jenis
ini mempunyai potongan bentuk kipas lebih kecil, berwarna hijau muda, mempunyai
panjang 1 cm dan mempunyai bentuk pinggiran yang kurang teratur. Jenis ini terdapat
di bawah air surut rata-rata pada pasang surut bulan-setengah pada pantai berbatu dan
paparan terumbu. Pada gambar 11, disajikan gambar beberapa jenis alga Halimeda.
k) Burgenesia (B. forbesii) mempunyai thallus yang berbentuk kantung silindrik berisi
cairan berwarna hijau tua atau hijau kekuningan, menempel pada batu karang atau
tumbuhan air.
l) Neomeris (N. annulat) tumbuh menempel pada substrat dari karang mati di dasar laut.
Di Indonesia tercatat 17 marga yang terdiri dari 34 jenis. Marga alga tersebut diantaranya
sebagai berikut:
a) Acanthophora terdiri dari dua jenis yang tercatat, yakni A. spicipera dan A. muscoides.
Alga ini hidup menempel pada batu atau benda keras lainnya. Jenis yang pertama
sebarannya di Indonesia sangat luas sedangkan yang kedua sebarannya kurang meluas
dan terdapat di tempat tertentu.
b) Actinotrichia (A. fragilis) terdapat di bawah pasang surut dan menempel pada karang
mati. Sebarannya sangat luas terdapat pula di padang lamun.
c) Amansia (A. glomerata) tumbuh melekat pada batu di daerah terumbu karang dan dapat
hidup melimpah di padang lamun.
d) Amphiroa (A. fragilissima) tumbuh menempel pada dasar perairan di rataan pasir atau
menempel pada dasar substrat di lain di padang lamun. Sebarannya sangat luas.
e) Chondrcoccus (C. hornemannii) tumbuh melekat pada substrat batu di ujung luar rataan
terumbu yang senantiasa terendam air.
f) Corallina belum diketahui jenisnya. Alga ini tumbuh di bagian luar terumbu yang biasa
terkena ombak langsung. Sebarannya tidak begitu luas.
g) Euchema adalah alga merah yang biasa ditemukan di bawah air surut rata-rata pada
pasang surut bulan-setengah. Alga ini mempunyai thallus yang silindrik berdaging dan
kuat dengan bintil-bintil atau duri-duri yang mencuat ke samping pada beberapa jenis.
Thalusnya licin, warna alga ini ada yang tidak berwarna merah, tetapi hanya coklat-
kehijauan kotor atau abu-abu dengan bercak merah. Di Indonesia tercatat empat jenis
antara lain E. denticulatum (E. spinosum), E. edule, E. alvarezii (Kappaphycus
alvarezii) dan E.serra.
Gambar 15.Eucheuma sp
n) Laurencia terdiri dari tiga jenis yang tercatat, yakni L. intricata, L.nidifica dan L. obtus.
Alga ini hidup melekat pada batu di daerah terumbu karang.
o) Rhodimenia (R. palmata) hidup melekat pada substrat terumbu dan batu.
p) Titanopyra (T. pulchra) dijumpai sangat jarang. Jenis ini terdapat di perairan Sulawesi.
q) Porpyra adalah alga kosmopolitan. Marga alga ini terdapat mulai dari perairan tropik
sampai daerah subtropik, tetapi persebaran tegaknya sangat terbatas. Pada umumnya
alga ini terdapat di daerah litoral, hidup di atas batu karang pada pantai yang terbuka
serta bersalinitas tinggi. Meskipun demikian ada pula yang menyukai daerah muara
sungai dengan pantai yang agak terlindung serta salinitas perairan yang relatif rendah,
yaitu Porpyra tenera.
Gambar 18.Porpyra sp
Makroalga memiliki banyak manfaat, baik manfaat secara ekologis maupun ekonomis
bagi masyarakat.Manfaat ekologis makroalga yaitu menyediakan habitat untuk beberapa jenis
biota laut seperti jenis krustasea, moluska, echinodermata, ikan maupun alga kecil yang
lainnya. Bentuknya yang rimbun mampu memberikan perlindungan terhadap ombak dan juga
menjadi makanan bagi biota laut. Nilai ekonomis makroalga dapat dimanfaatkan sebagai
bahan pangan, bahan baku industri, dan bahan untuk laboratorium seperti bahan awetan
basah, bahan media untuk perkembangbiakan bakteri dan jamur guna menghasilkan
antibiotik, serta ada pula jenis makroalga yang digunakan sebagai obat- obatan.