Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM

ASPEK HUJAN – IRIGASI

Dhinar Patliani Putri


NIM : 171710201006

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Iklim merupakan gabungan dari berbagai kondisini cuaca


harian yang meliputi wilayah relative luas. Adanya iklim dapat
diketahui melalui perhitungan, pengamatan, dan pencatatan
yang dilakukan dalam kurun waktu yang lama. Kondisi cuaca
ataupun iklim ini dicirikan oleh unsur-unsur atau komponen
atau parameter cuaca atau iklim antara lain suhu, angin,
kelembaban, penguapan, curah hujan serta lama dan intensitas
penyinaran matahari. Kondisidari unsur-unsur tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tinggi tempat,
lintang tempat dan posisi matahari. Ilmu yang mempelajari
tentang iklim disebut klimatologi.
Iklim suatu daerah atau wilayah tidak dapat dibatasi oleh
satu analisir iklim,tetapi merupakan kombinasi berbagai anasir
iklim ataupun cuaca. Untuk menginterpetasikan iklim atau
penyimpangan iklim, maka pengamatan iklim harus
berdasarkan pada harga normal, yiatu harga reratacurah
selama 30 tahun (persetujuan internasional).
Setiap tempat memiliki kondisi yang berbeda-beda,
sehingga hamper tidak mungkin dua tempat yang berbeda
mempunyai iklim yang identik. Sehingga diperlukan klasifikasi
terhadapiklim sebagai pembeda dan ciri khas dari suatu daerah.
Terdapat berbagaiklasifikasi iklim yang dikemukakan oleh
beberapa ahli, seperti Koppen,Thornthwaite, Mohr, Junghun,
Schmidt-Ferguson, dan Oldeman.
Pada praktikum ini menggunakan perhitungan Oldeman,
dilakukan menggunakan data curah hujan 15 tahun terakhir
atau hasil rata-rata yang akan ditentukan bobot basah dan
bobot keringnya. Hasil yang diperoleh akan menentukan tipe
iklim masing-masing pada data yang telah tersedia. Dengan
begitu, dapat diketahui habitat suatu tanaman dalam rangka
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman pertanian.
Sehingga, kegiatan praktikum ini penting untuk dilakukan

1.2 Tujuan
Ada pun tujuan dari praktikum ini sebagai berikut :

a. Memahami perertian aspek hujan dalam irigasi


b. Menginterpestasikan klasifikasi oldeman secara data
atribut dan spasial
BAB 2 DASAR TEORI

2.1 Iklim
Iklim adalah perpaduan dari semua unsur dalam satu
gabungan yang berasal dari proses iklim terkait. Factor yang
menentukan kondisi atmosfer dapatdipakai dalam klasifikasi
iklim. Akan tetapi, kriteria yang dipakai untuk membedakan
jenis iklim sebaiknya mencerminkan iklim itu sendiri
(Tjasyono,2004)
Klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia (Asia
Tenggara umumnya) seluruhnya dikembangkan dengan
menggunakan curah hujan sebagaikriteria utama,
mengungkapkan bahwa dengan adanya hubunga sistematik
antaraunsur iklim dengan pola tanam dunia telah
melahirkan pemahaman baru tentangklasifikasi iklim,
dimana dengan adanya korelasi antara tanaman dengan
unsursuhu atau presipitasi menyebabkan indeks suhu atau
presipitasi dipakai sebagaikriteria dalam pengklasifikasian
iklim (Djaenudin, dkk. 2002)
Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman
yang jelas merupakan dasar dalam melakukan klasifikasi
iklim. Unsur iklim yang seringdipakai adalah suhu dan
curah hujan (presipitasi). Klasifikasi iklim umumnya sangat
spesifik yang didasarkan atas tujuan penggunaannya,
misalnya untuk pertanian, penerbangan atau kelautan.
Pengklasifikasian iklim yang spesifik tetap menggunakan
data unsur iklim sebagai landasannya, tetapi hanya memilih
data unsur-unsur iklim yang berhubungan dan secara
langsung mempengaruhi aktivitas atau objek dalam bidang-
bidang tersebut (Lakitan, 2002).
2.2 Keragaman Iklim
Indonesia berada di daerah katulistiwa yang dikenal
sebagai benua maritim. Karakteristik dari unsur-unsur
meteorologi khususnya curah hujan di atas wilayah Indonesia
sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim monsun yakni adanya
perbedaan musim basah dan musim kering yang jelas.
Tingginya variabilitas iklim, pergeseran awal musim dan adanya
fenomena iklim ekstrim merupakan indikator terjadinya
perubahan iklim akibat pemanasan global. IPCC, (2007)
mendifinisikan perubahan iklim sebagai perubahan rata-rata
dan atau variabilitas faktor-faktor yang berkaitan dengan iklim
dan berlaku untuk satu periode yang panjang umumnya
puluhan tahun atau lebih.
Perubahan iklim secara statistik didefinisikan sebagai
perubahan kecenderungan baik naik atau turun dari unsur –
unsur iklim yang disertai keragaman harian, musiman maupun
siklus yang tetap berlaku untuk satu periode yang panjang.
Perubahan iklim diukur berdasarkan perubahan komponen
utama iklim, yaitu suhu atau temperatur, musim (hujan dan
kemarau), kelembaban dan angin. Dari variabel-variabel
tersebut variabel yang paling banyak dikemukakan adalah suhu
dan curah hujan (BMKG, 2011).

2.3 Klasifikasi oldeman


Iklim Oldeman merupakan klasifikasi iklim yang
didasarkan pada kriteria bulan‐ bulan basah dan bulan‐ bulan
kering (bulan turun hujan) secara berturut‐ turut. Klasifikasi
iklim oldeman sangat banyak untuk klasifikasi lahan
pertanian tanaman pangan Indonesia. Klasifikasi Oldeman
dibentuk berdasar unsur iklim hujan.
Konsep Klasifikasi Oldeman adalah sebagai berikut :
(1) Padi sawah membutuhkan air rata‐rata per bulan
145 mm dalam musim hujan.
(2) Palawija membutuhkan air rata-rata per bulan 50
mm dalam musim kemarau
(2) Hujan bulanan yang diharapkan mempunyai peluang
kejadian 75% sama dengan 0,82 kali hujan rata‐rata
bulanan dikurangi 30.
(3) Hujan efektif untuk sawah adalah 100%.
(4) Hujan efektif untuk palawija dengan tajuk tanaman
tertutup rapat adalah 75%.
Konsep diatas dapat ditulis dengan persamaan sebagai
berikut :
RCWR 0,82 R 30

dimana : RCwr = Curah hujan yang dibutuhkan oleh


padi

= Rsawah (145 mm) dan Rpolowijo


(50 mm)

= 145 mm/bulan

= efisien curah hujan efektif

η = Sawah (75%) dan Polowijo


(100%)

Untuk Padi :
145 = 1,0 (0,82 R 30 R =118 mm/bulan
Untuk Palawija :
50 = 0,75 (0.82 R R
Angka 213 dan 118 dibulatkan menjadi 200 dan 100
mm/bulan yang digunakan sebagai batas penentuan bulan
basah dan kering, sehingga dibentuk kriteria sebagai berikut :
(1) Bulan Basah (BB) : Bulan dengan rata‐rata curah hujan
lebih dari
200 mm
(2) Bulan Lembab (BL) : Bulan dengan rata‐rata curah hujan
100‐200 mm
(3) Bulan Kering (BK) : Bulan dengan rata‐rata curah
hujan kurang
dari 100 mm

Selanjutnya dalam penentuan klasifikasi iklim Oldeman


menggunakan ketentuan panjang periode bulan basah dan
bulan kering berturut‐turut. Klasifikasi iklim Oldeman
dibedakan :

(1) Tipe Iklim


Oldeman membagi tipe iklim menjadi 5 kategori yaitu A,
B, C, D, dan E.

A nBB >9

B 7 nBB

Tipe Utama = C 5 nBB

D 3 nBB

E nBB

Dimana : nBB = Jumlah curah bulan basah yang


berturutan
(2) Sub Tipe

Oldeman membagi tipe iklim menjadi 4 kategori yaitu


1, 2, 3, dan 4

1 nBk

2 2 nBk

Sub Tipe = 3 4 nBk

4 nBk

Dimana : nBK = Jumlah curah bulan kering yang


berturutan

Berdasarkan kriteria di atas, dapat dibuat klasifikasi tipe


iklim Oldeman untuk suatu daerah tertentu yang mempunyai

cukup banyak stasiun/pos hujan. Data yang dipergunakan


adalah curah hujan wilayah dengan pengamatan selama 10

tahun atau lebih. Hasil diinterpretasi sebagai gambar berikut :

Gambar 2.1 Setting Template Sketchup

Sumber : Simple Template-Meters


Oldeman mengeluarkan penjabaran tiap-tiap tipe agroklimat
sebagai berikut:

Tabel 2.1 Interpratasi Oldeman

Tipe Uraian Keterang


No. Iklim an

Sub
(3)
Tipe
(1) (4)
(2)

1. A1 Sesuai untuk padi terus – menerus


tetapi produksi kurang karena pada
umumnya kerapatan fluks radiiasi surya
rendah sepanjnag tahun
A2

2. B1 Sesuai untuk padi terus‐menerus dengan


perencanaan awal musim tanam yang
baik produksi tinggi bila panen musim
kemarau
3. B2 Dapat tanam padi dua kali setahun
dengan varietas umur pendek dan
B3 musim kering yang pendek cukup untuk
tanaman polowijo

4. C1 Dapat tanam padi dua kali setahun


dengan varietas umur pendek dan
musim kering yang pendek cukup untuk
tanaman polowijo
5. C2 Tanam padi dapat sekali dan polowijo
dua kali setahun. Tetapi penanaman
C3 padi polowijo kedua harus hati2 jangan
jatuh pada bulan kering.
C4

6. D1 Tanam padi umur pendek satu kali dari


biasanya produksi bisa tinggi karena
kerapatan fluks radiasi tinggi. Waktu
tanam palawija
D2
D3

7. D4 Hanya mungkin satu kali padi polowijo


setahun tergantung adanya persediaan
air irigasi

8. E Daerah ini umumnya terlalu kering


mungkin dapat satu kali polowijo, itupun
tergantung adanya hujan
BAB 3 METODOLOGI
3.1Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
(1) Peta Dasar
Peta dasar yang dipergunakan dalam praktikum ini
a. Peta RBI Jember bernomor indeks 1607-634 dengan
skala 1:25.000
b. Image Google Maps
Image google Maps yang dipergunakan dalam praktikum ini
adalah Image Google Maps berkoordinat antara 9,09682124
sampai dengan -9.09718587 LS dan 781.02180 sampai
dengan 781.09293 BT
c. Data Hujan
Data hujan yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah
data hujan yang diperoleh pada stasiun-stasiun hujan
sebagai berikut:
1. Dam Klatakan
2. Dam kr. Anom
3. Dam Pono
4. Dam Pecoro
5. Paleran
6. Dam Langkap
7. Dam Tugusari
8. Gumelar Timur
9. Darungan
(4) Sofware yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah:
a. Map Info
b. Vertical Map
C. Ms Excel
3.2 Prosedur kerja
Metodologi Praktikum direncanakan tersaji pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Metodologi Praktikum


Berdasarkan Gambar 3.1, metodologi praktikum dilakukan
sebagai dengan tahapan sebagai berikut:
(1) Data Spasial Curah hujan
(2) Perhitungan Curah hujan Wilayah
(3) Klasifikasi Oldeman
(4) Interpretasi Spasial Klasifikasi Oldeman
(5) Peta Klasifikasi Oldeman
3.3 Data dan Spasial Curah Hujan
Data dan Spasial Curah hujan dilakukan dengan tahapan
seperti tersaji Gambar 3.1
(1) setiap praktikum akan mengerjakan satu wilyah UPT (Unit
Pelaksana
Teknis) Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air –
Kabupaten Jember sesuai daerah irigasi kajian
(2) praktikum direncanakan mempergunakan data hujan
yang teramati
selama sepuluh tahun dengan ketentuan:
a. Stasiun yang dipergunakan adalah stasiun hujan yang
berada dalam UPT dan sekitar UPT
b. Data diberikan antara 2004 sampai 2008.

3.4 Curah Hujan Bulanan


Curah hujan dilakukan sebagai berikut:
(1) Data hujan diamati pada stasiun kemudian dicatat pada
formulir. Formulir direkap oleh UPT dan Dinas pada
formulir 11 Data Hujan. Setiap bulan UPT mengirim ke UPT
dan Dinas harus mengoreksi kesamaan formulir.
(2) Data disajikan dalam Microsoft Excell periode tahunan:
a. Setiap Book excel akan mempunyai data pengamatan
bulanan (Jan, Feb, … , Des) yang diamati secara harian
dan dilakukan rekap setiap stasiun perbulan
b. Setiap Book Excel akan mempunyai data rekapan
tahunan

Data Microsoft Excell periode tahunan disajikan pada


gambar 3.2
Gambar 3.2 Metodolgi Praktikum
(3) Menginterpretasikan stasiun hujan yang dapat
menginterpretasikan UPT. Sukowono seperti tersaji pada
Gambar 3.3

Gambar 3.3 Stasiun Hujan UPT. Sumbersari

3.5 Klasifikasi Oldeman


Klasifikasi oldeman dilakukan dengan:
(1) Curah Hujan Wilayah – Bulan Basah
Curah Hujan Wilayah – Bulan Basah ditentukan
berdsarkan sebagai berikut:

Dimana: nBB = jumlah bulan basah


= 0,1,2,3,…,12
= nomor indeks bulanan
(2) Curah Hujan wilayah – Bulan kering
Curah Hujan Wilayah – Bulan Kering ditentukan
berdasarkan persamaan sebagai berikut:

Dimana : nBK = jumlah bulan basah


j = 0,1,3,…,12
(3) Tipe klasifikasi Oldeman
Tipe klasifikasi Oldeman ditentukan berdasarkan ;
a. Tipe Utama

Tipe Utama =
Dimana : nBB = Jumlah curah bulan basah yang
berurutan
b. Sub Tipe
Oldeman membagi tipe iklim menjadi 4 katagori yaitu
A, B, C, D, dan E

Sub Tipe =
Dimana : nBK = Jumlah curah bulan kering yang
berurutan
3.6 Interpolasi Klasifikasi Spasial Oldeman
Interpolasi Klasifikasi Spasial Oldeman dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut :
(1) Membentuk Peta Tematik (Thematic Map) dengan metode
Grid, seperti tersaji pada gambar 3.6
Gambar 3.6 Penentuan Klasifikasi Oldeman
Keterangan : (1) Shet Data Hujan Bulan (H2004, H2005, …,
H2018)
(2) Shet Rekap rata-rata selama pengamatan
(3) Jumlah Bulan Basah
Oldeman_BB1(range1;range2)
Range 1 : Data Awal
Range 2 : Data Awal Bulanan (1,2, …, 12)
(4) Jumlah Bulan Kering
Oldeman_BK1(range1;range2)
Range 1 : Data Awal
Range 2 : Data Awal Bulanan (1,2, …, 12)
(5) Oldeman Tipe (Interger1;Interger2)
Interger 1 : jumlah bulan basah
Interger 2 : jumlah bulan kering
(6) Nomor Stasiun

Gambar 3.6 Penentuan Klasifikasi Oldeman


Ketarangan : Nilai Tipe Klasifikasi disesuaikan degan hasil
perhitungan excel (Normal)

(2) Membentuk Grid untuk Vertical Mepper dengan Import Grid


dari peta thematic, seperti pada Gambar 3.7
Gambar 3.7 Penentuan Klasifikasi Oldeman
Keterangan : (1) Create Grid
(2) Open File : Hasil Grid – Peta Thematic
(3) Defini dimensi
(4) Grid Import
(5) Peta Grid (Vertical Mapper)
(3) Membentuk contour berdasarkan peta grid dengan bawah
0,5 dari batas bawah peta dan batas atas dengan interval
1,0, seperti tersaji pada Gambar 3.8 dan Gambar 3.9.
Gambar 3.8 Penentuan Klasifikasi Oldeman

Gambar 3.9 Penentuan Klasifikasi Oldeman


Bab 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tempat dan Waktu

Praktikum dilaksanakan pada hari senin 16 September 2019


Dengan lokasi praktikum berada di UPT. Curah Malang Dinas
Pengairan dan Binamarga yang terletak pada koordinat
9.09682124 sampai dengan -9.09718587 LS dan 781.02180
sampai dengan 781.09293 BT, seperti yang disajikan pada
Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi Kajian

Keterangan

Lokasi kegiatan
4.2 Stasiun Curah Hujan

Stasiun curah hujan yang termasuk di wilayah kajian adalah:

1. Dam Klatakan
2. Dam Pono
3. Dam Pecoro
4. Sukorejo
5. Paleran
6. Dam Langkap
7. Dam Tugusari
8. Gumelar Timur
9. Darungan
10. Karang Bayat

Dari sepuluh stasiun yang termasuk ke dalam wilayah


UPT kajian adalah Paleran, Dam Langkap, Dam Tugusari,
Karang Bayat. Sedangkan stasiun Dam Klatakan, Dam Pono, Dam
Pecoro, Sukorejo, Gumelar Timur, Darungan, Karang Bayat di luar
wilayah UPT kajian. Hal ini karena pada stasiun hujan yang
terdapat di UPT Curah Malang berdekatan dengan stasiun curah
hujan wilayah lain, sehingga untuk mendapatkan data yang
akurat diperlukan penambahan data stasiun hujan terdekat
wilayah UPT Curah malang.

4.3 Klasifikasi Oldeman

Penentuan klasifikasi Oldeman ini berdasarkan pengamatan


data mulai dari tahun 2004 sampai tahun 2018 , seperti tersaji
pada lampiran.

Rekapitulasi hujan disajikan sebagai berikut.


Tabel 4.1 Data Rekapitulasi Curah Hujan

Berdasarkan tabel ini dapat disajikan gambar sebagai berikut.

Tabel 4.2 Data Klasifikasi Oldeman

No.. Nama Oldeman Tipe

Stasiun Hujan BB BK Utama Subtipe

1 Dam Klatakan 5 3 C 2

2 Dam P o n o 5 3 C 2

3 Dam Pecoro 5 3 C 2

4 Sukorejo 5 3 C 2

5 Paleran 2 5 E 8

6 Dam. Langkap 5 3 C 2

7 Dam. Tugusari 5 3 C 2

8 Gumelar Timur 2 5 E 8

9 Darungan 6 2 C 5

10 Karang Bayat 4 E 8
-
Gambar 4.3 Klasifikasi Oldeman UPT Curah Malang

Berdasarkan gambar diatas pada DI Jonggrang terletak pada


wilayah dengan tipe oldeman 5, yang berarti memiliki pola tanam
padi dapat sekali dan polowijo dua kali setahun. Tetapi
penanaman padi polwijo kedua harus hati-hati jangan jatuh pada
bulan kering.

4.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketelitian Praktikum

1. Wilayah

2. Kemiringan

3. Jarak
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

a. Hasil analisis dan pemetaan iklim berdasarkan klasifkasi


Oldeman menunjukan bahwa UPT Curah Malang memilik
tipe oldeman terdiri dari 5, 6, 7, dan 8.

b. Pada DI Jonggrang memiliki tipe Oldeman 5 yang artinya


Tanam padi dapat sekali dan polowijo dua kali setahun.
Tetapi penanaman padi polowijo kedua harus hati-hati
jangan jatuh pada bulan kering.

5.2 Saran

Untuk mengurangi kesalahan dan beda jarak yang cukup


besar dalam proses interpretasi peta maka perlu adanya ketelitian
dan perhatian pada faktor yang menghambat atau mempengaruhi
ketelitian dan ketepatan dalam menentukan titik lokasi.
LAMPIRAN 1
Lampiran 2
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
DAFTAR PUSTAKA

BMKG (Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika). (2011). Evaluasi


cuaca dan sifat hujan Bulan Agustus 2011 serta prakiraan cuaca
dan sifat hujan Bulan September 2011. Bulletin Metereologi. Badan
Metereologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Metereologi Otorita
Batam 1:39 .

Djaenudin, dkk. 2002.Pendekatan pewilayahan komoditas pertanian


menurut pedo-agroklimat di kawasan timur Indonesia. Jurnal
Litbang Pertanian

Intergovernmental Panel of ClimateChange (IPCC) (2007). SynthesisReport.


Geneva: Intergovernmental Panel on ClimateChange.

Lakitan. 2002. Iklim. Erlangga. Jakarta

Tjasyono, B. 2004. Klimatologi. ITB Press. Bandung

Anda mungkin juga menyukai