Anda di halaman 1dari 16

Sistem Pencernaan Manusia

Sistem Pencernaan Pada Manusia adalah proses pemecahan molekul zat makanan menjadi zat
yang lebih sederhana. Sistem pencernaan manusia terdiri atas berbagai macam sistem organ
pencernaan. Proses pencernaan makanan berlangsung di dalam sistem pencernaan yang
meilibatkan proses pencernaan mekanis oleh gigi-gigi di mulut dan pencernaan kimiawi oleh
enzim-enzim yang ada di saluran pencernaan. Berikut urutan sistem pencernaan manusia yang
dijelaskan mulai dari sistem pencernaan manusia lengkap dan fungsinya, penjelasannya serta
sistem pencernaan manusia beserta gambarnya secara berurutan mulai dari mulut hingga anus:

A. Mulut

Di dalam rongga mulut inilah makanan mulai dicerna, baik secara mekanis maupun secara
kimiawi. Di dalam rongga mulut terdapat alat-alat yang membantu berlangsungnya proses
pencernaan seperti gigi, lidah, dan kelenjar air lur. Gigi berfungsi untuk mengunyah makanan dan
kelenjar air liur mengandung enzim amilase (ptialin) yang berfungsi untuk mencerna polisakarida
(amilum) menjadi disakarida.
B. Kerongkongan (Esofagus)

Organ ini berfungsi untuk menghubungkan mulut dengan lambung. Panjang kerongkongan ± 20
cm dan lebar ± 2 cm. Kerongkongan dapat melakukan gerak peristaltik, yaitu gerakan melebar,
menyempit, bergelombang, dan meremas-remas agar makanan terdorong ke lambung. Di
kerongkongan, zat makanan tidak mengalami pencernaan.

C. Lambung (Ventrikulus)

Lambung berupa kantung yang terletak di dalam rongga perut di sebelah kiri. bagian-bagian
lambung dibagi menjadi tiga daerah, yaitu:

1. Kardiak adalah bagian lambung yang paling pertama untuk tempat masuknya makanan
dari kerongkongan (esofagus)
2. Fundus adalah bagian lambung tengah yang berfungsi sebagai penampung makanan serta
proese pencernaan secara kimiawi dengan bantuan enzim.
3. Pilorus adalah bagian lambung terakhir yang berfungsi sebagai jalan keluar makanan
menuju usus halus.

Di dalam lambung terjadi pencernaan secara kimiawi yang disekresikan dalam bentuh getah
lambung. Sekresi getah dipacu oleh hormon gastrin. Getah ini tersusun dari:

1. HCl ; membunuh mikroorganisme dan mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin.


2. Pepsin : merubah protein menjadi molekul yang lebih kecil (pepton).
3. Renin : merubah kaseinogen pada susu menjadi kasein. Selanjutnya kasein digumpalkan
oleh in Ca2+.
4. Lipase : merubah lemak menjadi asam lemak dam gliserol.
5. Musin : protein yang berfungsi untuk melicinkan makanan.

Setelah makanan dicerna di dalam lambung, makanan ini berubah menjadi bentuk seperti bubur
atau disebut kim (chyme).

D. Usus Halus (Intestinum)

Usus halus merupakan saluran terpanjang yang terdiri dari tiga bagian, yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). Panjang usus halus sekitar 6
hingga 8 meter yang dibagi menjadi 3 bagian, yakni: duodenum (± 25 cm); jejunum (± 2,5 m); dan
illeum (± 3,6 m).
Di duodenum bermuara kantung empedu dari hati (hepar) dan pankreas. Kantung empedu
mensekresikan empedu yang berfungsi untuk mengemulsi lemak. Sementara pankreas
menghasilkan getah pankreas yang tersusun dari:

1. Amilase/amylopsin : memecah amilum menjadi disakarida


2. Tripsinogen : akan diaktifkan oleh enterokinase menjadi tripsin yang berfungsi merubah
protein menjadi asam amino.
3. Lipase : memecah emulsi lemak menjadi asam lemak dan gliserol
4. NaHCO3 : memberi suasana pH menjadi basa

Di usus halus juga diproduksi enzim enterokinase dan erepsinogen. Enterokinase adalah enzim
yang mengubah tripsinogen menjadi tripsin dan mengubah erepsinogen menjadi erepsin. Tripsin
dan erepsin berfungsi untuk mencerna protein menjadi asam amino.
Hasil pencernaan selanjutnya akan menuju ke usus penyerapan (ileum). Di dalam usus ini, sari-
sari makanan akan diserap melalui jonjot-jonjot usus atau vili dan selanjutnya akan diedarkan ke
seluruh tubuh. Khusus untuk hasil pencernaan lemak tidak diangkut lewat pembuluh darah
melainkan melalui pembuluh getah bening.
e. Usus Besar (Colon)

Usus besar merupakan kelanjutan dari usus halus yang memiliki tambahan usus yang berupa umbai
cacing (appedix). Usus besar terdiri dari tiga bagian yaitu bagian naik (ascending), mendatar
(tranverse), dan menurun (descending). di usus besar tidak terjadi pencernaan. Semua sisa
makanan akan dibusukkan dengan bantuan bakteri E. coli dan diperoleh vitamin K. Di bagian akhir
usus besar terdapat rektum yang bermuara ke anus untuk membuang sisa makanan.
C. Gangguan Pencernaan

Berikut adalah gangguan dan kelainan sistem pencernaan manusia dan hubungannya dengan
kesehatan:

1. Xeroptalmia adalah produksi air liur sedikit


2. Parotitis adalah infeksi kelenjar parotis
3. Pankreasitis adalah radang pankreas
4. Kolik adalah radang lambung akibat alcohol dan cabe
5. Ulkus adalah radang lambung akibat kelebihan HCl
6. Gastritis adalah radang pada mukosa lambung
7. Diflagia adalah kerusakan lambung akibat racun
8. Appendisitis adalah radang umbai cacing (usus buntu)
9. Konstipasi adalah sembelit atau susah buang air besar
10. Enteritis adalah radang pada usus halus/besar akibat infeksi bakteri
11. Kolitis adalah pendarahan pada usus besar
12. Flatus adalah masuknya gas-gas ke dalam sistem penernaan
13. Diare adalah gangguan penyerapan air di usus besar
PENGKAJIAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
1) Keluhan Utama
Keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan terpenting yang
dirasakan pasien sampai perlu pertolongan. Keluhan utama pada pasien gangguan
sistem pencernaan secara umum antara lain:
a. Nyeri
Keluhan nyeri dari pasien sering menjadi keluhan utama dari pasien untuk
meminta pertolongan kesehatan yang bersumber dari masalah saluran
gastrointestinal dan organ aksesori. Dalam mengkaji nyeri, perawat dapat
melakukan pendekatan PQRST, sehingga pengkajian dapat lebih komprehensif.
Kondisi nyeri biasanya bergantung pada penyebab dasar yang juga
mempengaruhi lokasi dan distribusi penyebaran nyeri.
b. Mual muntah
Keluhan mual muntah merupakan kondisi yang sering dikeluhkan dan biasanya
selalu berhubungan dengan kerja involunter dari gastrointestinal. Mual (nausea)
adalah sensasi subjektif yang tidak menyenangkan dan sering mendahului
muntah. Mual disebabkan oleh distensi atau iritasi dari bagian manasaja dari
saluran GI, tetapi juga dapat dirangsang oleh pusat-pusat otak yang lebih tinggi.
Interpretasi mual terjadi di medulla, bagian samping, atau bagian dari pusat
muntah. Muntah merupakan salah satu cara traktus gastrointestinal
membersihkan dirinya sendiri dari isinya ketika hampir semua bagian atau
traktus gastrointestinal teriritasi secara luas, sangat mengembang, atau sangat
terangsang.
c. Kembung dan Sendawa (Flatulens).
Akumulasi gas di dalam saluran gastrointestinal dapat mengakibatkan sendawa
yaitu pengeluaran gas dari lambung melalui mulut (flatulens) yaitu pengeluaran
gas dari rektm. Sendawa terjadi jika menelan udara dimana cepat dikeluarkan
bila mencapai lambung. Biasanya, gas di usus halus melewati kolon dan di
keluarkan. Pasien sering mengeluh kembung, distensi, atau merasa penuh dengan
gas. Ketidaknyamanan Abdomen Ketidaknyamanan pada abdomen secara lazim
berhubngan dengan gangguan saraf lambung dan gangguan saluran
gastrointestinal atau bagian lain tubuh. Makanan berlemak cenderung
menyebabkan ketidaknyamanan karena lemak tetap berada di bawah lambung
lebih lama dari protein atau karbohidrat. Sayuran kasar dan makanan yang sangat
berbumbu dapat juga mengakibatkan penyakit berat. Ketidaknyamanan atau
distress abdomen bagian atas yang berhubungan dengan makanan yang
merupakan keluhan utama dari pasien dengan disfungsi gastrointestinal. Dasar
distress gerakan abdomen ini merupakan gerakan peristaltic lambung pasien
sendiri. Defekasi dapat atau tidak dapat menghilangkan nyeri.

d. Diare
Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses. Diare dapat terjadi
akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap di dalam feses, yang disebut
diare osmotic, atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab tersering iritasi adalah
infeksi virus atau bakteri di usus halus distal atau usus besar. Iritasi usus oleh
suatu pathogen mempengaruhi lapisan mukosa
usus sehingga terjadi peningkatan produk-produk sekretorik termasuk mucus.
Iritasi oleh mikroba jga mempengaruhi lapisanotot sehingga terjadi peningkatan
motilitas. Peningkatan motilitas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang
karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di kolon berkuran.
Individu yang mengalami diare berat dapat meninggal akibat syok hipovolemik
dan kelainan elektrolit.
e. Konstipasi
Konstipasi didefinisikan sebagai defekasi yang sulit atau jarang. Frekuensi
defekasi berbeda-beda setiap orang sehingga definisi ini bersifat subjektif dan
dianggap sebagai penurunan relative jumlah buang air besar pada seseorang.
Defekasi dapat menjadi sulit apabila feses mengeras dan kompak. Hal ini terjadi
apabila individu mengalami dehidrasi atau apabila tindakan BAB ditunda
sehingga memungkinkan lebih banyak air yang terserap keluar sewaktu
fesesberada di usus besar.diet berserat tinggi mempertahankan kelembaban feses
dengan cara menarik air secara osmosis ke dalam feses dan dengan merangsang
peristaltic kolon melalui peregangan. Dengan demikian, orang yang makan
makanan rendah serat atau makananan yang sangat dimurnikan beresiko lebih
besar mengalami konstipasi. Olah raga mendorong defekasi dengan merangsang
saluran GE secara fisik. Dengan demikian, orang yang sehari-harinya jarang
bergerak berisiko tinggi mengalami konstipasi.

2. Riwayat Kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan dilakukan dengan anamnesis atau wawancara untuk
menggali masalah keperawatan lainnya sesuai dengan keluhan utama dari
pasiennya. Perawat memperoleh data subyektif dari pasien mengenai awitan
masalahnya dan bagaimana penanganan yang sudah dilakukan. Persepsi dan
harapan pasien sehubungan dengan masalah kesehatan dapat mempengaruhi
masalah kesehatan.
Yang perlu dikaji dalam sistem gastrointestinal:
1.Pengkajian rongga mulut
2. Pengkajian esophagus
3. Pengkajianlambung
4. Pengkajian intestinal
5.Pengkajian anus dan feses
6.Pengkajian organ aksesori

3. Riwayat kesehatan sekarang


Setiap keluhan utama harus ditanyakan pada pasien seditail-ditailnya dan semuanya
di buat diriwayat penyakit sekarang. Pasien diminta untuk menjelaskan keluhannya
dari gejala awal sampai sekarang. Tanyakan apakah pada setiap keluhan utama yang
terjadi memberikan dampak terhadap intaik nutrisi, berapa lama dan apakah
terdapat perubahan berat badan? Pengkajian ini akan memberikan kemudahan pada
perawat untuk merencanakan intervensi dalam pemenuhan nutrisi yang tepat sesuai
kondisi pasien. Tanyakan pada pasien apakah baru-baru ini mendapat tablet atau
obat-obatan yang sering kali dijelaskan warna atau ukurannya dari pada nama dan
dosisnya. Kemudian pasien diminta untuk memperlihatkan semua tablet-tablet jika
membawanya dan catat semuanya. Masalah ini menjadi petunjuk yang bermanfaat
melengkapi pengkajian.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian kesehatan masa lalu bertujuan untuk menggali berbagai kondisi yang
memberikan berbagai kondisi saat ini. Perawat mengkaji riwayat MRS (masuk
rumah sakit) dan penyakit berat yang pernah diderita, penggunaan obat2 dan adanya
alergi.
5. Riwayat penyakit dan riwayat MRS
Perawat menanyakan pernahkah MRS sebelumnya? Apabila ada, maka perlu
ditanyakan rumah sakit mana saat mendapatkan perawatan, berapa lama dirawat
dan apakah berhubungan dengan penyakit pada saluran gastrointestinal. Pasien
yang pernah dirawat dengan ulkus peptikum, jaundice, panyakit kandung empedu,
kolitis ,kanker gastrointestinal, pada pasca pembedahan pada seluran intestinal
mempunya predisposisi penting untuk dilakukan rawat lanjutan. Dengan
mengetahui adanya riwayat MRS, perawat dapat mengumpulkan data-data
penunjang masalulu seperti status rekam medis saat dirawat sebelumnya, serta data-
data diagnostik dan pembedahan.
6. Riwayat penggunaan obat-obatan
Anamnesis tentang penggunaan obat atau zat yang baru baik dari segi kuantitas
maupun kualitas akan memberi dampak yang merugikan pada pasien akaibat efek
samping dari obat atau zat yang telah dikonsumsi. Beberapa obat akan
mempengaruhi mukosa GI seperti obat anti inflamasi non-steroid (NSAIDs), asam
salisilat dan kortiko steroid yang memberikan resiko peningkatan terjadinya
gastritis atau ulkus peptikum. Kaji apakah pasien menggunakan preparat besi atau
ferum karna obatini akan mempengaruhi perubahan konsistensi dan warna feses
(agak kehitaman) atau meningkatkan resiko konstipasi. Kaji penggunaan laksantia
/laksatik pada saat melakukan BAB. Beberapa obat atau zat juga bisa bersifat
efatotoksik atau bersifat racun terhadap fisiologis kerja hati yang memberikan
resiko pada peningkatan peraadangan atau keganasan pada hati.
7. Riwayat alergi
Perawat mengkaji adanya alergi terhadap beberapa komponen makanan atau agen
obat pada masa lalu dan bagai mana pengaruh dari alergi tersebut, apakah
memberikan dampak terjadinya diare atau konstipasi.
Pemerikasaan fisik
Pemeriksaan fisik keperawatan pada sistem GI dimulai dari survei umum terhadap setiap kelainan
yang terlihat atau mengklarifikasi dari hasil pengkajian anamnesis.
a. Ikterus
Ikterus atau jaundicemerupakan suatu kondisi yang sering ditemukan perawat di klinik dimana
konsentrasi biliribin dalam darah mengalami peningkatanabnormal sehingga semua jaringan
tubuh yang mencakup sklera dan kulit akan berubah warna menjadi kuning atau kuning
kehijauan.Ikterus akan tampak sebagai gejala klinis yang nyata bila kadar bilirubin serum
melampaui 2-2,5 mg/dl. Peningkatan kadar bilirubin serum dan gejala ikterus dapat terjadi
akibat gangguan pada ambilan hepatic, konjugasi bilirubin, atau ekskresi bilier.

b. Kaheksia dan atrofi Kegagalan saluran GI untuk menyerap makanan secara fisiologis dapat
menyebabkan kehilangan berat badandan kaheksia (kondisi tubuh terlihat kurus dan lemah).
Keadaan ini dapat disebabkan oleh keganasan GI. Keriput pada kulit yang terlihat diabdomen
dan anggota badan menunjukkan penurunan berat badan yang belum lama terjadi.
c. Pigmentasi kulit
Pigmen kulit secara umum dapat disebabkan oleh gangguan fumgsi hati, hemokromatosis
(akiabat stimulus hemosiderin pada melanosit sehingga memproduksi melamin), dan sirosis
primer. Malabsorpsi dapat manimbulkan pigmentasi tipe Addison (pigmentasi solaris)pada
puting susu, lipatan palmaris, daerah-daerah yang tertekan, dan mulut
d. Status mental dan tingkat kesadaran
Sindrom ensefalopati hepatik akibat siroses lanjut yang tidak terkonpensasi(gagal hati kronik)
atau hepatitis fulmin (gagal hati akut) merupakan kelainan neurologis organik . kondisi penyakit
ini tergantung pada etiologi dan faktor-faktor presipitasinya. Pada kondisi klinik pasien pada
kondisi ensefalopati hepatik akan mengalami penuruna kesadaran menjadi stupor, kemudian
koma. Kombinasi kesussakn hepatoseluler dan shuntingforto sistemik akibat struktur hepatik
yang terganggu (keuanya ekstra hepatik danintara hepatik) menimbulkan sindrom ini. Kelainan
ini mungkin berkaitan dengan kegagalan hepar untuk menyingkirkan metabolit dari darah
portal. Metabolit-metabolit yang toksik ini dapat meliputi amonia, asam amonia, asam rantai
pendek, dan amin.
Pemeriksaan fisik sistem GI terdiri atas pemeriksaan bibir, rongga mulut, abdomen, rectum dan
anus.
1. Bibir
Bibir dikaji kondisi warna, tekstur, hidrasi, kontur, serta adanya lesi. Dengan mulut pasien
tertutup, perawat melihat bibir dari ujung ke ujung. Normalnya bibir berwarna merah muda,
lembab, simetris, dan halus. Pasien wanita harus menghapus lipstik mereka sebelum
pemeriksaan. Bibir yang pucat dapat disebabkan karena anemia, sedangkan sianosiis
disebabkan oleh masalah pernapasan atau kardiovaskular. Lesi seperti nodul dan ulserasi
dapat berhubungan dengan infeksi, iritasi, atau kanker kulit.
2. Rongga mulut
Pemeriksaan fisik rongga mulut dilakukan untuk menilai kelainan atau lesi yang
mempengaruhi pada fungsi ingesti dan digesti. Untuk mengkaji rongga oral,perawat
menggunakan senter dan spatel lidah atau kasa tunggal segi empat. Sarung tangan harus
dipakai selama pemeringksaan. Selama pemeriksaan, pasien dapat duduk dan berbaring.
Pengkajian rongga mulut dilakukan perawat dengan mengingat kembali struktur rongga
mulut. Untuk melihat mukosa , perawat meminta pasien untuk membuka mulut, kemudian
merektrasi pipi dengan lembut menggunakan spatel lidah atau jari bersarung tangan yang
ditutupi dengan kasa. Permukaan mukosa harus dilihat dari kanan kekiri dan dari atas
kebawah. senter menerangi bagian paling posterior dari mukosa. Mukosa normal berkilau
merah muda,lunak, basah, dan halus. Dengan pasien dengan pigmentasi normal, mukosa
bukal merupakan tempat yang paling baik untuk menginspeksi adanya interik atau pucat.
Lidah dan dasar mulut Lidah dan diinspeksi dengan cermat pada semua sisi dan bagian dasar
mulut. Terlebih dahulu pasien harus merilekskan mulut dan sedikit menjulurkan lidah
keluar. Perawat mencatat adanya penyimpangan, tremor, atau keterbatasan gerak. Hal
tersebut dilakukan
untuk menguji fungsi safar hipoglosum. Jika pasien menjulurkan lidahnya terlalu jauh,
dapat terlihat adanya reflek muntah. Pada saat lidah dijulurkan, lidah berada digaris tengah.
Pada beberapa keaadaan, gangguan neurologis didapatkan ketidaksimetrisan lidah akibat
kelemahan otot lidah pada pasien yang mengalami Miastenia gravis dengan tanda khas
triple forroed . untuk menguji mobilitas lidah, perawat meminta pasien untuk menaikan
lidah keatas dan kesemping.Lidah harus bergerak dengan bebas. Dengan menggunakan
senter untuk pencahayaan, perawat memeriksa warna, ukuran posisi, tekstur, dan adanya
lapisan atau lesi pada lidah. Lidah harus berwarna merah sedang atau merah pudar, lembab,
sedikit kasar pada bagian permukaan atasnya, dan halus sepanjang tepi lateral. Permukaan
bawah lidah dan bagian dasar mulut sangat bersifat faskular. Kecermatan ekstra harus
dilakukan pada saat minginspeksi area-area yang umumnya terkena lesi kanker oral.Pada
pengkajian dasar mulut dengan kondisi klinik dengan trauma mandibula akan terlihat pada
dasar mulut garis patah dari tulang mandibula.
3. Kelenjar parotis
Pemeriksaan kelenjar parotis dengan melakukan palpasi kedua pipi pada daerah parotis
untuk mencari adanya pembesaran parotis. Pasien disuruh mengatupkan giginya sehingga
otot masseter dapt teraba; kelenjar parotis paling baik diraba dibelakang otot messeter dan
didepan telinga. Parotidomegali berkaitan dengan pasta alkohol daripada penyakit hepar itu
sendiri. Hal ini disebabkan infiltrasi lemak, mungkin akibat sekunder dari toksisitas alkohol
dengan atau tanpa malnutrisi.
4. Pemeriksaan fisik Abdomen
Urutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.
Auskultasi dilakukan sebelum kita melakukan palpasi dan perkusi dengan tujuan agar hasil
pemeriksaan auskultasi lebih akurat karena kita belum melakukan manipulasiterhadap
abdomen.bila dilakukan palpasi dan perkusi terlebih dahulu , maka dapat mengubah
frekuensi dan karakter bising usus.
Topografi Anatomi Abdomen
Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen yang umum dipakai untuk menentukan
lokalisasi kelainan, yaitu:
1. Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan horizontal melalui
umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri
bawah.
2. Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan dua garis
vertikal.
 Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga kesepuluh dan
yang kedua dibuat melalui titik spina iliaka anterior superior (SIAS).
 Garis vertikal dibuat masing-masing melalui titik pertengahan antara SIAS dan mid-
line abdomen.
 Terbentuklah daerah hipokondrium kanan, epigastrium, hipokondrium kiri, lumbal
kanan, umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan, hipogastrium/suprapubik, dan iliaka
kiri. Pada keadaan normal, di daerah umbilical pada orang yang agak kurus dapat
terlihat dan teraba pulsasi arteri iliaka. Beberapa organ dalam keadaan normal dapat
teraba di daerah tertentu, misalnya kolon sigmoid teraba agak kaku di daerah
kuadaran kiri bawah, kolon asendens dan saecum teraba lebih lunak di kuadran kanan
bawah. Ginjal yang merupakan organ retroperitoneal dalam keadaan normal tidak
teraba. Kandung kemih pada retensio urine dan uterus gravid teraba didaerah
suprapubik.

URUTAN PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK


1. Inspeksi
Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati dengan seksama dinding
abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah:
a. Keadaan kulit; warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman), elastisitasnya (menurun pada
orang tua dan dehidrasi), kering (dehidrasi), lembab (asites), dan adanya bekas-bekas
garukan (penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan parut (tentukan lokasinya),
striae (gravidarum/ cushing syndrome), pelebaran pembuluh darah vena (obstruksi vena kava
inferior & kolateral pada hipertensi portal).
b. Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid (cekung).
c. Simetrisitas; perhatikan adanya benjolan local (hernia, hepatomegali, splenomegali, kista
ovarii, hidronefrosis). Gerakan dinding abdomen pada peritonitis terbatas.
d. Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkirakan organ apa atau tumor apa.
e. Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, tampak pada dinding
abdomen dan bentuk usus juga tampak (darm-contour).
f. Pulsasi; pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering memberikan gambaran
pulsasi di daerah epigastrium dan umbilical.
g. Perhatikan juga gerakan pasien:
 Pasien sering merubah posisi → adanya obstruksi usus.
 Pasien sering menghindari gerakan → adanya iritasi peritoneum generalisata.
 Pasien sering melipat lutut ke atas agar tegangan abdomen berkurang/ relaksasi → adanya
peritonitis.
 Pasien melipat lutut sampai ke dada, berayun-ayun maju mundur pada saat nyeri → adanya
pankreatitis parah.
2. Auskultasi
Kegunaan auskultasi ialah untuk mendengarkan suara peristaltic usus dan bising pembuluh
darah. Dilakukan selama 2-3 menit.
a. Mendengarkan suara peristaltik usus.
Diafragma stetoskop diletakkan pada dinding abdomen, lalu dipindahkan keseluruh bagian
abdomen. Suara peristaltic usus terjadi akibat adanya gerakan cairan dan udara dalam usus.
Frekuensi normal berkisar 5-34 kali/ menit.
 Bila terdapat obstruksi usus, peristaltik meningkat disertai rasa sakit (borborigmi).
 Bila obstruksi makin berat, abdomen tampak membesar dan tegang, peristaltik lebih
tinggi seperti dentingan keeping uang logam (metallic-sound)
 Bila terjadi peritonitis, peristaltik usus akan melemah, frekuensinya lambat, bahkan
sampai hilang.
 Suara usus terdengar tidak ada
 Hipoaktif/sangat lambat ( misalnya sekali dalam 1 menit )
3. Palpasi
Beberapa pedoman untuk melakukan palpasi, ialah:
a. Pasien diusahakan tenang dan santai dalam posisi berbaring terlentang. Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan tidak buru-buru.
b. Palpasi dilakukan dengan menggunakan palmar jari dan telapak tangan. Sedangkan untuk
menentukan batas tepi organ, digunakan ujung jari. Diusahakan agar tidak melakukan
penekanan yang mendadak, agar tidak timbul tahanan pada dinding abdomen.
c. Palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke bagian dalam. Bila ada daerah yang dikeluhkan
nyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa paling akhir.
d. Bila dinding abdomen tegang, untuk mempermudah palpasi maka pasien diminta untuk
menekuk lututnya. Bedakan spasme volunteer & spasme sejati dengan menekan daerah
muskulus rectus, minta pasien menarik napas dalam, jika muskulus rectus relaksasi, maka
itu adalah spasme volunteer. Namun jika otot kaku tegang selama siklus pernapasan, itu
adalah spasme sejati.
e. Palpasi bimanual : palpasi dilakukan dengan kedua telapak tangan, dimana tangan kiri berada
di bagian pinggang kanan atau kiri pasien sedangkan tangan kanan di bagian depan dinding
abdomen.
f. Pemeriksaan ballottement : cara palpasi organ abdomen dimana terdapat asites. Caranya
dengan melakukan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen & dengan cepat tangan
ditarik kembali. Cairan asites akan berpindah untuk sementara, sehingga organ atau massa
tumor yang membesar dalam rongga abdomen dapat teraba saat memantul.Teknik
ballottement juga dipakai untuk memeriksa ginjal, dimana gerakan penekanan pada organ
oleh satu tangan akan dirasakan pantulannya pada tangan lainnya.
g. Setiap ada perabaan massa, dicari ukuran/ besarnya, bentuknya, lokasinya, konsistensinya,
tepinya, permukaannya, fiksasi/ mobilitasnya, nyeri spontan/ tekan, dan warna kulit di
atasnya. Palpasi hati : dilakukan dengan satu tangan atau bimanual pada kuadran kanan atas.
Dilakukan palpasi dari bawah ke atas pada garis pertengahan antara mid-line & SIAS. Bila
perlu pasien diminta untuk menarik napas dalam, sehingga hati dapat teraba. Pembesaran
hati dinyatakan dengan berapa sentimeter di bawah lengkung costa dan berapa sentimeter di
bawah prosesus xiphoideus. Sebaiknya digambar.
4. Perkusi
Perkusi berguna untuk mendapatkan orientasi keadaan abdomen secara keseluruhan, menentukan
besarnya hati, limpa, ada tidaknya asites, adanya massa padat atau massa berisi cairan (kista),
adanya udara yang meningkat dalam lambung dan usus, serta adanya udara

Anda mungkin juga menyukai