ABSTRAK
Rumah sakit bersih adalah tempat pelayanan kesehatan yang dirancang, dioperasikan dan dipelihara
dengan sangat memperhatikan aspek kebersihan bangunan dan halaman baik fisik, sampah, limbah cair,
air bersih dan serangga/ binatang pengganggu. Namun menciptakan kebersihan di rumah sakit
merupakan upaya yang cukup sulit dan bersifat kompleks berhubungan dengan berbagai aspek antara
lain budaya/ kebiasaan, perilaku masyarakat, kondisi lingkungan, social dan teknologi.
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan
penunjang lainnya.
Limbah rumah sakit, khususnya limbah medis yang infeksius belum di kelola dengan baik.Sebagian besar
pengelolaan limbah infeksius disamakan dengan limbah medis noninfeksius, selain itu kerap bercampur
limbah medis dan non medis yang justru memperbesar permasalahan limbah medis.
Pengolahan limbah rumah sakit dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang diutamakan adalah
sterilisasi, yakni berupa pengurangan dalam volume, penggunaan kembali dengan sterilisasi lebih dulu,
daur ulang dan pengolahan. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengolahan limbah adalah
pemisahan limbah, penyimpanan limbah, penanganan limbah dan pembuangan limbah.
Kata kunci: Limbah medis, rumah sakit, dampak terhadap lingkungan, pengelolaan limbah.
PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah tempat pelayanan kesehatan yang dirancang, dioperasikan dan dipelihara dengan
sangat memperhatikan aspek kebersihan bangunan dan halaman, baik fisik, sampah, limbah cair, air
bersih dan serangga/ binatang penganggu. Namun menciptakan kebersihan di rumah sakit merupakan
upaya yang cukup sulit dan bersifat kompleks berhubungan dengan berbagai aspek antara lain budaya/
kebiasaan, perilaku masyarakat, kondisi lingkungan,sosial dan teknologi.
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dengan meningkatnya pendirian
Rumah Sakit (RS). Sebagai akibat kualitas efluen limbah rumah sakit yang tidak memenuhi syarat
menyebabkan limbah rumah sakit dapat mencemari lingkungan penduduk disekitar rumah sakit dan
menimbulkan masalah kesehatan, hal ini dikarenakan dalam limbah rumah sakit dapat mengandung
berbagai jasad renik penyebab penyakit pada manusia termasuk demam thypoid, cholera, disentri dan
hepatitis sehingga limbah harus diolah sebelum di buang ke lingkungan (Bapedal, 1999).
Dimulai dengan makin meningkatnya pendirian rumah sakit, kehidupan masyarakat yang tidak peduli
terhadap lingkungan sekitarnya, serta kurangnya kepedulian manajemen rumah sakit terhadap
pengelolaan lingkungan. Mulailah timbul tumpukan sampah ataupun limbah yang dibuang tidak
sebgaimana semestinya.Hal ini berakibat pada kehidupan manusia dibumi yang menjadi tidak sehat
sehingga menurunkan kualitas kehidupan terutama pada lingkungan sekitarnya.
Pada makalah ini terdapat beberapa cara yang dapat ditempuh guna meminimalisir dampak dari limbah
maupun sampah.
PEMBAHASAN
Berdasarkan Depkes RI 1992, sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah
rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat
maupun cair.
Bentuk limbah atau sampah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi bahaya yang
ditimbulkannya dapat dikelompokkan sebagai berikut: (Anshar, 2013)
Limbah benda tajam adalah objek atau alat yangmemiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol
yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet
Pasteur, pecahan gelas, pisau bedah.Semua benda tajam ini memiliki bahaya dan dapat menyebabkan
cedera melalui sobekan atau tusukan.Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh
darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif.
2. Limbah Infeksius
Limbah infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit
menular (perawatan intensif).Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi
dari poliklinik dan ruang perawatan/ isolasi penyakit menular.Limbah jaringan tubuh meliputi organ,
anggota badan, darah dan cairan tubuh, sampah mikrobiologis, limbah pembedahan, limbah unit dialysis
dan peralatan terkontaminasi (medical waste).
Limbah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ, anggota badan, placenta, darah dan cairan tubuh
lain yang dibuang saat pembedahan dan autopsy. Limbah jaringan tubuh tidak memerlukan pengesahan
penguburan dan hendaknya dikemas khusus, diberi label dan dibuang ke incinerator.
4. Limbah Citotoksik
Limbah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat
citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi citotoksik.Limbah yang terdapat limbah
citotoksik harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1000ºC.
5. Limbah Farmasi
Limbah farmasi berasal dari obat-obatan kadaluwarsa, obat-obatan yang terbuang karena batch tidak
memenuhi spesifikasi atau telah terkontaminasi, obat-obatan yang terbuang atau dikembalikan oleh
pasien, obat-obatan yang sudah tidak dipakai lagi karena tidak diperlukan dan limbah hasil produksi
oabt-obatan.
6. Limbah Kimia
Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis, vetenary, laboratorium, proses
sterilisasi dan riset. Limbah kimia juga meliputi limbah farmasi dan limbah citotoksik.
Limbah radio aktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotope yang berasal dari
penggunaan medis dan riset radionucleida. Asal limbah ini antara lain dari tindakan kedokteran nuklir,
radioimmunoassay dan bakteriologis yang dapat berupa padat, cair atau gas.
8. Limbah Plastik
Limbah plastic adalah bahan plastic yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan sarana kesehatan lain
seperti barang-barang dissposable yang terbuat dari plastic dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan
medis.
Selain sampah klinis dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah non medis. Sampah
non medis ini bisa berasal dari kantor/ administrasi (kertas), unit pelayanan (berupa karton, kaleng,
botol), sampah dari ruangan pasien, sisa makanan buangan, sampah dapur (sisa pembungkus, sisa
makanan/ bahan makanan, sayur dll). Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik
tertentu baik fisik, kimia dan biologi.Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam
mikroorganisme, tergantung dari jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang
dan jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik dll). Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut
ada yang bersifat pathogen. Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-
bahan organic dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada
umumnya seperti BOD, COD, TTS, pH, mikrobiologik dan lainnya. (Arifin, 2008)
Sebagaimana termaktub dalam undang-undang No. 9 tahun 1990 tentang pokok-pokok kesehatan,
bahwa setiap warga berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Ketentuan tersebut
menjadi dasar bagi pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan berupa pencegahan dan
pemberantasan penyakit, pencegahan dan penanggulangan pencemaran, pemulihan kesehatan
penerangan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat. (Siregar, 2001)
Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda cair, padat dan
gas.Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit
yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari
limbah rumah sakit. Unsur-unsur yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan pelayanan rumah sakit
(termasuk pengelolaan limbahnya), yaitu (Giyatmi, 2003)
– Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana dan fasilitas
yang diperlukan.
Upaya pengelolaan limbah rumah sakit telah disiapkan dengan menyediakan perangkat lunaknya yang
berupa peraturan-peraturan, pedoman-pedoman dan kebijakan-kebijakan yang mengatur pengelolaan
dan peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit.Disamping itu secara bertahap dan
berkesinambungan Depertemen Kesehatan mengupayakan instalasi pengelolaan limbah rumah sakit,
sehingga sampai saat ini sebagian rumah sakit pemerintah telah dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan
limbah, meskipun perlu disempurnakan.Namun harus disadari bahwa pengelolaan limbah rumah sakit
masih perlu ditingkatkan lagi. (Barlin, 1995)
Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat menimbulkan berbagai
masalah seperti:
1. Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau
phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organic, yang menyebabkan estetika lingkungan menjadi
kurang sedap dipandang.
2. Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif dan karat) air
yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan disekitar rumah sakit.
3. Gangguan/ kerusakan tanaman dan binatang, dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan
kimia, pestisida, logam nutrient tertentu dan fosfor.
4. Gangguan terhadap kesehatan manusia, dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus,
senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam berat seperti Hg, Pb dan Cd yang bersal dari bagian
kedokteran gigi.
7. Kecelakaan kerja pada pekerja atau masyarakat akibat tercecernya jarum suntik atau benda tajam
lainnya.
8. Insiden penyakit demam berdarah dengue meningkat karena vector penyakit hidup dan
berkembangbiak dalam sampah kaleng bekas atau genangan air.
9. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu yang
menimbulkan bau busuk.
10. Adanya partikel debu yang berterbangan akan mengganggu pernafasan, menimbulkan
pencemaran udara yang akan menyebabkan kuman penyakit mengkontaminasi peralatan medis dan
makanan rumah sakit.
11. Apabila terjadi pembakaran sampah rumah sakit yang tidak saniter asapnya akan mengganggu
pernafasan, penglihatan dan penurunan kualitas udara.
Dalam profil kesehatan Indonesia, Departemen Kesehatan 1997, diungkapkan seluruh rumah sakit di
Indonesia berjumlah1.090 dengan 121.996 tempat tidur. Hasil kajian terhadap 100 rumah sakit di Jawa
dan Bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 kg per tempat tidur per hari.
Sedangkan produksi limbah cair sebesar 416,8 liter per tempat tidur per hari. Analisi lebih jauh
menunjukkan produksi sampah (limbah padat) berupa limbah domestic sebesar 76,8 % dan berupa
limbah infeksius sebesar 23,2 %. Diperkirakan secara nasional produksi sampah (limbah padat) rumah
sakit sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton per hari.Dari gambaran
tersebut dapat dibayangkan seberapa besar potensi rumah sakit untuk mencemari lingkungan dan
kemungkinannya kecelakaan dan penularan penyakit. (Sabayang dkk, 1996)
Sementara itu, Pemerintah Kota Jakarta Timur telah melayangkan teguran kepada 23 rumah sakit yang
tidak mengindahkan surat peringatan mengenai keharusan memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL). Berdasarkan data dari Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jaktim yang diterima
pembaharuan, dari 26 rumah sakit yang ada di Jakarta Timur hanya 3 rumah sakit saja yang memiliki IPAL
dan bekerja dengan baik, selebihnya ada yang belum memiliki IPAL dn beberapa rumah sakit IPAL-nya
dalam kondisi rusak berat. (Sabayang dkk, 1996)
Data tersebut juga menyebutkan hanya 9 rumah sakit saja yang memiliki incinerator.Alat tersebut
digunakan untuk membakar limbah padat berupa limbah sisa-sisa organ tubuh manusia yang tidak boleh
dibuang begitu saja. Menurut Kepala BPLHD Jaktim, Surya Darma, pihaknya sudah menyampaikan surat
edaran yang mengharuskan pihak rumah sakit melaporkan pengelolaan limbahnya setiap 3 bulan sekali.
Sayangnya, sejak dilayangkan surat edaran (September 2005), hanya 3 rumah sakit saja yang
memberikan laporan. Menurut Surya, limbah rumah sakit khususnya limbah medis yang infeksius belum
dikelola dengan baik, sebagian besar pengelolaan limbah infeksius disamakan dengan limbah medis non
infeksius. Selain itu kerap bercampur limbah medis dan non medis.Pencampuran tersebut justru
memperbesar permasalahan limbah medis. Padahal limbah medis memerlukan pengelolaan khusus yang
berbeda dengan limbah non medis.Yang termasuk limbah medis adalah limbah infeksius, limbah
radiologi, limbah sitotoksik, dan limbah laboratorium. Kebanyakan dari rumah sakit, limbah medis
langsung dibuang kedalam sebuah tangki pembuangan berukuran besar, pasalnya tangki pembuangan
seperti itu di Indonesia sebagian besar tidak memenuhi syarat sebagai tempat pembuangan limbah.
Ironisnya, malah sebagian besar limbah rumah sakit malah dibuang ke tangki pembuangan seperti itu.
Sementara itu buruknya pengelolaan limbah rumah sakit karena pengelolaan limbah belum menjadi
syarat akreditasi rumah sakit. Sedangkan peraturan proses pembungkusan limbah padat yang diterbitkan
Departemen Kesehatan pada tahun 1992 pun sebagian besar tidak dijalankan dengan benar. Padahal
setiap rumah sakit selain harus memiliki IPAL, juga harus memiliki Surat Pernyataan Pengelolaan
Lingkungan (SPPL) dan surat izin pengolahan limbah cair. Sementara limbah organ-organ manusia harus
dibakar di incinerator.Persoalannya harga incinerator itu cukup mahal sehingga tidak semua rumah sakit
memilikinya. (Sabayang dkk, 1996)
D. Jenis Limbah Rumah Sakit dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Serta Lingkungan
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan
penunjang lainnya.Mengingat dampak yang mungkin timbul, maka diperlukan upaya pengelolaan yang
baik, meliputi pengelolaan sumber daya manusia, alat dan sarana, keuangan dan tatalaksana
perorganisasian yang ditetapkan dengan tujuan memperoleh kondisi rumah sakit yang memenuhi
persyaratan kesehatan lingkungan.Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam
mikroorganisme bergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan sebelum dibuang.Limbah cair
rumah sakit dapat mengandung bahan organic dan anorganik yang umumnya diukur dan parameter
BOD, COD, TSS dan lain-lain.Sedangkan limbah padat rumah sakit terdiri atas sampah mudah membusuk,
sampah mudah terbakar dan lain-lain.Limbah-limbah tersebut kemungkinan besar mengandung
mikroorganisme pathogen atau bahan kimia beracun berbahaya yang menyebabkan penyakit infeksi dan
dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh tehnik pelayanan kesehatan yang kurang
memadai, kesalahan penanganan bahan-bahan terkontaminasi dan peralatan, serta penyediaan dan
pemeliharaan sarana sanitasi yang masih buruk.(Said, 1999)
Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini paling baik jika dilakukan dengan memilah-milah
limbah kedalam pelbagai katagori.Untuk masing-masing jenis kategori diterapkan cara pembuangan
limbah yang berbeda. Prinsip umum pembuangan limbah rumah sakit adalah sejauh mungkin
menghindari resiko kontaminasi dan trauma (injury). Jenis-jenis limbah rumah sakit meliputi: (Shahib
dan Djustiana, 1998).
a. Limbah Klinik
Limbah dihasilkan Selama pelayananpasien secara rutin, pembedahan dan unit-unit resiko tinggi, yang
berbahaya dan mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman dan populasi umum serta staf rumah sakit.
b. Limbah Patologi
Limbah ini juga dianggap berisiko tinggi dan sebaiknya di autoclave sebelum keluar dari unit patologi.
Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastic yang tidak berkontak dengan
cairan badan.Meskipun tidak menimbulkan resiko sakit, limbah tersebut cukup merepotkan, karena
memerlukan tempat yang besar untuk mengangkut dan membuangnya.
d. Limbah Dapur
Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor. Berbagai serangga seperti kecoa, kutu dan hewan
pengerat seperti tikus merupakan gangguan bagi staf maupun pasien dirumah sakit.
e. Limbah Radioaktif
Walaupun limbah ini tidak menimbulkan persoalan pengendalian infeksi dirumah sakit, pembungannya
secara aman perlu diatur dengan baik.
E. Pengolahan Limbah
Pengolahan limbah rumah sakit dapat dilakukan dengan berbagai cara. Yang diutamakan adalah
sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan kembali (reuse) dengan
sterilisasi lebih dulu, daur ulang (recycle) dan pengolahan (treatment). (Slamet Riyadi, 2000)
1. Limbah Padat
Untuk memudahkan mengenal jenis limbah yang akan dimusnahkan, perlu dilakukan penggolongan
limbah. Dalam kaitan dengan pengolahan, limbah medis dikategorikan menjadi 5 golongan sebagai
berikut:
Golongan A:
– Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari kamar bedah,
– Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak), bangkai/ jaringan hewan dari
laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan dengan swab dan dressing.
Golongan B:
– Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-benda tajam lainnya.
Golongan C:
– Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang termasuk dalam golongan A.
Golongan D:
Golongan E:
Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah medis perlu dilakukan pemisahan penampungan, pengangkutan
dan pengolahan limbah pendahuluan.
a. Pemisahan
– Golongan A
Dressing bedah yang kotor, swab dan limbah lain yang terkontaminasi dari ruang pengobatan hendaknya
ditampung dalam bak penampungan limbah medis yang mudah dijangkau, bak sampah yang dilengkapi
dengan pelapis pada tempat produksi sampah. Kantong plastic tersebut hendaknya diambil paling sedikit
satu hari sekali atau bila sudah mencapai tiga perempat penuh.Kemudian diikat kuat sebelum diangkut
dan ditampung sementara di bak sampah klinis.Bak sampah tersebut juga hendaknya diikat dengan kuat
bila mencapai tiga perempat penuh atau sebelum jadwal pengumpulan sampah. Sampah kemudian
dibuang dengan cara sebagai berikut:
Sampah hendaknya dimusnahkan dengan incinerator. Bisa juga digunakan autoclaving, tetapi kantung
harus dibuka dan dibuat sedemikian rupa sehingga uap panas bisa menembus secara efektif.
Limbah hendaknya dimusnahkan dengan incinerator. Bila tidak mungkin bisa menggunakan cara lain,
misalnya dengan membuat sumur dalam yang aman. Semua jaringan tubuh, plasenta dan lain-lain
hendaknya ditampung pada bak limbah medis atau kantong lain yang tepat kemudian di musnahkan
dengan incinerator. Perkakas laboratorium yang terinfeksi hendaknya dimusnahkan dengan
incinerator.Incinerator harus dioperasikan dibawah pengawasan bagian sanitasi atau bagian
laboratorium.
– Golongan B
Syringe, jarum dan cartridges hendaknya dibuang dengan keadaan tertutup.Sampah ini hendaknya
ditampung dalam bak tahan benda tajam yang bilamana penuh (dengan interval maksimal tidak lebih
dari satu minggu) hendaknya diikat dan ditampung didalam bak sampah klinis sebelum diangkut dan
dimasukkan kedalam incinerator.
b. Penampungan
Sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan. Sementara menunggu
pengangkutan untuk dibawa ke incinerator atau pengangkutan oleh dinas kebersihan (ketentuan yang
ditunjuk). Sampah yang tidak berbahaya dengan penanganan pendahuluan, dapat ditampung bersama
sampah lain sambil menunggu pengangkutan.
c. Pengangkutan
2. Limbah Cair
4. SIMPULAN
Keberagaman sampah/ limbah rumah sakit memerlukan penanganan yang baik sebelum proses
pembuangan. Sebagian besar pengelolaan limbah medis rumah sakit masih dibawah standar lingkungan
karena umunya dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah dengan sistem open dumping atau
dibuang ke sembarang tempat. Bila pengelolaan limbah tak dilaksanakan secara saniter akan
menyebabkan gangguan bagi masyarakat disekitar rumah sakit dan pengguna limbah medis. Agen
penyakit limbah rumah sakit memasuki manusia (host) melalui air, udara, makanan, alat atau
benda.Agen penyakit bisa ditularkan pada masyarakat sekitar, pemakai limbah medis dan pengantar
orang sakit.
Aspek pengelolaan limbah telah berkembang pesat, system manajemen lingkungan adalah cara
mengelola limbah sebagai by product (output), yang juga meminimalisasi limbah. Pengelolaan limbah ini
mengacu pada Peraturan Menkes No. 986/Menkes/Per/XI/1992 dan Keputusan Dirjen P2M PLP No
HK.00.06.6.44, tentang petunjuk teknis Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit.Intinya penyehatan anak
harus dinomorsatukan, kontaminasi agen harus di cegah, limbah yang dibuang harus tidak berbahaya,
tidak infeksius dan merupakan limbah yang tidak dapat digunakan lagi.
SARAN
Semestinya lingkungan rumah sakit menjadi tempat yang mendukung bagi pemulihan kesehatan pasien
sebagai “environtment of care” dalam rangka “Patient Safety” yang dicanangkan oleh organisasi
kesehatan dunia WHO. Oleh karena itu rumah sakit harus bersih dan bebas dari sumber
penyakit.Kebersihan yang dimaksud adalah keadaan atau kondisi yang bebas dari bahaya dan resiko
minimal bagi terjadinya infeksi silang.
Rumah sakit juga harus menjadi contoh bagi masyarakat untuk membudayakan kebersihan dan upaya
peningkatan kebersihan rumah sakit harus terus menerus dilaksanakan dengan menggiatkan program
supervise, monitoring dan evaluasi agar kebersihan dapat dipertahankan dan ditingkatkan dari waktu ke
waktu.
5. Ucapan Terima Kasih
Didalam penyusunan Makalah ini penulis telah mendapatkan bantuan yang tidak ternilai besarnya dalam
bentuk bimbingan dan petunjuk yang telah di berikan kepada penulis.Dalam hal ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Ir. Urip Santoso, MSc. Ph.D yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuk dalam pembuatan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
2. http:// ansharcaniago.wordpress.com/2013/02/24/pengelolaan-sampah/limbah-rumah-sakit-dan-
permasalahannya.
4. Siregar TM, 2001. Pengaruh penambahan inokulum pada pengolahan limbah cair rumah sakit:
study kasus pengolahan limbah cair RSUD Pasar Rebo, Jakarta menggunakan M-bio pada reactor fixed-
film aerobic. Jakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia.
5. Giyatmi, 2003. Efektivitas pengolahan limbah cair rumah sakit Dokter Sardjito Yogyakarta terhadap
pencemaran radio aktif. Yogyakarta: Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.
6. Berlin, 1995. Analisis dan evaluasi hukum tentang pencemaran akibat limbah rumah sakit Jakarta:
Badan pembinaan hukum Nasional.
8. Sabayang P, Muljadi, Budi P, 1996. Konstruksi dan evaluasi incinerator untuk limbah padat rumah
sakit. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pusat penelitian dan pengembangan fisika terapan
Bandung: Pusat penelitian dan pengembangan fisika terapan.
9. Said NI, 1999. Teknologi pengolahan air limbah rumah sakit dengan system “biofilter anaerob-
aerob”. Seminar Teknologi Pengolahan Limbah II: Prosiding, Jakarta, 16-7 Feb 1999.
10. Shabib MN, Djustiana N, 1998. Profil DNA plasmid E. coli yang diisolasi dari limbah cair rumah sakit.
Majalah kedokteran Bandung: 30 (1) 1998: 328-41
11. Slamet Riyadi, 2000. Loka karya alternative ekologi pengelolaan limbah rumah sakit dalam sanitasi
rumah sakit, Pusat penelitian Kesehatan Lembaga Penelitian Universitas Indonesia. Depok.
PENCEMARAN LOGAM MERKURI TERHADAP BIOTA AIR DAN KESEHATAN MANUSIA
ABSTRAK
Logam merkuri (Hg) adalah salah satu trace element yang mempunyai sifat cair pada temperatur ruang
dengan spesifik gravity dan daya hantar listrik yang tinggi. Diantara berbagai macam logam berat,
merkuri digolongkan sebagai pencemar paling berbahaya. Sedang unsur-unsur logam berat lainnya juga
memiliki potensi yang membahayakan lingkungan perairan. Terdapatnya merkuri di lingkungan perairan
disebabkan kegiatan perindustrian dan kegiatan alam. Pengaruh merkuri sebagai pollutan terhadap
kehidupan biota laut dapat bersifat langsung maupun tidak langsung, misalnya melalui penurunan
kualitas air, dan melalui rantai makanan (food chain). Bentuk yang bersifat toksis dari merkuri adalah
methyl merkuri, yang mana dapat diakumulasi oleh biota air. Terjadinya proses akumulasi di dalam tubuh
ikan karena kecepatan pengambilan merkuri(up take rate) oleh ikan lebih cepat dibandingkan proses
eksresi. Pengaruh toksisitas merkuri terhadap ikan dapat bersifat lethal dan sublethal, sinergism dan
antagonism. Dampak merkuri pada manusia dapat berupa gangguan fisiologis, ganggunan sistim syaraf,
gangguan pertumbuhan, dan gangguan terhadap ginjal.
A. PENDAHULUAN
Logam merkuri (Hg) adalah salah satu trace element yang mempunyai sifat cair pada temperatur ruang
dengan spesifik gravity dan daya hantar listrik yang tinggi. Karena sifat-sifat tersebut, merkuri banyak
digunakan baik dalam kegiatan perindustrian maupun laboratorium. Merkuri yang terdapat dalam
limbah atau waste di perairan umum diubah oleh aktifitas mikro organisme menjadi komponen methyl
merkuri (CH3-Hg) yang memiliki sifat racun dan daya ikat yang kuat disamping kelarutannya yang tinggi
terutama dalam tubuh hewan air. Hal tersebut mengakibatkan merkuri terakumulasi melalui proses
bioakumulasi dan biomagnifikasi dalam jaringan tubuh hewan-hewan air, sehingga kadar merkuri dapat
mencapai level yang berbahaya baik bagi kehidupan hewan air maupun kesehatan manusia, yang makan
hasil tangkap hewan-hewan air tersebut. Proses akumulasi merkuri di dalam tubuh hewan air, karena
kecepatan pengambilan merkuri (up take rate) oleh organisme air lebih cepat dibandingkan dengan
proses ekresi.
Diantara berbagai macam logam berat, merkuri digolongkan sebagai pencemar paling berbahaya.
Sedang unsur-unsur logam berat lainnya juga memiliki potensi yang membahayakan lingkungan perairan.
Disamping itu, ternyata produksinya cukup besar dan penggunaannya di berbagai bidang cukup luas.
Pencemaran yang disebabkan oleh logam-logam berat yang juga merupakan unsur-unsur langka (seng,
timah, kadnium, merkuri, arsen,nikel, vanadium dan berilium) merupakan masalah yang serius dewasa
ini. Pengaruh merkuri sebagai Pollutan terhadap kehidupan biota laut dapat bersifat langsung maupun
tidak langsung, misalnya dengan melalui penurunan kualitas air. Adanya kemampuan mengakumulasi
merkuri di dalam tubuh biota laut dapat membahayakan kehidupan biota yang bersangkutan maupun
biota lainnya misalnya melalui rantai makanan atau food chai.
B. MERCURI (Hg)
Merkuri adalah unsur yang mempunyai nomor atom (NA) 80 sertamempunyai masa molekul relatif (MR
=200,59). Merkuri diberikan simbol kimia Hgyang merupakan singkatan yang berasal bahasa Yunani
Hydrargyricum ,yang berarticairan perak .Bentuk fisik dan kimianya sangat menguntungkan karena
merupakan satu-satunya logam yang berbentuk cair dalam temperatur kamar (25°C),titik bekunyapaling
rendah (-39°C),mempunyai kecenderungan yang lebih besar ,mudah bercampur dengan logam lain
menjadi logam campuran (Amalgam/Alloi), juga dapat mengalirkan arus listrik sebagai konduktor baik
tegangan arus listrik tinggi maupun tegangan arus listrik rendah. Merkuri merupakan salah satu unsur
kimia yang biasa digunakan pada proses pemisahan emas dengan unsur logam ikutan lainnya. Merkuri
termasuk logam berat berbahaya, yang dalam konsentrasi kecil pun dapat bersifat racun. Merkuri
merupakan logam yang dalam keadaan normal berbentuk cairan berwarna abu-abu, tidak berbaudengan
berat molekul 200,59. Tidak larut dalam air, alkohol, eter, asam hidroklorida, hydrogen bromida dan
hidrogen iodide; Larut dalam asam nitrat, asam sulfurik panasdan lipid. Tidak tercampurkan dengan
oksidator, halogen, bahan-bahan yang mudah terbakar, logam, asam, logam carbide dan amine. Merkuri
dilepaskan ke atmosfer melalui pelbagai kegiatan manusia, utamanyaberasal dari pembakaran sampah
rumah tangga dan limbah industri, dan khususnyapembakaran bahan bakar fosil seperti batubara. Asap
yang mengandung merkuridapat dengan mudah ditrasportasikan melalui udara dan mengendap di
daratan sertaair.
Berwujud cair pada suhu kamar (25oC) dengan titik beku paling rendah sekitar -39oC, sehingga mudah
menyebar di permukaan air dan sulit dikumpulkan.
Masih berwujud cair pada suhu 396oC. Pada temperatur 396oC ini telah terjadipemuaian secara
menyeluruh.
Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan logamyang lain.
Tahanan listrik yang dimiliki sangat rendah, sehingga menempatkan merkurisebagai logam yang sangat
baik untuk menghantarkan daya listrik.
Dapat melarutkan bermacam-macam logam untuk membentuk alloy yang disebutdengan amalgam.
Merupakan unsur yang sangat beracun bagi semua makhluk hidup, baik itudalam bentuk unsur tunggal
(logam) ataupun dalam bentuk persenyawaan.
Bentuk dan penggunaan merkuri. Merkuri beradadalam bentuk senyawa, satu di antaranya yang paling
utama adalah Sinabar (HgS)yang sudah ditambang sejak 700 SM. Pada saat ini digunakan dalam industri
dalamtiga bentuk : senyawa logam, senyawa organik, dan senyawa anorganik. Penggunaanpaling besar
adalah dalam produksi alat elektronik. Penggunaan terbesar kedua adalah dalam industri kloro-alkali,
yang memproduksi klorin dan soda kaustik dengan caraelektroforesis larutan sodium klorida dengan
menggunakan merkuri sebagai katodadalam sel elektrolisis. Penggunaan terbesar ketiga di dunia adalah
dalam fungisidatermasuk pelindung benih (seed dressings), meskipun perlu dicatat bahwa di
beberapanegara penggunaanny telah dilarang.
Telah lama diketahui bahwa merkuri dan turunannya sangat beracun, sehingga kehadirannya di
lingkungan perairan dapat mengakibatkan kerugian pada manusia karena sifatnya yang mudah larut dan
terikat dalam jaringan tubuh organisme air. Selain itu pencemaran perairan oleh merkuri mempunyai
pengaruh terhadap ekosistem setempat yang disebabkan oleh sifatnya yang stabil dalam sendimen,
kelarutannya yang rendah dalam air dan kemudahannya diserap dan terkumpul dalam jaringan tubuh
organisme air, baik melalui proses bioaccumulation maupun biomagnifications yaitu melalui food chain.
Dikatakan pula bahwa fluktuasi merkuri di lingkungan laut, terutama di daerah estuarin dan daerah
pantai ditentukan oleh proses precification, sedimentation, flocculation dan reaksi adsorpsi desorpsi.
Akumulasi merkuri di dalam tubuh hewan air, yaitu phytoplankton (Chlorella sp), Mussel (genus Vivipare)
dan ikan herbivoreGyrinocheilus aymonieri (fam. Gyrinochelidae) karena up take rate merkuri
olehorganisme air lebih cepat dibandingkan proses eksresi.
Merkuri di alam umumnya terdapatsebagai methyl merkuri (CH3-Hg), yaitu bentuk senyawa organic
dengan daya racuntinggi dan sukar terurai dibandingkan zat asalnya. FAO (1971) mengemukakan
bahwamerkuri yang dapat diakumulasi adalah merkuri yang berbentuk methyl merkuri, yangmana dapat
diakumulasi oleh ikan atau shellfish, dan juga merupakan racun bagimanusia.
Proses methylasi terpengaruh dengan adanya dominasi unsur sulfur (S), yaitupada keadaan anaerob dan
redokpotensial yang rendah. Faktor-faktor yang sangatberpengaruh di dalam pembentukan methyl
merkuri antara lain :suhu, kadar ion Cl-,kandungan organic, derajad keasaman (pH), dan kadar merkuri
Beberapa kemungkinan bentuk merkuri yang masuk ke dalam lingkungan perairan alam,yaitu :
a) Sebagai inorganic merkuri, melalui hujan, run-off ataupun aliran sungai. Unsur ini bersifat stabil
terutama pada keadaan pH rendah.
b) Dalam bentuk organic merkuri, yaitu phenyl merkuri (C6 H5-Hg), methyl merkuri(CH3-Hg) dan
alkoxyalkyl merkuri atau methyoxy-ethyl merkuri (CH3O-CH2-CH2-Hg+). Organik merkuri yang terdapat
di perairan alam dapat berasal dari kegiatan pertanian (pestisida).
c) Terikat dalam bentuk suspended solid sebagai Hg2+2 (ion merkuro), mempunyai sifat reduksi yang
baik.
d) Sebagai metalik merkuri (Hgo), melalui kegiatan perindustrian dan manufaktur. Unsur ini
memiliki sifat reduksi yang tinggi, berbentuk cair pada temperatur ruang dan mudah menguap.
Transfer dan transformasi merkuri dapat dilakukan oleh phytoplankton dan bakteri, disebabkan kedua
organisme tersebut relatif mendominasi suatu perairan, dan juga oleh sea grasse. Bakteri dapat merubah
merkuri menjadi methyl merkuri, dan membebaskan merkuri dari sendimen. Dalam kegiatannya bakteri
membutuhkan bahan organic atau komponen-komponen karbon, nitrogen dan posphat sebagai
makanannya.
Sea grasess system mendominasi penyerapan merkuri darisendimen dan dari air laut. Pada proses
tersebut merkuri yang bebas dari sendimen dengan jalan lain dapat kembali ke dalam jaring makanan
melalui akarnya. Methyl merkuri yang terbentuk dalam sediman bersifat tidak stabil,sehingga mudah
dilepaskan ke dalam perairan yang kemudian diakumulasi oleh hewan maupun timbuh-tumbuhan air.
Karena sifatnya yang sangat beracun, maka U.S. Food and Administration (FDA) menentukan pembakuan
atau Nilai Ambang Batas (NAB) kadar merkuri yang ada dalam jaringan tubuh badan air, yaitu sebesar
0,005 ppm. Nilai Ambang Batas yaitu suatu keadaan dimana suatu larutan kimia, dalam hal ini merkuri
dianggap belum membahayakan bagi kesehatan manusia. Bila dalam air atau makanan, kadar merkuri
sudah melampaui NAB, maka air maupun makanan yang diperoleh dari tempat tertentu harus
dinyatakan berbahaya. NAB air yang mengandung merkuri total 0,002 ppm baik digunakan untuk
perikanan.
Pencemaran perairan oleh merkuri akibat kegiatan alam mempunyai kisaranantara 0,00001 sampai
0,0028 ppm, kecuali pada beberapa tempat seperti sungai-sungaidi Itali dimana terdapat sumber
endapan logam merkuri alamiah, kadarnya dapatmencapai 136 pph.
Pengaruh langsung pollutan (terutama pestisida) terhadap ikan biasa dinyatakan sebagai lethal (akut),
yaitu akibat-akibat yang timbul pada waktu kurang dari 96 jam atau sublethal (kronis), yaitu akibat-akibat
yang tim,bul pada waktu lebih dari 96 jam (empathari). Sifat toksis yang lethal dan sublethal dapat
menimbulkan efek genetik maupun teratogenik terhadap biota yang bersangkutan. Pengaruh lethal
disebabkan gangguan pada saraf pusat sehingga ikan tidak bergerak atau bernapas akibatnya cepat mati.
Pengaruh sub lethal terjadi pada organ-organ tubuh, menyebabkan kerusakan pada hati, mengurangi
potensi untuk perkembangbiakan, pertumbuhan dansebagainya. Seperti peristiwa yangterjadi di Jepang,
dimana penduduk disekitar teluk Minamata keracunan methyl merkuriakibat hasil buangan dari sutu
pabrik plastik. Methyl merkuri yang terdapat dalam ikan termakan oleh penduduk disekitar teluk
tersebut. Ikan-ikan yang mati disekitar teluk Minamata mempunyai kadar methyl merkuri sebesar 9
sampai 24 ppm.
Faktor-faktor yang berpengaruh di dalam proses pembentukan methyl merkuri adalah merupakan faktor-
faktor lingkungan yang menentukan tingkat keracunannya. Merkuri yang diakumulasi dalam tubuh
hewan air akan merusak atau menstimuli sistemen zimatik, yang berakibat dapat menimbulkan
penurunan kemampuan adaptasi bagihewan yang bersangkutan terhadap lingkungan yang tercemar
tersebut. Pada ikan, organyang paling banyak mengakumulasi merkuri adalah ginjal, hati dan lensa mata.
Toksisitas logam-logam berat yang melukai insang dan struktur jaringan luar lainnya, dapat menimbulkan
kematian terhadap ikan yang disebabkan oleh prosesa noxemia, yaitu terhambatnya fungsi pernapasan
yakni sirkulasi dan eksresi dari insang.Unsur-unsur logam berat yang mempunyai pengaruh terhadap
insang adalah timah, seng,besi, tembaga, kadmium dan merkuri. Percobaan yang dilakukan terhadap
ikan Carasiusauratus menunjukkan bahwa urut-urutan penyerapan logam berat oleh chemoreceptor
(taste bund) dari ikan adalah merkuri, tembaga, seng, dan timah.
Pengaruh pencemaran merkuri terhadap ekologi bersifat jangka panjang, yaitu meliputi kerusakan
strukturkomunitas, keturunan, jaringan makanan, tingkah laku hewan air, fisiologi, resistensi maupun
pengaruhnya yang bersifat sinergisme. Sedang pengaruhnya yang bersifat linier terjadi pada tumbuhan
air, yaitu semakin tinggi kadar merkuri semakin besar pengaruh racunnya. Perbedaan derajad toksisitas
logam berat terhadap berbagai jenis biota laut dapatditunjukkan oleh percobaan yang dilakukan
Schweiger terhadap beberapa jenis ikan(antara lain trout dan carp) yang ternyata memperlihatkan
tingkat sensitifitas yangberbeda-beda dari masing-masing jenis ikan tersebut.
Dari percobaan ini dapat dibuktikan bahwa perbedaan sensitifitas berkaitan erat dengan perbedaan
aktifitas dari ikan-ikan tersebut. Derajad toksisitas juga ada hubungannya dengan respiratory flow dari
masing-masing organisme, yakni semakin tinggi respiratory flow, meningkat pula toksisitas dari logam
berat tersebut. Demikian pula secara tidak langsung kadar oksigen terlarut yang rendah mengharuskan
ikan untuk lebih banyak memompa air melalui insangnya, dengan demikian respiratory flow meningkat,
sehingga lebih banyak racun yang terserap masuk ke dalam tubuh melalui insang. Di samping itu ada
beberapa ion dari berbagai logam berat yang bersifat sinergisme atau antogonistik satu terhadap yang
lain, misalnya Cu mempunyai sifat sinergisme terhadap Cd dan Mg. Merkuri dapat menggumpalkan
lendir pada permukaan insang dan merusak jaringan insang sehinggaikan mati. Kadar 0,001 ppm merkuri
(HgC1 2) dan selenium (Se0 2) dapat mereduksi dalamkantong telur ikan mas (Cyprinus carpio).
Ditambahkan pula bahwa dosis tertentu methylmerkuri dapat menyebabkan pengaruh yang serius pada
kehidupan biologis danpenambahan dosis dapat menyebabkan kematian. Akumulasi merkuri dalam
tubuh biota laut juga terpusat pada organ tubuh yang berfungsi untuk reproduksi, sehingga akan
berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan biotalaut terutama di dalam mengembangkan
keturunannya.
Untuk mengevaluasi pengaruh toksisitas merkuri terhadap manusia, OECD menentukan konsep yang
disebut ADI (AcceptableDaily Intake) untuk merkuri, yaitu intake merkuri oleh manusia yang
diperbolehkan perhari. Konsep tersebut dinyatakan :
Jika intake merkuri ( dalam bentuk methyl merkuri) sebesar 0,3 mg per hari, maka merkuri akan
tertinggal dalam darah manusia sebesar 0,2ug. Kadar setinggi itu akan dapat mengakibatkan keracunan
(clinical symptons). Karenanya dianjurkan ADI sebesar 0,03 mg per hari.
Jika tubuh ikan atau hewan mengandung 1 ppm merkuri dalam bentuk total inorganik merkuri, maka
manusia dilarang makan daging ikan atau hewan tersebut melampaui2.0 gram per minggu.
Gangguan saraf sensoris : Paraesthesia ,kepekaan menurun dan sulitmenggerakkan jari tangan dan
kaki ,penglihatan menyempit,daya pendengaranmenurun serta rasa nyeri pada lengan dan paha.
Pengaruh toksisitas Hg terutama pada Sistem Saluran Pencernaan (SSP) danginjal terutama akibat
merkuri terakumulasi.Jangka waktu,intensitas dan jalurpaparan serta bentuk Hg sangat berpengaruh
terhadap sistim yang dipengaruhi. Organ utama yang terkena pada paparan kronik oleh elemen Hg dan
organomerkuri adalah SSP sedang garam merkuri akan berpengaruh terhadap kerusakan ginjal.
Keracunanakut oleh elemen merkuri yang terhisap mempunyai efek terhadap sistim pernafasan sedang
garam merkuri yang tertelan akan berpengaruh terhadap SSP, efek terhadap sistim cardiovaskuler
merupakan efek sekunder.
Apabila terjadi akumulasi pada ginjal yang diakibatkan oleh masuknya garamin organik Hg atau
phenylmercury melalui SSP akan menyebabkan naiknya permiabilitas epitel tubulus sehingga akan
menurunkan kemampuan fungsi ginjal(disfungsi ginjal). Pajanan melalui uap merkuri atau garam merkuri
melalui saluranpernafasan juga dapat mengakibatkan kegagalan ginjal karena terjadinya proteinuria atau
nephrotik sindrom dan tubular nekrosis akut.
Terutama terhadap Bayi dari ibu yang terpajan oleh MeHg, dari hasil studi membuktikan ada kaitan yang
signifikan bayi yang dilahirkan dari ibu yang makangandum yang diberi fungisida, maka bayi yang
dilahirkan mengalami gangguan kerusakan otak yaitu retardasi mental, tuli, penciutan lapangan
pandang,microcephaly, cerebral palsy, ataxia, buta dan gangguan menelan.
G. KESIMPULAN
Terdapatnya merkuri di lingkungan perairan disebabkan kegiatan perindustrian dan kegiatan alam.
Pengaruh merkuri sebagai pollutan terhadap kehidupan biota laut dapat bersifat langsung maupun tidak
langsung, misalnya melalui penurunan kualitas air, dan melalui rantai makanan (food chain). Bentuk yang
bersifat toksis dari merkuri adalah methyl merkuri, yang mana dapat diakumulasi oleh biota air.
Terjadinya proses akumulasi di dalam tubuh ikan karena kecepatan pengambilan merkuri (up take rate)
oleh ikan lebih cepat dibandingkan proses eksresi. Pengaruh toksisitas merkuri terhadap ikan dapat
bersifat lethal dan sublethal, sinergism dan antagonism. Dampak merkuri pada manusia dapat berupa
gangguan fisiologis, ganggunan sistim syaraf, gangguan pertumbuhan, dan gangguan terhadap ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
Alfian Zul. 2006.Merkuri : Antara Manfaat dan Efek Penggunaanya Bagi Kesehatan Manusia dan
Lingkungan .Universitas Sumatera Utara : Medan.
Assa, I., 2003. Tingkat Keracunan Merkuri pada Pekerja Tambang di Desa Talawaan Kecamatan Dimembe.
Tesis. Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Edward. 2008. Pengamatan kadar merkuri di perairan teluk Kao (Halmahera) dan perairan Anggai (Pulau
Obi). UPT Loka Konservasi Biota Laut Tual, LIPI. Maluku Tenggara. Indonesia.
Limbong, D. 2004. Dampak Potensial Aktivitas Penambangan Emas Rakyat di Kecamatan Dimembe
Terhadap Kesehatan Masyarakat. Makalah. Seminar Masalah dan Solusi Penembangan emas Di Kematan
Dimembe September 2004.
Rohmana.2006.Pendataan penyebaran unsur merkuri pada wilayah Pertambanganemas daerah gunung
gede, Kabupaten bogor, provinsi jawa barat .[online] http://www.google.co.id (diakses tanggal 8 Mei
2010)
Rudolf. 2004. Keluhan Gangguan Kesehatan pada Penambang emas tanpa izin dan masyarakat
dalam kaitan dengan paparan merkuri di sekitar Sungai Kapuas Kecamatan Nangan Sepauk Kabupaten
Sintang, Kalimantan Barat. Universitas Airlangga. .
Rumengan I.F.M. 2004. Dampak Biologi dari Pertambangan Emas Rakyat di Daerah Aliran Sungai
Talawaan, Manahasa Utara. Makalah. Seminar masalah dan solusi penambangan emas di Kecamatan
Dimembe 9 September 2004.
Sudarmaji, Adi Heru Sutomo dan Agus Suwarni. 2004. Konsumsi Ikan Laut, Kadar Merkuri dalam rambut,
dan kesehatan nelayan di Pantai Kenjeran Surabaya. Universitas Airlangga.
Tugaswati, A Tri. 1997. Studi Pencemaran merkuri Dan Dampaknya TerhadapKesehatan Masyarakat Di
Daerah Mundu Kecamatan Indramayu.[online]http://www.google.co.id (diakses tanggal 11 Maret 2012)
Wurdiyanto Gatot : Merkuri, Bahayanya dan Pengukurannya .Divisi Jasa TeknologiKostranda, Pusat
Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi :BATAN.http://www.m3sultra.wordpress.com. (diakses
tanggal 8 Maret 2012)