Anda di halaman 1dari 5

Awal Perkembangan Arsitektur Modern

Arsitektur modern pertama kali muncul dan dikenal dibarat bersamaan dengan revolusi industri (1760-
1870), selain berdampak terhadap perkembangan teknologi juga berdampak pada perkembangan budaya dan
sosial-politik. Dalam penerapannya era perkembangan arsitektur ini disesuaikan dengan warna dan corek
arsitektur yang sesuai dengan zaman tersebut.

Masa era arsitektur moderen juga bisa disebut masa peralihan, yaitu masa peralihan dari primitive,
tradisional, neo klasik (abad ke-20) menuju masa corak design arsitektur yang lebih maju (abad ke-21). Masa
peralihan ini pun nantinya akan terus belanjut dari satu era corak arsitektur yang satu ke masa arsitektur yang
lainnya (yang lebih pas atau cocok dengan zamannya). Era arsitektur moderen ini ditandai dengan
penyederhanaan ide-ide design dari ide-ide design yang berbentuk yang rumit dan bertele-tele. Arsitektur
modern itu timbul karena adanya kemajuan dalam bidang teknologi yang membuat manusia cenderung untuk
sesuatu yang ekonomis, mudah dan bagus. Hal itu dapat dilihat dari adanya penemuan – penemuan seperti
dinamit yang memudahkan manusia untuk menggali lubang atau penggunaan mesin yang dapat mempercepat
produksi dan menghemat tenaga manusia. Tapi itu semua tidak membuat manusia senang karena
penggunaanya yang disalahgunakan, karena dinamit yang mestinya membantu manusia malah mencelakakan
manusia, yang memudahkan manusia malah menyulitkan manusia itu sendiri. Berarti apa yang dibuat didalam
jaman modern itu belum tentu bagus/masih ada kekurangannya. Dikatakan masih ada kekurangannya karena
yang diciptakan manusia itu pada dasarnya tidak ada yang sempurna selain itu penggunaan yang disalah
gunakan bisa membuat karya manusia itu berbalik menjatuhkan manusia itu sendiri.

Tokoh Arsitektur Modern

I. M. Pei
Ieoh Ming Pei (Pei) lahir di Kota Canton, Cina pada tanggal 26 April 1917. Nenek
moyang Pei ada di Kota Suzhou sejak 600 tahun silam. Saat Pei lahir, Kota Suzhou tengah
bergejolak. Tseujee Pei, ayah Pei adalah seorang pekerja Bank. Lien Kwan, ibu Pei adalah
seorang pemain seruling dan penganut agama Budha. Saat Suzhou bergejolak, Tseujee Pei
memutuskan untuk mengungsikan keluarganya ke Hong Kong, dan mereka hidup di Hong Kong
sekitar sembilan tahun.

Pendidikan :

 St John’s Middle School (1935)


 Massachusetts Institute of Technology (1940)
 Harvard School of Design (1944)

Gelar :

 Doctor of Fine Arts Honorary Degree


 Doctor of Laws Honorary Degree
 Doctor of Humane Letters Honorary Degree

Konsep/Metode Desain

Pei dianggap memiliki gaya yang bersifat moderemis dengan unsur-unsur kubisme. Ia dikenal
sebagai seorang arsitek yang gemar memadukan unsur-unsur tradisional dengan rancangan-rancangan
progresif yang didasarkan pada pola geometris yang sederhana. Seorang kritikus berkata bahwa Pei
"memadukan bentuk klasik dengan penguasaan metode kontemporer." Pada tahun 2000, penulis
biografi Pei, Carter Wiseman, menyebut Pei sebagai "anggota generasi Modernis Akhir yang paling
terkemuka". Pada saat yang sama, Pei sendiri menolak dikotomi tren-tren arsitektur. Ia sampat
berkata: "Pembahasan soal modernisme melawan pascamodernisme tidaklah penting. Suatu bangunan
akan dirancang dan dibangun dengan gaya apa, ini bukanlah hal yang penting. Sebenarnya yang
penting adalah masyarakatnya. Bagaimana bangunan tersebut akan berdampak terhadap kehidupan.

3 Usur Metode I. M. Pei


 Life of people
Teori tentang life of people diakui Pei muncul karena pengalamannya selama 17 tahun
hidup di Negeri China, khususnya Kota Suzhou. Hubungan antar manusia (people) di
Kota Suzhou, dikatakan Pei sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, dan jika
hubungan ini terbangun, maka itulah artinya hidup (life). Berikut kutipan ungkapan Pei
mengenai hal tersebut: “It does effect my philosophy of life, relationships with
people. I am more sensitive to that than if I hadn’t been to Suzhou because that is an
old world, an old society where people treat each other with thoughtfulness and
respect. The relationships between people were much more important in one’s daily
life in Suzhou then. And that’s what life is all about.”

Jadi, konsep seperti inilah yang ingin dibangun Pei dalam setiap karyanya,
sehingga membedakannya dengan arsitek lainnya. Pei memikirkan tentang humanisme
dalam karyanya. Pei menginginkan orang-orang datang ke bangunannya menikmati
dan menyukai karyanya dengan memanfaatkan karyanya untuk berkegiatan sehari-
hari. Inilah yang dikatakan Pei sebagai keberhasilannya dalam berarsitektur, dan inilah
artinya hidup. “I have come to appreciate the important relationship between life and
architecture”

 Nature
Sama halnya dengan konsepnya tentang people and life, Pei juga mendapat
konsep nature dari pengalamannya di Kota Suzhou. Tanpa meninggalkan konsepnya
tentang manusia, menurut Pei ada hubungan khusus antara manusia dengan alam.
Berikut kutipan ungkapan Pei mengenai hal ini : “I was not aware that I learned
anything from my experiences in Suzhou until much later. When I think about it in
retrospect I must say that, yes it did have an influence on my work. It made me
aware of the complimentarity of man and nature, not of just nature alone. Somehow,
the hand of man joined with nature becomes the essence of creativity. The gardens of
Suzhou thought me that lesson.”

Yang membedakan konsep nature Pei dengan arsitek lainnya adalah latarnya
tentang Chinese Garden “The gardens of Suzhou thought me that lesson” (Pei dalam
Boehm; 2006). Chinese garden membingkai pemandangan alam, selain itu, Chinese
garden juga menjadikan alam sebagai salah satu bagian dari bangunan, sehingga meski
kita berada dalam bangunan, kita akan tetap bisa menikmati pemandangan alam.
Chinese garden memiliki 5 unsur kehidupan yaitu air, api/cahaya, tanah, udara dan
kayu/pohon/tanaman. Dalam aplikasinya Pei tidak hanya memasukkan unsur alam
sebagai pemandangan, tetapi dalam karyanya yang lain benar-benar memasukkan
unsur alam tersebut ke dalam bangunan. Pei meyebut konsepnya menyatu dengan
alam: “I found the best way to solve that problem is not to fight nature, but to join
with it”
Jadi, untuk menerjemahkan teorinya tentang alam, Pei memutuskan untuk
tidak melawan alam tetapi meyatu dengan alam, dengan membuatnya sesuai dengan
kondisi site.

 Geometry
Bentuk dalam konsep Pei tidak seperti falsafah arsitektur modern “form follow
function”. Berikut adalah pendapat Pei tentang bentuk: “The form is as important as
function. To me form doesn't always follow function. Form has a life of its own, and
at times it may be the motivating force in design.”

Jadi, bagi Pei bentuk tidak selalu mengikuti fungsi, tetapi bagi Pei bentuk dan
fungsi memiliki nilai yang sama. “ Frequently my function fits into my form, the form
has to be related to the site.”
Dari dua kutipan di atas, Pei menyatakan fungsi itu dimasukkan ke dalam sebuah
bentuk, dan bentuk itu didapat dari penyesuaian terhadap site. Hal inilah yang
membedakan Pei, dengan arsitek-arsitek beraliran modern lainnya yang menganut
falsafah “form follow function”. Hal lain yang membedakan bentuk Pei dengan arsitek
lain, yaitu konsepnya tentang bentuk geometri. Berikut kutipan ungkapan Pei tentang
bentuk geometrinya: “architecture is essentially geometry modeled by light

Jadi, menurut Pei, bentuk pada setiap karyanya terbentuk dari hasil
penelitiannya tentang cahaya, bagaimana sebuah ruang dapat terbentuk dari cahaya,
menyesuaikan skala dan proporsinya, dan yang terpenting ada ciri khas sebagai
bangunan yang tidak berdiri sendiri. Bentuk geometri yang umumnya digunakan Pei
adalah bentuk geometri segitiga dasar yang dikombinasikan menjadi bentuk belah
ketupat, jajaran genjang, atau dalam bentuk tiga dimensi prisma. Bentuk geometri ini
dalam karyanya dibuat modul grid atau yang disebutnya sebagai grid system expose
yang dipadukan dengan kaca untuk memasukkan Unsur air Unsur api/cahaya Unsur
udara Unsur tanah unsur cahaya. Perpaduan inilah yang menjadi estetika dalam karya
Pei.
3 Karya I. M. Pei dan Implementasi metode

1. Le Grand Louvre
• Penggunaan material kaca untuk memaksimalkan cahaya matahari
yang masuk.
• Membuat kolam air mancur.
• Banyak orang yang datang untuk mengunjungi museum.
• Penggunaan bentuk segitia yang merupakan salah satu bentuk
dasar geometry.

2. Rock and Roll Hall of Fame Museum


• Penggunaan material kaca untuk memaksimalkan cahaya
matahari yang masuk.
• Berada di tepi danau erie, Cleveland, Ohio, AS.
• Banyak orang yang datang untuk mengunjungi museum.
• Penggunaan bentuk segitia yang merupakan salah satu
bentuk dasar geometry.
• Tidak merubah bentuk tapak.
3. Bank of China

• Penggunaan material kaca untuk memaksimalkan


cahaya matahari yang masuk.

• Banyak orang yang datang untuk mengunjungi


bank.

• Penggunaan bentuk segitia yang merupakan salah


satu bentuk dasar geometry.

Anda mungkin juga menyukai