Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL BOOK REPORT

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

OLEH :

NURJUWITA SAFITRI (4173141050)


NURLAILA PUTRI (4173141051)
RISA PUTRI SURBAKTI (4173141059)

BIOLOGI DIK E 2017

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peserta didik adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, ia membutuhkan orang lain
untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang utuh. Dalam perkembangannya,
pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena interaksi dan saling berpengaruh antar
sesama peserta didik, maupun dengan proses sosialisasi. Dengan mempelajari perkembangan
hubungan sosial diharapkan dapat memahami pengertian dan proses sosialisasi peserta didik.
Perkembangan adalah salah satu proses yang harus dialami oleh setiap peserta didik baik
dalam naungan lembaga formal maupun non-formal. Tanpa sebuah perkembangan dari
peserta didik, maka perkembangan suatu Negara tidak akan pernah berjalan dengan
lancar. Untuk itu, sebagai tenaga pendidik harus mengetahui konsep – konsep dan prinsip –
prinsip dasar dari perkembangan belajar peserta didik untuk memudahkan proses belajar
mengajar.Aspek– aspek perkembangan individu meliputi fisik, intelektual, sosial, emosi,
bahasa, moral dan agama. Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan sebelum lahir dan
pertumbuhan setelah lahir. Intelektual (kecerdasan) atau daya pikir merupakan kemampuan
untuk beradaptasi secara berhasil dengan situas baru atau lingkungan pada umumnya. Sosial,
setiap individu selalu berinteraksi dengan lingkungan dan selalu memerlukan manusia
lainnya. Emosi merupakan perasaan tertentu yang menyertai setiap keadaan atau perilaku
individu. Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan yang lain. Moralitas
merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-
prinsip moral. Agama merupakan kepercayaan yang dianut oleh individu.

B. Tujuan

1.Menambah wawasan pembaca mengenai arti pentingnya memahami perkembangan


psikologi manusia.

2.Meningkatkan motivasi pembaca dalam mengenal lebih jauh apakah perkembangan itu.
3.Menguatkan pemahaman pembaca mengenai betapa pentingnya mempelajari
perkembangan psikologi sejak dini.
C. Manfaat

a) Bagi penulis
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah perkembangan peserta didik
2. Melatih kemampuan penulis dalam mengkritisi suatu buku.
3. Menumbuhkan pola pikir kreatif dalam membandingkan buku yang satu dengan yang
lain
b) Bagi pembaca :
1.Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai perkembangan psikologi dalam
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. IDENTITAS BUKU

Buku Pertama (Buku Diktat)


1. Judul buku : PSIKOLOGI PENDIDIKAN
2. Edisi : Keempat (IV)
3. Penulis : Sri Milfayetti dkk
4. Penerbit : PPs Unimed
5. Kota terbit : Medan
6. Tahun Terbit : 2018
7. ISBN : 978-602-8207-18-8

Buku Pembanding (Buku Kedua)


1. Judul buku : PSIKOLOGI PENDIDIKAN
2. Edisi : Pertama(I)
3. Penulis : Bisri Mustofa, S.Pd., M.Si.
4. Penerbit : Parama Ilmu
5. Kota terbit : Yogyakarta
6.Tahun Terbit : 2015
7.ISBN : 978-602-1351-32-1

B. ISI BUKU

Ringkasan Isi Buku Pertama ( Diktat )


Bab 2 : Psikologi Pendidikan
Mendidik perlu diletakkan pada landasan filosofi pendidikan yang benar, kuat dan
bermakna besar. Keberhasilan pendidikan ditandai dengan kualitas manusia terdidik yaitu
tidak hanya mengetahui yang benar tetapi juga bertindak mulia. Semua orang harus
bertanggungjawab membuat lintasan menuju masa depan dirinya sendiri dan secara kolektif
bersama orang lain untuk masa depan bangsa dan seluruh umat manusia.
Belajar adalah inti pendidikan. Seorang pendidik dianggap efektif dalam mendidik
jika menguasai materi pelajaran, menggunakan strategi pembelajaran yang efektif, punya
keahlian dalam bidang perencanaan dan penentuan tujuan, manajemen kelas, motivasi,
komunikasi, bekerja dengan kelompok etnis dan kultural yang berbeda dan teknologi,
memiliki motivasi dan komitmen kerja. Meningkatkan diri dengan menggunakan riset yang
dilakukan sendiri ataupun yang dilakukan orang lain. Psikologi pendidikan sebagai cabang
psikologi yang memfokuskan diripada pemahaman proses belajar mengajar di dalam
lingkungan pendidikan akan membantu pendidik dalam melaksanakan tugas mendidik,
terutama dalam pemanfaatan riset-riset yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas
pembelajaran.
Demikian juga halnya, mendidik adalah sains dan seni sehingga pemahaman tentang
psikologi pendidikan akan membantu pendidik secara luwes dalam menghadapi beribu
persoalan yang terjadi di dalam kelas. Pengkajian psikologi pendidikan akan membantu guru
menjadi pendidik yang dapat membantu peserta didiknya menemukan kebanaran dan
sekaligus mampu bertindak mulia.
Bab 3 : Belajar
Belajar adalah mendapatkan sesuatu yang baru. Dapat berupa pemikiran dan
pengetahuan baru, perasaan yan glebih terkemas, sikap yang lebih baik, kecakapan yang lebih
baik serta tumbuhnya kesadaran untuk bertanggung jawab. Belajar tidak sama dengan
kematangan. Akan tetapi kematangan distimulasi oleh faktor belajar dan sebaliknya belajar
tidak efektif jika diberikan tak sesuai dengan kematangan yang diperlukan untuk mempelajari
sesuatu.
Penyelenggaraan pendidikan mengacu kepada tahapan dan proses perkembangan.
Domain perkembangan tersebut antara lain adalah perkembangan fisik motorik, kognitif,
psikososial, sosioemosional dan moral. Semua tahapan perekembangan ini berpengaruh
terhadap kesiapan belajar peserta didik. Oleh karena itu pendidik perlu memahami bagaimana
keadaan perkembangan peserta didik secara umum dan secara spesifik pada tiap domain
perkembangan. Pemahaman ini memungkinkan pendidik untuk membantu peserta didik
mendapatkan informasi sesuai dengan yang diperlukannya dan membantu peserata didik
melewati dan mencapai tahapan perkembangan yang seharusnya dimasuki peserta didik
sesuai dengan tingkat usianya. Secara umum pendidik dapat memahami tingkat kesiapan
peserta didik dalam belajar berdasarkan teori yang dimaksud. Sehingga upaya pembelajaran
yang dilakukan peserta didik dapat diproses.
Bab 9 : Penilaian
Evaluasi merupakan suatu proses pengumpulan informasi dalam rangka penentuan
nilai kepada sesuatu atau objek termasuk program pendidikan berdasarkan suatu kriteria
tertentu. Di samping evaluasi dikenal juga asesmen yang sering disebut juga sebagai
penilaian. Asesmen merupakan proses pengumpulan informasi yang memungkin guru dapat
mendeskripsi perkembangan atau hasil belajar yang dicapai siswa/anak secara menyeluruh
dengan menggunakan berbagai cara. Tes merupakan instrumen yang digunakan dalam
melakukan evaluasi atau asesmen. Tes sebagai seperangkat pertanyaan atau tugas yang
memiliki kriteria benar atau salah. Pengukuran juga digunakan dalam rangka pengumpulan
data untuk melakukan evaluasi atau asesmen. Pengukuran merupakan instrumen
pengumpulan data kuantitatif atau sesuatu atau objek.
Pengamatan merupakan proses pengumpulan data dengan menggunakan panca indera.
Pengamatan dapat dilakukan dengan menggunakan specimen records, time sampling, atau
even sampling.
Portofoli penilaian merupakan dokumen yang digunakan untuk memperoleh informasi
perkembangan kemajuan peserta didik dalam rentang waktu yang ditentukan. Pengamatan
portopolio sebagai penilaian pembelajaran dilakukan dengan langkah, yaitu 1) tahap
persiapan, 2) tahap pelaksanaan, dan 3) tahap penilaian. Portofolio penilaian dikembangkan
melalui tahapan 1) merumuskan tujuan, 2) menentukan format, 3) memilih sistem
penyimpanan, 4) mengidentifikasi komponen portofolio, 5) mengumpul dan menyusun karya,
dan 6) menyusun penilaian portofolio. Portofolio penilaian mengandung komponen pokok
yaitu 1) adanya tujuan yang jelas, dan dapat mencakup lebih dari satu ranah, 2) kualitas hasil
(outcome), 3) bukti-bukti otentik dari pembelajaran yang mencerminkan dunia nyata dan
bersifat multi sumber, 4) kerjasama anak dengan anak, anak dengan guru, 5) peenilaian yang
bersifat integratif dan dinamis karena mencakup multi aspek, 6) adanya kepemilikan
(ownership) melalui refleksi diri dan evaluasi diri, 7) perpaduan penilaian dengan
pembelajaran.

Ringkasan Isi Buku Pembanding (Kedua)


Bab I. Beberapa Defenisi Yang Berhubungan Dengan Psikologi Pendidikan
A. Defenisi Psikologi
Kata psikologi merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa greek (Yunani),
yaitu psyche yang berati jiwa, dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi
memang berarti ilmu jiwa.
Bruno (1987) membagi pengertian psikologi menjadi tiga bagian, yang pada prinsipnya
saling berhubungan. Pertama, psikologi adalah studi (penyelidikan) mengenai ‘’ruh’’. Kedua,
psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai ‘’ kehidupan mental’’. Ketiga, psikologi adalah
ilmu pengetahuan mengenai ‘’ tingkah laku’’ organisme.
John B. Watson (1878-1958), psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku
(behavior) organisme. Menurut Chaplin (1972) dalam dictionary of psychology
mendefeniskan psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia dan hewan,
juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan kerumitannya ketika mereaksi
arus dan perubahan alam sekitar dan peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang mengubah
lingkungan. Menurut Edwin G. Boring dan Herbert S. Langfeld (1976), mendefenisikan
psikologi adalah studi tentang hakikat manusia.

Dapat disimpulkan bahwa, psikologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan
membahas tingkah laku terbuak dan tertutup pada manusia, baik selaku individu maupun
kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan.

B. Defenisi Pendidikan
Pengertian pendidikan menurut kamus besar bahasa indonesia ialah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam bahsa inggris, education
(pendidikan) berasal dari kata educate (mendidik) artinya memberi peningkatan dan
mengembangkan.
Dalam pengertian yang luas dan representatif, pendidikan ialah seluruh tahapan
pengembangan kemampuan-kemampuan dan perilaku-perilaku manusia, juga proses
penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan.

C. Defenisi Psikologi Pendidikan


Psikologi pendidikan menurut sebagian ahli adalah subdisiplin psikologi, bukan
psikologi itu sendiri. Menurut Arthur S. Reber (1988), psikologi pendidikan adalah sebuah
subdisplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang
berguna dalam hal-hal sebagai 1). Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas, 2).
Pengembangan dan pembaruan kurikulum, 3). Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan, 4).
Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah
kognitif, 5). Penyelenggaraan pendidikan keguruan. Menurut Witherington (1978), psikologi
pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan pendidikan manusia.
D. Arti Penting Psikologi Pendidikan
Para pendidik khususnya para guru sekolah, sangat diharapkan memiliki-kalau tidak
menguasai pengetahua psikologi pendidikan yang memadai agar dapat mendidik para siswa
melalui proses belajar-mengajar yang berdaya guna dan berhasil guna. Pengetahuan
mengenai psikologi pendidikan bagi para guru berperan penting dalam menyelenggarakan
pendidikan di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan eratnya hubungan antara psikologi khusus
tersebut dengan pendidikan seerat metodik dengan kegiatan pengajaran.
E. Manfaat Psikologi Pendidikan
Menurut Lindgren (1982), manfaat psikologi pendidikan ialah untuk membantu para
guru dan para calon guru untuk mengembangkan pemahaman yang lebih baik mengenai
pendidikan yang lebih baik dan prosesnya. Chaplin (1972) menitikberakan manfaat psikologi
pendidikan untuk memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan
dengan cara menggunakan metode-metode yang disusun rapi dan sistematis. Dapat kita
simpulkan bahwa,secara umum psikologi pendidikan merupakan alat bantu yang penting bagi
para penyelenggara pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Bab II. Sejarah Psikologi Pendidikan Metodologi dan Ruang Lingkupnya


A. Sejarah Psikologi Pendidikan
Uraian kesejahteraan yang khusus berkaitan dengan psikologi pendidikan konon
pernah dilakukan secara alakadarnya oleh beberapa orang ahli seperti Boring & Murphy pada
tahun 1929 dan Burt pada tahun 1957, tetapi terbatas untuk psikologi pendidikan yang
berkembang di wilayah Inggris (David,1972). Kenyataan yang dapat dipungkiri bahwa
penggunaan psikologi dalam dunia pendidikan sudah berlangsung sejak zaman dahulu
meskipun istilah psikologi pendidikan sendiri pada masa awal pemanfaatannya belum dikenal
orang. Namun, seiring dengan perkembangan sains dan teknologi, akhirnya lahir dan
berkembanglah secara resmi sebuah cabang khusus psikologi yang disebut psikologi
pendidikan itu. Kemudian meurut David (1972) pada umumnya para ahli memandang bahwa
Johann Friedrich Herbart adalah bapak psikologi pendidikan. Herbart adalah seorang filosof
dan pengarang kenamaan yang lahir di Oldenburg, Jerman, pada tanggal 4 Mei 1776. Pada
usia 29 tahun ia menjadi dosen filsafat di Gottingen dan mencapa puncak kariernya pada
tahun 1809 ketika dia diangkat menjadi ketua jurusan filsafat di Konisberg sampai tahun
1833. Ia meninggal di Gottingen pada tanggal 14 Agustus 1841. Nama Herbart kemudian
diabadikan sebagai nama sebuah aliran psikologi yang disebut Herbartianisme pada tahun
1820-an. Konsep utama pemikiran Herbartianisme ialah apperceptive mass, sebuah istilah
yang khusus diperuntukkan bagi pengetahuan yang telah dimiliki individu. Selanjutnya
psikologi pendidikan berkembang pesat di Amerika Serikat, kemudian psikologi pendidikan
tersebut menyebar ke seluruh benua hingga sampai ke Indonesia. Sekarang, semakin dewasa
usia psikologi pendidikan, semakin banyak pakar psikologi dan pendidikan yang berminat
mengembangkannya.
B. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan pada asasnya adalah sebuah disiplin psikologi yang khusus
mempelajari, meneliti, dan membahas seluruh tingkah laku manusia yang terlibat dalam
proses pendidikan itu mengikuti tingkah laku belajar (oleh siswa), tingkah laku mengajar
(oleh guru) dan tingkah laku mengajar-belajar (oleh guru dan siswa yang saling berinteraksi).
Ruang lingkup pokok bahasan psikologi pendidikan sebagai, selain teori-teori psikologi
pendidikan sebagai ilmu, juga berbagai aspek psiklogi para siswa khususnya ketika mereka
terlibat dalam proses belajar dan proses mengajar-belajar.
C. Metode psikologi Pendidikan
1. Metode Eksperimen
Metode eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang dilakukan peneliti yang
bereksperimen di dalam sebuah laboratorium atau ruangan tertentu lainnya. Teknis
pelaksanaannya disesuaikan dengan data yang akan diangkat. Metode ini bertujuan untuk
menguji keabsahan dan kecermatan simpulan-simpulan yang ditarik dari hasil temuan
penelitian dengan metode lain. Data dan informasi yang dihimpun melalui metode ini lebih
bersifat definitive (pasti) dan lebih ilmiah jika dibandingkan dengan data dan informasi yang
dihimpun melalui penggunaan-penggunaan metode lainnya.
2. Metode Kuesioner
Kuesioner disebut mail survey karena pelaksanaan penyebaran dan pengembaliannya
sering dikirimkan ke dan dari responden melalui jasa pos.
Sebelum kuesioner disebarkan atau dikirimkan kepada responden yang sesungguhnya
seorang peneliti psikologi pendidikan biasanya melakukan uji coba. Penggunaan metode
kuesioner dalam riset-riset sosial termasuk bidang psikologi pendidikan relatif lebih menonjol
apabila dibandingkan dengan pengguanaan metode-metode lainnya. Gejala dominasi
(penguasaan) pengguaan metode ini muncul karena lebih banyak sampel yang bissaa
dijangkau di samping biaya satuan per responden lebih murah.

3. Metode Studi Kasus


Studi kasus (case study) ialah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk
memperoleh gambaran yang rinci mengenai aspek-aspek psikologis seorang siswa atau
sekelompok siswa tertentu. Metode ini selain dipakai oleh para peneliti psikologi
pendidikan, juga sering dipakai oleh peneliti ilmu-ilmu sosial lainnya karena lebih
memungkinkan peneliti melakukan investigasi (penyelidikan dengan mencatat fakta) dan
penafsiran yang lebih luas dan mendalam. Studi kasus akan memerlukan waktu yang lebih
lama lagi apabila dipakai untuk menyelidiki fenomena genetika yang dihubungkan dengan
aktivitas pendidikan.
4. Metode Penyelidikan Klinis
Jean Piaget adalah yang pertama memanfaatkan metode penyelidikan klinis tersebut
untuk kepentingan pendidikan menggunakan metode dengan cara mengumpulkan data yakni
interaksi semu alamiah antara peneliti dengan anak yang diteliti. Dalam pelaksanaan
penggunaannya, peneliti menyediakan benda-benda dan memberi tugas-tugas serta
pertanyaan-pertanyaan tertentu yang boleh diselesaikan oleh anak secara bebas menurut
persepsi dan kehendaknya. Kemudian, diberi perlakuan khusus (misalnya dianalisis sekilas),
peneliti mengajukan lagi pertanyaan atau tugas tambahan untuk mendukung data yang
terhimpun sebelumnya. Sasaran yang akan dicapai oleh peneliti dengan penggunaan metode
klinis terutama untuk memastikan sebab-sebab timbulnya ketidaknormalan perilaku seorang
siswa atau sekelompok siswa kemudian penelitian berupaya memilih dan menentukan cara-
cara yang tepat untuk mengatasi penyimpangan tersebut.
5. Metode Observasi Naturalistik
Metode observasi naturalistik (naturalistic observation) adalah sejenis observasi yang
dilakukan secara alamiah. Peneliti berada diluar objek yang diteliti atau tidak menampakkan
diri sebagai orang yang sedang melakukan penelitian. Dalam hal penggunaannya peneliti
atau guru yang menjadi asistennya dapat mengaplikasikan metode observasi ilmiah itu lewat
kegiatan pengajaran atau mengajar belajar dalam kelas reguler, yakni kelas tetap dan biasa,
bukan kelas yang diadakan secara khusus selama proses mengajar-belajar berlangsung, jenis
perilaku siswa yang diteliti (misalnya, kecepatan membaca) dicatat dalam lembar format
observasi yang khusus dirancang sesuai dengan data dan informasi yang akan dihimpun.

Bab III. Perkembangan dan Faktor Yang Mempengaruhi


A. Defenisi Perkembangan
Perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan kearah yang
lebih maju. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991) perkembangan adalah perihal
berkembang. Dalam Dictionary Of Psychology (1972), arti perkembangan pada prinsipnya
adalah tahapan-tahapan perubahan yang progresif yang terjadi dalam rentang kehidupan
manusia dan organisme lainnya, tanpa membedakan aspek-aspek yang terdapat dalam diri
organisme-organisme tersebut. Dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah rentetan
perubahan jasmani dan rohani manusia menuju ke arah yang lebih maju dan sempurna.
B. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Proses pematangan fungsi kognitif, proses belajar, dan pembawaan atau bakat
merupakan hal yang berkaitan erat satu sama lain dan saling berpengaruh dala perkembangan
kehidupan manusiatak terkecuali para siswa sebagai peserta didik.
C. Menurut Aliran Nativisme
Nativisme (nativism) adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap
akal pemikiran psikologis. Aliaran ini konon dijuluki sebagai aliran pesemistis yang
memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam. Karena para ahli penganut aliran ini
berkeyakinan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan
pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa.
D. Menurut Aliran Empirisme
Doktrin aliran empirisme yang amat mashur adalah “tabula rasa”, sebuah istilah
bahasa Latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank slate). Doktrin
tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam arti
perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman
pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya.
E. Menurut Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi merupakan gabungan antara aliran empirisisme dengan aliran
nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting pembawaan dengan lingkungan sebagai
faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Penganut aliran ini
berkeyakinan bahwa baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan andilnya sama besar
dalam menentukan masa depan seseorang.

Bab IV. Proses Perkembangan


A. Proses Perkembangan
Secara umum, proses dapat diartikan sebagai rentetan perubahan yang terjadi dalam
perkembangan sesuatu. Adapun maksud kata proses dalam perkembangan siswa ialah
tahapan-tahapan perubahan yang dialami seorang siswa, baik yang bersifat jasmaniah
maupun yang bersifat rohaniah. Proses dalam hal ini juga berarti tahapan perubahan tingkah
laku siswa, baik yang terbuka maupun yang tertutup. Secara global seluruh proses
perkembangan individu sampai menjadi person (dirinya sendiri) berlangsung dalam tiga
tahapan, yakni:
1. Tahapan proses konsepsi (pembuahan sel ovum ibu oleh sel sperma ayah);
2. Tahapan proses kelahiran (saat keluarnya bayi dari rahim ibu ke alam dunia bebas);
3. Tahapan proses perkembangan individu bayi tersebut menjadi seorang pribadi yang
khas.
B. Fase Perkembangan
Adalah hal yang pasti bahwa setiap fase atau tahapan perkembangan kehidupan
manusia senantiasa berlangsung seiring dengan kegiatan belajar. Dalam hal ini tidak berarti
merupakan kegiatan belajar yang ilmiah. Tugas belajar yang muncul dalam setiap fase
perkembangan merupakan keharusan universal dan idelanya berlaku secara otomatis.
C. Fase Bayi dan Kanak-Kanak
Secara kronologis, masa bayi berlangsung sejak seorang individu manusia dilahirkan
dari rahim ibunya sampai berusia sekitar setahun. Sedangkan masa kanak-kanak (early
childhood) adalah masa perkembangan berikutnya, yakni dari usia setahun hingga usia sekitar
lima atau enam tahun. Perkembangan biologis pada masa-masa ini berjalan pesat, tetapi
secara sosiologis ia masih sangat terikat oleh lingkungan keluarganya.
D. Fase Anak-Anak
Masa anak-anak (late childhood) berlangsung antara usia 6 sampai 12 tahun dengan
ciri-ciri utama sebagai berikut:
1) Memiliki dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok sebaya (peer
group);
2) Keadaaan fisik yang memungkinkan/mendorong anak memasuki dunia permainan dan
pekerjaan yang membutuhkan keterampilan jasmani;
3) Memiliki dorongan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, simbol, dan
komunikasi yang luas.
E. Fase Remaja
Masa remaja (adolescence) menurut sebagian ahli psikologi tediri atas sub-sub masa
perkembangan yaitu subperkembangan prepuber selama kurang lebih dua tahun sebelum
masa puber, subperkembangan puber selama dua tahun setengah sampai tiga setengah tahun,
subperkembangan post-puber yakni saat perkembangan biologis sudah lambat tapi masih
terus berlangsung pada bagian-bagian organ tertentu. Proses perkembangan ada masa remaja
lazimnya berlangsung selama kurang lebih 11 tahun, mulai usia 12-21 pada wanita dan 13-22
tahun pada pria. Masa perkembangan remaja yang panjang ini dikenal sebagai masa yang
penuh kesukaran dan persoalan, bukan saja bagi si remaja mandiri melainkan juga bagi para
orang tua, guru, dan masyarakat sekitar.
F. Perkembangan Orang Dewasa
Masa dewasa awal (early adulthood) ialah fase perkembangan saat seorang remaja
mulai memasuki masa dewasa, yakni usia 21-40 tahun. Sebelum memasuki masa ini seorang
remaja terlebih dahulu berada pada tahap ambang dewasa (late adolescence) atau masa
remaja akhir yang lazimnya berlangsung 21-22 tahun.
G. Fase Setengah Baya
Masa setengah baya (middle age) adalah masa yang berlangsung antara usia 40
sampai 60 tahun. Konon,di kalangan tertentu, pria dan wanita yang sudah menginjak usia 40
tahun ke atas sering dijuluki sebagai orang yang sedang mengalami masa pubertas kedua.
Julukan ini timbul karena mereka senang lagi bersolek, suka bersikap dan berbuat
emosional/mudah marah,dan bahkan jatuh cinta lagi.
H. Fase Usia Tua
Masa tua (old age) adalah fase terakhir kehidupan manusia. Masa ini berlangsung
antara usia 60 tahun sampai berhembusnya napas terakhir. Dari istilah psikologis disebut
pada masa ini ditandai oleh perubahan-perubahan kemampuan motorik yang semakin
merosot. Di antara perubahan-perubahan tersebut adalah menurunnya kekuatan otot-otot
tangan dan otot-otot yang menyangkut seluruh tubuh.

Bab V. Hukum Perkembangan


A. Pengertian Hukum Perkembangan
Hukum dalam bahasan ini berarti kaidah atau patokan mengenai terjadinya peristiwa
tertentu. Secara spesifik, hukum perkembangan dapat diartikan sebagai kaidah atau patokan
yang menyatakan kesamaan sifat dan hakikat dalam perkembangan. Dapat juga dikatakan,
hukum perkembangan adalah patokan generalisasi, mengenai sebab dan akibat terjadinya
peristiwa perkembangan dalam diri manusia.
B. Hukum Konvergensi
Perkembangan manusia pada dasarnya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
pembawaan sejak lahir, tetapi juga oleh lingkungan pendidikan. Hal ini berarti masa depan
kehidupan manusia, tak terkecuali para siswa, bergantung pada potensi pembawaan yang
mereka warisi dari orang tua pada proses pematangan, dan pada proses pendidikan yang
mereka alami. Seberapa jauh perbedaan pengaruh antara pembawaan dengan lingkungan,
bergantung pada besar kecilnya efek lingkungan yang dialami siswa.
C. Hukum Perkembangan Diri
Para siswa, seperti juga manusia dan organisme lainnya, memiliki dorongan dan
hasrat mempertahankan diri. Usaha mempertahankan diri ini, berlanjut menjadi usaha untuk
mengembangkan diri. Naluri pengembangan diri pada anak, antaa lain dimanifestasikan
dalam bentuk bermain untuk mengetahui segala sesuatu yang ada di sekitar. Alhasil, manusia
berkembang karena adanya insting atau naluripembawaan sejak lahir yang menuntutnya
untuk bertahan dan mengembangkan diri di muka bumi ini.
D. Hukum Masa Peka
Peka artinya mudah terangsang atau mudah menerima stimulus. Masa peka adalah
masa yang tepat yang terdapat pada diri anak untuk mengembangkan fungsi-fungsi tertentu.
Masa “mudah dirangsang” ini sangat menentukan cepat dan lambatnya siswa dalam
menerima pelajaran. Artinya, jika seorang siswa belum sampai pada masa pekanya untuk
mempelajari suatu materi pelajaran, materi pelajaran tersebut akan sangat sulit diserap dan
diolah oleh memorinya.
E. Hukum Keperluan Belajar
Antara perkembangan dan belajar terdapat hubungan sangat erat, hingga hampir
semua proses perkembangan memerlukan belajar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
setiap anak biasanya berkembang karena belajar. Keperluan belajar bagi proses
perkembangan, terutama perkembangan fungsi-fungsi psikis tak dapat kita ingkari, kegiatan
belajar siswa dalam segala bentuk dan manifestasinya sangat diperlukan untuk mendukung
proses perkembangannya yang utuh dan menyeluruh.
F. Hukum Kesatuan Anggota Badan
Proses perkembangan fungsi-fungsi organ jasmaniah tidak terjadi tanpa diiringi
proses perkembangan fungsi-fungsi rohaniah. Dengan demikian, suatu tahapan
perkembangan tidak terlepas dari tahapan perkembangan lainnya. Jadi, perkembangan
pancaindra misalnya, tidak terlepas dari perkembangan kemampuan mendengar, melihat,
berbicara, dan merasa. Selanjutnya kemampuan-kemampuan ini juga tidak terlepas dari
perkembangan berpikir, bersikap, dan berperasaan.
G. Hukum Tempo Perkembangan
Lambat atau cepatnya proses perkembangan seseorang tidak sama dengan orang lain.
Dengan kata lain, setiap orang memiliki tempo perkembangan masing-masing. Tempo-tempo
perkembangan manusia pada umumnya terbagi dalam kategori cepat, sedang, dan lambat.
Tempo perkembangan yang terlalu cepat atau terlalu lambat biasanya menunjukkan kelainan
yang relatif sangat jarang terjadi. Pada dasarnya tempo cepat, sedang, dan lambat tidak
menunjukkan kualitas proses perkembangan seorang anak yang normal.
H. Hukum Irama Perkembangan
Di dalam perkembangan juga dikenal adanya irama atau naik turunnya proses
perkembangan. Artinya, perkembangan manusia itu tidak tetap, terkadang naik terkadang
turun. Pada suatu saat seorang anak mengalami perkembangan yang tenang, sedangkan pada
saat lain ia mengalami perkembangan yang menggoncangkan.
I. Hukum Rekapitulasi
Hukum ini berasal dari teori rekapitulasi (recapitulation theory) yang berisi doktrin
yang menyatakan bahwa proses perkembangan individu manusia adalah sebuah mikrokosmik
(dunia kehidupan kecil) yang menerminkan evolusi kehidupan jenis makhluk hidup dari
tingkat yang paling sederhana ke tingkat yang paling kompleks. Rekapitulasi pada dasarnya
berarti pengulangan atau ringkasan kehidupan organisme tertentu seperti manusia yang
berlangsung secara evolusioner (sangat lambat) dalam waktu berabad-abad.
BAB III

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

1. Kelebihan Buku Pertama

 Pada buku diktat, terdapat ringkasan materi pada setiap bab yang telah dijelaskan
sebelumnya, sehingga memudahkan pembaca untuk menyimpulkan isi dari meteri
yang telah disampaikan.
 Pada setiap pembahasan materi dipaparkan pendapat dari para ahli, yang mendukung
materi yang dijelaskan dalam buku tersebut.
 Sebelum masuk pada bab pertama terdapat bagian pendahuluan yang
memperkenalkan secara singkat tentang psikologi pendidikan.
 Sebelum memasuki bab baru, terdapat kata motivasi yang bisa membuat pembaca
terasa termotivasi untuk menjadi guru yang lebih baik lagi kedepannya.
 Pada pokok pembahasan yang penting di bold dan garis bawahi sehingga
memudahkan pembaca memahami pembahasan.

2. Kekurangan Buku Pertama

 Pada buku pertama, bahasa yang digunakan dalam menyampaikan materi berbelit-
belit dan terdapat banyak pengulangan kalimat, sehingga pembaca merasa kesulitan
dalam memahami maksud dan tujuan dari penulisan tersebut.
 Terdapat banyak kesalahan penulisan kata pada materi yang disebabkan oleh
kesalahan dalam pengetikan seperti mngalami, yng, berujud, factor, criminal, dan
sebagainya.
 Adanya kesalahan pada pencetakan buku diktat, dimana tinta pada pencetakan buku
kurang terang atau buram, sehingga tulisan dalam buku tersebut tidak jelas dan sulit
untuk dibaca oleh pembaca.
 Pada buku diktat, penjelasan pada pembahasan materi disampaikan terlalu panjang
sehingga membingungkan pembaca dalam memahami penjelasan materi tersebut.
 Pada daftar isi tidak terdapat sub bab yang dapat memudahkan pembaca mengetahui
isi buku.
 Gambar yang terdapat pada buku tidak bewarna sehingga kurang menarik.

3. Kelebihan Buku Kedua (Pembanding)

 Dari segi tampilan sampul buku, pada buku kedua sampul buku lebih menarik
sahingga pembaca merasa tertarik untuk membacanya.
 Sistematika penulisan materi pada buku kedua disajikan dengan baik, dapat dilihat
dari penyajian materi dengan poin-poin penting dan terstruktur atau tersusun rapi dan
selaras dengan materi sebelumnya.
 Pada buku kedua, materi dipaparkan dengan menggunakan bahasa yang mudah untuk
dipahami oleh pembaca. Karena penulis bertujuan membuat buku yang layak untuk
para pendidik, guru, praktisi pendidikan, peneliti dan masyarakat umum yang
berkecimpung di dalam dunia pendidikan.

4. Kekurangan Buku Kedua (Pembanding)

 Pada buku kedua, terdapat banyak kesalahan penulisan kata pada materi yang
disebabkan kesalahan dalam pengetikan, seperti kesalahan penulisan kata
kelidaktahuan, istei, seyogiyanya, anak Auk, lertentu, pubedtas, dan lain-lain.
 Tidak terdapat terdapat ringkasan materi pada setiap bab yang telah dijelaskan
sebelumnya, sehingga pembaca kesulitan untuk menyimpulkan isi dari meteri yang
telah disampaikan.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai