Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PROFIL USAHA DAN PENGUSAHA

1.1 Klinik Bersalin Hartini


1.1.1 Profil Pengusaha
Klinik Bersalin Hartini berdiri pada tahun 1996, merupakan usaha yang

bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan masyarakat, khususnya ibu hamil,

ibu melahirkan, bayi dan balita, KB serta pelayanan kesehatan lainnya. Klinik

Bersalin Hartini pada awalnya merupakan sebuah yayasan yang kemudian

seiring berjalannya waktu dari yayasan menjadi sebuah usaha mandiri yang

dimiliki oleh seorang Bidan yang cukup berpengalaman dalam bidang kesehatan

khususnya dibidang Kebidanan yaitu ibu Hj. Hartini. Dj. SST, SKM, lahir di

Neusu Jaya Banda Aceh pada tanggal 22 Desember 1960 dan sekarang tinggal di

Jl. Mesjid POLDA No. 2-3 Jeulingke Banda Aceh. Sekaligus tempat usaha

mandiri (Klinik Bersalin Hartini), dengan latar belakang sekolah yang ibu

Hartini miliki pendidikan yang beliau lalui SPK, D3 dan D4 Kebidanan, SKM

dan terakhir D4 Medikal Bedah cukup menjadi modal utama dalam membuka

Usaha mandiri yaitu pelayanan kesehatan karena beliau sekarang menjabat

sebagai Kepala Ruang Bersalin di RSUZA Banda Aceh dan beliau juga menjabat

sebagai PNS di RSUZA dengan jabatan Kepala Ruang Bersalin.

1.1.2 Profil Usaha


Ibu Hartini membangun usaha Mandiri ini berawal dari pengalaman

bekja disebuah BPS yang kemudian dengan skill yang ibu miliki membuat

pasien nyaman dan percaya untuk memakai jasa beliau khususnya dalam

menolong persalinan. Berawal dari sinilah ibu Hartini memulai kariernya

sebagai Bidan yang sering dipanggil-panggil kerumah disaat ada pasien yang

1
mau melahirkan, dengan semangat yang kuat pantang menyerah meskipun

ditengah malam hari dengan jarak tempuh yang terkadang memerlukan waktu

yang lama, tapi ibu tetap bersedia untuk menolong persalinan, tanpa mengenal

lelah. Dan pada tahun 1996 usaha Mandiri ini yang berawal dari sebuah mimpi

yang besar bias terwujud yaitu Yayasan Klinik Bersalin Hartini. Usaha ini terus

mengalami perhubungan seiring berjalannya waktu berganti menjadi usaha

Mandiri / Klinik Bersalin Hartini.


Dalam kemajuan zaman di era-globalisasi ini masyarakat indonesia

semakin peduli dan sadar akan pentingnya kesehatan dan tingkat pemanfaatan

unit pelayanan kesehatan semakin meningkat pula. Masyarakat di daerah inipun

juga sadar akan pentingnya kesehatan itu sehingga memerlukan tempat

pelayanan kesehatan, namun sayangnya di daerah ini belum terdapat tempat

pelayanan kesehatan yang mudah di jangkau. Apabila masyarakat ingin berobat

atau sekedar berkonsultasi kepada petugas kesehatan, warga harus menempuh

jarak yang agak jauh dari tempat tinggal mereka. Jarak ini terkadang membuat

warga menjadi kembali acuh akan kesehatan, mereka tidak menghubungi

petugas kesehatan atau mengunakan tempat pelayanan kesehatan sebelum

mereka benar-benar sakit yang tidak bisa mereka tahan lagi atau setelah sakit

yang mereka alami terjadi lama, sehingga setelah menggunakan tempat

pelayanan kesehatan mereka sudah dalam keadaan sakit yang sudah dalam

stadium lanjut. Sehingga terkadang penanganan penyakit itu menjadi terlambat

atau tidak bisa di sembuhkan lagi.


Oleh karena itu, saya ingin membagun suatu tempat pelayanan kesehatan

yang lebih mudah dijangkau oleh warga sehingga warga dapat lebih mudah

menjangkau tempat pelayanan kesehatan dan di harapkan warga dapat mencegah

kemungkinan penyakitnya menjadi lebih parah atau untuk mengurangi

2
kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan. Tingkat kesehatan warga akan

meningkat dan seiring dengan itu kesejahteraannya juga akan meningkat pula.
Dalam usaha Mandiri / Klinik bersalin Hartini, ibu Hartini dibantu oleh 4

orang Bidan dan Dokter-dokter Spesialis yang siap dipanggil jika ada indikasi.

Adapun pelayanan kesehatan yang diberikan yaitu mulai dari pemeriksaan ibu

hamil, ibu bersalin, bayi-balita, anak-anak, dewasa dan KB serta berbagai

macam pelayanan kesehatan lainnya, seperti demam (DBD), Tipes, kecelakaan,

pijat bayi dan home care.

1.1.3 Pengembangan Usaha


Usaha Mandiri ini mengalami perkembangan, modal usaha yang semula

dipinjam dari BANK untuk pembangunan Klinik yang dicicil tiap bulannya

tidak terasa sudah bias dilunasi. Pelayanan kesehatan yang optimal menjadi

dasar pelayanan kami di Klinik Bersalin Hartini dengan selogan anda, pasien

yang datang untuk berobat pun datang dari berbagai daerah selain papan reklame

atau informasi, rata-rata mereka mendengar dari mulut-kemulut untuk berobat ke

Klinik Bersalin Hartini bahkan turun-temurun dari keluarga untuk melahirkan di

Klinik Bersalin Hartini.


Sebagai warga yang sedang berkembang, sampai saat ini kita masih

menghadapi banyak permasalahan kesehatan masyarakat. Dalam rangka upaya

menanggulangi permasalahan kesehatan tersebut pemerintah telah berupaya

mengembangkan berbagai macam kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat,

pelayanan tersebut selain dilaksanakan di sarana kesehatan milik pemerintah

juga sarana pelayanan milik swasta atau masyarakat sendiri. Sistem kesehatan

disusun untuk mendapatkan hasil guna kesehatan masyarakat secara maksimal

dengan cara mengefektifkan semua sumber daya manusia yang tersedia, juga

diperlukan adanya hubungan secara berjenjang dari tingkat yang tertinggi hingga

3
tingkat yang leih rendah dalam kaitan kualitas pelayanan masyarakat. Disadari

masih cukup banyak kendala yang harus diatasi untuk menjamin berhasilnya

berbagai pelayanan kesehatan tersebut. Jumlah tenaga kerja di Klinik Bersalin

Hartini sebagai berikut:


Tabel 1.1 Jumlah tenaga kerja pada Usaha Klinik Bersalin Hartini

No Nama Status Umur


1 Hj. Hartini. Dj. Pemilik 53
2 Ayu Fitria Karyawan 24
3 Wardani Karyawan 24
4 Jufrina Karyawan 24
5 Muliawati Karyawan 23

1.1.4 Permasalahan Usaha


Dalam perjalanan usaha mandiri ini, tentunya tidak selalu mulus dimana

juga ada masa - masa yang sulit seperti jumlah pasien yang berkurang dan tidak

menentu disetiap bulannya, sementara pengeluaran yang rutinitas harus tetap

dibayar semua. Banyaknya tempat pelayanan kesehatan dan pelayanan yang

diberikan oleh pemerintah seperti adanya JAMPERSAL untuk persalinan,

namun untuk menjaga mutu pelayanan Klinik Bersalin Hartini, pelayanan yang

optimal menjadi dasar dalam memberikan pelayanan kepada pasien.


Klinik Bersalin Hartini telah banyak dikenal dengan baik oleh

masyarakat karena mutu kualitasnya yang baik di kawasan banda Aceh dan

sekitarnya. Untuk tetap menjaga kualitas pelayanan yang diberikan kepada

pasien, Klinik Bersalin Hartini dilengkapi sarana dan prasarana yang

mendukung kinerja pelayanan kesehatan. memberikan pelayanan yang

professional dan sesuai dengan standard pelayanan kebidanan seperti melayani

beberapa pelayanan kesehatan seperti pemeriksaan kehamilan, persalinan, KB,

imunisasi bayi, pemijatan bayi dan home care. Klinik Bersalin Hartini
Berdasarkan aspek legalitas, Klinik Bersalin Hartini memiliki syarat

berdirinya klinik bersalin yaitu seorang bidan harus memiliki SIB (Surat Izin

4
Bidan) dan mengurus keanggotaan/registrasi pada IBI (Ikatan Bidan Indonesia)

serta memiliki SIPB (Surat Izin Praktek Bidan). Setelah hal tersebut akan

diadakan uji kompetensi serta peningkatan pengetahuan Bidan yang mana

disebut dengan Bidan Delima. Lalu akan adanya AMD selama minimal 3 tahun.

Setelah hal itu semua maka dapat mengajukan pada Dinas Kesehatan Kota lalu

melanjut pada Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai pengajuan rekomendasi

Rumah Bersalin. Namun, semua itu harus mempunyai izin dari warga setempat

yang berada di sekitarnya.

BAB II

AKTIVITAS KEWIRAUSAHAAN

2.1 Deskripsi Kewirausahaan

Berasal dari kata enterpteneur yang berarti orang yang membeli barang

dengan harga pasti meskipun orang itu belum mengetahui berapa harga barang yang

akan dijual. Wirausaha sering juga disebut wiraswasta yang artinya sifat-sifat

keberanian, keutamaan, keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada

kemampuan sendiri.

Wirausaha (Entrpreneur) menurut Joseph Schumpeter adalah “Entrepreneur

as the person who destroys the existing economic order by introducing new products

and services, by creating new forms of organization or by exploiting new raw

materials”.

5
Jadi menurut Joseph Schumpter Entrepreneur atau wirausaha adalah orang

yang mendrobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa

baru dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru.

Dalam defenisi ini ditekankan bahwa seorang wirausaha adalah orang yang melihat

adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan

peluang tersebut. Pengertian wirausaha disini menekankan pada setiap orang yang

memulai sesuatu bisnis yang baru. Sedangkan proses kewirausahaan meliputi semua

kegiatan fungsi dan tindakan untuk mengejar dan memanfaatkan peluang dengan

menciptakan suatu organisasi.

Peter Drucker berkata bahwa wirausaha tidak mencari resiko, mereka

mencari peluang. Seorang innovator dan wirausaha yang terkenal dan sukses

membangun sebuah bisnis besar, umumnya mereka bukan penanggung resiko, tetapi

mereka mencoba mendefenisikan resiko yang harus mereka hadapi dan mereka

meminimalkan resiko tersebut. Jika kita berhasil mendefenisikan resiko kemudian

membatasinya dan mereka secara sistematis dapat menganalisis berbagai peluang serta

mengeksploitasinya maka mereka akan dapat meraih keuntungan membangun sebuah

bisnis besar. Dari pengamatan perilaku wirausaha maka dapat dikemukakan tiga tipe

wirausaha yaitu wirausaha yang memiliki inisiatif, wirausaha yang mengorganisir

mekanis social dan ekonomi untuk menghasilkan sesuatu dan yang menerima resiko

atau kegagalan.

Sedangkan kewirausahaan adalah proses dinamik untuk menciptakan

tambahan kemakmuran. Tambahan kemakmuran ini diciptakan oleh individu

wirausaha yang menanggung resiko, menghabiskan waktu dan menyediakan berbagai

produk barang dan jasa. barang dan jasa yang dihasilkannya boleh saja bukan

6
merupakan barang baru tetapi mesti memiliki nilai yang baru dan berguna dengan

memanfaatkan skills dan resources yang ada.

Oleh sebab itu defenisi yang paling baik dari kewirausahaan ialah :

Entrpeunership is the process of creating something different with value by devoting

the necessary time and effort, assuming the occumpanying financial, psychic, and

social risks and receiving the resulting rewards of monetary and personal satisfaction

and independence.

Artinya, kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain

dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan resiko serta menerima

balas jasa dan kepuasaan serta kebebasan pribadi.

Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber

acuan karena berbeda-beda titik berat dan penekanannya. Richard Cantillon (1775)

misalnya, mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment).

Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya

pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi kewirausahaan

adalah lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi risiko atau

ketidakpastian. Berbeda dengan para ahli lainnya, menurut Penrose (1963) kegiatan

kewirausahaan mencakup indentfikasi peluang - peluang di dalam sistem ekonomi

sedangkan menurut Harvey Leibenstein (1968, 1979) kewirausahaan mencakup

kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat

semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen

fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.

Menurut Raymond Kao & Russell Knight (1987), memberikan defenisi

tentang wirausaha dengan menekankan pada aspek kebebasan berusaha yang

dinyatakan sebagai berikut : An entrepreneur is an independent, growth – oriented

7
owner – operator. Berbagai bentuk “kebebasan” banyak muncul dari defenisi tersebut.

Salah satu bentuk kebebasan adalah corporate entrepreneur atau intrapreneur yang

biasanya bukan merupakan pemilik perusahaan akan tetapi mereka menjalankan

perusahaan sebagaimana halnya pemilik. Oleh sebab itu, Raymond Kao melihat

adanya suatu rentang spectrum dari aspek kebebasan ini. Rentang kebebasan itu

bergerak dari pengusaha perseorangan yang bebas murni kepada seorang manajer

dalam sebuah perusahaan milik orang lain.

Lingkungan sebenarnya dapat diciptakan dan ditumbuh kembangkan dan

dapat dibudidayakan. Demikian pula lingkungan yang mendorong tumbuhnya

semangat kewirausahaan dapat diciptakan disekitar keluarga kita sendiri.

Menurut Ihcsanudin (2007), hakekat dan ciri utama kewirausahaan adalah :

.1 Berani menanggung resiko alias jangan takut gaga., Karena belum apa – apa sudah

takut gagal, kapan mulai buka usaha.

.2 Disamping itu wirausaha harus juga pula mempunyai ciri – ciri keunggulan seperti

kreatif, inovatif (berani coba – coba), ulet dan tahan uji (tidak cengeng dan tidak

lekas putus asa), pekerja keras (ia bekerja dikala orang lain tertidur pulas, ia berfikir

dikala orang lain sedang santai/bertafakur).

.3 Tidak kalah pentingnya adalah kesehatan badan yang baik akan menunjang

semangat berwirausaha.

.4 Tidak ada alasan modal, sebab terbukti usahawan sejati akan terus menunjukkan

kepiawaiannya walaupun tanpa modal yang banyak.

.5 Percaya, yakin akan berhasil, sukses. Jika kita percaya akan sukses, bukan mustahil

sukses itu akan datang. Cuma banyak orang yang mudah menyerah ketika

tantangan itu datang menghadang, padahal rencana dan strategi telah disusun. Maka

yang dibutuhkan adalah berfikir positif, yakin berhasil.

8
.6 Bertawakkal kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena Dialah Maha pemberi rejeki

kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Dia tidak akan zholim kepada hamba –

hambanya. Dialah yang menanggung rejeki setiap makhluknya.

Berdasarkan keenam hakekat diatas seorang wirausaha harus memiliki

karakteristik antara lain percaya diri, berorentasi pada tugas dan hasil, pengambil

resiko yang wajar kepemimpinan yang lugas, kreatif menghasilkan inovasi serta

berorentasi pada masa depan (Suryana, 2003).

Untuk menjadi wirausahawan yang sukses, pola sikap, perilaku dan

pandangan mampu menghasilkan gagasan cemerlang dan mewujudkannya dalam

usaha yang nyata. Mereka yang tidak memiliki kepercayaan diri, tidak memiliki

gagasan baru, tidak dapat memanfaatkan peluang yang ada serta hanya memandang

sukses dan kejayaan yang telah lalu, tidak memiliki peluang untuk menjadi

wirausahawan yang berhasil.

2.2 Tujuan dan Manfaat Kewirausahaan

Pelaksanaan Kuliah Kewirausahaan (KKU) diawali dengan pemberian

materi kewirausahaan oleh dosen pengajar dan selanjutnya dosen pengajar

mengadakan pengujian tentang materi yang disampaikan dalam kuliah kewirausahaan

dengan turun langsung ke lapangan untuk melihat aplikasi kewirausahaan. Peserta

KKU berasal dari jurusan D IV kebidanan Ubudiyah Indonesia baik itu kelas A dan B

yang berjumlah 120 mahasiswi yang dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap

kelompok diwajibkan menentukan judul penelitian dengan objek permasalahan yang

terdapat pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang ada di Banda Aceh dan

wilayah Aceh sekitarnya.

2.2.1 Tujuan dan Manfaat KKU bagi Mahasiswa

9
KKU memiliki tujuan dan manfaat yang besar bagi mahasiswa, adapun

tujuan dan manfaat yang diperoleh mahasiswa adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pengalaman kepada mahasiswi dalam dunia usaha/bisnis,

sehingga keahlian yang diperoleh dapat dipergunakan untuk menciptakan

lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri dan masyarakat.

2. Mahasiswi dapat mengimplementasikan ilmu yang dimiliki untuk membantu

UKM.

3. Mahasiswi dapat mengetahui aspek-aspek yang dipertimbangkan pada Usaha

klinik bersalin Hartini, sehingga kami selaku mahasiswi mampu mencapai

taraf kreatifitas dan inovasi berlandaskan pengetahuan yang kami miliki.

4. Sebagai proses mempersiapkan diri untuk menjadi tenaga kesehatan yang

profesional, pemimpin yang kreatif, inovatif, mandiri, bijaksana dan

bertanggungjawab.

5. Melatih diri dalam melakukan kerjasama tim.

6. Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan tugas KKU pada Fakultas

Ekonomi Universitas Syiah Kuala.

2.2.2 Tujuan dan Manfaat KKU bagi UKM

Adapun tujuan dan manfaat yang diperoleh UKM dengan adanya

kegiatan KKU adalah:

1. Mengidentifikasikan dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh usaha

klinik bersalin Hartini.

2. Memberikan solusi kepada usaha tersebut terhadap permasalahan yang

dihadapi, serta membantu meningkatkan sistem produksi dan pemasaran agar

dapat meningkatkan pendapatannya.

10
3. Sebagai pedoman dan acuan dalam perkembangan UKM tersebut dalam

menjalankan usahanya.

2.3 Pemecahan Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas dan hasil survei lapangan, maka penulis

merumuskan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh UKM, yaitu:

1. Membantu/membina sistem pencatatan keuangan (laporan keuangan sederhana).

2. Melihat prospek perkembangan usaha tersebut.

BAB III

TINJAUAN PROSPEK USAHA

3.1 Tinjauan Teoritis


3.1.1 Aspek Pemasaran

Tidak bisa dipungkiri bahwa produk (barang dan/atau jasa) yang

dihasilkan oleh seorang wirausahawan ditujukan untuk dijual, bukan untuk

dikonsumsi sendiri. Karena tujuannya untuk dijual, maka kemampuan seorang

wirausahawan dalam hal menangani pemasaran produknya sangat menentukan

keberhasilan usahanya. Telah banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa

permasalahan yang dialami oleh perusahaan, terutama yang dikelola oleh

wirausahawan pemula, adalah sulitnya memasarkan hasil produksi. Kemampuan

11
untuk berproduksi dengan baik tidak ada artinya jika tidak didukung oleh

keberhasilan dalam pemasarannya. Produk menjadi tidak berguna karena tidak

sampai ke tangan konsumen. Perusahaan akhirnya menjadi merugi karena telah

mengeluarkan biaya yang besar untuk menghasilkan produksi, namun tidak

memperoleh pendapatan dari hasil penjualan hasil produksinya.

Dalam kegiatan pemasaran ini, aktivitas pertukaran merupakan hal

sentral, olehnya itu secara sederhana, Soekartawi (1993) mendefenisikan

pemasaran sebagai aliran barang dari produsen ke konsumen. Dalam pengaliran

barang tersebut tentunya bertujuan untuk memuaskan konsumen, sebagaimana

yang dikemukakan oleh Sukotjo (1991) yang mendefenisikan pemasaran sebagai

suatu sistem keseluruhan dari suatu kegiatan usaha yang ditujukan untuk

merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan

barang atau jasa yang dapat memuaskan pembeli/konsumen.

Pemasaran memiliki konsep inti yang meliputi kebutuhan (needs),

keinginan (wants), dan permintaan (demands). Olehnya itu, Assauri (1996)

mengemukakan bahwa pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk

memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.

Pertukaran merupakan kegiatan pemasaran dimana seseorang berusaha

menawarkan sejumlah barang atau jasa dengan sejumlah nilai keberbagai macam

kelompok sosial untuk memenuhi kebutuhannya. Pemasaran sebagai kegiatan

manusia diarahkan untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses

pertukaran. Definisi yang sesuai dengan tujuan tersebut sebagaimana yang

dikemukakan oleh Kotler (1997) bahwa pemasaran sebagai suatu proses sosial

dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan

12
produk yang bernilai di dalam pasar. Proses pemasaran merupakan kelanjutan dari

proses produksi yang bertujuan agar apa yang telah diinvestasikan dalam kegiatan

produksi dapat diperoleh kembali dengan memperoleh keuntungan dari hasil

penjualan sebagai imbalan investasi yang telah dilakukan.

Pada dasarnya proses pemasaran dimulai dari menemukan apa yang

diinginkan oleh konsumen. Atau dengan kata lain mengetahui apa yang

diinginkan oleh konsumen yang berkenaan dengan produk, kinerja serta kualitas

adalah tahap pertama yang sangat penting dari kegiatan pemasaran. Secara teoritis

pemasaran mempunyai 9 (sembilan) fungsi, yang dapat diuraikan, sebagai berikut:

a. Fungsi perdagangan (merchandising)

Perencanaan yang berkenaan dengan pemasaran produk (barang dan/atau jasa)

yang tepat, dalam jumlah yang tepat, serta harga yang selaras, termasuk di

dalamnya faktor – faktor lain seperti bentuk, ukuran, kemasan dan sebagainya.

b. Fungsi Pembelian (buying)

Peranan perusahaan dalam pengadaan bahan sesuai dengan kebutuhannya.

c. Fungsi Penjualan (selling)

Meyakinkan orang untuk membeli suatu produk (barang dan/atau jasa) yang

mempunyai arti komersial baginya.

d. Fungsi Transportasi (transportation)

Perencanaan, seleksi dan pengerahan semua alat pengangkutan untuk

memudahkan produk (barang dan/atau jasa) dalam proses pemasaran.

e. Fungsi Pergudangan (storage)

Menyimpan barang selama waktu produk tersebut dihasilkan dan dijual.

f. Fungsi Standarisasi (standardization)

13
Penetapan batas-batas elementer berupa perincian-perincian yang harus

dipenuhi oleh produk, termasuk di dalamnya grading, yakni memilih kesatuan

dari suatu produk yang dimasukkan ke dalam kelas-kelas dan derajat-derajat

yang sudah ditetapkan dengan standarisasi.

g. Fungsi Keuangan (financing)

Merupakan usaha untuk mencari dan mengurus modal dan kredit yang

langsung bersangkutan dengan transaksi dalam mengalirkan produk (barang

dan/atau jasa) dari produsen ke konsumen.

h. Fungsi Komunikasi (communication)

Segala sesuatu yang dapat memperlancar hubungan di dalam perusahaan dan di

luar perusahaan.

i. Fungsi Resiko (risk)

Fungsi untuk menangani atau menghadapi resiko kerugian karena kerusakan,

kehilangan atau anjloknya harga di pasaran.

Sesuai dengan fungsi sebagaimana telah diungkapkan, maka pemasaran

memiliki (delapan) tugas, yaitu:

a. Mengubah orang yang tidak suka terhadap suatu produk menjadi suka

(conversional marketing).

b. Mendorong kebutuhan orang yang tidak berminat atau mengetahui

(stimulational marketing).

c. Mengembangkan pemenuhan kebutuhan yang belum terpenuhi

(developmental

marketing).

d. Mengaktifkan keinginan atas produk yang stabil atau permintaan terhadap

produk yang menurun (remarketing).

14
e. Menyelaraskan pola permintaan agar sesuai dengan pola penawaran

(synchromarketing).

f. Memelihara tingkat penjualan yang sudah ada terhadap suatu produk

(maintnence marketing).

g. Mengurangi tingkat penjualan yang sudah ada terhadap suatu produk tertentu

(demarketing).

h. Merintangi permintaan atau keinginan terhadap suatu produk tertentu (counter

marketing).

Agar manajemen perusahaan dapat bekerja dengan berorientasi pada

sasaran – sasaran yang telah ditetapkan, maka sasaran-sasaran tersebut setidaknya

memenuhi empat kriteria, sebagai berikut:

a. Sasaran harus diurutkan secara hierarkis, dari yang paling penting hingga ke

sasaran yang kurang penting untuk dicapai. Sebagai contoh, sasaran utama

perusahaan dalam suatu periode tertentu adalah peningkatan tingkat

pengemb,alian investasi. Hal ini dapat dicapai dengan peningkatan pendapatan

dan/atau pengurangan jumlah modal yang diinvestasikan. Pendapatan dapat

ditingkatkan dengan melakukan upaya peningkatan pangsa pasar dan/atau

harga jual.

b. Sasaran sedapat mungkin harus dinyatakan secara kuantitatif, misalnya

peningkatan pendapatan sebesar 25% per tahun atau peningkatan volume

penjualan sebanyak 15 ton per bulan.

c. Sasaran yang ditetapkan harus realistis, tidak berdasarkan angan-angan saja.

Kepemilikan dan kemampuan sumberdaya perusahaan dan kondisi lingkungan

eksternal harus menjadi bahan pertimbangan. Tentunya harus dilengkapi dengan

data dan fakta sebagai dasarnya.

15
d. Sasaran harus konsisten, sebagai contoh tidak mungkin memaksimalkan penjualan

dan laba secara serentak, tentunya laba hanya dapat ditingkatkan apabila telah

lampu meningkatkan penjualan.

Dalam kegiatannya dengan mata kuilah kewirausahaan yang di lakukan

dengan studi penelitan pada usaha klinik bersalin Hartini, diketahui bahwa

pasien yang datang ke klinik bersalin Hartini tidak sepi dari pasien setiap

harinya baik untuk bersalin maupun untuk memeriksakan kehamilan, ber- KB

ataupun imunisasi.

3.1.2 Aspek Produksi

Komponen-komponen dalam sistem produksi yang terdiri dari input,

proses dan output. Dengan demikian, dalam merancang sistem produksi

perusahaan, ketiga komponen ini dijadikan sebagai pedoman. Langkah awal

yang dilakukan dalam merancang suatu sistem produksi adalah perumusan

tujuan secara jelas yang menuntut perusahaan menetapkan spesifikasi produk

sesuai keinginan konsumen pasar sasaran. Selanjutnya menentukan input yang

meliputi bahan, tenaga kerja, mesin/peralatan, lokasi dan biaya yang dibutuhkan

untuk menghasilkan produk sesuai yang ditetapkan pada langkah awal tadi. Dan

langkah berikutnya adalah menentukan proses produksi yang akan digunakan

untuk menghasilkan produk. Upaya-upaya yang dilakukan dengan melibatkan

komponen – komponen sistem produksi tersebut perlu senantiasa dikendalikan

agar apa yang diharapkan dalam proses produksi dapat tercapai.

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan input

seperti bahan baku, tenaga kerja, mesin/peralatan, lokasi dan biaya hanya dapat

16
dibuat perencanaannya ketika jenis produk yang akan dihasilkan beserta

spesifikasinya telah ditetapkan.

Menurut Buchari Alma (2013), tujuan mengadakan pengembangan

produksi antara lain :

a. Memenuhi keinginan konsumen

b. Memenangkan persaingan

c. Meningkatkan jumlah penjualan

d. Mendayagunakan sumber – sumber produksi

e. Mencegah kebosanan konsumen

Hasil analisis terhadap elemen-elemen diatas sebagai bagian dari aspek

keuangan nanti akan berupa suatu pernyataan. Pada usaha klinik bersalin Hartini

pembahasan tentang aspek produksi menyangkut hal-hal sebagai berikut: lokasi

usaha, bahan baku yang digunakan dalam proses produksi, peralatan yang

digunakan serta proses produksinya.

3.1.3 Aspek Keuangan

Keberhasilan perusahaan lazimnya dilihat sampai sejauh mana usaha

tersebut memberikan keuntungan bagi wirausahawan. Semakin besar

keuntungan yang diperoleh bisa jadi merupakan indikator keberhasilan kinerja

keuangan perusahaan dan tentunya sebgai pertanda keberhasilan perusahaan

dalam mencapai sukses. Namun perlu diingat bahwa keuntungan yang diperoleh

sebagai kinerja hasil keuangan merupakan konsekuensi atau dampak dari kinerja

proses dan kinerja hasil aspek-aspek lain yang meliputi aspek pemasaran,

produksi, pengendalian dampak lingkungan, serta organisasi dan manajemen.

17
Olehnya itu untuk mengetahui apakah perusahaan yang dirancang akan

memberikan keuntungan, maka aspek keuangan perlu pula dirancang.

Disamping itu, rancangan aspek keuangan akan menggambarkan prospek usaha

yang rancang, terutama dari sisi kemampuan perusahaan dalam mengembalikan

investasi yang ditanamkan oleh wirausahawan.

Aspek keuangan sering juga disebut dengan analisis finansial usaha.

Menurut Sofyan (2003) analisis finansial adalah kegiatan melakukan penilaian

dan penentuan satuan rupiah terhadap aspek-aspek yang dianggap layak dari

keputusan yang dibuat dalam tahapan analisis kelayakan usaha. Kegiatan

analisis finansial dapat dikelompokkan menjadi tiga kegiatan utama, yaitu:

1. Membuat seluruh rekap penerimaan usaha, baik yang berasal dari kegiatan

utama usaha tersebut maupun kegiatan sampingannya

2. Membuat seluruh rekap biaya yang dikeluarkan untuk operasional usaha

tersebut.

3. Menguji aliran kas masuk yang dihasilkan oleh usaha tersebut, apakah layak

atau tidak layak sesuai dengan kriteria finansial.

Beberapa manfaat analisis finansial usaha antara lain:

1. Pemilik usaha: mendapatkan informasi tentang keuntungan usaha dan tingkat

pengembalian usaha terhadap modal yang telah ditanamkan pada usaha

tersebut.

2. Pemberi pinjaman: mendapatkan informasi tentang kelayakan usaha jika

usaha tersebut dibiayai. Selain itu pemberi pinjaman juga akan mengetahui

apakah usaha tersebut mampu mengembalikan pinjaman yang diberikan

(angsuran pokok dan bunganya) atau pemenuhan kesepakatan bagi hasil bagi

yang menganut sistem syariah.

18
3. Pemerintah: mengetahui kemampuan usaha tersebut dalam memberikan

kontribusi bagi pendapatan pemerintah. Pemerintah sebagai pemberi ijin

usaha berkepentingan untuk mengabulkan permohonan ijin usaha sesuai

dengan kebijakan yang berlaku.

4. Pelaksana usaha: sebagai panduan dalam menjalankan usaha agar dapat sesuai

dengan target dan rencana yang telah disusun.

Kriteria finansial yang digunakan untuk mengetahui sebuah usaha layak

dijalankan atau tidak antara lain: Payback Period (PP), Net Present Value

(NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Profitability Index (PI). Payback

Period (PP) digunakan untuk menentukan berapa lama modal yang ditanamkan

dalam suatu usaha kembali. Alternatif PP yang paling baik adalah yang paling

cepat dalam pengembalian modal tersebut. Terdapat dua asumsi yang digunakan

untuk menghitung PP, yaitu jika suatu usaha memiliki aliran kas yang sama dan

jika usaha tersebut tidak memiliki aliran kas yang sama.

Hasil analisis terhadap elemen-elemen laporan keuangan sebagai bagian

dari aspek keuangan akan berupa suatu pernyataan apakah rencana bisnis

dianggap layak atau tidak layak. Jika rencana bisnis dinyatakan layak, maka

studi akan dilanjutkan ke aspek yang lain. Jika rencana bisnis dinyatakan tidak

layak, dapat dilakukan kajian ulang yang lebih realistis dan positif sehingga

kajian menjadi layak. Apabila memang sulit untuk menjadi layak, sebaiknya

rencana bisnis diakhiri saja.

3.1.4 Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia

Sebuah perusahaan memiliki sumberdaya yang memadai dan memiliki

tujuan yang jelas, namun bila tidak diorganisasikan dan diatur dengan baik,

19
maka sumberdaya dan tujuan yang telah ditetapkan tersebut menjadi sesuatu hal

yang sia-sia. Olehnya itu, di sinilah letak pentingnya aspek pengorganisasian dan

manajemen perusahaan, agar sumberdaya yang dimiliki dapat dimanfaatkan

seefisien dan seefektif mungkin untuk mencapai tujuan perusahaan sesuai

dengan yang ditetapkan.

3.2. Prospek Usaha

3.2.1 Prospek Usaha Nasi Gurih Bu Ros

3.2.1.1 Aspek Pemasaran

Klinik bersalin Hartini menerapkan strategi pemasaran berupa

kebijakan sebagai berikut:

Kebijakan Produk

Keunggulan pada kualitas, mempunyai rasa yang khas, dan lainnya

ditujukan agar dapat menjangkau harapan pelanggan. Produk yang dihasilkan

hanya bertahan satu hari karena tidak menggunakan bahan pengawet dan

diproses secara alami. Nasi gurih ini dalam penyajiaannya disesuaikan

dengan menu yang sesuai keinginan.

Kebijakan Harga

Tingkat harga yang ditetapkan oleh pengusaha klnik bersalin Hartini

sesuai dengan fasilitas, sarana dan prasarana serta pelayanan yang profesional

dan memuaskan terhadap pasien. Harga berdasarkan jenis pelayanan yang

diberikan saat ini adalah sebagai berikut :

- Konsultasi kehamilan / ANC...............................................Rp 50.000

- Persalinan normal/ 1 paket .................................................Rp

2.300.000

20
- Persalinan sectio caesarea (SC)...........................................Rp 1.200.000

- Imunisasi..............................................................................Rp 50.000

- KB (Suntik).…….................................................................Rp 5.000

- KB (IUD/AKDR)…………………………………………Rp

150.000

- KB (Implant)………………………………………………Rp

175.000

- KB (Pil)…………………………………………………...Rp 8000

- Tindik telinga……………………………………………..Rp 50.000

- Sunat anak perempuan.…………………………………...Rp 50.000

- Pengobatan umum (standart)……………………………..Rp 50.000

Kebijakan Tempat

Usaha Klinik Bersalin Hartini memiliki tempat yang strategis dimana

usaha dekat dengan jalan besar sehingga memudahkan pasien dalam

mendapatkan transportasi dan berada di samping kantor POLDA Jeulingke.

Kebijakan Promosi

Usaha Klinik Bersalin Hartini sudah pernah melakukan promosi

secara khusus maupun secara umum seperti melalui papan nama usaha yang

dipajang di depan lorong dan di tempat usaha tersebut dan promosi melalui

mulut ke mulut para pasiennya.

Peluang dan Ancaman

21
Setiap pengusaha selalu berusaha menciptakan peluang pasar yang

baru dan yang lebih baik termasuk usaha ini yang juga sangat mengharapkan

adanya peluang-peluang pemasaran yang baik dalam kegiatan pemasarannya..

Peluang pemasaran yang dapat diketahui dari beberap faktor yang mencakup

peluang dan ancaman dari produk ini antara lain :

1. Peluang

Pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi dan profesional yang

didukung dengan sarana dan prasarana yang baik yang berbeda dari klnik

bersalin atau bidan praktekswasta lainnya yang merupakan peluang yang

paling besar untuk mengembangkan usaha klinik bersalin tersebut.

Peluang pemasaran yang telah diraih pengusaha harus dipertahankan

untuk menjaga keberadaan perusahaan di pasar konsumen.

Peluang usaha bisa muncul dari mana-mana. Baik muncul dari diri

sendiri melalui intuisi maupun melalui hasi pencarian ide yang dilakukan

secara sengaja, maupun muncul sebagai respon terhadap faktor di luar diri.

Bagi usaha yang memiliki saingan usaha seperti klinik bersalin harus jeli dan

berhati – hati dalam peluang pasar dalam pelayanan kesehatan. Namun bagi

perusahaan yang tidak memiliki saingan maka akan mempenyai peluang yang

terbuka lebar untuk dimanfaatkan secara maksimal.

Ancaman

Banyaknya bidan praktek swasta dan fasilitas kesehatan yang ada di

kota Banda Aceh menjadi ancaman tersendiri bagi pengusaha klinik bersalin

tersebut. Banyaknya jaminan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah

daerah terutama JAMPERSAL membuat pengusaha klinik bersalin lebih

22
mewaspadain keinginan pasar untuk itu, pengusaha klinik bersalin ikut

memberlakukan program JAMPERSAL di usahanya agar dapat

meminimalkan kompetitif yang terjadi.

3.2.1.2 Aspek Produksi

Faktor lokasi merupakan faktor yang ikut langsung mempengaruhi

aspek produksi dan kontiunitas dari kegiatan usaha, karena hal ini bierat

hubungannya dengan masalah pemasaran dari hasil produksi. Masalah biaya

penyediaan bahan baku dan akses pelayanan kesehatan untuk pasien tidak

terlalu bermasalah karena klinik bersalin Hartini sudah banyak dikenal oleh

masyarakat dan pasien yang pernah ke klinik bersalin Hartini. Khusus untuk

pemesanan bahan – bahan kesehatan seperti obat –obatan, kapas, tisu, kasa,

dan handscoen sudah ada langganan oleh pengusaha klinik bersalin.

Pada usaha Klinik Bersalin Hartini bahan baku yang digunakan dalam

proses produksi adalah :

1. Untuk bahan yang dibutuhkan dalam persalinan, pemeriksaan kehamilan, KB

maupun imunisasi adalah: obat – obatan, kasa, tisu, kapas, handscoen, kaporit

dan lain sebagainya.

2. Peralatan yang digunakan seperti partus set, timbangan bayi, timbangan

dewasa, tensi, stetoskop, termometer lain sebagainya.

Adapun bahan baku bulanan yang digunakan oleh usaha Klinik Bersalin

Hartini adalah :

Tabel 3.1. Bahan baku bulanan yang digunakan oleh Klinik Bersalin Hartini

No Keterangan Jumlah
1. Obat – Obatan (Analgesik, Antialergi, Rp 2.000.000

23
Antikonvulsi, Antidot, Antineoplastik, Sf,

Diuretik, Larutan elektolit, obat mata,

Kontraseptik,Vitamin, Antasid) @1 pack

2. Kasa steril 33 kotak @3.000 Rp 100.000

3. Tisu 11 kotak @9.000 Rp 100.000

4. Kapas 2 Kg @50.000 Rp 100.000

5. Handscoen 2 kotak @35.000 Rp 70.000

6. Kantong plastik besar 2 pack @25.000 Rp 50.000

7. Pembersih lantai 6 botol @7.500 Rp 50.000

8. Kaporit padat 3 pack @10.000 Rp 30.000

9. Aqua glass 4 kotak @15.000 Rp 60.000

10. Bahan tak terduga lainnya Rp 1.000.000

Jumlah Rp 5.900.000

Jadi bahan baku perbulannya : Rp 5.900.000

Jadi estimasi biaya pertahun : 12 x Rp 5.900.000 = Rp 70.800.000

3.2.1.3 Aspek Keuangan dan Akuntansi

1. Biaya Investasi

Biaya yang dikeluarkan usaha Klinik Bersalin Hartini dalam

mengelola usahanya meliputi biaya investasi yaitu semua biaya yang

dikeluarkan oleh usaha tersebut untuk membeli barang - barang modal atau

keperluan investasi yang meliputi pengaadaan perlatan - perlatan yang

dibutuhkan baik selama proses produksi maupun pada saat pemasaran

24
produk. Modal awal usaha ini berasal dari modal sendiri dan pinjaman bank

yang dibayar setiap bulannya.

Untuk lebih jelas rincian pengeluaran biaya investasi pada usaha

klinik bersalin Hartini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.2. Perkiraan biaya investasi pada Klinik Bersalin Hartini

No Keterangan Jumlah
1. Bangunan klinik Rp 350.000.000

2. Renovasi klinik Rp 100.000.000

3. Partus set 5 @550.000 Rp 2.750.000

4. Timbangan bayi 1 @250.000 Rp 250.000

5. Timbangan dewasa 2 @60.000 Rp 120.000

6. Tensimeter 4 @200.000 Rp 800.000

7. Stetoskop 4 @70.000 Rp 280.000

8. Termometer 3@25.000 Rp 75.000

9. Stetoskop anak – anak 1 @300.000 Rp 300.000

10. Doppler 1 @600.000 Rp 600.000

11. Tabung oksigen 3 @600.000 Rp 1.800.000

12. Standar infus 8 @175.000 Rp 1.400.000

13. Tempat tidur ginekologi 3 @1.700.000 Rp 5.100.000

14. Tempat tidur rawat 6 @3.500.000 Rp 21.000.000

15. Kursi roda 2 @850.000 Rp 1.700.000

16. Box bayi 1 @1.600.000 Rp 1.600.000

17. Inkubator 1 @1.400.000 Rp 1.400.000

18. Lampu sorot 2 @750.000 Rp 1.500.000

25
19. Lemari obat 2 @5.500.000 Rp 11.000.000

20. Lemari kabinet 1 @1.500.000 Rp 1.500.000

21. Kulkas 3 @ 5.000.000 Rp 15.000.000

22. Jam dinding 5 @33.000 Rp 165.000

23. Kompor gas 1 @ Rp 1.500.000

24. Troli 3 @1.200.000 Rp 3.600.000

25. Kipas angin 5 @300.000 Rp 1.500.000

26. AC 5 @2.500.000 Rp 12.500.000

27. Dispenser 2 @ 150.000 Rp 300.000

28. Printer 1 @600.000 Rp 600.000

29. Komputer 1 @3.000.000 Rp 3.000.000

30. TV 3 @1.000.000 Rp 3.000.000

31. Lampu elektrik 8 @40.000 Rp 320.000

32. Kursi tunggu 2 @1.050.000 Rp. 2.100.000

33. Instrumen klinik lainnya Rp. 2.000.000


Jumlah Rp 548.760.000
Sumber : Usaha Klinik Bersalin Hartini

Harga yang diperhitungkan untuk biaya investasi berdasarkan harga pasar

yang berlaku sekarang di daerah penelitian. Pengeluaran biaya investasi keseluruhan

dapat berubah – ubah setiap tahun. Hal ini disebabkan karena jumlah biaya produksi

pertahun tidak sama dan umur tekhnis dari alat - alat yang digunakan.

2. Biaya Operasi dan Pemeliharaan

Biaya operasi dan pemeliharaan pada usaha klinik bersalin Hartini

dapat dibagi dalam dua jenis yaitu biaya tetap dan biaya variabel, untuk lebih

jelasnya dapat dirinci sebagai berikut.

26
Biaya tetap

Jumlah karyawan yang bekerja di klinik bersalin Hartini berjumlah 4

orang dengan jumlah gaji yaitu Rp 1.000.000 per orang setiap bulan. Biaya tetap

lainnya yaitu biaya penyusutan, perhitungannya sebagai berikut.

Penyusutan Peralatan Kesehatan :

Partus set 5 @ Rp 550.000 Rp 2.100.000

Tensimeter 4 @ Rp 200.000 Rp 800.000

Stetoskop 4 @ Rp 70.000 Rp 280.000

Termometer 3 @ Rp 25.000 Rp 75.000

Doppler 1 @ Rp 600.000 Rp 600.000

Timbangan bayi 1 @250.000 Rp 250.000

Timbangan dewasa 2 @ Rp 60.000 Rp 120.000

Instrumen klinik lainnya Rp 2.000.000

Jumlah Peralatan Klinik Rp 6.225.000

Semua peralatan klinik tersebut diestimasi mempunyai umur manfaat 5

tahun dan tidak mempunyai nilai residu. Jadi jumlah penyusutan peralatan adalah:

Rp 6.225.000: 5 = Rp 1.245.000.

Biaya penyusutan:

Penyusutan Perlengkapan Klinik

Tabung oksigen 3 @ Rp 600.000 Rp 1.800.000

Standar Infus 8 @ Rp 175.000 Rp 1.400.000

Tempat tidur rawat 6 @ Rp 3.500.000 Rp 21.000.000

Kursi roda 2 @ Rp 850.000 Rp 1.700.000

27
Box bayi 1 @ Rp 1.600.000 Rp 1.600.000

Inkubator 1 @ Rp 1.400.000 Rp 1.400.000

Lampu sorot 2 @ Rp 750.000 Rp 1.500.000

Tempat tidur ginekologi 3 @ Rp 1.700.000 Rp 5.100.000

Jumlah perlengkapan klinik Rp 35.500.000

Semua perlengkapan klinik bersalin Hartini tersebut diestimasi mempunyai

umur manfaat 25 tahun dan tidak mempunyai nilai residu. Jadi jumlah penyusutan

perlengkapan klinik adalah:

Rp 35.500.000 : 25 = Rp 1.420.000

Aktiva tetap bangunan diestimasi mempunyai umur manfaat 25 tahun dan tidak

mempunyai nilai residu. Jadi jumlah penyusutannya adalah : Rp 350.000.000 : 25 =

Rp 14.000.000,-

Jadi total penyusutan tiap tahun adalah :

Penyusutan peralatan klinik adalah Rp 6.225.000 : 5 = Rp 1.245.000

Penyusutan perlengkapan klinik adalah Rp 35.500.000 : 25 = Rp 1.420.000

Penyusutan bangunan klinik adalah Rp 350.000.000 : 25 = Rp 14.000.000

Jumlah penyusutan = Rp 16.665.000

Biaya Variabel

 Biaya bahan baku perbulannya : Rp 5.900.000

Jadi estimasi biaya pertahun: 12 x Rp 5.900.000 = Rp 70.800.000

28
 Usaha Klinik Bersalin Hartini juga mengeluarkan biaya servis fasilitas klinik yang

dilakukan setahun sekali, seperti :

Servis AC 5 unit Rp 1.000.000

Servis lampu 6 unit Rp 1.000.000

Servis kereta klinik Rp 300.000

Servis mesin air Rp 500.000

Jumlah........................................................Rp 2.800.000

Jadi biaya servis perlengkapan klinik pertahun adalah Rp 2.800.000

 Jumlah biaya Bahan Bakar Minyak (BBM) per hari = Rp 10.000

Jadi Bahan Bakar Minyak (BBM) /bulan : 30 x Rp 10.000 = Rp 300.000

Jadi Bahan Bakar Minyak (BBM) /tahun 12 x Rp 300.000 = Rp 3.600.000

 Biaya listrik, air dan telpon

Biaya listrik = Rp 600.000

Biaya telpon + WiFi = Rp 300.000

Biaya air = Rp 350.000

Jumlah Biaya listrik dan telpon, dan air /bulan = Rp 1.250.000

Jumlah Biaya listrik, air dan telpon + WiFi /tahun Rp 1.250.000 x 12 =

Rp 15.000.000

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan biaya operasi adalah biaya-

biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan operasi ini biaya modal kerja selama setahun.

Berdasarkan hasil penelitian, maka yang termasuk biaya operasi pada usaha klinik

bersalin Hartini adalah seperti tampak pada tabel 3.3 berikut :

29
Tabel 3.3. Biaya Operasional Klinik Bersalin Hartini

Tahun
No Uraian
2013
A BIAYA TETAP
1. Gaji karyawan 4 orang Rp 48.000.000
2. Tagihan Bank Rp 60.000.000
3. Biaya penyusutan Rp 16.665.000
Jumlah Rp 124.665.000
B BIAYA VARIABEL
1. Biaya bahan baku Rp 70.800.000
2. Biaya servis fasilitas klinik Rp 2.800.000
3. Biaya BBM Rp 3.600.000
4. Biaya listrik dan telpon + WiFi, dan air Rp 15.000.000
Jumlah Rp 92.200.000
Jumlah (A+B) Rp 216.865.000

Dari pendapatan dan biaya diatas dapat disusun perkiraan tahunann neraca,

laporan laba rugi, dan laporan perubahan modal klinik bersalin Hartini sebagai berikut

Usaha Klinik Bersalin Hartini


Neraca
Per 31 Desember 2013

Aktiva :…. Modal :


Aktiva lancar a. Modal Sendiri Rp 100.000.000
-Kas..................................... Rp 90.000.000 b. Pinjaman Bank Rp. 500.000.000
-Kredit Bank……. ……….Rp 60.000.000
-Perlengkapan bahan baku . Rp 70.800.000 Total Modal Rp 600.000.000
Total aktiva lancar Rp 220.800.000

Aktiva tetap
-Peralatan kesehatan Rp 6.400.000

-Perlengkapan klinik Rp 5.890.000

-Bangunan klinik Rp 350.000.000

30
-Akumulasi penyusutan Rp (16.665.000)
Total aktiva Tetap Rp 378.995.000
Total aktiva Rp 599.795.000

Usaha Klinik Bersalin Hartini


Laporan Laba Rugi
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2013

Pendapatan...................................................................................Rp 562.800.000

Biaya Operasional
- Biaya bahan Baku....................................Rp 70.800.000
- Beban gaji................................................Rp 48.000.000
- Beban penyusutan....................................Rp 16.665.000
- Beban Servis...........................................Rp 2.800.000
- Beban Bahan Bakar Minyak (BBM).......Rp 3.600.000
- Beban air, listrik dan telpon.....................Rp 15.000.000
Total Biaya operasional ...............................................................Rp 156.865.000

Laba bersih ....................................................................................Rp 405.935.000

Usaha Klinik Bersalin Hartini


Laporan Perubahan Modal
Untuk Tahun yang berakhir 31 Desember 2013

Modal, Per 1 Januari 2013 Rp 600.000.000

Laba bersih Rp 405.935.000

Prive ibu Rosmawati (Rp 405.000.000)

Modal Per 31 Desember 2013 Rp 600.935.000

3.2.1.4 Analisis Kelayakan Usaha

1. Net Present Value (NPV)

31
Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara

PV kas bersih (PV of proceed) dengan PV investasi (capital outlays) selama umur

investasi. Selisih antara nilai kedua PV tersebutlah yang disebut dengan NPV.Untuk

menghitung NPV, terlebih dulu kita harus tahu berapa PV kas bersihnya. PV kas bersih

dapat dicari dengan jalan membuat dan menghitung dari cash flows perusahaan selama

umur investasi tertentu.

Rumus yang biasa digunakan dalam menghitung NPV adalah sebagai berikut :

Kas.Bersih1 Kas.Bersih2 Kas.bersihN


NPV    .......   Investasi
(1  r ) (1  r ) 2
(1  r ) n

3.4 Cash Flow Klinik Bersalin Hartini

Tahun Laba Bersih Penyusutan Kas Bersih DF(20%) PV


Kas Bersih

1 258.312.821 16.665.000 274.977.821 0.833 229.056.524


2 387.155.464 16.665.000 403.820.464 0.694 280.251.402
405.935.000 16.665.000 422.600.000 244.685.400
3 0.579
412.246.044 16.665.000 428.911.044 206.735.123
4 455.504.067 16.665.000 472.169.067 0.482 189.811.964
5 0.402
Asumsi peningkatan pendapatan per tahun adalah sebesar 10 persen

Perhitungan NPV nya adalah sebagai berikut :

NPV 

229.056.524 280.251.402 244.685.400 206.735.123 189.811.964


     600.000.000
(1  0,2) (1  0,2) 2 (1  0,2) 3 (1  0,2) 4 (1  0,2) 5

229.056.524 280.251.402 244.685.400 206.735.123 189.811 .964


NPV       600.000.000
1,2 1,44 1,728 2,0736 2,48832

NPV  190.880.436+194.619.029+141.600.347+99.698.651+76.281.171-600.000.000

= 103.079.634

32
Jadi, berdasarkan perhitungan Net Present Value (NPV) diatas, maka usaha klinik

bersalin Hartini layak untuk dijalankan karena nilai bersih sekarangnya lebih besar

dari Nol.

2. Payback Period (PP)

Metode Payback period (PP) merupakan tehnik penilaian terhadap jangka waktu

(periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Perhitungan ini dapat dilihat

dari perhitungan kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih

merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan (dengan catatan

jika investasi 100% menggunakan modal sendiri. Rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut :

Investasi
PP  x12.bulan
Kas.bersih / tahun

Investasi = 600.935.000

Kas bersih tahun 1 = 274.977.821

Belum Mencukupi = 325.022.179

Kas bersih tahun 2 = 403.820.464

Kelebihan = 78.798.285

325.022.179
PP   0,80 = 8 Tahun 0 Bulan
403.820.464

Jadi, berdasarkan perhitungan Payback period (PP) diatas, maka usaha klinik

bersalin Hartini dapat untuk dijalankan karena umur investasi membutuhkan

waktu 8 tahun 0 bulan.

3. Profitability Index (PI)

33
Profitability Index (PI) atau benefit and Cost ratio (B/C Ratio) merupakan rasio

aktivitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran

investasi selama umur investasi.

Rumusan yang digunakan untuk mencapai PI adalah sebagai berikut :

PI 
 PV .kas.bersih x100%
 PV .Investasi
1.150.540.413
PI  x100%  1,91
600.000.000

Jadi, berdasarkan perhitungan Profatibility Index (PI) diatas, maka usaha klinik

bersalin Hartini layak untuk dijalankan karena Profatibility Index (PI) lebih besar

dari 1 yaitu sebesar 1,91.

3.2.1.5 Aspek Manajemen Dan Organisasi

1. Manajemen

Usaha Klinik Bersalin Hartini sudah dapat dikategorikan usaha menengah,

namun usaha klinik bersalin belum secara maksimal menerapkan sistem

manajemen itu sendiri sehingga manajemen pembukuan usaha tersebut belum

maksimal sesuai dengan manajemen kewirausahaan.

2. Organisasi

Usaha Klinik Bersalin Hartini memiliki struktur organisasi yang masih

sangat sederhana dimana pimpinan membawahi secara langsung. Struktur

organisasi yang diterapkan pada usaha ini walaupun masih sangat sederhana.

Namun usaha klinik bersalin Hartini dapat dikatakan baik dan sesuai dengan

kegiatan usaha.

34
BAB IV

PENUTUP

IV.1 KESIMPULAN

1. Menurut Joseph Schumpter Entrepreneur atau wirausaha adalah orang yang

mendrobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa

baru dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku

baru. Dalam defenisi ini ditekankan bahwa seorang wirausaha adalah orang yang

melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk

memanfaatkan peluang tersebut. Pengertian wirausaha disini menekankan pada

setiap orang yang memulai sesuatu bisnis yang baru. Sedangkan proses

kewirausahaan meliputi semua kegiatan fungsi dan tindakan untuk mengejar dan

memanfaatkan peluang dengan menciptakan suatu organisasi. Kemajuan

ekonomi banyak ditentukan oleh mampu atau berhasil tidaknya suatu negara

atau perusahaan untuk menerapkan karakteristik, jiwa, semangat, dan nilai-nilai

kewirausahaan di dalam negara atau perusahaan tersebut.

2. Untuk menjadi wirausahawan yang sukses, pola sikap, perilaku dan pandangan

mampu menghasilkan gagasan cemerlang dan mewujudkannya dalam usaha

yang nyata. Mereka yang tidak memiliki kepercayaan diri, tidak memiliki

gagasan baru, tidak dapat memanfaatkan peluang yang ada serta hanya

memandang sukses dan kejayaan yang telah lalu, tidak memiliki peluang untuk

menjadi wirausahawan yang berhasil.

35
3. Yang menjadi menjadi objek dalam penelitian ini adalah Klinik Bersalin Hartini.

IV.2 SARAN

Setelah melakukan penelitian yang dilaksanakan penulis pada usaha

klinik bersalin Hartini Banda Aceh, maka penulis mencoba memberikan beberapa

saran untuk klinik bersalin Hartini. Adapun saran yang disampaikan penulis adalah

sebagai berikut:

1. Karakteristik kewirausahaan para pengusaha sudah cukup baik, terutama dalam

aspek produksi dan pemasarannya. Hendaknya untuk mencapai tingkat

produksi dan pemasarani yang maksimal diperlukan adanya pengembangan diri

dalam berwirausaha misalnya mengikuti kegiatan pelatihan pelayanan

kebidanan non formal atau pelatihan mengenai kewirausahaan agar lebih

teraktualisasikan potensi kewirausahaan yang dimiliki dalam menjalankan

usahanya. Hal ini akan menambah wawasan dan keterampilan para pengusaha

dalam mengembangkan usahanya, dan bisa dijadikan acuan dalam menghadapi

perdagangan yang kian kompetitif.

2. Pengusaha klinik bersalin Hartini memiliki motivasi yang cukup baik dalam

menjalankan usaha klinik bersalinnya. Terutama mengenai penetapan nilai

kepada sesuatu yang diharapkan dari hasil pelayanan yang belum maksimal.

Maka perlunya meningkatkan kualitas dan variasi dalam produk agar produk

tersebut mempunyai nilai lebih untuk dipasarkan. Dalam penulisan laporan ini,

penulis menyarankan kepada pengusaha kecil menengah agar membuat

pencatatan kegiatan usaha untuk mengetahui pendapatan dan pengeluaran

secara berkelanjutan.

36
3. Berdasarkan hasil penelitian mengenai keberhasilan usaha pada bisnis klinik

bersalin Hartini, maka diperoleh gambaran bahwa keberhasilan usaha sudah

cukup baik namun hal tersebut perlu ditingkatkan lagi dalam menghadapi

persaingan yang semakin kuat terutama pada pelayanan kesehatan kebidanan

seperti meningkatkan standar kualitas pelayanan. Selain itu para pengusaha

klinik bersalin harus memiliki peralatan medis dan sarana dan prasarana yang

mendukung demi kenyamanan pasien dalam pelayanan yang diberikan oleh

klnik bersalin, sehingga dapat menjadi media promosi antara orang ke orang

lain.

4. Perlu upaya yang lebih baik lagi dari para pengusaha klinik bersalin Hartini

dalam mempertahankan dan mengembangkan kemampuan yang sudah ada

secara optimum sehingga tidak akan terjadi penurunan produktivitas. Dengan

mengetahui analisis karakteristik kewirausahaan atas produktivitas, di samping

itu motivasi pun sangat di butuhkan dalam memotivasi diri sendiri dan para

karyawan agar mampu bekerja dengan baik sehingga tercapai keberhasilan

usaha yang maksimal. Maka pengusaha dapat meningkatkan kemampuannya

untuk mempertahankan produktivitas dan penjualan yang tinggi.

37
38

Anda mungkin juga menyukai