Anda di halaman 1dari 3

1.

Penganggaran

Kebanyakan informan dalam masalah penganggaran lebih condong kepada pengendalian arus
kas mereka. Beberapa informan melakukan pengangaran secara terinci, kebutuhan demi
kebutuhan mereka anggarkan bahkan untuk hal-hal kecil. Namun terdapat informan yang
melakukan penganggaran secara umum, mereka lebih berfokus bagaimana mereka dapat
menekan pengeluaran yang terjadi.

Dalam pembuatan anggaran, banyak informan yang tidak mengelompokkan apa-apa saja yang
mereka butuhkan ke dalam catatan mereka, misalnya kebutuhan apa yang mereka perlukan
untuk sehari-hari maupun uang yang mungkin mereka bisa tabung. Namun mereka melakukan
pengelompokkan uang mereka, seperti istri yang memisahkan uang untuk keperluan tertentu
dalam sebuah amplop.

Para informanpun menerapkan prinsip konservatisme atau prinsip kehati-hatian dalam


pembuatan anggaran. Mereka akan sangat berhati-hati agar dana yang ada cukup untuk
memenuhi kebutuhan. Hal ini seperti yang terjadi di perusahaan, dimana para manajer akan
sangat jeli melihat apa saja yang mereka butuhkan, menghindari segala kemungkinan terburuk
dan menjamin bahwa masih ada kas yang bisa mereka gunakan.

Tujuan dari penganggaran yang dilakukan para informan adalah menghindari hutang,
mengantisipasi kebutuhan tidak terduga dll. Selain itu manfaat yang bisa diperoleh adalah
sebagai alat pendisplinan diri, dan untuk menekan pengeluaran. Informan yang melakukan
penganggaran lebih suka membeli secara tunai apa yang mereka belanjakan ketimbang
berhutang. Selain itu dengan adanya anggaran mereka lebih bisa mengetahui kebutuhan apa
saja yang urgent, dan dapat berhemat.

2. Pencatatan

Pencatatan sangat baik untuk diterapkan pada rumah tangga, terutama jika menggunakan
pencatatan yang terkomputerisasi. Pencatatan yang terkomputerisasi tentunya akan lebih
memudahkan pengguna dalam mengelola keuangan mereka dan akan lebih mengefisienkan
waktu.

Namun dalam penelitian yang dilakukan oleh Northcott dan Doolin ini, semua informan pasti
memiliki sebuah catatan untuk membantu mereka terlepas apakah itu catatan manual atau
sudah menggunakan komputer. Sebagian informan ada yang mencatat secara tepat dan
terperinci, namun ada juga yang mengandalkan perkiraan kasar. Ada yang menyimpan bukti
pembayaran mereka dan sebaliknya. Yang manapun, sistem pencatatan yang mereka gunakan
masih sederhana. Lagi, mereka berfokus pada arus kas mereka, melihat keluar masuknya
kas/saldo rekening, tidak sampai membuat laporan posisi keuangan bahkan neraca.

Banyak informan yang menganggap pencatatan adalah suatu kegiatan yang sangat membantu
mereka untuk melakukan penghematan. Pencatatan dapat digunakan sebagai data historis yang
membuat para informan dapat melihat kebutuhan apa saja yang telah mereka belanjakan,
bagaimaana pola belanja serta perubahan apa saja yang terjadi sehingga mereka dapat
melakukan penghematan.

3. Pengambilan Keputusan

Dalam hasil wawancara, kebanyakan informan melakukan pengambilan keputusan untuk tujuan
dalam tiga hal, yakni pengambilan keputusan apakah mereka akan membelanjakan uang mereka
atau di tabung, keputusan pembiayaan jangka pendek maupun keputusan jangka panjang dan
pembelian barang-barang mahal seperti rumah, mobil, liburan, dll.

Pemgambilan keputusan yang sering terjadi pada informan adalah pembelian rumah. Jika pada
akuntan dalam menentukan pembelian sesuatu menggunakan perhitungan yang ketat, maka
untuk non-akuntan mereka menggunakan akuntansi mental yang mana mereka hanya
mengingat berapa jumlah uang yang mereka punya. Akuntansi mental itu sendiri seperti yang
dijelaskan oleh Shefrin dan Thaler (1988) adalah bagaimana individu membuat kerangka perpikir
mereka sendiri dalam membuat keputusan keuangan, pendapatan tidak terduga, rezeki
mendadak akan diperlakukan secara berbeda tergantung banyak tidaknya. Keuntungan yang
kecil cenderung dllangsung dihabiskan, berbeda dengan keuntungan yang besar yang seolah-
olah dianggap sebuah aset.

Permasalahan utama dari pengambilan keputusan adalah para informan cenderung menghindari
hutang. Mereka tidak mau berhutang untuk konsumsi namun lebih menerima jila mereka
berhutang untuk sesuatu yang masa manfaatnya lama seperti rumah. Mereka menganggap
dengan membayar cicilan rumah sama dengan mereka membayar sewa, pengeluaran sehari-hari
atau menabung.

4. Perencanaan keuangan jangka panjang

Informan dalam penelitian ini cenderung berorientasi pada jangka pendek dibandingkan jangka
panjang. Mereka jarang memikirkan tujuan untuk jangka panjang bahkan tujuan jangka panjang
mereka anggap sebagai tabungan untuk hal-hal khusus. Hal tersebut disebabkan karena mereka
berpikir kehidupan di masa depan tidak mempunyai kejelasan sehingga mereka merasa
kebingungan untuk menentukan apa saja yang mereka butuhkan di masa depan. Namun
bagaimanapun mereka pastinya mempunyai arah pikiran ke depan. Banyak informan
menentukan perencanaan keuangan jangka panjang dalam hal meningkatkan ekuitas mereka
terutama rumah, menabung untuk masa depan anak-anak mereka dan jaminan hari tua
nantinya.

Temuan penting dalam perencanaan jangka panjang ini adalah para informan menginginkan
hidup sesuai dengan kemampuan mereka. Bahkan mereka sama sekali tidak mau berhutang,
selain berhutang untuk membeli sebuah rumah. Mereka memilih untuk hidup seadanya,
menyesuaikan diri dengan pendapatan yang mereka terima daripada harus berhutang. Hal
tersebut bertentangan dengan prinsip di perusaan dimana perusahaan cenderung lebih berani
dan bahkan mereka harus berhutang demi mendapatkan keuntungan yang besar. Para informan
cenderung tidak berani berhutang karena mereka tahu hidup mereka singkat dan mereka tidak
ingin meninggal dengan masih berhutang di bank.

Dari empat kategori di atas, rata-rata para informan melakukannya dimulai dari penganggaran,
pencatatan, pengambilan keputusan sampai dengan perencanaan keuangan jangka panjang. Namun
kategori terakhir yakni perencanaan jangka panjang, masih sedikit informan yang melakukannya
dengan alasan seperti yang telah dijelaskan di atas.

Dengan menggunakan keempat kategori tersebut, para informan juga merasakan manfaatnya secara
nyata. Manfaat tersebut antara lain:

1. Berada dalam kontrol

Dengan menggunakan akuntansi pada rumah tangga, maka para informan merasa lebih
terkontrol dalam pengeluaran keuangan mereka. Dengan melakukan penganggaran dan
pencatatan mereka lebih mengetahui berapa sisa uang yang tersisa, sebanyak apa uang yang
telah mereka belanjakan dll. Dengan begitu, para informan akan lebih menghemat jika uang
yang mereka keluarkan berlebihan.

2. Akuntansi dalam konteks emosional

Keuangan adalah masalah yang sensitif sehingga tentu saja akan berpengaruh pada kondisi
emosional individu. Emosional disini seperti rasa tidak aman, rasa bersalah, keinginan untuk
memperkuat identitas, dll.

Permasalahan keuangan yang terjadi dapat memacu emosional seseorang. Namun dengan
adanya akuntansi dalam rumah tangga, permasalahan keuangan tersebut dapat diminimalkan
misalnya dengan mengurangi rasa bersalah dan ketidakharmonisan melalui praktik keuangan
mereka.

3. Memperkuat identitas

Permalasahan keamanan yang terkait dengan akuntansi pada rumah tangga adalah kemandirian
finansial. Para informan yang berpenghasilan sendiri tentu saja yang memegang kendali atas
keuangannya tersebut. Kemandirian disini seperti mengelola pendapatan mereka sendiri,
kemampuan menyeimbangkan antara anggaran dan realisasi, dan kemampuan untuk melunasi
hutang.

Penguatan identitas terletak pada keengganan informan untuk berhutang seperti yang telah
dijelaskan pada pembahasan sebelum ini. Mereka menganggap hutang adalah sesuatu yang
negatif dan menghubungkannya dengan kurangnya kontrol diri. Permasalahan identitas juga
berkaitan dengan latar belakang keluarga dan bagaimana mempelajari cara menyikapi
keuangan. Sehingga apa yang dilakukan informan saat ini dalam pengelolaan keuangan mereka
adalah cerminan dari aoa yang keluarga mereka dulu lakukan.

4. Menjadi rasional

Akuntansi secara rasional dapat digunakan sebagai sarana untuk membuat keputusan keuangan
yang konsisten dengan tujuan yang diinginkan. Namun pernyataan tersebut sulit untuk
diaplikasikan dalam keuangan rumah tangga. Namun demikian, dari segala permasalahan
kompleks yang terjadi dalam akuntansi rumah tangga, banyak informan yang menganggap
bahwa akuntansi dalam rumah tangga itu sebagai simbol rasionalitas dalam pengambilan
keputusan.

Jadi dengan adanya akuntansi, para informan akan lebih berpikir rasional dalam mengambil
tindakan keuangan mereka. Karena akuntansi dapat mengurangi ‘kesalahan’ dari tindakan
individu yang bersikap irrasional. Namun ada beberapa permasalahan dalam akuntansi yang
irrasional seperti informan yang membayar bunga bank lebih besar dari penghasilan yang ia
terima.

Anda mungkin juga menyukai