Anda di halaman 1dari 17

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

CASE REPORT

GENERAL ANESTESI PADA TINDAKAN OPERATIF ORIF


TROCHANTER FEMUR DEXTRA COMMINUTIVE

PENYUSUN:
Femina Putri Meetaliasari, S.Ked J510185108
Tamara Meriyansyah, S.Ked J510185130

PEMBIMBING:
dr. Bambang Sutanto, Sp. An-KIC
dr. Ricka Lesmana Sp. An
dr. Febrian Dwi Cahyo Sp. An M.kes

PRODI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
AGUSTUS 2019

2
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS


CASE REPORT
Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : GENERAL ANESTESI PADA TINDAKAN OPERATIF ORIF


TROCHANTER FEMUR DEXTRA COMMINUTIVE : LaporanKasus
Penyusun : Femina Putri Meetaliasari, S.Ked J510185108
Tamara Meriyansyah, S.Ked J510185130
Pembimbing : dr. Bambang Sutanto, Sp. An-KIC
dr. Ricka Lesmana Sp. An
dr. Febrian Dwi Cahyo Sp. An M.kes

Surakarta, September 2019


Penyusun Penyusun

Tamara Meriyansyah, S.Ked Femina Putri Meetaliasari,


S.Ked
Menyetujui,
Pembimbing

dr. Ricka Lesmana Sp. An

Mengetahui
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS

Dr. Iin Novita N.M., M.Sc., Sp.PD

2
GENERAL ANESTESI PADA TINDAKAN OPERATIF ORIF TROCHANTER
FEMUR DEXTRA COMMINUTIVE:LAPORAN KASUS
GENERAL ANESTHESIA IN THE OPERATIVE ACTION OF ORIF TROCHANTER
FEMUR DEXTRA COMMINUTIVE: CASE REPORT

Femina Putri Meetaliasari*, Tamara Meriyansyah**


* Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
** Bagian Ilmu Anestesiologi dan Reanimasi, RS PKU Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK
Anestesi merupakan tindakan pemberian anestesi, penjagaan keselamatan penderita
ketika pembedahan, pengobatan intensif pasien gawat, terapi inhalasi, dan penanggulangan
nyeri menahun. Anestesi yang menyebabkan hilangnya kesadaran tanpa nyeri seluruh tubuh
secara sentral yang reversible disebut anestesi umum sedangkan jenis yang hanya
menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu namun tetap sadar disebut anestesi regional.
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuinitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa atau trauma. Kami melaporkan kasus laki-
laki berusia 53 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri panggul bawah dan sulit
digerakkan. Keluhan tersebut dirasakan sejak kurang lebih 7 jam yang lalu setelah tertabrak
motor. Setelah itu pasien mengalami nyeri hebat di paha kanan dan kaki kanan tidak bisa
digerakkan. Pemeriksaan fisik jantung, paru, abdomen dalam batas normal. Pada pemeriksaan
ekstremitas bawah didapatkan adanya deformitas dan sedikit oedema pada paha kanan dengan
gerakan terbatas. Pemeriksaan penunjang darah didapatkan Leukosit 13.800 mm3. Pada
pengobatan pramedikasi diberikan Intravena fluid drip (IVFD) RL 250 tetes/menit pada
transfusion set macro dan obat anestesi yaitu Inj. Midazolam 5 mg IV, Inj. Ondansetron 4 mg
IV dan Inj. ketorolac 30 mg IV.

Kata Kunci: Anestesi, Anestesi Umum, Fraktur Throchanter Femur

ABSTRACT
Anesthesia is the act of administering anesthesia, safeguarding the safety of the
patient during surgery, intensive treatment of serious patients condition, inhalation therapy
and chronic pain relief. Anesthesia that causes loss of consciousness without whole body
central pain that is reversible is called general anesthesia while the type that only removes
pain from certain parts of the body but remains conscious is called regional anesthesia. We
report the case of an 53-year-old man with fracture of trochanter femur comminutive right
lower extremity pain since 7 hours ago after accident. The patient feels severe pain on the
right leg and cannot be moved. Physical examination within normal limits. The result of
3
rontgen on the right leg is deformity and edema with the limitation of movement. The result
of blood test is leukocytes 13.800 mm3. The patient given premedication drug IVFD RL 250
drip/minute and the anasthetion drug are midazolam 5 mg IV, Ondancentron 4mg IV and
Ketorolac 30mg IV.
Keywords: Anesthesia, General Anesthesia, Fracture of trochanter femur

4
PENDAHULUAN usia tua dan muda. Kelompok pasien tua
Fraktur atau patah tulang adalah biasanya disebabkan oleh trauma energi
terputusnya kontinuinitas jaringan tulang minor (jatuh ringan) dan kelompok pasien
dan atau tulang rawan yang umumnya usia muda karena trauma energi tinggi.
Manifestasi klinis pada fraktur
disebabkan oleh rudapaksa atau trauma.
intertrochanter yaitu pasien biasanya usia
Fraktur pada femur biasanya lebih banyak
tua dan tidak sehat, setelah jatuh tidak
dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada
dapat berdiri, kaki lebih pendek dan
daerah ini dapat menimbulkan perdarahan
berotasi keluar, pasien tidak dapat
yang cukup banyak, dan dapat
mengangkat kakinya. Sedangkan
mengakibatkan penderita jatuh dalam
manifestasi klinis pada fraktur
syok.
subtrochanter antara lain dapat terjadi
Trochanter major dan minor
pada usia berapa saja tetapi kebanyakan
merupakan tonjolan besar pada batas leher
terjadi pada usia lanjut dengan
dan batang.Yang menghubungkan dua
osteoporosis dan osteomalasia, kaki berada
trochante ini adalah linea
pada rotasi luar, bentuknya pendek,dan
intertrochanterica di depan dan crista
paha jelas membengkak, gerakan akan
intertrochanterica yang mencolok di
terasa sangat nyeri serta adanya
bagian belakang, dan padanya terdapat
keterbatasan atau ketidakmampuan dalam
tuberculum quadratum (Lukman, 2009).
melakukan pergerakan paha dan panggul.
Klasifikasi fraktur trochanter terbagi
Tatalaksana untuk fraktur pada
menjadi 2, yaitu:
regio femur yang dilakukan adalah
1. Fraktur intertrochanter femur
Fraktur intertrochanter adalah fraktur pertolongan pertama di lapangan dengan
proksimal dimana garis fraktur terjadi cek airway, breathing, circulation,
mulai dari basis collum ekstrakapsular disability.
Adapun prinsip penatalaksanaan
menuju regio sepanjang trochanter
fraktur adalah sebagai berikut:
minor sampai regio sebelum
terbentuknya canalis medularis. 1. Rekognisi
2. Fraktur subtrochanter femur
Fraktur subtrochanter adalah fraktur Prinsip utama adalah mengetahui dan

dimana garis patahnya berada 5 cm menilai keadaan fraktur dengan

distal dari trochanter minor. anamnesis, pemeriksaan klinis, dan


Penyebab dari fraktur radiologi. Pada awal pengobatan perlu
intertrochanter adalah jatuh langsung pada diperhatikan lokasi fraktur, bentuk
trochanter mayor atau cedera pemuntiran fraktur, menentukan teknik yang sesuai
tak langsung. Sedangkan pada fraktur untuk penatalaksanaan, serta komplikasi
subtrochanter dikelompokkan berdasarkan
5
yang mungkin terjadi selama dan sekrup, atau pen ke dalam tempat
sesudah pengobatan. fraktur untuk memfiksasi bagian-bagian
2. Reduksi tulang pada fraktur secara bersamaan.
Reduksi fraktur adalah mengembalikan Indikasi dilakukannya ORIF antara lain:
fungsi normal dan mencegah - Fraktur yang tidak bisa sembuh dan
komplikasi seperti kekakuan, bahaya nekrosis avaskulernya tinggi
deformitas, dan perubahan osteoartritis - Fraktur yang tidak bisa direposisi
di kemudian hari. tertutup misalnya fraktur dislokasi
3. Retensi - Fraktur yang dapat direposisi tetapi
Retensi adalah metode yang sulit dipertahankan misalnya fraktur
dilaksanakan untuk mempertahankan antebrachii dan fraktur femur
fragmen-fragmen tulang selama masa - Fraktur yang memberikan hasil baik
penyembuhan dengan cara imobilisasi. dengan operasi
4. Rehabilitasi Anestesi merupakan cabang ilmu
Rehabilitasi dilaksanakan untuk kedokteran yang mendasari tindakan
mengembalikan aktifitas fungsional meliputi pemberian anestesi, penjagaan
semaksimal mungkin. keselamatan penderita ketika pembedahan,
Untuk mempertahankan imobilisasi pengobatan intensif pasien gawat, terapi
dalam fraktur, setelah dilakukan reduksi, inhalasi, dan penanggulangan nyeri
fragmen tulang harus dipertahankan dalam menahun. Anestesi yang menyebabkan
posisi dan kesejajaran yang benar sampai hilangnya kesadaran tanpa nyeri seluruh
terjadi penyatuan. Tindakan yang dapat tubuh ecara sentral yang reversible disebut
dilakukan antara lain: anestesi umum (Latiefet al., 2009).
a) Open Reduction and External Fixation Sedangkan jenis anestesi yang hanya
(OREF) menghilangkan nyeri dari bagian tubuh
Tindakan ini merupakan pilihan bagi tertentu namun pemakainya tetap sadar
sebagian besar fraktur. Fiksasi eksternal disebut anestesi regional.Anestesi regional
dapat menggunakan konselosa screw, terbagi atas anestesi spinal (anestesi blok
metil metakrilat, atau dengan jenis lain subaraknoid), anestesi epidural dan blok
seperti gips. perifer. Anestesi spinal dan epidural telah
b) Open Reduction and Internal Fixation digunakan secara luas di bidang ortopedi,
(ORIF) obstetric dan ginekologi, operasi
ORIF akan mempertahankan posisi ekstremitas bawah serta operasi abdomen
tulang yang fraktur dengan melakukan bagian bawah (Latiefet al., 2009).
pembedahan untuk memasukkan

6
7
LAPORAN KASUS alignment jelek. Pasien dipersiapkan untuk
dilakukan tindakan operatif ORIF segera.
Seorang pasien pria berusia Operasi berlangsung selama kurang
53 tahun datang ke IGD dengan lebih 2 – 2,5 jam. Dengan perkiraan
keluhan nyeri panggul bawah dan perdarahan sebanyak 2 liter. Pada durante
sulit digerakkan. Keluhan tersebut operasi kondisi hemodinamik pasien
dirasakan sejak kurang lebih 7 jam kurang stabil, sering terjadi hipotensi
yang lalu setelah tertabrak motor. dengan TD berkisar 70-90 / 30-50 mmHg
Setelah itu pasien mengalami nyeri dan berlangsung kurang lebih 45 menit.
hebat di paha kanan dan kaki kanan Perdarahan yang terjadi sekitar 1000 ml.
tidak bisa digerakkan. Pasien tidak Selesai operasi di ruang pemulihan, pasien
memiliki riwayat penyakit mengeluh nyeri hebat dengan skala nyeri
sebelumnya dan tidak pernah >7.
menggunakan obat – obatan.
Pasien makan terakhir sebelum A. PRE OPERATIF
Assesment Medis dan Anestesi
berangkat kerja dan sempat minum Berdasarkan anamnesis dan
2 gelas air putih sebelum ke rumah pemeriksaan fisik skenario, maka:
sakit. - Diagnosis pre operatif: fraktur
Pada saat masuk RS keadaan trochanter femur dextra
umum meringis, pasien compos mentis, comminutive
TD 180/90 mmHG, N 110x/menit, Suhu - Jenis Operasi : ORIF
- Jenis Anestesi: General
37.5 ͦ C dan Respirasi 24x/menit dengan
Anaesthesia dengan Intubasi
SpO2 100%, berat badan 70 kg, tinggi
Endotracheal.
badan 170cm. Pemeriksaan fisik jantung, - Lama Operasi: 2-2,5 jam.
paru, abdomen dalam batas normal. Pada - Keadaan pra bedah:
Tekanan Darah : 180/90 mmHg
pemeriksaan ekstremitas bawah Nadi : 110 kali/menit
didapatkan adanya deformitas dan sedikit Respirasi :24 kali/menit
Suhu : 37,5oC
oedema pada paha kanan dengan gerakan
SPO2 : 100%
terbatas. Tidak didapatkan gangguan Berat Badan: 70 kg
menelan, bernafas, membuka mulut Tinggi Badan: 170 cm
- Airway/Respiratory:Clear,
maupun gerakan kepala leher. Pemeriksaan
Mallampati 1.
penunjang didapatkan AL 13.800/mm3, - Mengklasifikasikan pasien ke
lainnya dalam batas normal. Pemeriksaan dalam klasifikasi ASA II
rontgen didapatkan fraktur trochanter - Menjelaskan hasil temuan

femur dextra comminutive dengan pemeriksaan dan diagnosis

8
penyakit kepada pasien dan B. DURANTE OPERATIF
1. Induksi Intravena
keluarga.
- Menjelaskan penatalaksanaan • Inj. Fentanyl 100 mcg IV
penyakit dengan prosedur ORIF Induksi anestesi pada pasien ini dimulai
yang didahului tindakan anestesi dengan pemberian Fentanyl 1-2 mcg/kgBB
umum dengan Intubasi IV. Pada pasien ini BB: 70 kg, sehingga
Endotracheal kepada pasien dan dosisnya (1-2 mcg x 70 kg) 70 –140 mcg.
keluarganya. Penjelasan tentang Pada pasien ini diberikan Fentanyl 100
anestesi meliputi prosedur, efek mcg sebagai obat analgetik narkotik.
samping, dan lamanya efek Fentanyl merupakan opioid sintetik yang
anestesi yang akan dijalani pasien. lebih larut dalam lemak dibandingkan
- Meminta persetujuan pasien dan
Pethidine. Fentanyl juga memiliki efek
keluarga untuk mengikuti rencana
depresi lebih lama dibandingkan efek
pengobatan (informed consent).
- Pemasangan akses intravena untuk analgesiknya. Obat ini memiliki onset

pemberian infus dan obat-obatan. singkat yaitu 30 detik dan durasi kerja
- Pemasangan kateter urin. sekitar 30-60 menit.
- Pemberian cairan infus dan obat-
a• Inj. Atracurium Besylate 30 mg IV
obatan premedikasi anestesi: Jenis
Pasien diberikan Atracurium 0,5-0,6
cairan yang diberikan berupa cairan
mg/kgBB. Pada pasien ini BB: 70 kg,
Ringer Laktat. BB pasien: 70 kg
sehingga dosis pemberiannya (0,5-0,6 mg
Terapi Cairan Prabedah
x 70 kg) yaitu 35-42 mg. Pada pasien ini
Kebutu = kebutuhan cairan
diberikan Atracurium 30 mg sebagai obat
han dewasa x Berat
pelumpuh otot. Kecepatan mula kerja dari
Cairan badan x lama
pelumpuh otot diperlukan untuk dengan
Basal puasa
= 2x 70 kg x 7 jam cepat mengamankan jalan nafas pada
= 980 cc/7jam
pasien emergensi dan pasien dengan resiko
aspirasi yang tinggi. Hal ini dipengaruhi
1 jam prabedah diberikan infus RL beberapa faktor diantaranya laju
menggunakan transfusion set penghantaran obat ke sambungan otot-
sebanyak 1000cc RL = 250 tpm. saraf, afinitas reseptor, bersihan plasma,
a. Persiapan Obat :
dan mekanisme penghambatan otot-saraf
1) Analgetik: Ketorolac
2) Anti emetik : Ondansetron (depolarisasi atau nondepolarisasi). Mula
3) Sedatif : Midazolam
kerja berbanding terbalik dengan potensi
(Katzung,2011)
obat pelumpuh otot-saraf. Atracurium

9
memiliki mula kerja 3-5 menit dan durasi Propofol menurunkan tekanan arteri
kerja 20-35 menit. sistemik kira-kira 80% tetapi efek ini
a• c. Inj. Propofol 150 mg IV disebabkan karena vasodilatasi perifer
Pasien diberikan Propofol 2-2,5 mg/kgBB. daripada penurunan curah jantung.
Pada pasien ini BB: 70 kg, sehingga dosis Tekanan sistemik kembali normal dengan
pemberiannya (2-2,5 mg x 70 kg) yaitu intubasi trakea. Setelah pemberian
140-175 mg, pada pasien ini diberikan propofol secara intravena, waktu paruh
propofol 150 mg IV secara perlahan distribusinya adalah 2-8 menit, dan waktu
sebagai sedatif melalui intravena. Propofol paruh redistribusinya kira-kira 30-60
memiliki kecepatan onset yang sama menit. Propofol cepat dimetabolisme di
dengan barbiturat intravena lainnya, hati 10 kali lebih cepat daripada
namun pemulihannya lebih cepat dan thiopenthal pada tikus. Propofol
pasien dapat diambulasi lebih cepat setelah diekskresikan ke dalam urin sebagai
anestesi umum. Selain itu, secara subjektif, glukoronid dan sulfat konjugat, dengan
pasien merasa lebih baik setelah kurang dari 1% diekskresi dalam bentuk
postoperasi karena propofol mengurangi aslinya. Klirens tubuh total anestesinya
mual dan muntah postoperasi. Dibanding lebih besar daripada aliran darah hepatik,
dengan tiopental, kejadian konvulsi pasca sehingga eliminasinya melibatkan
operasi pada induksi dengan propofol lebih mekanisme ekstrahepatik selain
minimal. Propofol digunakan baik sebagai metabolismenya oleh enzim-enzim hati.
induksi maupun mempertahankan anestesi. Propofol dapat bermanfaat bagi pasien
Obat ini juga efektif dalam menghasilkan dengan gangguan kemampuan dalam
sedasi berkepanjangan pada pasien dalam memetabolisme obat-obat anestesi sedatif
keadaan kritis. Pemberian propofol (2 yang lainnya. Propofol tidak merusak
mg/kg) intravena menginduksi anestesi fungsi hati dan ginjal. Aliran darah ke
secara cepat. Rasa nyeri kadang-kadang otak, metabolisme otak dan tekanan
terjadi di tempat suntikan, tetapi jarang intrakranial akan menurun. Keuntungan
disertai plebitis atau trombosis. Anestesi propofol karena bekerja lebih cepat dari
dapat dipertahankan dengan infus propofol tiopental dan konvulsi pasca operasi yang
yang berkesinambungan dengan opiat, minimal. Propofol tidak mempunyai efek
N2O dan/atau anestetik inhalasi lain. analgesik. Dibandingkan dengan tiopental
Propofol dapat menyebabkan turunnya waktu pulih sadar lebih cepat dan jarang
tekanan darah yang cukup berarti selama terdapat mual dan muntah. Efek samping
induksi anestesi karena menurunnya propofol pada sistem pernafasan adanya
resitensi arteri perifer dan venodilatasi. depresi pernafasan, apnea, bronkospasme,

10
dan laringospasme. Pada sistem 5. N2O : O2 = 2 : 2
kardiovaskuler berupa hipotensi, aritmia, N2O merupakan gas yang tidak berwarna,
takikardi, bradikardi, hipertensi. Pada berbau harum manis dan tidak mudah
susunan syaraf pusat adanya sakit kepala, terbakar. N2O di dalam darah tidak
pusing, euforia, kebingungan. Pada daerah berikatan dengan hemoglobin tetapi larut
penyuntikan dapat terjadi nyeri sehingga dalam plasma dengan kelarutan 15 kali
saat pemberian dapat dicampurkan lebih besar dari kelarutan oksigen. N2O
lidokain 2% (0,5 cc dalam 10 cc propofol). mampu berdifusi di semua rongga tubuh,
2. Pemakaian Face Mask sehingga dapat menimbulkan hipoksia
Setelah induksi intravena pasien dilakukan apabila tidak diberikan bersamaan dengan
sungkup muka yang telah terpasang pada oksigen. Oleh karena itu, oksigen harus
mesin anestesi yang menghantarkan gas diberikan setiap memberikan N2O. Pada
O2 6 liter/menit dari mesin ke jalan napas pasien ini diberikan N2O : O2 sebanyak
pasien dengan melakukan bagging selama 2 : 2 L/menit.
kurang lebih 3 menit untuk menekan
6. Infus Ringer Laktat
pengembangan paru dan menunggu onset
Durante Operatif
dari obat pelumpuh otot. Kebutuhan = 2 cc/kgBB/jam
3. Intubasi Endotrakeal Cairan = 2 cc x 70 kg
Basal/ = 140 cc
Setelah pemakaian face mask, pasien Maintenance
dilakukan intubasi endotrakeal dengan (M)
Kebutuhan = Operasi besar x
menggunakan laringoskop dan pipa trakea Cairan Berat badan
ukuran 7.0 untuk mengamankan jalan Stress = 6 x 70 kg
Operasi (SO) = 420 cc/jam
napas pada saat dilakukan pembedahan. Kebutuhan = M + SO + P
4. Anestesi inhalasi Isofluran 2-4 vol Cairan = 140 + 420 + 1000
= 1560 cc
%
Sebagai anestesi inhalasi menggunakan
Jadi total cairan yang harus diberikan
isofluran 2-4 vol%. Isofluran memiliki
durante operasi yaitu 1560 cc. Cairan
efek terhadap depresi jantung dan curah
diberikan digrojok 2 jalur menggunakan
jantung yang minimal, sehingga digemari
transfusion set.
untuk anestesi teknik hipotensi dan banyak
7. Pemantauan Sistem Saraf Pusat
digunakan pada pasien dengan gangguan
koroner. Isofluran memiliki efek hipotensi a. Pemantauan Tekanan Darah
b. Pemantauan Nadi
yang lebih besar dibandingkan dengan c. Pemantauan Pernapasan
sevofluran.

11
8. Inj. Ketorolac 30 mg IV - Analgetik: Kombinasi Inj.
Pasien diberikan ketorolac 30 mg sebagai Metamizole Sodium 500 mg dan
obat analgetik untuk mengatasi nyeri yang Inj. Pethidine 50 mg IV.
ditandai dengan peningkatan tekanan 5. Terapi Cairan
darah dan denyut nadi pada 40 menit Infus RL 20 tetes/menit Pasca Operatif
Kebutuhan Kebutuhan cairan
pertama. Ketorolac merupakan obat
air dalam pasien dalam
golongan NSAID yang memiliki efek
keadaan sehari
antiinflamasi dan analgetik kuat.
basal = 50 cc/kgBB/hari
9. Pemantauan Sistem Kardiovaskular
= 50 cc x 70
a. Pemantauan Warna Kulit
b. Pemantauan Suhu Tubuh = 3500 cc/hari
c. Pemantauan Produksi Urin
d. Pemantauan EKG 6. Komplikasi pasca bedah: Tidak ada
7. Penilaian Pemulihan Kesadaran
10. Pemantauan Perdarahan
(berdasarkan Skor Aldrete):
a. EBV = 70 cc/kgBB = 70 x 70 = 4900cc.
b. ABL = 1/5 EBV = 1/5 4900 = 980cc.
c. Jika perdarahan durante operatif kurang
dari 980 cc maka pasien tidak perlu
diberikan transfusi darah sebagai terapi
pengganti cairan.
11. Pemantauan komplikasi selama
pembedahan.

C. Pasca Operatif
1. Posisi : Supine
2. Pemantauan: Tekanan Darah,
Nadi, Suhu, RR, Saturasi O2 tiap
15 menit selama 1 jam.
3. Pemantauan keadaan pasca
operasi
- Lemas
- Pusing 8. Pasien diperbolehkan makan apabila
- Skala nyeri >7 pasien sudah sadar penuh dan dapat dicoba
4. Obat-obatan pasca operasi
- Antiemetik: Inj. Ondansetron 4 dengan minum terlebih dahulu.

mg IV diberikan 10 menit sebelum Hal ini bertujuan supaya makanan yang


operasi selesai. masuk melalui oral tidak masuk ke saluran
napas yang bisa menyebabkan aspirasi.
Apabila terdapat muntah yang proyektil
12
maka masukan oral dihentikan terlebih morfin dan petidin. Efek fentanyl terhadap
dahulu. sistem kardiovaskular minimal namun
memiliki efek depresi respirasi serta dapat
PEMBAHASAN
A. Pre Operatif menyebabkan kekakuan pada otot rangka,
- Berdasarkan anamnesis, namun efek ini lebih ringan dibandingkan
pemeriksaan fisik, dan hasil dari dengan opioid lain. Dosis besar dapat
rontgen, pasien terdiagnosis fraktur mencegah peningkatan kadar gula,
trochanter femur dextra katekolamin plasma, ADH, renin,
comminutive. Pasien tersebut akan aldosteron, dan kortisol. Meskipun
dilakukan tindakan operatif ORIF. demikian, pemantauan respirasi selama
Pada pasien ini dilakukan tindakan operasi tetap perlu dilakukan (Said, 2002).
Selanjutnya pasien diberikan Atracurium
anestesi dengan teknik general
besylate 0,5-0,6 mg/kgBB. Dengan BB:
anaesthesia. Pasien terakhir makan
70 kg, dosis pemberian untuk pasien
7 jam yang lalu. Pasien
adalah (0,5-0,6 mg x 70 kg) yaitu 35-42
diklasifikasikan dalam ASA II
mg. Pada pasien ini diberikan Atracurium
dengan skor Mallampati I. Pasien
40 mg sebagai obat pelumpuh otot.
diberikan obat-obatan anxiolitik,
Kecepatan mula kerja dari pelumpuh otot
antiemetik, dan analgetik untuk
diperlukan untuk dengan cepat
memudahkan jalannya operasi.
mengamankan jalan nafas pada pasien
B. Durante Operatif
Sebelum dilakukan tindakan operatif pada emergensi dan pasien dengan resiko
pasien ini, diputuskan akan dilakukan aspirasi yang tinggi. Hal ini dipengaruhi
general anaesthesia. Teknik ini dipilih beberapa faktor diantaranya laju
karena prosedur yang dikerjakan termasuk penghantaran obat ke sambungan otot-
dalam bedah mayor yang memerlukan saraf, afinitas reseptor, bersihan plasma,
waktu 2 jam. Pada kasus ini pasien dan mekanisme penghambatan otot-saraf
memliki keadaan umum meringis dengan (depolarisasi atau nondepolarisasi). Mula
ASA II. Induksi anestesi pada pasien ini kerja berbanding terbalik dengan potensi
dimulai dengan diberikan Fentanyl 1-2 obat pelumpuh otot-saraf. Atracurium
μg/KgBB IV, sehingga pada pasien ini memiliki mula kerja 3-5 menit dan durasi
diberikan (1-2 mcg x 70 kg) 70-140 mcg. kerja 20-35 menit (Said, 2002).
Pasien diberikan Propofol 2-2,5 mg/kgBB.
Pada pasien ini diberikan Fentanyl 100
Pada pasien ini berat badannya adalah 70
mcg sebagai obat analgesik narkotik.
kg, sehingga dosis pemberiannya (2-2,5
Fentanyl merupakan opioid sintetik yang
mg x 70 kg) yaitu 140-175 mg, pada
memiliki efek analgesik lebih kuat dari
pasien ini diberikan propofol 150 mg IV
13
secara perlahan sebagai sedatif melalui pengembangan paru. Induksi dengan
intravena. Propofol memiliki kecepatan sevofluran lebih disenangi karena pasien
onset yang sama dengan barbiturat jarang batuk, walaupun langsung diberikan
intravena lainnya, namun pemulihannya dengan konsentrasi tinggi sampai 8 vol%.
lebih cepat dan pasien dapat diambulasi Selain itu, induksi lebih cepat dari
lebih cepat setelah anestesi umum. Secara isofluran. Efek terhadap kardiovaskular
subjektif, pasien merasa lebih baik setelah lebih stabil dan jarang menyebabkan
post operasi karena propofol mengurangi anemia.
Setelah pemakaian face mask pasien
mual dan muntah post operasi. Dibanding
dilakukan intubasi endotrakeal dengan
dengan tiopental, kejadian konvulsi pasca
menggunakan laringoskop dan pipa trakea
operasi pada induksi dengan propofol lebih
ukuran 7.0 untuk mengamankan jalan
minimal (Said, 2002).
Kekurangan propofol napas pada saat dilakukan pembedahan.
adalah tidak mempunyai efek Pada pasien tersebut didapatkan skor
analgesik. Selain itu propofol dapat Mallampati I, yang mana palatum molle,
menyebabkan turunnya tekanan uvula, dan pilar faring terlihat.
Lalu sebagai anestesi inhalasi
darah yang cukup berarti selama
menggunakan isofluran 2-4 vol%.
induksi anestesi karena
Isofluran memiliki efek terhadap depresi
menurunnya resitensi arteri perifer
jantung dan curah jantung yang minimal,
dan venodilatasi. Propofol juga
sehingga digemari untuk anestesi teknik
memiliki efek samping depresi
hipotensi dan banyak digunakan pada
sistem pernafasan. Oleh karena itu
pasien dengan gangguan koroner. Isofluran
monitoring tekanan darah, dan
memiliki efek hipotensi yang lebih besar
respirasi penting dilakukan pada
dibandingkan dengan sevofluran. Hal ini
induksi dengan propofol. Pada
juga ditujukan karena pasien memiliki
daerah penyuntikan dapat terjadi
riwayat hipertensi.
nyeri sehingga saat pemberian
Pada pemeliharan anestesi, menggunakan
dapat dicampurkan lidokain (20-50
gas N2O dan O2. N2O merupakan gas
mg) yang dapat diberikan secara
yang tidak berwarna, berbau harum manis
intravena (Said, 2002).
dan tidak mudah terbakar. N2O di dalam
Setelah induksi intravena pasien dilakukan
darah tidak berikatan dengan hemoglobin
sungkup muka yang telah terpasang pada
tetapi larut dalam plasma dengan kelarutan
mesin anestesi yang menghantarkan gas
15 kali lebih besar dari kelarutan oksigen.
O2 6 liter/menit dari mesin ke jalan napas
N2O mampu berdifusi di semua rongga
pasien dengan melakukan bagging selama
tubuh, sehingga dapat menimbulkan
kurang lebih 3 menit untuk menekan
14
hipoksia apabila tidak diberikan infus 195 tetes/menit pada transfusion set
bersamaan dengan oksigen. Oleh karena macro dua jalur. Estimasi Blood Volume
itu, oksigen harus diberikan setiap pasien tersebut yaitu 70 cc/kgBB = 70 cc x
memberikan N2O. Gas N2O bersifat 70 = 4900 cc. Nilai 20% dari EBV yaitu
anestetik lemah namun analgesiknya kuat 20/100 x 4900 = 980 cc. Dari nilai tersebut
untuk mengatasi nyeri. Untuk menghindari pasien kehilangan darah 20% EBV
terjadinya hipoksia difusi, dapat diberikan sehingga pasien tidak memerlukan
O2 100% selama 5-10 menit. Pada pasien transfusi darah tetapi cukup diganti dengan
ini diberikan N2O : O2 sebanyak 2 : 2 cairan infus kristaloid dan koloid.
L/menit.
Pada saat operasi berlangsung,
pemantauan tanda-tanda vital dan
kebutuhan cairan sangatlah penting.
Tindakan yang segera untuk mengatasi
hal-hal yang tidak diinginkan merupakan
pencegahan terhadap komplikasi pasca
operasi. Pasien diberikan Inj. ketorolac 30
mg IV sebagai obat analgetik untuk
mengatasi nyeri yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah dan denyut
nadi pada 40 menit pertama. Ketorolac
merupakan obat golongan NSAID yang
memiliki efek antiinflamasi dan analgetik
kuat.
Sebagai pengganti cairan tubuh yang
hilang, pasien ini diberikan cairan
kristaloid, yaitu ringer lactat. Pemberian
maintenance cairan sesuai dengan berat
badan pasien yaitu 140cc/jam dan
kebutuhan cairan stres operasi sebesar 420
cc/jam. Selama operasi pasien kehilangan
darah sebanyak 1000 ml. Untuk mengganti
perdarahannya diberikan cairan koloid
sebanyak 1000 cc, sehingga total cairan
yang diberikan kepada pasien sebesar 1560
cc. Cairan diberikan dengan kecepatan
15
C. Pasca Operatif obatan anestesi intravena maupun inhalasi
Setelah pembedahan selesai dilakukan,
yang sesuai. Dalam operasi ini
dilakukan pemantauan akhir Tekanan
menggunakan anestesi umum dikarenakan
Darah, Nadi, dan SpO2. Pembedahan
prosedur operasi yang dilakukan lama (2
dilakukan selama 2 jam. Pasien kemudian
jam), melibatkan bagian perut, dan
dibawa ke ruang pemulihan (Recovery
keadaan umum pasien sedang dengan ASA
Room). Selama di ruang pemulihan, pasien
II.
compos mentis namun merasa lemas dan General Anestesi pada pasien ini diinduksi
merasa pusing dengan skala nyeri >7. dengan Inj. Fentanyl 100 mg IV, Inj.
Obat-obatan yang digunakan pasca operasi Atracurium Besylate 40 mg IV, dan
adalah Inj. Ondansetron 4 mg IV diberikan Propofol 150 mg IV. Kemudian diberi
10 menit sebelum operasi selesai sebagai rumatan anestesi dengan N2O, O2, dan
antiemetik dan kombinasi Inj. Metamizole Isofluran. Setelah operasi pasien langsung
Sodium 500 mg dan Inj. Pethidine 50 mg dibawa ke recovery room. Pasien
IV sebagai analgetik. diperbolehkan makan dan minum setelah
operasi jika sudah tidak mual dan diawasi
Untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien
tekanan darah, nadi, dan saturasi oksigen
dalam keadaan basal diberikan cairan
setiap 15 menit selama 1 jam dan
sebesar 3500 cc/hari dengan cairan infus
dimonitoring kondisinya.
yang komposisi elektrolitnya sama dengan Secara umum dalam pelaksanaan operasi
komposisi elektrolit serum, yaitu Ringer dan penanganan anestesi berlangsung
Lactat. Cairan diberikan dengan kecepatan dengan baik. Namun terdapat penyulit saat
infus 20 tetes/menit pada infus set macro. operasi, yaitu adanya penurunan tekanan
Pasien diperbolehkan makan apabila
darah.
pasien sudah sadar penuh. Hal ini
bertujuan supaya makanan yang masuk
melalui oral tidak masuk ke saluran napas
yang bisa menyebabkan aspirasi. Pasien
juga diperbolehkan makanan apabila tidak
mual dan muntah. Hal ini bertujuan supaya
makanan yang sudah masuk tidak
dikeluarkan kembali.
KESIMPULAN
Pada kasus ini, pasien terdiagnosis fraktur
trochanter femur dextra comminutive.
Dilakukan ORIF menggunakan anestesi
umum (General Anaesthesia) dengan obat-
16
DAFTAR PUSTAKA Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta:
Appley, A.G & Solomon. 2010. Orthopedi
Balai Penerbit FKUI 2010; 65-71.
dan Fraktur Sistem Appley. Jakarta: Widya Naiborhu FT. Perbandingan penambahan
Medika midazolam 1 mg dan midazolam 2 mg
Badan Penelitian dan Pengembangan
pada bupivakain 15 mg hiperbarik
Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
terhadap lama kerja blokade sensorik
(RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional
anestesi spinal [Tesis]. Medan: Fakultas
2013. 2013;101-102
Kedokteran USU; 2009.
Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar.
Sabiston, David C, 2011. Buku ajar bedah.
Jakarta: Badan Penelitian dan
Jakarta: EGC. hlm. 322–47.
pengembangan Kesehatan Kementrian Said A, Kartini A, Ruswan M. Petunjuk
Kesehatan RI. praktis anestesiologi: anestetik lokal dan
Desiartama A, Aryana I G N W. Gambaran
anestesia regional. Edisi ke-2. Jakarta:
Karakteristik Pasien Fraktur Femur Akibat
Fakultas Kedokteran UI; 2002.
Kecelakaan Lalu Lintas pada Orang
Saleh A. Perbandingan efektivitas
Dewasa di Rumah Sakit Umum Pusat
pemberian efedrin intramuscular dengan
Sanglah Denpasar Tahun 2013. E-Jurnal
infus kontinyu dalam mencegah hipotensi
Medika. 2017 Mei; 6(5):1-4.
pada anestesi spinal [Skripsi]. Surakarta:
Dewoto HR, et al. Farmakologi dan
Fakultas Kedokteran UNSEMAR; 2009.
Terapi. Edisi 5. Analgesik opioid dan
antagonisnya. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. 2012; 210-218.
Helmi, Zairin N. 2012. Buku Ajar
Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta:
Salemba medika.
Katzung BG. Farmakologi dasar & klinik.
Edisi 10. Jakarta: EGC; 2011: 423-430.
Latief, S. A., Suraydi, K. A. & Dachlan,
M. R., 2009. Petunjuk Praktis
Anestesiologi. 2 ed. Jakarta: Bagian
Anestesi dan Terapi Inensif FK UI.
Moeloek FA, Nuranna L, Wibowo N,
Purbadi S, editors., 2006. Standar
Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan
Ginekologi Indonesia.
Muhiman, et al. Anestesiologi. Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas

17

Anda mungkin juga menyukai