CASE REPORT ANASTESI Femtam
CASE REPORT ANASTESI Femtam
CASE REPORT
PENYUSUN:
Femina Putri Meetaliasari, S.Ked J510185108
Tamara Meriyansyah, S.Ked J510185130
PEMBIMBING:
dr. Bambang Sutanto, Sp. An-KIC
dr. Ricka Lesmana Sp. An
dr. Febrian Dwi Cahyo Sp. An M.kes
2
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS
2
GENERAL ANESTESI PADA TINDAKAN OPERATIF ORIF TROCHANTER
FEMUR DEXTRA COMMINUTIVE:LAPORAN KASUS
GENERAL ANESTHESIA IN THE OPERATIVE ACTION OF ORIF TROCHANTER
FEMUR DEXTRA COMMINUTIVE: CASE REPORT
ABSTRAK
Anestesi merupakan tindakan pemberian anestesi, penjagaan keselamatan penderita
ketika pembedahan, pengobatan intensif pasien gawat, terapi inhalasi, dan penanggulangan
nyeri menahun. Anestesi yang menyebabkan hilangnya kesadaran tanpa nyeri seluruh tubuh
secara sentral yang reversible disebut anestesi umum sedangkan jenis yang hanya
menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu namun tetap sadar disebut anestesi regional.
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuinitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa atau trauma. Kami melaporkan kasus laki-
laki berusia 53 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri panggul bawah dan sulit
digerakkan. Keluhan tersebut dirasakan sejak kurang lebih 7 jam yang lalu setelah tertabrak
motor. Setelah itu pasien mengalami nyeri hebat di paha kanan dan kaki kanan tidak bisa
digerakkan. Pemeriksaan fisik jantung, paru, abdomen dalam batas normal. Pada pemeriksaan
ekstremitas bawah didapatkan adanya deformitas dan sedikit oedema pada paha kanan dengan
gerakan terbatas. Pemeriksaan penunjang darah didapatkan Leukosit 13.800 mm3. Pada
pengobatan pramedikasi diberikan Intravena fluid drip (IVFD) RL 250 tetes/menit pada
transfusion set macro dan obat anestesi yaitu Inj. Midazolam 5 mg IV, Inj. Ondansetron 4 mg
IV dan Inj. ketorolac 30 mg IV.
ABSTRACT
Anesthesia is the act of administering anesthesia, safeguarding the safety of the
patient during surgery, intensive treatment of serious patients condition, inhalation therapy
and chronic pain relief. Anesthesia that causes loss of consciousness without whole body
central pain that is reversible is called general anesthesia while the type that only removes
pain from certain parts of the body but remains conscious is called regional anesthesia. We
report the case of an 53-year-old man with fracture of trochanter femur comminutive right
lower extremity pain since 7 hours ago after accident. The patient feels severe pain on the
right leg and cannot be moved. Physical examination within normal limits. The result of
3
rontgen on the right leg is deformity and edema with the limitation of movement. The result
of blood test is leukocytes 13.800 mm3. The patient given premedication drug IVFD RL 250
drip/minute and the anasthetion drug are midazolam 5 mg IV, Ondancentron 4mg IV and
Ketorolac 30mg IV.
Keywords: Anesthesia, General Anesthesia, Fracture of trochanter femur
4
PENDAHULUAN usia tua dan muda. Kelompok pasien tua
Fraktur atau patah tulang adalah biasanya disebabkan oleh trauma energi
terputusnya kontinuinitas jaringan tulang minor (jatuh ringan) dan kelompok pasien
dan atau tulang rawan yang umumnya usia muda karena trauma energi tinggi.
Manifestasi klinis pada fraktur
disebabkan oleh rudapaksa atau trauma.
intertrochanter yaitu pasien biasanya usia
Fraktur pada femur biasanya lebih banyak
tua dan tidak sehat, setelah jatuh tidak
dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada
dapat berdiri, kaki lebih pendek dan
daerah ini dapat menimbulkan perdarahan
berotasi keluar, pasien tidak dapat
yang cukup banyak, dan dapat
mengangkat kakinya. Sedangkan
mengakibatkan penderita jatuh dalam
manifestasi klinis pada fraktur
syok.
subtrochanter antara lain dapat terjadi
Trochanter major dan minor
pada usia berapa saja tetapi kebanyakan
merupakan tonjolan besar pada batas leher
terjadi pada usia lanjut dengan
dan batang.Yang menghubungkan dua
osteoporosis dan osteomalasia, kaki berada
trochante ini adalah linea
pada rotasi luar, bentuknya pendek,dan
intertrochanterica di depan dan crista
paha jelas membengkak, gerakan akan
intertrochanterica yang mencolok di
terasa sangat nyeri serta adanya
bagian belakang, dan padanya terdapat
keterbatasan atau ketidakmampuan dalam
tuberculum quadratum (Lukman, 2009).
melakukan pergerakan paha dan panggul.
Klasifikasi fraktur trochanter terbagi
Tatalaksana untuk fraktur pada
menjadi 2, yaitu:
regio femur yang dilakukan adalah
1. Fraktur intertrochanter femur
Fraktur intertrochanter adalah fraktur pertolongan pertama di lapangan dengan
proksimal dimana garis fraktur terjadi cek airway, breathing, circulation,
mulai dari basis collum ekstrakapsular disability.
Adapun prinsip penatalaksanaan
menuju regio sepanjang trochanter
fraktur adalah sebagai berikut:
minor sampai regio sebelum
terbentuknya canalis medularis. 1. Rekognisi
2. Fraktur subtrochanter femur
Fraktur subtrochanter adalah fraktur Prinsip utama adalah mengetahui dan
6
7
LAPORAN KASUS alignment jelek. Pasien dipersiapkan untuk
dilakukan tindakan operatif ORIF segera.
Seorang pasien pria berusia Operasi berlangsung selama kurang
53 tahun datang ke IGD dengan lebih 2 – 2,5 jam. Dengan perkiraan
keluhan nyeri panggul bawah dan perdarahan sebanyak 2 liter. Pada durante
sulit digerakkan. Keluhan tersebut operasi kondisi hemodinamik pasien
dirasakan sejak kurang lebih 7 jam kurang stabil, sering terjadi hipotensi
yang lalu setelah tertabrak motor. dengan TD berkisar 70-90 / 30-50 mmHg
Setelah itu pasien mengalami nyeri dan berlangsung kurang lebih 45 menit.
hebat di paha kanan dan kaki kanan Perdarahan yang terjadi sekitar 1000 ml.
tidak bisa digerakkan. Pasien tidak Selesai operasi di ruang pemulihan, pasien
memiliki riwayat penyakit mengeluh nyeri hebat dengan skala nyeri
sebelumnya dan tidak pernah >7.
menggunakan obat – obatan.
Pasien makan terakhir sebelum A. PRE OPERATIF
Assesment Medis dan Anestesi
berangkat kerja dan sempat minum Berdasarkan anamnesis dan
2 gelas air putih sebelum ke rumah pemeriksaan fisik skenario, maka:
sakit. - Diagnosis pre operatif: fraktur
Pada saat masuk RS keadaan trochanter femur dextra
umum meringis, pasien compos mentis, comminutive
TD 180/90 mmHG, N 110x/menit, Suhu - Jenis Operasi : ORIF
- Jenis Anestesi: General
37.5 ͦ C dan Respirasi 24x/menit dengan
Anaesthesia dengan Intubasi
SpO2 100%, berat badan 70 kg, tinggi
Endotracheal.
badan 170cm. Pemeriksaan fisik jantung, - Lama Operasi: 2-2,5 jam.
paru, abdomen dalam batas normal. Pada - Keadaan pra bedah:
Tekanan Darah : 180/90 mmHg
pemeriksaan ekstremitas bawah Nadi : 110 kali/menit
didapatkan adanya deformitas dan sedikit Respirasi :24 kali/menit
Suhu : 37,5oC
oedema pada paha kanan dengan gerakan
SPO2 : 100%
terbatas. Tidak didapatkan gangguan Berat Badan: 70 kg
menelan, bernafas, membuka mulut Tinggi Badan: 170 cm
- Airway/Respiratory:Clear,
maupun gerakan kepala leher. Pemeriksaan
Mallampati 1.
penunjang didapatkan AL 13.800/mm3, - Mengklasifikasikan pasien ke
lainnya dalam batas normal. Pemeriksaan dalam klasifikasi ASA II
rontgen didapatkan fraktur trochanter - Menjelaskan hasil temuan
8
penyakit kepada pasien dan B. DURANTE OPERATIF
1. Induksi Intravena
keluarga.
- Menjelaskan penatalaksanaan • Inj. Fentanyl 100 mcg IV
penyakit dengan prosedur ORIF Induksi anestesi pada pasien ini dimulai
yang didahului tindakan anestesi dengan pemberian Fentanyl 1-2 mcg/kgBB
umum dengan Intubasi IV. Pada pasien ini BB: 70 kg, sehingga
Endotracheal kepada pasien dan dosisnya (1-2 mcg x 70 kg) 70 –140 mcg.
keluarganya. Penjelasan tentang Pada pasien ini diberikan Fentanyl 100
anestesi meliputi prosedur, efek mcg sebagai obat analgetik narkotik.
samping, dan lamanya efek Fentanyl merupakan opioid sintetik yang
anestesi yang akan dijalani pasien. lebih larut dalam lemak dibandingkan
- Meminta persetujuan pasien dan
Pethidine. Fentanyl juga memiliki efek
keluarga untuk mengikuti rencana
depresi lebih lama dibandingkan efek
pengobatan (informed consent).
- Pemasangan akses intravena untuk analgesiknya. Obat ini memiliki onset
pemberian infus dan obat-obatan. singkat yaitu 30 detik dan durasi kerja
- Pemasangan kateter urin. sekitar 30-60 menit.
- Pemberian cairan infus dan obat-
a• Inj. Atracurium Besylate 30 mg IV
obatan premedikasi anestesi: Jenis
Pasien diberikan Atracurium 0,5-0,6
cairan yang diberikan berupa cairan
mg/kgBB. Pada pasien ini BB: 70 kg,
Ringer Laktat. BB pasien: 70 kg
sehingga dosis pemberiannya (0,5-0,6 mg
Terapi Cairan Prabedah
x 70 kg) yaitu 35-42 mg. Pada pasien ini
Kebutu = kebutuhan cairan
diberikan Atracurium 30 mg sebagai obat
han dewasa x Berat
pelumpuh otot. Kecepatan mula kerja dari
Cairan badan x lama
pelumpuh otot diperlukan untuk dengan
Basal puasa
= 2x 70 kg x 7 jam cepat mengamankan jalan nafas pada
= 980 cc/7jam
pasien emergensi dan pasien dengan resiko
aspirasi yang tinggi. Hal ini dipengaruhi
1 jam prabedah diberikan infus RL beberapa faktor diantaranya laju
menggunakan transfusion set penghantaran obat ke sambungan otot-
sebanyak 1000cc RL = 250 tpm. saraf, afinitas reseptor, bersihan plasma,
a. Persiapan Obat :
dan mekanisme penghambatan otot-saraf
1) Analgetik: Ketorolac
2) Anti emetik : Ondansetron (depolarisasi atau nondepolarisasi). Mula
3) Sedatif : Midazolam
kerja berbanding terbalik dengan potensi
(Katzung,2011)
obat pelumpuh otot-saraf. Atracurium
9
memiliki mula kerja 3-5 menit dan durasi Propofol menurunkan tekanan arteri
kerja 20-35 menit. sistemik kira-kira 80% tetapi efek ini
a• c. Inj. Propofol 150 mg IV disebabkan karena vasodilatasi perifer
Pasien diberikan Propofol 2-2,5 mg/kgBB. daripada penurunan curah jantung.
Pada pasien ini BB: 70 kg, sehingga dosis Tekanan sistemik kembali normal dengan
pemberiannya (2-2,5 mg x 70 kg) yaitu intubasi trakea. Setelah pemberian
140-175 mg, pada pasien ini diberikan propofol secara intravena, waktu paruh
propofol 150 mg IV secara perlahan distribusinya adalah 2-8 menit, dan waktu
sebagai sedatif melalui intravena. Propofol paruh redistribusinya kira-kira 30-60
memiliki kecepatan onset yang sama menit. Propofol cepat dimetabolisme di
dengan barbiturat intravena lainnya, hati 10 kali lebih cepat daripada
namun pemulihannya lebih cepat dan thiopenthal pada tikus. Propofol
pasien dapat diambulasi lebih cepat setelah diekskresikan ke dalam urin sebagai
anestesi umum. Selain itu, secara subjektif, glukoronid dan sulfat konjugat, dengan
pasien merasa lebih baik setelah kurang dari 1% diekskresi dalam bentuk
postoperasi karena propofol mengurangi aslinya. Klirens tubuh total anestesinya
mual dan muntah postoperasi. Dibanding lebih besar daripada aliran darah hepatik,
dengan tiopental, kejadian konvulsi pasca sehingga eliminasinya melibatkan
operasi pada induksi dengan propofol lebih mekanisme ekstrahepatik selain
minimal. Propofol digunakan baik sebagai metabolismenya oleh enzim-enzim hati.
induksi maupun mempertahankan anestesi. Propofol dapat bermanfaat bagi pasien
Obat ini juga efektif dalam menghasilkan dengan gangguan kemampuan dalam
sedasi berkepanjangan pada pasien dalam memetabolisme obat-obat anestesi sedatif
keadaan kritis. Pemberian propofol (2 yang lainnya. Propofol tidak merusak
mg/kg) intravena menginduksi anestesi fungsi hati dan ginjal. Aliran darah ke
secara cepat. Rasa nyeri kadang-kadang otak, metabolisme otak dan tekanan
terjadi di tempat suntikan, tetapi jarang intrakranial akan menurun. Keuntungan
disertai plebitis atau trombosis. Anestesi propofol karena bekerja lebih cepat dari
dapat dipertahankan dengan infus propofol tiopental dan konvulsi pasca operasi yang
yang berkesinambungan dengan opiat, minimal. Propofol tidak mempunyai efek
N2O dan/atau anestetik inhalasi lain. analgesik. Dibandingkan dengan tiopental
Propofol dapat menyebabkan turunnya waktu pulih sadar lebih cepat dan jarang
tekanan darah yang cukup berarti selama terdapat mual dan muntah. Efek samping
induksi anestesi karena menurunnya propofol pada sistem pernafasan adanya
resitensi arteri perifer dan venodilatasi. depresi pernafasan, apnea, bronkospasme,
10
dan laringospasme. Pada sistem 5. N2O : O2 = 2 : 2
kardiovaskuler berupa hipotensi, aritmia, N2O merupakan gas yang tidak berwarna,
takikardi, bradikardi, hipertensi. Pada berbau harum manis dan tidak mudah
susunan syaraf pusat adanya sakit kepala, terbakar. N2O di dalam darah tidak
pusing, euforia, kebingungan. Pada daerah berikatan dengan hemoglobin tetapi larut
penyuntikan dapat terjadi nyeri sehingga dalam plasma dengan kelarutan 15 kali
saat pemberian dapat dicampurkan lebih besar dari kelarutan oksigen. N2O
lidokain 2% (0,5 cc dalam 10 cc propofol). mampu berdifusi di semua rongga tubuh,
2. Pemakaian Face Mask sehingga dapat menimbulkan hipoksia
Setelah induksi intravena pasien dilakukan apabila tidak diberikan bersamaan dengan
sungkup muka yang telah terpasang pada oksigen. Oleh karena itu, oksigen harus
mesin anestesi yang menghantarkan gas diberikan setiap memberikan N2O. Pada
O2 6 liter/menit dari mesin ke jalan napas pasien ini diberikan N2O : O2 sebanyak
pasien dengan melakukan bagging selama 2 : 2 L/menit.
kurang lebih 3 menit untuk menekan
6. Infus Ringer Laktat
pengembangan paru dan menunggu onset
Durante Operatif
dari obat pelumpuh otot. Kebutuhan = 2 cc/kgBB/jam
3. Intubasi Endotrakeal Cairan = 2 cc x 70 kg
Basal/ = 140 cc
Setelah pemakaian face mask, pasien Maintenance
dilakukan intubasi endotrakeal dengan (M)
Kebutuhan = Operasi besar x
menggunakan laringoskop dan pipa trakea Cairan Berat badan
ukuran 7.0 untuk mengamankan jalan Stress = 6 x 70 kg
Operasi (SO) = 420 cc/jam
napas pada saat dilakukan pembedahan. Kebutuhan = M + SO + P
4. Anestesi inhalasi Isofluran 2-4 vol Cairan = 140 + 420 + 1000
= 1560 cc
%
Sebagai anestesi inhalasi menggunakan
Jadi total cairan yang harus diberikan
isofluran 2-4 vol%. Isofluran memiliki
durante operasi yaitu 1560 cc. Cairan
efek terhadap depresi jantung dan curah
diberikan digrojok 2 jalur menggunakan
jantung yang minimal, sehingga digemari
transfusion set.
untuk anestesi teknik hipotensi dan banyak
7. Pemantauan Sistem Saraf Pusat
digunakan pada pasien dengan gangguan
koroner. Isofluran memiliki efek hipotensi a. Pemantauan Tekanan Darah
b. Pemantauan Nadi
yang lebih besar dibandingkan dengan c. Pemantauan Pernapasan
sevofluran.
11
8. Inj. Ketorolac 30 mg IV - Analgetik: Kombinasi Inj.
Pasien diberikan ketorolac 30 mg sebagai Metamizole Sodium 500 mg dan
obat analgetik untuk mengatasi nyeri yang Inj. Pethidine 50 mg IV.
ditandai dengan peningkatan tekanan 5. Terapi Cairan
darah dan denyut nadi pada 40 menit Infus RL 20 tetes/menit Pasca Operatif
Kebutuhan Kebutuhan cairan
pertama. Ketorolac merupakan obat
air dalam pasien dalam
golongan NSAID yang memiliki efek
keadaan sehari
antiinflamasi dan analgetik kuat.
basal = 50 cc/kgBB/hari
9. Pemantauan Sistem Kardiovaskular
= 50 cc x 70
a. Pemantauan Warna Kulit
b. Pemantauan Suhu Tubuh = 3500 cc/hari
c. Pemantauan Produksi Urin
d. Pemantauan EKG 6. Komplikasi pasca bedah: Tidak ada
7. Penilaian Pemulihan Kesadaran
10. Pemantauan Perdarahan
(berdasarkan Skor Aldrete):
a. EBV = 70 cc/kgBB = 70 x 70 = 4900cc.
b. ABL = 1/5 EBV = 1/5 4900 = 980cc.
c. Jika perdarahan durante operatif kurang
dari 980 cc maka pasien tidak perlu
diberikan transfusi darah sebagai terapi
pengganti cairan.
11. Pemantauan komplikasi selama
pembedahan.
C. Pasca Operatif
1. Posisi : Supine
2. Pemantauan: Tekanan Darah,
Nadi, Suhu, RR, Saturasi O2 tiap
15 menit selama 1 jam.
3. Pemantauan keadaan pasca
operasi
- Lemas
- Pusing 8. Pasien diperbolehkan makan apabila
- Skala nyeri >7 pasien sudah sadar penuh dan dapat dicoba
4. Obat-obatan pasca operasi
- Antiemetik: Inj. Ondansetron 4 dengan minum terlebih dahulu.
17