Anda di halaman 1dari 17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sikap Perilaku Bela Negara


Bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai
oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pacasila dan Undang-undang Dasar 1945 dalam menjalin
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Kesadaran bela negara
pada hakikatnya adalah kesediaan berkorban membela negara. Spektrum
bela negara sangat luas, dari yang paling halus hingga yang paling keras.
Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama
menangkal ancaman nyata bersenjata. Pada dasarnya bela negara
adalah perilaku berbuat baik bagi bangsa dan negara.
1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-nilai Bela Negara
Pemahaman dan pemaknaan wawasan kebangsaan dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bagi aparatur, pada
hakikatnya terkait dengan pembangunan kesadaran berbangsa dan
bernegara yang berarti sikap dan tingkah laku PNS harus sesuai dengan
kepribadian bangsa. PNS juga harus selalu mengaitkan dirinya dengan
cita-cita dan tujuan hidup bangsa Indonesia (sesuai amanah yang ada
pada Undang-undang 1945) melalui:
a. Menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan negara
Indonesia yang terdiri atas berbagai suku bangsa yang mendiami
banyak pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke dari
Miangas sampai Rote dengan beragam Bahasa dan adat istiadat
kebudayaan yang berbeda-beda. Kemajemukan itu diikat dalam
konsep wawasan nusantara yang merupakan cara pandang bangsa
Indonesia tentang diri dan lingkungannya yang berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.
b. Menumbuhkan rasa memiliki jiwa besar dan patriotisme untuk
menjalankan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Sikap dan
perilaku yang patriotik dimulai dari hal-hal yang sederhana yaitu
dengan saling tolong menolong, menciptakan kerukunan beragama
dan toleransi dalam menjalankan ibadah sesuai agama masing-

10
masing, saling menghormati dengan sesame dan menjaga keamanan
lingkungan.
c. Memiliki kesadaran atas tanggung jawab sebagai warga negara
Indonesia yang menghormati lambang-lambang negara dan mentaaati
peraturan perundang-undangan.
Berbagai masalah yang berkaitan dengan kesadaran berbangsa
dan bernegara perlu mendapat perhatian dan tanggung jawab bersama.
Dengan demikian, amanat pada UUD 1945 untuk menjaga dan
memelihara Negara Kesatuan Republik Indonesia serta kesejahteraan
rakyat dapat diwujudkan. Hal yang dapat mengganggu kesadaran
berbangsa dan bernegara bagi PNS yang perlu dicermati secara seksama
adalah semakin tipisnya kesadaran dan kepekaan sosial, padahal banyak
persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan peranan PNS
dalam setiap pelaksanaan tugas jabatannya untuk membantu memediasi
masyarakat agar keluar dari himpitan masalah, baik itu masalah sosial,
ekonomi, dan politik. Dengan terbantunya masyarakat untuk keluar dari
himpitan masalah, maka Indonesia tentunya akan menjadi bangsa yang
kuat dan tidak mudah diintervensi oleh negara lain. Dalam hal ini PNS
telah melakukan bela negara secara konkret.
Kesadaran bela negara adalah upaya untuk mempertahankan
negara kita dari ancaman yang dapat mengganggu kelangsungan hidup
bermasyarakat yang berlandaskan atas cinta tanah air. Kesadaran bela
negara juga dapat menumbuhkan rasa patriotism dan nasionalisme di
dalam masyarakat. Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar
juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan
dengan penuh tanggung jawab dan rela berkorban dalam pengabdian
kepada negara dan bangsa. Keikutsertaan kita dalam bela negara
merupakan bentuk cinta terhadap tanah air kita.

Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami penerapannya


dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara antara lain:
a. Cinta Tanah Air
Negara yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita cintai.
Kesadaran bela negara yang ada pada setiap masyarakat didasarkan

11
pada kecintaan kita kepada tanah air kita. Kita dapat mewujudkan itu
semua dengan cara kita mengetahui sejarah negara kita sendiri,
melestarikan budaya-budaya yang ada, menjaga lingkungan kita dan
pastinya menjaga nama baik negara kita.
b. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara
Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap kita yang
harus sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu dikaitkan dengan
cita-cita dan tujuan hidup bangsanya. Kita dapat mewujudkan dengan
cara mencegah perkelahian antar perorangan atau antar kelompok
dan menjadi anak bangsa yang berprestasi baik di tingkat nasional
maupun internasional.
c. Pancasila
Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan sungguh luar
biasa. Pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan normatif saja, tapi
juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita tahu bahwa
Pancasila adalah alat pemersatu keberagaman di Indonesia yang
memiliki beragam budaya, agama, etnis, dan lain-lain. Nilai-nilai
Pancasila inilah yang dapat mematahkan setiap ancaman, tantangan,
dan hambatan.
d. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela berkorban untuk
bangsa dan negara. Contoh nyatanya para atlet bekerja keras untuk
bias mengharumkan nama negaranya walaupun mereka harus
merelakan untuk mengorbankan banyak waktunya. Begitupun
supporter yang rela berlama-lama menghabiskan waktunya antri untuk
hanya mendapatkan tiket demi mendukung secara langsung para atlet
yang berlaga demi mengharumkan bangsa.
e. Memiliki Kemampuan Bela Negara
Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan dengan tetap
menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam menjalani profesi
masing-masing.
2. Analisis Isu Kontemporer
Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017)
ada empat level lingkungan strategis yang dapat mempegaruhi kesiapan
PNS dalam melakukan pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing,
yakni: individu, keluarga (family), masyarakat pada level lokal dan regional

12
(community/culture), nasional (society), dan dunia (global). Perubahan
global (globalisasi) yang terjadi dewasa ini memaksa semua bangsa
(negara) untuk berperan serta, jika tidak maka arus perubahan tersebut
akan menghilang dan akan meninggalkan semua yang tidak mau
berubah. Perubahan global ditandai dengan hancurnya batas (border)
suatu bangsa, dengan membangun pemahaman bahwa dunia ini tidak
dipisahkan oleh batas negara. Hal yang menjadi pemicunya adalah
berkembangnya teknologi informasi global, dimana setiap informasi dari
satu penjuru dunia dapat diketahui dalam waktu yang tidak berselang
lama oleh penjuru dunia lainnya.
Perubahan cara pandang tersebut telah mengubah tatanan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini ditandai dengan masuknya
kepentingan global (negara-negara lain) ke dalam negeri dalam aspek
hokum, politik, ekonomi, pembangunan dan lain sebagainya. Perubahan
cara pandang individu tentang tatanan berbangsa dan bernegara
(wawasan kebangsaan), telah mempengaruhi cara pandang masyarakat
dalam memahami pola kehidupan dan budaya yang selama ini
dipertahankan diwariskan secara turun temurun. Perubahan lingkungan
masyarakat juga mempengaruhi cara pandang keluarga sebagai miniature
dari kehidupan sosial (masyarakat). Tingkat persaingan yang kebablasan
akan menghilangkan keharmonisan hidup di lingkungan keluarga maka
secara tidak langsung membentuk sikap ego dan apatis terhadap tuntutan
lingkungan sekitar.
Oleh karena itu, pemahaman perubahan dan perkembangan
lingkungan pada tataran makro merupakan faktor utama yang akan
menambah wawasan PNS. Wawasan tersebut meliputi pemahaman
terhadap globalisasi, demokrasi, desentralisasi, dan daya saing nasional.
Dalam konteks globalisasi PNS perlu memahami berbagai dampak positif
maupun negatifnya.
PNS dihadapkan pada pengaruh yang dating dari eksternal juga
internal yang kian lama kian menggerus kehidupan berbangsa dan
bernegara (Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika)
sebagai kosensus dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena-fenomena

13
tersebut menjadikan pentingnya setiap PNS mengenal dan memahami
secara kritis terkait dengan isu-isu kritikal yang terjadi saat ini atau bahkan
berpotensi terjadi. Isu-isu tersebut contohnya: bahaya paham
radikalisme/terorisme, bahaya narkoba, cyber crime, money laundry,
korupsi, proxy war, dll. Isu-isu tersebut selanjutnya disebut dengan isu-isu
strategis kontemporer.
3. Kesiapsiagaan Bela Negara
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melatih
kesiapsiagaan bela negara bagi CPNS. Hal-hal yang dapat dilakukan
antara lain: tanggap dan mau tau tentang kejadian-kejadian dan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi bangsa dan negara
Indonesia, tidak mudah terprovokasi, tidak mudah percaya dengan berita
gossip yang belum jelas asal usulnya, tidak terpengaruh dengan
penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan permasalahan bangsa
lainnya, dan yang lebih penting lagi adalah mempersiapkan diri baik
secara jasmani maupun rohani untuk turut serta dalam bela negara.
Pasal 27 dan pasal 30 UUD Negara RI 1945 mengamanatkan
kepada semua komponen bangsa berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara dan syarat-syarat dalam pembelaan negara.
Dalam hal ini setiap CPNS sebagai bagian dari warga masyarakat tertentu
memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk melakukan bela negara
sebagaimana diamanatkan dalam UUD Negara RI 1945 tersebut.
Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai-nilai bela
negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
sesuai peran dan profesi warga negara, demi menjaga kedaulatan negara.
Keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dan segala bentuk
ancaman.
Kesiapsiagaan bela negara merupakan kondisi warga negara yang
secara fisik memiliki kondisi kesehatan, keterampilan dan jasmani yang
prima serta secara kondisi psikis yang memiliki kecerdasan intelektual,
dan spiritual yang baik, senantiasa memelihara jiwa dan raganya, memiliki
sifat-sifat disiplin, ulet, kerja keras, dan tahan uji. Oleh sebab itu dalam
pelaksanaan latihan dasar bagi CPNS dibekali dengan latihan-latihan
seperti: a) kegiatan olah raga dan kesehatan fisik; b) kesiapsiagaan dan

14
kecerdasan mental; c) kegiatan baris-berbaris, apel, dan tata upacara; d)
keprotokolan; e) fungsi-fungsi inteljen dan Badan Pengumpul Keterangan,
dan f) kegiatan ketangkasan dan permainan.

B. Nilai Dasar PNS


Aparatur Sipil Negara (ASN) dituntut untuk memiliki nilai-nilai dasar
sebagai landasan dalam menjalankan profesi dan tugasnya sebagai ASN.
Adapun nilai-nilai dasar yang dimaksud adalah Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi (ANEKA).
Sebelum mengimplementasikan nilai-nilai dasar PNS, ada satu tahap
yang harus dilalui yaitu tahap internalisasi. Internalisasi merupakan proses
pemahaman atas nilai yang terkandung dari masing-masing poin ANEKA.
Berikut ini merupakan penjelasan secara lebih rinci nilai-nilai dasar PNS
ANEKA.
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kata yang seudah tidak asing lagi kita dengar,
namun seringkali kita susah untuk membedakannya dengan
responsibilitas. Namun dua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan
akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Lebih lanjut akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu,
kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi
amanahnya.
Adapun indikator dari nilai akuntabilitas adalah:
a. Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana
pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan hal
tersebut.
b. Transparansi
Transparansi dapat diartikan sebagai keterbukaan atas semua
tindakan dan kebijakan yang dilakukan oleh individu maupun
kelompok/institusi.
c. Integritas
Integritas mempunyai makna konsistensi dan keteguhan yang tak
tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
d. Tanggung Jawab

15
Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku
atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Tanggungjawab juga dapat berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajiban.
e. Keadilan
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai
sesuatu hal, baik menyangkut benda maupun orang.
f. Kepercayaan
Rasa keadilan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini
akan melahirkan akuntabilitas.
g. Keseimbangan
Pencapaian akuntabilitas dalam lingkungan kerja, diperlukan adanya
keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan
dan kapasitas. Selain itu, adanya harapan dalam mewujudkan kinerja
yang baik juga harus disertai dengan keseimbangan kapasitas sumber
daya dan keahlian (skill) yang dimiliki.
h. Kejelasan
Fokus utama untuk kejelasan adalah mengetahui kewenangan, peran
dan tanggungjawab, misi organisasi, kinerja yang diharapkan
organisasi, dan sistem pelaporan kinerja baik individu maupun
organisasi.
i. Konsistensi
Konsistensi adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan
sesuatu sampai pada tercapainya tujuan akhir.
2. Nasionalisme
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang
meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain
sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai beraikan bangsa
yang satu dengan bangsa yang lain. Sedang dalam arti luas, nasionalisme
merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa
dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai
Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa:
menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan;
menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara;
bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak

16
merasa rendah diri; mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan
kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan
sikap saling mencintai sesama manusia; mengembangkan sikap tenggang
rasa.
3. Etika Publik
Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah
yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar,
sedangkan moral mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik
atau apa yang seharusnya dilakukan. Dalam kaitannya dengan pelayanan
publik, etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang
menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan
untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung
jawab pelayanan publik.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang ASN, yakni sebagai berikut:
a. memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Pancasila;
b. setia dalam mempertahankan UUD 1945;
c. menjalankan tugas secara profesional dan tidak memihak;
d. membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
e. menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
f. memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur;
g. mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerja publik;
h. memiliki kemampuan menjalankan kebijakan pemerintah;
i. memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
j. mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
k. menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
l. mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
m. mendorong kesetaraan dalam pekerjaan
n. meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.
4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik dengan
berorientasi pada kualitas hasil. Adapun nilai-nilai komitmen mutu antara
lain:
a. Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan
target. Sedangkan efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target
yang telah direncanakan, baik yang menyangkut jumlah maupun mutu

17
hasil kerja. Efektivitas organisasi tidak hanya diukur dari kuantitas dan
mutu hasil kerja, melainkan kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan
pelanggan.

b. Efisien
Efisien yaitu berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai
hasil tanpa menimbulkan pemborosan. Sedangkan efisiensi
merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan sumber daya dan
bagaimana pekerjaan dilakukan sehingga dapat diketahui ada tidaknya
penggunaan sumber daya yang berlebihan, penyalahgunaan alokasi,
penyimpangan prosedur dan mekanisme yang tidak sesuai alur.
c. Inovasi
Inovasi yaitu penemuan sesuatu yang baru atau mengandung
kebaruan. Inovasi pelayanan public merupakan hasil pemikiran baru
yang konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk
membangun karakter sebagai ASN. Inovasi diwujudkan dalam bentuk
profesionalisme pelayanan public yang berbeda dari sebelumnya,
bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas.
d. Berorientasi Mutu
Mutu merupakan ukuran baik buruk yang di persepsi individu terhadap
produk atau jasa. Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa
yang diberikan kepada pelanggan kepada pelanggan sesuai dengan
kebutuhan dan keinginannya, bahkan melampaui harapan.
5. Anti Korupsi
Anti Korupsi adalah tindakan atau gerakan yang dilakukan untuk
memberantas segala tingkah laku atau tindakan yang melawan norma–
norma dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi, merugikan negara
atau masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Tindak
pidana korupsi yang terdiri atas kerugian keuangan negara, suap-
menyuap, pemerasan, perbuatan curang, penggelapan dalam jabatan,
benturan kepentingan dalam pengadaan dan gratifikasi. Indikator yang
ada pada nilai dasar anti korupsi meliputi:
a. Kemandirian
Kemandirian dapat membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang
sehingga menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain.
Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-

18
pihak yang tidak bertanggung jawab demi mencapai keuntungan
sesaat;
b. Kerja keras
Kerja keras merupakan hal yang penting dalam rangka tercapainya
target dari suatu pekerjaan. Jika target dapat tercapai, peluang untuk
korupsi secara materiil maupun non materiil (waktu) menjadi lebih
kecil;
c. Keberanian
Berani untuk mengatakan atau melaporkan pada atasan atau pihak
yang berwenang jika mengetahui ada pegawai yang melakukan
kesalahan;
d. Kedisiplinan
Disiplin berkegiatan dalam aturan bekerja sesuai dengan undang-
undung yang mengatur. Disiplin adalah kunci keberhasilan semua
orang. Seseorang yang mempunyai pegangan kuat terhadap nilai
kedisiplinan tidak akan terjerumus dalam kemalasan yang
mendambakan kekayaan dengan cara yang mudah.
e. Kepedulian
Kepedulian berarti ikut merasakan dan menolong apa yang dirasakan
orang lain. Dengan adanya kepedulian terhadap orang lain menjadikan
seseorang memiliki rasa kasih sayang antar sesame. Pribadi denga
jiwa sosial yang tinggi tidak akan tergoda untuk memperkaya diri
sendiri dengan cara yang tidak benar.
f. Kejujuran
Jujur yaitu berkata dan bertindak sesuai dengan kebenaran (dharma);
kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi
penegakan integritas diri. Seseorang yang dapat berkata jujur dan
transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri sendiri maupun
orang lain, sehingga dapat membentengi diri dari perbuatan curang.

g. Tanggung jawab
Tanggung jawab yaitu berani dalam menanggung resiko atas apa yang
kita kerjakan dalam bentuk apapun. Pribadi yang utuh dan mengenal
diri dengan baik akan menyadari bahwa keberadaan dirinya di muka
bumi adalah untuk melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan

19
sesame manusia. Dengan kesadaran seperti ini maka seseorang tidak
akan tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.
h. Kesederhanaan
Kesederhanaan dapat diartikan menerima dengan tulus dan ikhlas
terhadap apa yang telah ada dan diberikan oleh Tuhan kepada kita.
Pribadi yang berintegritas tinggi menyadari kebutuhannya dan
berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya tanpa
berlebih-lebihan.
i. Keadilan
Keadilan yaitu memandang kebenaran sebagai tindakan dalam
perkataan maupun perbuatan saat memutuskan peristiwa yang terjadi.
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang
dia terima sesuai dengan jerih payahnya. Adil merupakan kemampuan
seseorang untuk memperlakukan orang lain sesuai dengan hak dan
kewajibannya.

C. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI


Pada UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara. Undang-
undang ini merupakan dasar dalam manajemen aparatur sipil negara yang
bertujuan untuk membangun aparat sipil negara yang memiliki integritas,
profesional dan netral serta bebas dari intervensi politik, juga bebas dari
praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan
pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat.
Dengan diterbitkannya UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara, PNS diharuskan memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Pelaksana Kebijakan Publik


ASN berfungsi untuk melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh
pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan pelayanan
yang berorientasi pada kepentingan publik.
2. Pelayan Publik
ASN berfungsi memberikan pelayanan public yang professional
dan berkualitas. Pelayanan public merupakan kegiatan dalam rangka
memenuhi kebutuhan pelayanan sesuai dengan perundang-undangan
bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan pelayanan

20
administrasi yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan public
dengan tujuan memenuhi kepuasan pelanggan. Oleh karena itu, ASN
dituntut memberikan pelayanan secara profesional kepada masyarakat.
3. Perekat dan pemersatu bangsa
ASN harus mengutamakan kepentingan negara di atas
kepentingan pribadi/golongan. Dalam UU ASN telah disebutkan bahwa
dalam penyelenggaraan dan kebijakan ASN terdapat asas persatuan dan
kesatuan. ASN harus senantiasa memegang teguh nilai-nilai persatuan
dan kesatuan bangsa.
Adapun peran ASN adalah sebagai perencana, pelaksana dan
pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan
public yang professional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Kedudukan, fungsi, dan peran ASN dapat dilihat dari kemampuan
para ASN dalam memahami manajemen ASN, pelayanan publik, dan
whole of government (WOG).
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
Pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai
sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil
negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
Adapun asas-asas manajemen ASN, antara lain: a) kepastian
hukum; b) profesionalitas; c) proporsionalitas; d) keterpaduan; e) delegasi;
f) netralitas; g) akuntabilitas; h) efektif dan efisien; i) keterbukaan; j)
non diskriminatif; k) persatuan; l) kesetaraan; m) keadilan, dan n)
kesejahteraan.
Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit.
Manajemen ASN meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan;
pengadaan; pangkat dan jabatan; pengembangan karier; pola karier;
promosi; mutase; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan;
penghargaan; disiplin; pemberhentian; jaminan pensiun dan jaminan hari
tua; dan perlindungan (LAN, Manajemen Aparatur Sipil Negara, 2014).

21
2. Pelayanan Publik
Pelayanan Publik menurut Lembaga Administrasi Negara adalah
segala bentuk pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi
Pemerintah di pusat dan daerah dan dilingkungan BUMN/BUMD dalam
bentuk barang atau jasa baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Adapun prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan
prima antara lain:
a. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan
masyarakat pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
b. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai
penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi warga
negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan pelayanan
publik yang diselenggarakan tersebut.
c. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib
mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya
terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka
butuhkan, mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan,
prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.
d. Tidak Diskriminatif
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh
dibedakan antara satu warga negara dengan warga negara yang lain
atas dasar perbedaan identitas warga negara.
e. Mudah dan Murah
Penyelenggaraan pelayanan publik dimana masyarakat harus
memenuhi berbagai persyaratan dan membayar fee untuk
memperoleh layanan yang mereka butuhkan harus diterapkan prinsip
mudah dan murah. Hal ini perlu ditekankan karena pelayanan publik
yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak dimaksudkan untuk
mencari keuntungan melainkan untuk memenuhi mandat konstitusi.
f. Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan pelayan publik harus mampu mewujudkan tujuan-
tujuan yang hendak dicapainya dan cara mewujudkan tujuan tersebut

22
dilakukan dengan prosedur yang sederhana, tenaga kerja yang sedikit,
dan biaya yang murah.
g. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat
dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik dan
dapat dijangkau dalam arti non-fisik yang terkait dengan biaya dan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapatkan
layanan tersebut.
h. Akuntabel
Semua bentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat.
Pertanggungjawaban di sini tidak hanya secara formal kepada atasan
akan tetapi yang lebih penting harus dipertanggungjawabkan secara
terbuka kepada masyarakat luas melalui media publik.

i. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan sebagai alat
melindungi kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa keadilan
bagi kelompok lemah ketika berhadapan dengan kelompok yang kuat.
3. Whole Of Government
Whole of Government (WoG) adalah sebuah pendekatan
penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan
kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik.
Pendekatan WoG dapat dilihat dan dibedakan berdasarkan
perbedaan kategori hubungan antara kelembagaan yang terlibat sebagai
berikut:
a. Koordinasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:
1) penyertaan, yaitu pengembangan strategi dengan
mempertimbangkan dampak;
2) dialog atau pertukaran informasi;
3) joint planning, yaitu perencanaan bersama untuk kerjasama
sementara.
b. Integrasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:
1) joint working, atau kolaborasi sementara;

23
2) joint ventrure, yaitu perencanaan jangka panjang, kerjasama pada
pekerjaan besar yang menjadi urusan utama salah satu peserta
kerjasama;
3) satelit, yaitu entitas yang terpisah, dimiliki bersama, dibentuk
sebagai mekanisme integratif.
c. Kedekatan dan pelibatan, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi
menjadi:
1) aliansi strategis, yaitu perencanaan jangka panjang, kerjasama
pada isu besar yang menjadi urusan utama salah satu peserta
kerjasama;
2) union, berupa Unifikasi resmi, identitas masing-masing masih
nampak; merger, yaitu penggabungan ke dalam struktur baru.

D. Tinjauan Umum tentang Literasi


1. Pengertian Literasi
Pada awalnya literasi hanya diartikan sebagai kemampuan
membaca dan menulis, tetapi pada saat ini pengertian literasi mengalami
perkembangan. Gipayana (2010:3) menyatakan bahwa penanaman
literasi tidak hanya sebatas pada kurikulum saja, tetapi konotasinya lebih
luas. Literasi menyangkut kebijakan, perencanaan, pengembangan,
ekonomi, aktivis sosial dan ilmu sosial, yang semuanya memiliki wilayah
dan level masing-masing. Sedangkan Seoyono (2006) menyatakan literasi
merupakan suatu kontinum, yakni mulai dari kemampuan membaca,
kemudian membaca dan menulis, diteruskan membaca, menulis, dan
berbahasa lisan yang dimanfaatkan untuk belajar sepanjang hayat.
National Institute for Literacy mendefinisikan literasi sebagai
kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, berhitung dan
memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam
pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Education Development Center
(EDC) menyatakan bahwa literasi lebih dari sekedar kemampuan baca
tulis. Namun lebih dari itu, literasi adalah kemampuan individu untuk
menggunakan segenap potensi yang dimiliki dalam hidupnya.
Sedangkan konsep literasi dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
adalah kemampuan mengakses, memahami dan menggunakan sesuatu
secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat,
meyimak, menulis, dan/atau berbicara. GLS merupakan sebuah upaya

24
yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai
organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui
pelibatan publik..

2. Tujuan Literasi
Dalam buku saku Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang diterbitkan
oleh Kemendikbud, dituliskan bahwa tujuan GLS terbagi menjadi dua,
yaitu:
a. Tujuan umum
Tujuan umum dari literasi adalah menumbuhkembangkan budi pekerti
peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang
diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi
pembelajar sepanjang hayat.
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari literasi antara lain: 1) menumbuhkembangkan
budaya literasi di sekolah; meningkatkan kapasitas warga dan
lingkungan sekolah agar literat; menjadikan sekolah sebagai taman
belajar yang menyenangkan dan ramah agar warga sekolah mampu
mengelola pengetahuan, dan 4) menjaga keberlanjutan pembelajaran
dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai
strategi membaca.
3. Tahap-tahap Literasi
Dalam buku Satu Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang diterbitkan
Kemdikbud, dituliskan bahwa tahapan GLS terbagi menjadi tiga tahapan,
yaitu:
a. Pembiasaan: penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit
membaca
b. Pengembangan: meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan
menanggapi buku pengayaan.
c. Pembelajaran: meningkatkan kemampuan literasi di semua mata
pelajaran dengan menggunakan buku pengayaan dan strategi
membaca di semua mata pelajaran.
4. Contoh Kegiatan Literasi yang dapat Dilakukan di Sekolah Dasar
Kegiatan literasi di sekolah dasar dapat dilakukan dalam berbagai
macam kegiatan. Berbagai macam kegiatan literasi yang dapat dilakukan
di sekolah dasar, antara lain:

25
a. Sudut Baca
Sudut baca adalah tempat yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan membaca di dalam kelas. Sudut baca berada di salah satu
sudut ruangan kelas yang didesain seperti perpustakaan mini. Pada
sudut baca disediakan sebuah meja untuk meletakkan buku-buku
bacaan.
b. Pembiasaan Literasi
Pembiasaan literasi baca-tulis dapat dilakukan dengan membiasakan
para siswa untuk membaca atau mendengarkan bahan
bacaan/dongeng pada waktu-waktu tertentu.
c. Majalah Dinding Sekolah
Majalah dinding adalah salah satu jenis media komunikasi massa tulis
yang paling sederhana. Pemberdayaan Majalah Dinding Sekolah di
setiap kelas bias dilakukan denga cara mewajibkan siswa untuk
membaca bebas ataupun mencari referensi apapun di sekitar sekolah.
Setelah itu, siswa membuat karya yang selajutnya ditempelkan pada
Majalah Dinding Sekolah.
d. Posterisasi Sekolah
Membuat poster-poster yang berisi ajakan, motivasi maupun kata-kata
mutiara yang ditempel atau digantung di beberapa spot kelas.
e. Membuat Pohon Literasi
Pohon literasi bias dibuat oleh siswa secara mandiri. Nantinya daun-
daun dan buah pada pohon literasi bias ditulis dengan ama-nama
siswa sekelas, cita-cita siswa, karakter mulia yang ingin diwujudkan,
atau materi pelajaran.

26

Anda mungkin juga menyukai