Anda di halaman 1dari 22

A.

EKONOMI SISI PENAWARAN

ALIRAN SISI PENAWARAN (SUPPLY SIDERS)


Ekonomi sisi penawaran adalah cabang dari analisis ekonomi yang berkaitan dengan
kemampuan produksi dari sebuah perekonomian (PRODUK NASIONAL BRUTO
POTENSIAL(POTENTIAL GROSS NATIONAL PRODUCT) dan dengan kebijakan-
kebijakan yang berusaha untuk memperluas persediaan factor-faktor produksi, dan untuk
meningkatkan fleksibilitas pasar-pasar factor sehingga memungkinkan untuk
menghasilkan output yang semaksimal mungkin untuk suatu tingkat PERMINTAAN
AGREGAT (AGGREGATE DEMAND) tertentu. Pada tahun 1971-1973 perekonomian
Amerika Serikat mengalami boom karena kebijaksanaan fiskal dan moneter yang
ekspansif pada periode-periode sebelumnya, sesuai ajaran Keynesian. Akibat
perekonomian yang memanas, pada tahun 1973 harga-harga pangan dan bahan baku
mulai naik, dan kebetulan pada tahun itu juga terjadi guncangan harga minyak akibat
politik embargo yang dilakukan oleh negara-negara penghasil minyak (OPEC) yang
menghantam perekonomian Amerika Serikat. Semua ini menyebabkan terjadinya
goncangan pada sisi penawaran. Perekonomian mulai lesu, produksi berkurang,
pengangguran semakin tinggi, dan pada saat yang bersamaan inflasi juga meninggi
diiringi oleh naiknya harga-harga secara umum.
Menghadapi gejala-gejala seperti disebutkan di atas para ahli ekonomi agak tersentak,
sebab belum pernah menghadapi persoalan seperti ini sebelumnya. Karena gejala-gejala
seperti yang diuraikan di atas agak baru, para ahli ekonomi waktu itu kurang tahu
mengenai apa yang mesti diperbuat. Tingginya inflasi nampaknya menghendaki
pembatasan kebijaksanaan fiskal dan moneter yang ekspansif. Tetapi goncangan
penawaran telah menyebabkan berkurangnya produksi nasional, dengan demikian juga
sulit untuk membatasi kebijaksanaan-kebijaksanaan fiskal dan moneter tersebut.
Pada tahun-tahun sebelumnya kebijaksanaan moneter yang restriktif cukup ampuh dalam
memerangi inflasi. Bahkan pada akhir tahun 1974, pada saat resesi mulai jalan,
pemerintah Amerika Serikat masih mempertimbangkan suatu program peningkatan
tingkat pajak untuk memerangi inflasi. Tetapi yang betul-betul dilaksanakan tahun 1975
adalah kebijaksanaan fiskal yang ekspansif. Sebagaimana dampaknya, perekonomian
bergerak cepat (terjadi recovery) dan tingkat pengangguran dapat ditekan. Hanya saja,
sekarang tingkat inflasi sangat tinggi. Keadaan menjadi lebih parah sewaktu gelombang
kenaikan harga-harga minyak kedua pada tahun 1978 kembali menghantam
perekonomian Amerika Serikat.
Dalam menghadapi inflasi yang semakin tinggi tersebut pemerintah Amerika Serikat
mencoba mengadopsi kebijaksanaan moneter yang baru, sesuai ajaran monetaris, yang
terkonsentrasi pada usaha menahan laju pertumbuhan stok uang. Pada saat yang
bersamaan permintaan akan pinjam agak naik, baik dari pihak produsen maupun
konsumen. Khawatir pada berlanjutnya inflasi maka pemerintah Amerika Serikat pada
bulan Maret 1980 mengumumkan suatu program pengawasan kredit. Jumlah pinjaman-
pinjaman dibatasi. Langkah ini perlu diambil untuk menahan laju pertumbuhan stok uang.
Sementara pemerintah masih berusaha mengontrol laju pertumbuhan uang untuk
menekan inflasi, tahun 1981-1982 terjadi resesi. Di ukur dari tingkat pengangguran yang
diakibatkannya, resesi ini dinilai yang terburuk sejak depresi besar-besaran tahun 30-an.
Pada akhir tahun 1982 akhirnya pemerintah mengabaikan rencana pembatasan uang
sesuai anjuran kubu monetaris, melainkan membiarkan jumlah uang beredar tumbuh
cukup tinggi untuk memerangi resesi yang dihadapi. Tentu saja hak tersebut membuat
Milton Friedman, yang menjadi arsitek aliran monetaris, sangat marah. Dalam suratnya
ke Well Street Journal (18 Desember 1985) Friedman menjelaskan bahwa pemerintah
(tepatnya, the Fed's) tidak pernah mengadopsi kebijaksanaan yang dianjurkannya secara
serius. Pengakuan pemerintah tahun 1979 yang akan mengadopsi kebijaksanaan moneter
sesuai anjuran kubu monetaris dituduh sebagai retorika belaka, tetapi tidak dilakukan
secara konsisten dalam praktek. Lebih lanjut Friedman menjelaskan bahwa sejak the
Fed's mengakui menganut pandangan monetaris tahun 1979 pertumbuhan stok uang
justru lebih tidak stabil. Apa yang dilakukan oleh pemerintah, demikian tuduh Friedman,
jelas bukan kebijaksanaan sesuai anjuran monetaris.
Kesimpulannya, aliran monetaris memang pernah berhasil meyakinkan orang bahwa stok
uang sangat erat kaitannya dengan aktivitas-aktivitas ekonomi, tetapi penerapan
kebijaksanaan ekonomi sesuai pandangan monetaris tidak dijalankan dengan sepenuh hati
di Amerika Serikat. Kecuali pada periode tahun 1969-1971 dalam usaha memerangi
inflasi yang diwarisi dari pemerintahan Johnson.
Walaupun kebijaksanaan mopnetaris lahir di Amerika Serikat, tetapi negara yang
melaksanakan kebijaksanaan sesuai dengan resep monetaris ini bukanlah pemerintahan
Amerika Serikat sendiri, melainkan pemerintahan Thatcher di Inggris. Kebijaksanaan
yang dianut oleh Reagan untuk menghadapi inflasi dan kelesuan ekonomi pada tahun 80-
an adalah sesuai anjuran aliran baru yang dikenal dengan sisi penawaran (supply-side
economics).
A. Tokoh- Tokoh Aliran Sisi Penawaran
Menurut Harold McCure dan Thomas Willet (1983) aliran sisi penawaran dapat
dibedakan atas dua kelompok, yaitu "kelompok utama" dan "kelompok radikal".
Kelompok aliran utama diwakili oleh Martin Feldstein (dari Harvard University) dan
Michael Boskin (dari Standford University). Kelompok ini menekankan perlunya insentif
pajak dalam memacu pertumbuhan ekonomi lewat dampaknya terhadap tabungan dan
investasi. Kelompok aliran utama banyak menganalisis dampak perubahan pajak terhadap
penawaran labor serta dampak program keamanan sosial (social security) terhadap
jumlah, tabungan, Kelompok ini telah banyak memberikan sumbangan pemikiran fewat
jurnal-jurnal ilmiah dan sangat berpengaruh serta aktif dalam profesi ekonomi. Kelompok
kedua yang disebut kelompok radiakal adalah kelompok yang mendapat publisitas lebih
banyak. Kelompok ini menyatakan bahwa pemotongan pajak akan memberikan dampak
positif terhadap tabungan, investasi dan penawaran tenaga kerja serta penerimaan total
yang lebih banyak dari pajak. Termasuk dalam kelompok radikal ini adalah Arthur Laffer
dan George Gilder serta anggota kongres Jack Kemp.
Kelompok aliran sisi penawaran radikal pada intinya mengajukan dua preposisi : (1)
bahwa pemotongan pajak akan memberi dampak besar terhadap produktivitas kerja
sehingga secara total penerimaan pajak akan meningkat, dan (2) bahwa program
pemotongan pajak akan memberi dampak positif dalam meningkatkan laju pertumbuhan
output dan mengurangi inflasi.
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa aliran sisi penawaran muncul tahun 1970-an,
dan semakin populer tahun 80-an dimasa pemerintahan Reagen di Amerika Serikat.
Karena pandangan pakar-pakar aliran sisi penawaran langsung dijalankan oleh Reagan,
maka pandangan ekonomi mereka juga sering dijuluki Reagonimics. Bagaimanapun,
tidak ada definisi yang spesifik dari Reaganomics ini selain kebijaksanaan-kebijaksanaan
ekonomi yang dijalankan oleh pemerintah Reagan, terutama tahun 1981-1982.
B. Perbedaan Pandangan Keynesian dan Monetaris
Pada tahun 70-an terjadi debat hangat antara Kubu Keynesian dengan kubu monetaris
tentang gejala-gejala dan masalah-masalah ekonomi berikut kebijaksanaan yang
seyogyanya diambil untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Walau pendapat
mereka sering bertentangan, di mana dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi kubu
Keynesian lebih menyukai kebijaksanaan fiskal yang bersifat ekspansif, sedang kubu
monetaris lebih menyukai kebijaksanaan moneter yang kontraktif-konservatif, tetapi di
antara keduanya mempunyai persamaan, yaitu sama-sama melihat perekonomian dari sisi
permintaan.
Berbeda dengan kedua aliran yang disebut di atas, aliran sisi penawaran percaya bahwa
yang harus diberi perhatian utama bukan segi permintaan seperti yang dilakukan kubu
Keynesian maupun monetaris,melainkan sisi penawaran. Perubahan dalam titik pandang
ini terjadi karena masalah ekonomi yang dihadapi tahun 80-an berbeda dengan yang
dihadapi pada masa-masa sebelumnya, terutama pada masa Keynes.b Seperti pernah
diuraikan sebelumnya, pada masa Keynes perekonomian relatif kurang berkembang,
ditandai oleh keadaan di mana sering terjadi resesi bahkan juga depresi, dan harga-harga
cenderung menurun. Pada tahun 80-an perekomian juga mengalami kelesuan dengan
tingkat pertumbuhan sangat rendah, akan tetapi angka inflasi tinggi karena meningkatnya
harga-harga didorong oleh naiknya harga-harga minyak sewaktu negara-negara OPEC
melancarkan politik embargo minyak mereka.
Motto kerja aliran sisi penawaran sangat berbeda dengan kubu Keynesian yang lebih suka
melakukan fine-tunning. Bagi pakar-pakar aliran sisi penawaran, adalah lebih baik
meningkatkan pendapatan nasional lewat pemanfaatan sumber daya penuh daripada
mencoba menekan atau meredakan fluktuasi ekonomi. Kesempatan kerja penuh sangat
besar artinya bagi pemikir-pemikir aliran sisi penawaran. Walau misalnya dalam jangka
pendek laju pertumbuhan kesempatan kerja hanya naik sedikit, tetapi dampak jangka
panjangnya sangat besar karena dampak tersebut bekerja secara kumulatif. Adapun kunci
utama untuk mencapai tingkat kesempatan kerja penuh ialah dengan memberi insentif
pada para pelaku ekonomi agar mau lebih rajin bekerja dan berproduksi.
Begitu juga dalam usaha mengatasi inflasi dan pengangguran, jalur yang ditempuh oleh
aliran sisi penawaran bukan melalui pengeluaran pemerintah sebagaimana dianjurkan
kubu Keynesian, tetapi justru sebaliknya yaitu melalui program penurunan pajak. Alasan
yang dikemukakan mereka, turunnya pajak akan menambah gairah investasi, yang akan
mendorong peningkatan dalam produksi. Dengan meningkatnya produksi maka masalah
pengangguran dapat diatasi, dan sekaligus inflasi dapat diredakan.
Perbedaan lain dengan kubu Keynesian ialah dari jangka analisis. Kalau kubu Keynesian
menggunakan analisis jangka pendek, maka tekanan utama aliran penawaran adalah
kebijaksanaan perturnbuhan jangka panjang, yang dilakukan dengan mempromosikan
kesempatan kerja penuh dan perubahan teknologi. Dalam hal ini kubu sisi penawaran
mirip dengan kubu monetaris, yang sama-sama cenderung menggunakan analisis jangka
panjang. Persamaan lainnya dengan kubu monetaris adalah dalam penggunaan
kebijaksanaan ekonomi, di mana kedua kubu sama-sama tidak menyukai kebijaksanaan
yang bersifat ekspansif, baik dalam kebijaksanaan fiskal maupun moneter. Terakihir,
kedua kubu sama-sama kembali melirik ke teori-teori klasik yang sama sekali
ditinggalkan oleh Keynes dan para pendukungnya.
Menurut Lipsety dan Steiner (1981) ajaran yang dikembangkan oleh pemikir-pemikir
aliran sisi penawaran ini pesisi sarna dengan yang dianjurkan oleh Adam Smith dengan
teori klasiknya, hanya dalam versi yang lebih modern. Persamaan

pandangan sisi penawaran dengan ajaran klasik antara lain: (1) dalam menjelaskan inflasi
maupun deflasi keduanya sama-sama menekankan pembahasan dari sisi produksi, atau
sisi penawaran ; (2) dalam mengontrol inflasi mereka menggunakan pendekatan yang
sama, yaitu dengan mendorong kurva penawaran agregat ke kanan, dimana dengan cara
ini produksi (output) akan meningkat, dan pada saat yang sama harga-harga dapat ditekan
ke bawah ; dan (3) dalam memperbaiki perekonomian lebih suka mendorong sisi
penawaran ke kanan, bukan mengutak-atik sisi permintaan agregat seperti yang dilakukan
kubu Keynesian.
C. Program Penurunan Pajak Dan Anggaran Berimbang
Kebijaksanaan yang dilancarkan negara-negara penghasil minyak yang tergabung dalam
OPEC telah menggoncang perekonomian Amerika Serikat dua kali. Goncangan pertama
terjadi pada tahun 1973/1974. Pada goncangan pertama ini harga-harga minyak naik
sampai empat kali lipat dalam sekejap. Akibatnya perekonomian di negara-negara
Industri mengalami resesi yang sangat parah, terburuk sesudah depresi besar-besaran
tahun 30-an. Goncangan kedua terjadi tahun 1979/1980, juga oleh kenaikan harga-harga
minyak. Akibat dari goncangan di sisi penawaran tersebut harga-harga jadi naik, dan
inflasi melambung. Kedua goncangan tersebut membuat orang takut pada goncangan
yang terjadi pada sisi penawaran, yang didorong oleh kenaikan biaya-biaya. Jika kurva
penawaran bergeser ke kiri, output berkurang dan pada saat yang bersamaan harga-harga
melambung.
Dalam situasi seperti ini, kalau seandainya dilakukan kebijaksanaan ekspansif, baik
kebijaksanaan fiskal maupun moneter, maka harga-harga akan semakin tinggi dan inflasi
tentu akan semakin membubung, Oleh karena itu timbul pemikiran bahwa yang
sebaiknya diutak-atik adalah sisi penawaran (supply shocks). Dengan mendorong
penawaran agregat ke kanan maka output akan bertambah, dan bersamaan dengan itu
harga-harga akan semakin menurun. Ini jelas merupakan hal yang sangat menarik. Ibarat
pepatah, sambil menyelam minum air, sambil memaju pertumbuhan output nasional,
tingkat inflasi dapat ditekan.
Sekarang apa kebijaksanaan dan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mendorong
kurva penawaran ke sebelah kanan dalam upaya mempromosikan peningkatan output
nasional sekaligus membuka kesempatan kerja serta menekan laju inflasi tersebut? Cara
yang dianjurkan untuk ditempuh cukup banyak, antara lain: (1) mendorong masayarakat
untuk lebih rajin menabung ; (2) menurunkan tingkat pajak; (3) mendorong masyarakat
untuk lebih berani mengambil resiko dalam berusaha ; (4) mendorong mobilisasi
angkatan kerja, dan (5) mendorong masyarakat untuk lebih banyak bekerja di sektor riil.
Langkah pertama yang mendorong masyarakat untuk lebih rajin menabung, kalau
diperhatikan sangat berbeda dengan pandangan kubu Keynesian. Kubu Keynesian
menganggap kegiatan menabung hanya baik untuk segolongan orang, tetapi jika hal ini
dilakukan oleh semua orang, akan memberikan dampak negatif terhadap perekonomian
nasional atau masyarakat secara keseluruhan (paradox of thrift). Kubu sisi penawaran
justru melihat aktivitas menabung dari sisi positifnya, di mana dengan semakin besarnya
tabungan masyarakat maka akan terkumpul dana untuk kegiatan investasi, dan
selanjutnya hal ini akan mendorong peningkatan dalam produksi dan sekaligus
peningkatan dalam pendapatan nasional serta pembukaan lapangan kerja baru.
Kedua, dengan menurunkan tingkat pajak, maka produksi akan meningkat sebab orang
akan terdorong untuk bekerja lebih rajin. Pendapat ini betul-betul "asli" dari pemikir-
pemikir aliran sisi penawaran. Bagaimanapun, pendapat ini sedikit kontroversil, dan
karenanya perlu akan dibahas lebih detil kemudian.

Ketiga, yaitu mendorong masyarakat untuk lebih berani mengambil resiko, juga perlu
dilakukan dengan menurunkan tingkat pajak dibarengi dengan langkah-langkah
deregulasi dibidang perekonomian. Dengan cara begini maka pengusaha-pengusaha akan
lebih terdorong untuk melakukan investasi dan menggali inovasi serta temuan-temuan
baru untuk meningkatkan produksi.
Keempat, yaitu mendorong mobilitas angkatan kerja, dilakukan dengan menghentikan
program-program bantuan sosial dari pemerintah, misalnya dengan mengurangi bantuan
pangan (foods tamps) atau bantuan daerah-daerah miskin dan sejenisnya. Dengan
dikuranginya program-program bantuan sosial ini orang akan terpaksa mencari di
lapangan atau daerah lain yang lebih menjanjikan masa depan yang lebih baik. Langkah
ini oleh sebagian orang dinilai terlalu "dingin" dan kurang berperikemanusiaan, tetapi
pakar-pakar aliran sisi penawaran yakin hasilnya dijamin lebih efektif dalam usaha
mengatasi kemiskinan. Dasar asumsinya ialah, jika golongan-golongan miskin tertentu
tetap dibantu, mereka akan menjadi manja, mentalnya menjadi lembek, tidak mandiri,
tidak mau berusaha mencari pekerjaan yang lebih baik dan di masa datang akan selalu
tergantung pada bantuan pemerintah. Langkah yang terlalu dingin seperti ini tentu akan
menimbulkan debat hangat di berbagai kalangan, baik di kalangan ekonomi maupun
politisi (apalagi politikus) jika dianjurkan di Indonesia, terutama dengan hangat-
hangatnya program Inpres Desa Miskin dalam upaya mengentaskan kemiskinan dari
bumi Indonesia saat ini.
Kelima, mendorong masyarakat untuk lebih banyak bekerja di sektor riil, yaitu
mengarahkan masyarakat untuk lebih banyak bekerja di sektor-sektor atau bidang usaha
yang betul-betul tampak hasilnya dalam peningkatan output nasional. Perluasan lapangan
pekerjaan di bidang-bidang sosial seperti hukum, sosial, antropologi, keguruan dan
bahkan ekonomi ,serta akuntansi tidak begitu dianjurkan, sebab hasil pekerjaan mereka
tidak begitu nampak dalam upaya meningkatkan produksi atau output nasional.
Pandangan yang disebut terakhir agaknya relevan untuk masyarakat Indonesia saat ini, di
mana sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang ada lebih banyak menghasilkan
manusia yang hanya ahli dalam "bercakap-cakap", tetapi tidak begitu nampak produksi
nyatanya. Jenis sarjana yang lebih dibutuhkan Indonesia di masa sekarang dan masa
depan adalah para insinyur, sarjana politeknik, bukan lulusan hukum, IKIP, ekonomi,
sosial, politik dan sejenisnya yang lulusannya sudah jauh melampaui jumlah yang
diperlukan atau diminta pasar kerja.
Dari berbagai langkah yang disebut di atas, langkah yang paling disukai dan sering
diidentikkan dengan ajaran sisi penawaran ialah langkah kedua, yaitu lewat program
pemotongan pajak. Pakar-pakar aliran sisi penawaran percaya bahwa pemotongan pajak
tidak akan menyebabkan berkurangnya produksi nasional, tetapi justru akan
meningkatkannya. Bahkan lebih jauh mereka menjamin bahwa pemotongan pajak ini
sendiri tidak akan mengurangi penerimaan pemerintah dalam total pajak yang
dikumpulkan.
Preposisi yang diajukan oleh ahli-ahli ekonomi sisi penawaran ini jelas agak bersifat
kontroversil. Pendapat umum waktu itu ialah, bahwa tingkat pajak yang lebih rendah
berarti penerimaan pemerintah yang lebih rendah pula. Tetapi menurut ahli sisi
penawaran tidak demikian. Pengurangan beban pajak dapat meningkatkan penerimaan
pemerintah karena adanya dampak insentif terhadap partisipasi kerja yang lebih tinggi.
Misalkan pada awalnya pemerintah menetapkan pajak sebesar 25 persen dari tambahan
pendapatan. Jika orang menerima upah 10 dolar AS per jam, maka yang jikantonginya
hanya 7,5 dolar, dan yang 2,5 dolar lari ke tangan pemungut pajak, yaitu pemerintah.
Sekarang misalkan beban pajak dipotong menjadi 15 persen dari tambahan pendpatan.
Berarti uang yang masuk kantong sekarang adalah 8,5 dolar per jam. Ini akan mendorong
orang lebih aktif dan
bekerja lebih lama. Kalau program ini bisa menaikkan rata-rata jam kerja sebanyak dua
jam, maka yang diterima pemerintah bukan 1,5 dolar melainkan 3 dolar. Angka ini jelas
lebih besar dari 2,5 dolar seperti yang diterima sebelum program pemotongan beban
pajak.
Pakar-pakar aliran sisi penawaran percaya bahwa program pemotongan pajak akan
menguntungkan semua pihak. Pekerja memperoleh pendapatan sesudah pajak (income
after tax) yang lebih tinggi, pemerintah juga memperoleh penerimaan total dari pajak
yang juga lebih besar. Jam kerja yang lebih lama berarti output nasional akan meningkat,
dan perekonomian akan berkembang.
Pandangan dari tokoh-tokoh sisi penawaran ini nampaknya sangat disukai dan didukung
oleh Presiden Reagan, ditunjukkan dengan diumumkannya program penurunan tingkat
pajak tahun 1981. Ada dua alasan utama mengapa kebijaksanaan penurunan pajak ini
disukai oleh Reagan. Pertama, sebagaimana yang dijanjikan oleh pakar-pakar ekonomi
aliran sisi penawaran, dengan mengurangi pajak maka partisipasi kerja akan meningkat,
sehingga mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja
sekaligus mengurangi angka inflasi. Kedua, Reagan tidak suka kongres memegang dana
(yang diperoleh dari hasil pemungutan pajak) terlalu banyak, sebab program-program
yang dijalankan mereka kebanyakan dinilai tidak efektif. Jika masukan dari pajak tetap
tinggi, maka dana yang tersedia untuk program-program pemerintah juga tinggi, dan akan
lebih banyak dana yang digunakan untuk program-program yang tidak efektif.
Jika ditinjau ke belakang, sejak tahun 60-an peran pemerintah dalam perekonomian
cenderung menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari
besarnya bagian pengeluaran pemerintah dalam GNP. Hal seperti ini tidak hanya terjadi
di Amerika Serikat, tetapi juga dijumpai di negara-negara lain sebagai akibat pengaruh
Keynesian. Di Amerika sejak tahun 1981 kebijaksanaan pengeluaran pemerintah yang
tumbuh terlalu cepat rnendapat serangan tajam dari berbagai pihak, terutama kelompok
sisi penawaran. Alasan utama ketidaksenangan tersebut adalah karena kenyataan bahwa
sebagian besar dari program-program yang berasal dari pemerintah tidak memberikan
manfaat yang memadai, dan di lain pihak beban pajak masyarakat terlalu tinggi.
Banyak hasil studi menunjukkan bahwa hasil-hasil yang dicapai dari berbagai program
pengeluaran pemerintah tidak memberikan hasil memadai, bahkan tidak sedikit yang
hasilnya mendapat predikat buruk sekali. Bahkan program-program yang mempunyai
tujuan mulia seperti sistem keamanan sosial (social security system) dan program kupon
pangan (food stamp program) tidak lepas dari berbagai kritik. Isu-isu tentang ketidak
efektifan program-program pemerintah yang lebih rinci dapat di lihat antara lain dalam
tulisan Peter Saunders dan Friedrich Klan dalam The Role of the Public Sector (1985).
Implikasi dari berbagai kritik tersebut ialah perlunya melakukan evaluasi terhadap
program-program pemerintah. Yang nyata-nyata tidak atau kurang efektif dikurangi atau
ditiadakan sama sekali, dan hanya program-program yang nyata-nyata bermanfaat boleh
dilanjutkan. Karena program-program pemerintah banyak yang tidak efektif, satu-satunya
cara yang logis untuk membatasi pengeluaran pemerintah ialah dengan mengurangi
pemasukannya. Kalau pemasukan tetap tinggi, maka pengeluaran tentu akan tetap tinggi
pula. Dan cara paling ampuh untuk mengurangi penerimaan pemerintah adalah dengan
mengurangi beban pajak. Secara sederhana, daripada susah-susah mengumpulkan
pendapatan dari pajak untuk membelanjai program-program pemerintah yang tidak
efektif hasilnya, lebih baik membiarkan dan tetap berada di tangan masyarakat. Biarkan
mereka mengatur sendiri sipa yang terbaik yang bisa dilakukan dengan dana yang ada di
tangannya. Dengan dasar kepercayaan bahwa tiap orang rasional dan tahu sipa yang
terbaik
untuk meningkatkan kesejahteraannya masing-masing, mereka pasti mampu
mengalokasikan dana untuk kegiatan-kegiatan produktif yang dapat meningkatkan
kesejahteraan mereka masing-masing. Dengan dikuranginya beban pajak, bagian dana
untuk kegiatan-kegiatan produktif di tangan masyarakat menjadi lebih besar sehingga
produksi akan bertambah dan begitu juga kesempatan kerja terbuka lebih luas sehingga
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat luas akan meningkat.
Kesimpulannya, pemikir-pemikir aliran sisi penawaran percaya bahwa dampak positif
penggunaan dana sendiri oleh swasta terhadap peningkatan output nasional, perluasan
kesempatan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat lebih besar dibandingkan
dengan keadaan di mana pajak dikumpulkan terlebih dahulu untuk kemudian
dialokasikan oleh pemerintah untuk berbagai program pembangunan.
Demikianlah, maka pada masa pemerintahan Reagan dilakukan apa yang disebut tax
revolt, yaitu program pembatasan berbagai bentuk pajak, yang disertai jaminan konstitusi
amandemen bahwa pengeluaran pemerintah harus berimbang dengan penerimaan
(balance budget). Amandemen anggaran berimbang mempunyai target agar pengeluaran
pemerintah diturunkan hingga 20 persen dari GNP. Dengan pematokan seperti itu, berarti
pengeluaran pemerintah hanya mungkin jika GNP naik. Pendukung program yang
bersifat balance budget antara lain Alan Blinder dan Douglas Holtz Aeakin, serta Herbert
Stein. Dalam jurnal : Public Opinion and the Balance Budget (1984) Blinder dan Eakin
menyatakan bahwa seperti pengawasan upah-harga, program anggaran yang berimbang
juga lebih populer di kalangan masyarakat daripada kalangan pakar-pakar ekonomi.
Sebuah pengumpulan pendapat yang dilakukan sepuluh tahun sesudah depresi besar-
besaran memperlihatkan bahwa 61 persen penduduk lebih suka mengurangi pengeluaran
pemerintah untuk mengimbangi anggaran, dan hanya 17 persen yang menentang. Hingga
sekarang popularitas gagasan anggaran berimbang tidak pernah turun.
Sesungguhnya, berapa sebaiknya bagian pengeluaran pemerintah dari GNP? Pertanyaan
seperti ini sulit dijawab. Lagi pula, yang menentukan biasanya bukan para pakar
ekonomi, melainkan sekelompok politisi. Mereka biasanya ingin tampil "hebat" dengan
berbagai program untuk membantu sekelompok masyarakat tertentu. Padahal kalau
mereka bisa sedikit low profile, dan tidak membebani pajak terlalu tinggi untuk mendanai
program- program mereka yang lebih banyak tidak efektif, hasilnya dipercaya akan lebih
baik bagi masyarakat secara keseluruhan.
D. Diskusi
Pengaruh ajaran pakar-pakar ekonomi sisi penawaran cukup luas, terutama pada tahun-
tahun awal pemerintahan Reagan. Pandangan mereka juga mendapat dukungan luas dari
kalangan media, terutama sekali dari Wall Street Journal. Sebagai dampak dari
pandangan ahli-ahli ekonomi sisi penawaran, orang makin kritis terhadap program-
program pemerintah.
Jika dikaitan dengan keadaan di Indonesia, pandangan di atas mungkin ada benarnya.
Sebagaimana diungkapkan oleh "begawan" ekonomi Indonesia –Sumitro
Djojohadikusumo -pada Kongres ISEI ke-13 akhir tahun 1993 di Surabaya, ternyata tidak
kurang dari 30 persen dana pembangunan di Indonesia mengalami kebocoran, sedang
dana yang terpakai tidak jelas efektivitasnya dalam mencapai sasaran yang ditetapkan.
Tidak lama kemudian Menteri Keuangan mengumumkan kenaikan pendapatan yang
dapat dikenai pajak, yang berarti akan mengurangi penerimaan pajak. Apakah ini
disebabkan pemerintah Indonesia terpengaruh oleh pandangan aliran sisi penawaran dari
Amerika Serikat ini, terlalu pagi untuk menyimpulkannya.
Sekarang pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan program pengentasan
kemiskinan, antara lain lewat bantuan-bantuan langsung dan program Inpres Desa
Miskin. Para pemimpin kita percaya program ini akan memberikan hasil

positif bagi pengurangan kemiskinan dan perluasan pemerataan. Menurut ahli-ahli sisi
penawaran program-program seperti ini umumnya kurang atau tidak efektif dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan. Mana di antara kedua pendapat ini yang benar, juga
sulit dijawab sekarang. Untuk itu sebaiknya program-program yang telah dijalankan
dievaluasi setelah beberapa tahun berjalan. Kalau program pengentasan kemiskinan ini
nyata-nyata membantu dalam usaha menghalau kemiskinan dari bumi Indonesia, boleh
diteruskan. Tetapi kalau tidak efektif, apalagi kalau hanya dimanfaatkan oleh orang-orang
tertentu untuk tujuan pribadi, tentu perlu dipikirkan alternatif lain yang lebih terjamin
hasilnya.
Sekarang bagaimana penilaian terhadap pemikiran-pemikiran ekonomi berikut
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diajurkan oleh pakar-pakar ekonomi sisi penawaran ?
Sebagaimana yang disajikan sebelumnya. Aliran sisi penawaran tampil dengan
menjanjikan cara yang sangat mudah untuk menghadapi berbagai masalah ekonomi pada
tahun 80-an, yaitu dengan 10 mengurangi pajak. Dengan mengurangi beban pajak,
mereka percaya bahwa program tersebut akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi
sekaligus menekan inflasi, dan bahwa anggaran akan berimbang. Tetapi sayang bukti-
bukti kurang mendukung harapan-harapan mereka.
Dua tahun sesudah terlaksanannya program pemotongan pajak tingkat inflasi memang
turun. Tetapi banyak yang meragukan keberhasilan ini disebabkan program pemotongan
pajak. Sebaian lainnya percaya hal ini terjadi karena program kebijaksanaan uang ketat
yang dilaksanakan pada periode sebelumnya, bukan karena keberhasilan program
pemotongan pajak yang dijalankan pada awal pemerintahan Reagan. Bukti lebih nyata
yang menyebabkan kepopuleran aliran sisi penawaran cepat merosot ialah bahwa output
nasional secara nyata turun, bukan meningkat sebagaimana diramal semula. Begitu juga
penerimaan pemerintah secara total dari pajak tidak pernah naik sebagaimana digemar-
gemborkan selama ini oleh pakar-pakar sisi penawaran.
Pada tahun 1983 -1984 perekonomian Amerika Serikat kembali sembuh. Untuk
keberhasilan ini pakar-pakar aliran sisi penawaran mengklaim bahwa keberhasilan
tersebut adalah sebagai dampak dari kebijaksanaan yang dijalankan selama ini, sesuai
anjuran kubu sisi penawaran. Mereka bersikeras bahwa program pemotongan pajak yang
dilakukan awal tahun 1982 telah berhasil menjalankan misinya meningkatkan output dan
menekan inflasi lewat pemberian insentif yang lebih besar pada masyarakat untuk bekerja
lebih aktif. T etapi sebagian pakar lain percaya hal ini disebabkan oleh dampak
kebijaksanaan moneter yang ekspansif di masa sebelumnya.
Karena bukti-bukti menunjukkan bahwa kebijaksanaan yang dijalankan sesuai anjuran
kubu sisi penawaran ini kurang ampuh, maka tidak ayal teori- teori dan pandangan-
pandangan mereka menjadi sasaran kritik. Kritik tentang praktek kebijaksanaan
pemotongan pajak yang dilakukan semasa pemerintahan Reagan atas anjuran ahli-ahli
ekonomi sisi penawaran tersebut antara lain dapat dilihat dari tulisan Richard H. Fink:
Greed is Not Enough:
Reaganomics (1982).
Tetapi anehnya, yang mengajukan kritik tidak hanya pihak luar. Kritik yang paling
mengejutkan justru datang dari David Sotckman, seorang kepercayaan Reagan yang
mengarsiteki kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi di bawah Reagan. Dalam bukunya
yang cukup menggemparkan (segera menduduki posisi best seller setelah beberapa hari
diterbitkan) : The Triumph of Politics (1986), Stockman mengungkapkan bahwa ia
sendiri sebagai direktur utama bidang manajemen dan anggaran dalam pemerintahan
Reagan tidak mempercayai peramalan-peramalan yang dibuatnya sendiri di bawah
pemerintahan Reagan.
Pakar-pakar aliran sisi penawaran sendiri nampaknya banyak yang kesal dengan
kebijaksanaan Reagan yang kurang konsisten. Pada awal pemerintahannya

ia muncul dengan komitmen untuk mengurangi pajak demi mengurangi pengeluaran


pemerintah lewat program pemotongan pajak Kemp-Roth. Tetapi sementara itu ia juga
membangun proyek star wars yang butuh biaya sangat besar. Tidak heran kalau anggaran
selalu defisit.
Sebagai penutup bab ini, perlu dikemukakan bahwa, walaupun teori- teori dan
pandangan-pandangan aliran sisi penawaran cukup banyak dibahas, pendekatan sisi
penawaran lebih dianggap sebagai perkembangan dalam kebijaksanaan ekonomi daripada
teori ekonomi. Bahkan Daniel Bell dan Irving Kristol, misalnya tidak memasukkan
supply-side economics dalam buku yang mereka sunting : The Crisi in Economics
Theory, tidak lain karena pendekatan sisi penawaran ini tidak dianggap sebagai teori
umum sebagaimana yang ada pads teori-teori klasik atau Keynes.
B.PAJAK DAN PENAWARAN AGREGAT

Tujuan Dan Instrumen Dalam Makroekonomi.


1. Tujuan.
Ada empat bidang pokok yang menjadi perhatian agar prestasi ekonomi terjamin baik,
yaitu bidang output, kesempatan kerja, harga dan perdagangan luar negeri.

a. Output.
Tolok ukur keberhasilan ekonomi adalah kemampuan suatu negara untuk
menghasilkan output berupa barang dan jasa dalam jumlah besar serta pertumbuhannya
cepat.
Salah satu tolok ukur output yang menyeluruh adalah Produk Nasional Bruto atau
Gross National Product (GNP). GNP merupakan nilai seluruh barang dan jasa yang
dihasilkan suatu negara dalam satu tahun tertentu.
GNP dapat dihitung menurut harga berlaku yang disebut sebagai GNP nominal dan
menurut harga konstan yang disebut sebagai GNP riel.
Output potensial tingkat GNP riel yang terjadi pada tingkat pengangguran alamiah
(tingkat pengangguran sebesar 6 %).
Perbedaan antara output potensial dengan output sesungguhnya disebut GNP gap.

b. Kesempatan Kerja.
Tujuan makroekonomi yang kedua adalah tingkat kesempatan kerja yang tinggi atau
tingkat pengangguran yang rendah.

c. Stabilitas Harga.
Tujuan pokok makroekonomi yang ketiga adalah menjaga stabilitas harga melalui
pasar bebas. Yang dimaksud dengan stabilitas harga adalah harga tidak naik/turun terlalu
tajam atau laju inflasi mendekati nol.
Cara yang umum digunakan untuk mengukur tingkat harga keseluruhan adalah
indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI).

d. Kebijakan Ekonomi Luar Negeri.


Nilai ekspor dan impor dalam tingkat seimbang
Stabilitas nilai kurs valuta asing.

2. Instrumen
Empat perangkat instrumen pokok kebijakan makroekonomi. Instrumen kebijakan
merupakan suatu variabel ekonomi yang digunakan untuk mengendalikan perekonomian
baik secara langsung maupun tidak langsung. Perubahan yang dilakukan pada instrumen
kebijakan akan berpengaruh pada satu atau lebih tujuan makroekonomi.

a. Kebijakan Fiskal
Ada dua instrumen yang termasuk dalam instrumen kebijakan fiskal, yaitu: belanja
negara (government expenditure) dan sistem perpajakan.

Belanja Negaramerupakan seluruh pembelian atau pembayaran barang dan jasa


untuk kepentingan nasional. Belanja Negara akan berpengaruh pada konsumsi total.
Pajak. Sistem perpajakan mempunyai dua peran penting. Pajak menyebabkan
pendapatan rumahtangga menjadi berkurang (lebih kecil) dan cenderung mengurangi
pengeluaran untuk konsumsi dan akhirnya akan menurunkan permintaan agregat. Sistem
perpajakan juga berpengaruh pada output potensial. Penurunan pajak penghasilan bagi
penanam modal akan merangsang peningkatan jumlah penanaman modal.

b. Kebijakan Moneter.
Merupakan instrumen kebijakan yang berkaitan dengan penetapan suku bunga. Kebijakan
ini terutama berpengaruh pada tingkat suku bunga dan kredit serta jumlah uang beredar
(money supply).

c. Kebijakan Pendapatan.
Instrumen kebijakan pendapatan berupa program-program pemerintah yang secara
langsung mempengaruhi tingkat upah dan harga. Instrumen ini diharapkan dapat
bermanfaat dalam upaya mengandalikan inflalsi tanpa beban resesi dan pengangguran.

d. Perekonomian Luar Negeri.


Kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi kegiatan perdagangan dengan negara-negara
lain.

B. Penawaran Dan Permintaan Agregat

1. Penawaran Agregat (AS).


Penawaran agregat (AS) adalah jumlah output yang akan diproduksi dan dijual oleh
kalangan bisnis pada harga yang berlaku, pada kapasitas produksi tertentu dan dengan
biaya-biaya tertentu.Perusahaan-perusahaan berkeinginan berproduksi pada tingkat
output potensial. Namun, pada tingkat harga pengeluaran rendah, produsen akan
menghasilkan barang dan jasa dalam jumlah yang lebih kecil dari tingkat output
potensial. Sebaliknya, pada tingkat harga dan pengeluaran tinggi, produsen akan
menghasilkan barang dan jasa lebih besar dari output potensialnya untuk
sementara.Penawaran agregat ditentukan oleh jumlah input atau faktor produksi, yaitu
tenaga kerja, modal, sumber daya alam dan teknologi.

2. Permintaan Agregat (AD).


Permintaan agregat(AD) adalah jumlah barang dan jasa yang akan dibeli oleh konsumen
rumah tangga, perusahaan dan pemerintah, pada tingkat harga tertentu, jumlah
pendapatan tertentu, serta variabel-variabel tertentu lainnya.

Unsur-unsur yang mendorong permintaan agregat antara lain: tingkat harga, jumlah
pendapatan masyarakat, perkiraan situasi yang akan datang, sistem perpajakan, jumlah
pengeluaran pemerintah dan sebagainya.

3. Kurva Penawaran Agregat dan Kurva Permintaan Agregat.


1. Dalam menggambarkan kurva penawaran agregat dan kurva permintaan agregat,
sumbu mendatar adalah GNP Riel dan sumbu tegak Indeks Harga Konsumen (IHK).
GNP Riel menggambarkan jumlah barang dan jasa, sedangkan IHK menggambarkan
tingkat harga barang dan jasa secara keseluruhan.

2. Kurva Permintaan Agregat


menggambarkan hubungan antara berbagai tingkat harga dengan jumlah barang dan jasa
yang akan dibeli rumah tangga, pemerintah dan perusahaan.

3. Kurva Penawaran Agregat.


a. Menggambarkan hubungan antara harga yang akan dipasang oleh perusahaan dengan
jumlah barang dan jasa yang akan mereka produksi dan mereka jual. Kurva penawaran
agregat mempunyai kemiringan menanjak dari kiri bawah kekanan atas.

b. Pada jangka pendek, kurva penawaran agregat relatif datar. Kenaikan harga sedikit
walaupun permintaan akan barang dan jasa bertambah. Hal ini disebabkan tidak
berubahnya faktor biaya tetap. Pada saat jumlah produksi melampui tingkat output
potensial, harga yang ditawarkan miningkat tajam.

c. Pada jangka Panjang, kurva penawaran agregat bergerak vertikal dari bawah ke atas.
Hal ini disebabkan semua biaya produksi akan menyesuaikan dengan perubahan tingkat
harga. Dalam keadaan seperti ini, produsen tidak lagi berkeinginan menambah jumlah
produksi barang dan jasa

4. Ekuilibrium.
Ttitik ekuilibrium merupakan perpotongan antara kurva penawaran agregat dan
permintaan agregat yang menggambarkan keseuaian harga dan jumlah barang dan jasa
yang akan dibeli konsumen dan yang akan dihasilkan produsen.
C.MODEL PENAWARAN UANG MELALUI KEBIJAKAN CADANGAN WAJIB
(RESERVE REQUIREMENT)
Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan
jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk
menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk
menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
Penetapan rasio cadangan wajin juga dapat mengubah jumlah yang beredar, jika rasio
cadangan wajib diperbesar, maka kemampuan bank memberikan kredit akan lebih kecil
disbanding sebelumnya.

Misalnya jika rasio cadangan wajib mulanya hanya 10% maka untuk setiap unit deposito
yang diterima, perbankan dapat mengalirkan pinjaman sebesar 90% dari deposito yang
diterima perbankan. Dengan demikian angka multiplier uang dari system perbamkan
adalah 10.

Bila rasio cadangan wajib deperbesar menjadi 20% maka untuk setiap unit dposito yang
diterima, system perbankan hanya dapat menyalurkan kredit sebesar 80% .

angka multiplikasi uang dari system perbankan menurun menjadi 5, dengan demikian
jumlah uang beredar di masyarakat akan berkurang. Sebaliknya yang terjadi bila
pemerintah menurunkan tasio cadangan wajib. Sebab penurunan rasio tersebut akan
memperbesar angka multiplikasi uang, yang berarti akan meningkatkan jumlah uang
beredar.

Untuk pertama kalinya sejak pakto 1988 Bank Indonesia menggunakan rasio cadangan
wajib guna mengerem pertumbuhan besar-besaran menoeter yang masih tinggi, yanti
dengan menetapkan rasio menjadi 3% pada februari 1996 (ketentuan sebelumnya
menurut pakto adalah 2%). Sejak April 1997 besarnya rasio cadangan wajib adalah 5%.
D.KEBIJAKAN TINGKAT DISKONTO

Definisi Pengertian Kebijakan Diskonto dan Cadangan Minimum


Kebijakan diskonto adalah kebijakan yang dilakukan oleh Bank Sentral untuk menambah
dan mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikkan atau menurunkan
suku bunga bank. Jika Bank Sentral menaikkan suku bunga berarti bertujuan untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar.
Kebijakan diskonto ini disediakan bagi bank-bank dalam rangka memperlancar
pengaturan likuiditas sehari-hari, khususnya bagi bank yang menghadapi masalah dalam
pendanaannya. Penetapan tingkat diskonto dilakukan dengan mempertimbangkan
kebutuhan pengendalian moneter.

Mekanisme dalam kebijakan diskonto ini adalah melalui pengendalian tingkat suku
bunga diskonto yang dapat diatur oleh Bank Indonesia. Suku bunga akan dinaikkan jika
jumlah uang yang beredar dalam masyarakat berlebih.

Dengan naiknya suku bunga, masyarakat akan berlomba-lomba menabung di bank. Di


pihak lain, para pengusaha akan mengurangi investasi yang dibiayai pemerintah.
Sebaliknya, suku bunga diturunkan jika jumlah uang beredar dalam masvarakat
berkurang. Penurunan suku bunga akan mendorong pengusaha mengadakan investasi
dengan meminjam uang dari bank.

Giro Wajib Minimum (GWM) pada dasarnya merupakan sejumlah dana dalam jumlah
minimum yang harus selalu tersedia pada saldo giro setiap bank di Bank Indonesia.
Keharusan menyediakan jumlah minimum ini disebut juga sebagai likuiditas wajib
minimum.

Kenaikan angka cadangan minimum ini akan memaksa bank mempertahankan lebih
banyak dananya untuk cadangan, sehingga persentase deposito yang dapat disalurkan
sebagai pinjaman berkurang. Itu artinya kenaikan giro wajib minimum menyebabkan
kenaikan rasio cadangan sehingga menurunkan penggandaan uang dan pada akhirnya
menurunkan jumlah uang beredar.

Definisi Pengertian Kebijakan Diskonto dan Cadangan Minimum

Sebaliknya, penurunan cadangan minimum ini akan menurunkan rasio cadangan


sehingga memperbesar penggandaan uang dan pada akhirnya akan meningkatkan jumlah
uang beredar. Bank sentral tidak terlalu sering mengubah ketentuan cadangan minimum
karena perubahan yang terlalu sering dilakukan akan mengganggu bisnis perbankan.

Sebagai contoh, jika bank sentral mendadak meningkatkan cadangan minimum, sebagian
bank akan langsung kekurangan dana sekalipun jumlah deposito yang mereka miliki tidak
berubah. Sebagai akibatnya, bank-bank ini akan terpaksa menutup pemberian pinjaman
sampai mereka memiliki dana cadangan sebanyak kewajiban yang ditetapkan dalam
ketentuan baru itu.

Di Indonesia, terdapat beberapa kali perubahan angka cadangan minimum. Pada tahun
1988, melalui Pakto 1998, GWM setiap bank pada Bank Indonesia adalah 2%. Jumlah ini
meningkat menjadi 3% pada tahun 1996. Terakhir pada tahun 1997, tingkat likuiditas
wajib minimum (statutory reserve requirement) ini sebesar 5 %.
SOAL LATIHAN ESSAY DAN JAWABAN

1.Cabang dari analisis ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan produksi dari
sebuah dan dengan kebijakan yang berusaha untuk memperluas persediaan factor
produksi, dan untuk meningkatkan fleksibilitas pasar-pasar factor disebut…
Jawab : Ekonomi sisi penawaran

2. Aliran sisi penawaran dapat dibedakan atas dua kelompok, yaitu "kelompok
utama" dan "kelompok radikal" ini adalah pengertian ekonomi sisi penawaran
menurut tokoh…
Jawab : Harold McCure dan Thomas Willet (1983)

3. Jumlah output yang akan diproduksi dan dijual oleh kalangan bisnis pada harga
yang berlaku, pada kapasitas produksi tertentu dan dengan biaya-biaya tertentu
disebut…
Jawab : Penawaran Agregat

4. Mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan
perbankan yang harus disimpan pada pemerintah disebut…
Jawab : Rasio Cadangan Wajib

5. Kebijakan yang dilakukan oleh Bank Sentral untuk menambah dan mengurangi
jumlah uang yang beredar dengan cara menaikkan atau menurunkan suku bunga
bank disebut…
Jawab : Kebijakan Diskonto
RANGKUMAN

 pemikir-pemikir aliran sisi penawaran mempercayai bahwa dampak positif


penggunaan dana sendiri oleh swasta terhadap peningkatan output
nasional,perluasan kesempatan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
lebih besar dibandingkan dengan keadaan ketika pajak dikumpulkan terlebih
dahulu untuk kemudian dialokasikan oleh pemerintah untuk berbagai program
pembangunan
 Perbelanjaan agregat ( aggregate expenditure atau AE ) adalah konsep yang
banyak digunakan dalam analisis model pertama, yaitu analisis yang memisalkan
bahwa harga dan suku bunga tetap
 Penetapan tingkat diskonto dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan
pengendalian moneter.
DAFTAR PUSTAKA

Speunad. 2011. https://speunand.blogspot.co.id/2011/02/aliran-sisi-penawaran.html

Sun,Sella. 2013. http://shellasun.blogspot.co.id/2013/07/makalah-ekonomi-moneter-


permintaan-dan.html

Ekonomi,Ilmu. 2015. http://www.ilmuekonomi.net/2015/12/4-instrumen-kebijakan-


moneter-yang-digunakan-bank-sentral.html

Sekolah,Tugas. 2016. http://www.tugassekolah.com/2016/02/definisi-pengertian-


kebijakan-diskonto-dan-cadangan-minimum.html

Anda mungkin juga menyukai