Anda di halaman 1dari 5

Nama : Aulia Akbar

NIM : 201720401011139

RSU HAJI SURABAYA

Evidence-based Medicine Evidence-based Medicine (EBM)

Evidence-based Medicine (EBM) adalah pengintegrasian antara bukti ilmiah


berupa hasil penelitan yang terbaik dengan kemampuan klinis dokter serta preferensi
pasien dalam proses pengambilan keputusan pelayanan kedokteran , sedang Geddes
(2000) menyatakan bahwa EBM adalah strategi yang dibuat berdasarkan
pengembangan teknologi informasi dan epidemiologi klinik dan ditujukan untuk dapat
menjaga dan mempertahankan ketrampilan pelayanan medik dokter dengan basis bukti
medis yang terbaikk. Dengan demikian, EBM dapat diartikan sebagai pemanfaatan
bukti ilmiah secara seksama, ekplisit dan bijaksana dalam pengambilan keputusan
untuk tatalaksana pasien. Artinya mengintegrasikan kemampuan klinis individu
dengan bukti ilmiah yang terbaik yang diperoleh dengan penelusuran informasi secara
sistematis. Bukti ilmiah itu tidak dapat menetapkan kesimpulan sendiri, melainkan
membantu menunjang penatalaksanaan pasien. Integrasi penuh dari ketiga komponen
ini dalam proses pengambilan keputusan akan meningkatkan probabilitas untuk
mendapatkan hasil pelayanan yang optimal dan kualitas hidup yang lebih baik. Praktek
EBM itu sendiri banyak juga dicetuskan oleh adanya pertanyaan2 pasien tentang efek
pengobatan, kegunaan pemeriksaan penunjang, prognosis penyakitnya, atau penyebab
kelainan yang dideritanya.

EBM membutuhkan ketrampilan khusus, termasuk didalamnya kemampuan


untuk melakukan penelusuran literatur secara efisien dan melakukan telaah kritis
terhadap literatur tersebut menurut aturan-aturan yang telah ditentukan. Langkah dalam
proses EBM adalah sebagai berikut :

1. Diawali dengan identifikasi masalah dari pasien atau yang timbul selama
proses tatalaksana penyakit pasien

2. Dilanjutkan dengan membuat formulasi pertanyaan dari masalah klinis


tersebut

3. Pilihlah sumber yang tepat untuk mencari jawaban yang benar bagi
pertanyaan tersebut dari literatur ilmiah

4. Lakukan telaah kritis terhadap literatur yang didapatkan untuk menilai


validitas (mendekati kebenaran), pentingnya hasil penelitian itu serta kemungkinan
penerapannya pada pasien

5. Setelah mendapatkan hasil telaah kritis, integrasikan bukti tersebut dengan


kemampuan klinis anda dan preferensi pasien yang seharusnya mendapatkan
probabilitas pemecahan masalah pelayanan pasien yang lebih baik.

6. Evaluasi proses penatalaksanaan penyakit / masalah pasien anda .. Apakah


berhasil atau masih memerlukan tindakan lain.

U.S. Preventive Services Task Force

• Level I:

– Designed randomized controlled trial.

• Level II-1:

– Designed controllled trial tanpa random

• Level II-2:

– Studi cohort atau case-control analytic.

• Level II-3:
– Multiple time series dengan atau tanpa intervensi.

• Level III:

– Pendapat ahli, penelitian klinik dasar, studi descriptive atau laporan


kasus

Kategori dari rekomendasi ( US. Preventive Services Task Force)

• Level A:

– Suatu penelitian yang memberikan manfaat klinik lebih baik dengan


resiko sedikit.

• Level B:

– Suatu penelitian yang memberikan manfaat klinik sedikit lebih baik


dengan resiko sedikit

• Level C:

– Suatu penelitian yang memberikan manfaat klinik sedikit, dimana


perbandingan antara manfaat dan resiko sama.

• Level D:

– Suatu penelitian yang memberikan resiko klinik lebih berat.

• Level I:

– Suatu penelitian yang tidak mempunyai bukti cukup, kualitas jelek atau
banyak pertentangan.

UK National Health Service ( level of evidence [LOE])

Pembagaian berdasarkan pendekatan prevention, diagnosis, prognosis dan


therapy.
• Level A:

– Consistent Randomised Controlled Clinical Trial, Cohort study,


keputusan klinik berdasarkan validitas pada populasi yang berbeda.

• Level B:

– Consistent Retrospective Cohort,Explonatory Cohort, Ecological


Study,,Outcomes Research, Case-control Study, atau extrapolasi dari
studi level A.

• Level C:

– Case-series Study atau extrapolasi dari studi level B

• Level D:

– Opini tanpa critical appraisal atau berdasarkan patophysiologi.

Jenis-jenis metode penelitian

• Meta Analysis

– Evaluasi terapi, efektifitas dan rencana penelitian baru.

• Systemic overview

– Topik klinik dan untuk mejawab pertanyaan yang spesifik.

• Randomized Controlled Clinical Trial/Controlled Clinical Trial

– Diagnostik, terapi dan efektifitas profilaksi.

• Cohort Study (Penelitian prospektif)

– Prognosis, etiologi dan prevensi.

• Case-control Study (Penelitian retrospektif)

– Prognosis, etiologi dan prevensi

• Cross-Sectional Study
• Review

Kategori evidence lain:

1. Basic science studies, including but not limited to:


a. Spinal modeling
b. Evaluations of loads, stresses, and strains
c. Normal and abnormal anatomy
d. Physiology
e. Pathological processes
2. Spinal alignment & health studies.
3. Mechanical evaluations of medical/surgical devices
4. Reliability and validity studies on clinical devices/procedures
5. Professional surveys

Daftar Pustaka

1. Sackett, D. Evidence-based Medicine: How to Practice and Teach EBM. 2nd


edition. Churchill Livingtone, 2010.

Anda mungkin juga menyukai