Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS KEBIJAKAN SAMPAH

1. KAJIAN KEBIJAKAN
1.1 Masalah Dasar
Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah
menjadi persoalan serius terutama di kota-kota besar, tidak hanya di Indonesia saja,
tapi di seluruh dunia. Negara-negara maju telah melakukan berbagai upaya untuk
mengatasi masalah tersebut, begitupun bagi pemerintah daerah dimana persampahan
merupakan masalah yang serius. Produksi sampah yang terus menerus meningkat
seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya
hidup masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, dan
keberagaman karakteristik sampah.
Tidak ada data yang akurat tentang pencemaran sampa plastic di Indonesia,
walaupun terdapat beberapa perkiraan. Seperti dikutip dari geotimes, secara
keseluruhan sampah dijakarta mencapai 6.000 hingga 6.500 ton perhari. Sementara
dipulau bali, jumlah sampah mencapai 10.725 ton perhari. Sedangkan Untuk Kota
Palembang, Jumlah sampah naik tajam dari 700 ton perhari menjadi 1.200 Ton per
hari. Secara Keseluruhan, jumlah total sampah diindonesia mencapai 175.000 ton
per/hari atau 0,7 kilogram/orang atau sekitar 67 juta ton/tahun. Sebagian dari jumlah
tersebut sampah jenis plastic.
Menurut Indonesia Solid Waste Association (inSWA) produksi sampah plastic
Indonesia sekitar 5,4 juta ton per tahun. Hal tersebut merupakan hal yang
memprihatinkan bagi semua. Karena Sampah-sampah plastik membutuhkan waktu
400 tahun untuk larut di dalam tanah. Dan itupun hanya berubah menjadi
mikroplastik.
Dikota palu menurut Badan Statistika Kota Palu Tahun 2016 dari data Dinas
Lingkungan Kota Palu Jumlah Sampah yang dihasilkan dari Sampah Rumah Tangga
(Household Garbage) sebesar 178.806, Sampah pasar (Market Gorbage) sebesar
37.887, Kawasan Bisnis (Business Area) sebesar 17.680, Hotel dan Restoran sebesar
7.577,4 dan Fasilitas Umum (Public Facility) sebesar 12.629. Dari data Dinas
Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palu, setiap hari ada 480 kubik sampah yang
dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kawatuna. Dari 480 kubik itu, 30
persen merupakan sampah berbahan plastik.
1.2 Tujuan Yang Ingin Dicapai
Berdasarkan peraturan daerah kota palu nomor 3 tahun 2016 tentang perubahan
atas peraturan daerah nomor 11 tahun 2013 tentang pengelolaan sampah bertujuan
agar pandangan masyarakat tentang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna
dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi untuk
energy, kompos, pupuk atau untuk bahan baku industry. Selain itu juga bertujuan
untuk miningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan, menjadikan
sampah sebagai sumber daya yang bernilai ekonomis, dan mewujudkan kinerja
pelayanan sampah yang efektif dan efisien.
1.3 Substansi Dasar
1.4 Ciri Kebijakan
2. KONSEKUENSI DAN RESISTENSI
3. PREDIKSI DAN KEBERHASILAN
Prediksi :
a. Tercapainya kondisi dan lingkungan yang bersih termasuk saluran drainase
perkotaan.
b. Mengurangi tingkat pencemaran lingkungan baik pencemaran air maupun
pencemaran udara
c. Pencapaian pengurangan kuantitas sampah sebesar 20%.
d. Pencapaian sasaran cakupan pelayanan 60% penduduk.
e. Tercapainya kualitas pelayanan yang sesuai atau mampu melampaui standar
pelayanan minimal persampahan.
f. Tercapaianya peningkatan kualitas pengelolaan TPA menjadi Sanitary Landfill untuk
kota metropolitan dan kota besar dan kota kecil.
g. Tercapainya peningkatan kinerja institusi pengelola persampahan yang mantap dan
berkembangnya pola kerjasama regional.
Keberhasilan :
1. Minimnya kesadaran warga untuk bertanggung jawab terhadap permasalahan sampah
dilingkungan rumah tangganya sendiri. Banyak warga yang merasa bahwa dengan
membayar retribusi sampah berarti tanggung jawab sampah menjadi tanggung jawab
PD Kebersihan.
2. Lahan TPA semakin sempit, faktor jarak mengakibatkan pengangkutan sampah kurang efektif,
teknologi pengolahan tidak optimal dan terbatasnya tempat penampungan sampah sementara
(TPS) khususnya di kota Palu
3. Kurangnya sosialisasi dan dukungan pemerintah mengenai pengelolaan sampah serta
minimnya edukasi dan manajemen diri pengelolaan sampah
4. Pemerintah juga masih beranggapan pengaturan mengenai pengelolaan sampah yang
benar bukanlah suatu prioritas program yangharus diperhatikan. Walaupun disetiap
pemerintahan daerah telah memiliki dinas-dinas kebersihan
5. Kurangnya inisiatif petugas pelayanan kesehatan dalam melakukan penyuluhan
kepada masyarakat.
4. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Rekomendasi :
1. Pengurangan sampah semaksimal mungkin dari sumbernya dengan cara :
a. Menginkatkan pemahaman masyarakat akan upaya 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
b. Mendorong koordinasi lintas sector terumata industry dan perdagangan.
2. Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha atau suasta sebagai mitra
pengelolaan dengan cara :
a. Meningkatkan pemahan mtentang pengelolaan sampah sejak dini melalui
pendidikan bagi anak sekolah
b. Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan sampah kepada masyarakat
c. Meningkatkan pembinaan masyarkat khususnya kaum perempuan dalam mengelola
sampah
3. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas system pengolaan sampah dengan cara :
a. Memanfaatkan prasarana dan sarana persampahan
b. Meningkatkan kualitas pengelolaan PPA dan SDM
c. Meningkatkan cakupan pelayanan secara terencana dan merata
d. Meningkatkan status, kinerja dan kapasitas institusi pengelola sampah
e. Mendorong penerapan system pengawasan dan penerapan sanksi hukum secara
konsisten dalam rangka pembinaan aparat, masyarakat dan pemangku kepentingan.
Kesimpulan :
Permasalahan sampah sudah menjadi persoalan serius terutama di kota-kota
besar, tidak hanya di Indonesia saja, tapi di seluruh dunia. Negara-negara maju telah
melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut, begitupun bagi
pemerintah daerah dimana persampahan merupakan masalah yang serius.
Berdasarkan peraturan daerah kota palu nomor 3 tahun 2016 tentang
perubahan atas peraturan daerah nomor 11 tahun 2013 tentang pengelolaan sampah
bertujuan agar pandangan masyarakat tentang sampah sebagai barang sisa yang tidak
berguna dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi
untuk energy, kompos, pupuk atau untuk bahan baku industry.
Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu dilakukan
alternatif pengolahan yang benar. Dari perkembangan kehidupan masyarakat dapat
disimpulkan bah4a penanganan masalah sampah tidak dapat semata-mata ditangani
oleh pemerintah daerah pemerintah kabupaten/kota.
Sehingga dapat mengurangi tingkat pencemaran lingkungan baik pencemaran
air maupun pencemaran udara, pencapaian pengurangan kuantitas sampah sebesar
20%, pencapaian sasaran cakupan pelayanan 60% penduduk, tercapainya kualitas
pelayanan yang sesuai atau mampu melampaui standar pelayanan minimal
persampahan.

Anda mungkin juga menyukai