Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang plura yang terletak diantara permukaan
visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi dan biasanya merupakan penyakit
sekunder terhadap penyakit lain. MERS-CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory
Syndrome Corona Virus. Virus ini merupakan jenis baru dari kelompok Coronavirus (Novel
Corona Virus). MERS-CoV adalah penyakit sindrom pernapasan yang disebabkan oleh virus
Corona yang menyerang saluran pernapasan mulai dari yg ringan sampai berat

1.2 Rumusan Masalah

Ada beberapa rumusan masalah dalam makalah ini yaitu antara lain :

1. bagaimana patofisiologo dan WOC penyakit efusi pleura?


2. bagaimana patofisiologo dan WOC penyakit MERS ?
3. bagaimana patofisiologo dan WOC penyakit Emfisema Paru?

1.3 Tujuan Penulisan

Ada beberapa tujuan penulisan dalam makalah ini adalah antara lain :

1. Untuk menegetahui bagaimana patofisiologo dan WOC penyakit efusi pleura


2. Untuk menegetahui bagaimana patofisiologo dan WOC penyakit MERS
3. Untuk menegetahui bagaimana patofisiologo dan WOC penyakit emfisema paru

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Patofisiologi dan WOC Penyakit Efusi Pleura


1. Definisi Efusi Pleura
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang plura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi dan biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain . Secara normal, ruang pleura
mengandung sejumlah kecil cairan ( 5 sampai 15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpda adanya friksi ( smeltzer C suzanne ).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura.
( price & willson, 2006 ).

Efusi pleura dibagi menjadi dua yaitu : ( Morton, 2012 )

a. Efusi pleura transudat


Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan bahwa membran pleura
tidak terkena penyakit. Akumulasi cairan disebabkan oleh faktor sistematik yang
mempengaruhi produksi dan absorbs cairan pleura seperti ( gagal jantung
kongestif, atelektasis, sirosis, sindrom nefrotik, dan dialysis periteneum).
b. Efusi pleura aksudat
Ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler yang rusak dan
masuk kedalm paru yang dilapisi pleura tersebut atau kedalam paru terdekat.
Kriteria efusi pleura aksudat :
1) Rasio cairan pleura dengan protein serum lebih dari 0,5
2) Rasio cairan pleura dengan dehidrogenase laktat ( LDH) lebih dari 0,6
3) LDH cairan pleura dua pertiga atas batas normal LDH serum penyebab
efusi pleura eksudat seperti pneumonia, empiema, penyakit metastasis (
misal : kanker paru , payudara, lambung, atau ovarium), hemotorak, infrak
paru, keganasan, rupture aneurisma aorta.

2
2. Etiologi Efusi Pleura
Efusi pleura adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan kecepatan produksi
cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau keduanya, ini disebabkan oleh satu
dari lima mekanisme berikut : ( Morton, 2012)
a. Peningkatan tekanan pada kapiler subpleura atau limfatik
b. Peningktan permeabilitas kapiler
c. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
d. Peningkatan tekanan negative intrapleura
e. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura

Penyebab efusi pleura :

Infeksi  Noninfeksi

 Tuberculosis  Karsinoma paru


 Pneumonitis  Karsinoma pleura primer, sekunder
 Abses paru  Karsinoma mediastinum
 Perfosi esophagus  Tumor ovarium
 Abses subfrenik  Gagal hati
 Gagal ginjal
 Emboli paru
Tabel 1.1 Tampilan cairan efusi pleura

Jernih, kekuningan ( tanpa darah ) Tumor jinak


Tumor ganas
Tuberculosis
Seperti susu : - Tidak berbau Pascatrauma
- Berbau (nanah) Emplema
Hemoragik Keganasan
Trauma
Sumber : ilmu bedah dejong

3. Manifestasi Klinis efura pleura

3
a. Adanya timbuhan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah
cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak
napas.
b. Adanya gejala penyakit Penyebab seperti demam, menggil , dan nyeri dada pleuritis (
pneumonia ), panas tingi ( kokus ), subfebril ( tuberkulosis ). Banyak keringat, batuk,
banyak riak.
c. Deviasi trachea menjahui tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
cairan pleural yang signifikan.
d. pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan
akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan,
fremitus melemah ( raba dan vocal ), pada perkusi didapat daerah pekak, dalam
keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung ( garil Ellis
Domoiseu ).
e. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian
atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan
mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler
melemah dan ronki.
f. pada permulaan dan akhir penyakit terdengar kreapitasi pleura.

Pemeriksaan diagnostik

a. Pemeriksaan radiologik ( rontgen dada ), pada permulaan didapati menghilangnya


sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan
melengkung, mungkin terdapat pergeseran di mediatinum
b. Ultrasonografi
c. Torakosentesis / fungsi pleura untuk mengatahui kejernihan , waran, biakan tampilan,
sitologi, berat jenis. Fungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada
sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak ), berdarah
(hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin
berupa transudat ( hasil bendungan ) atau eksudat ( hasil radang ).
d. Cairan pleura diananalisis dengan kultur bakteri, pewarna gram, basil tahan asam (
untuk TBC ), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi ( glukosa,

4
amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel
malignan, dan pH.
e. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan.
4. Masalah yang Lazim Muncul
a. Ketidak efektifan pola nafas b.d menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap
penampakan cairan dalam rongga pleura
b. Ketidak seimbangan nutrsi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan metabolisme
tubuh , penurunan nafsu makan akibat sesak nafas sekundar terhadap penekanan
struktur abdomen.
c. Nyeri b.d proses tindakan drainase
d. Gangguan rasa nyaman b.d batukyang menetap dan sesak nafas serta perubahan
suasana lingkungan,
e. Resiko infeksi
f. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai aoksigen dengan kebutuhan,
dyspneu setelah beraktivitas.
g. Deficit perawatan diri.
5. Discharge Planning
a. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
b. Kebutuhan istirahat terpenuhi. Pasien beristirahat atau tidur dalam waktu 3-8 jam
perhari.
c. Anjurkan jika mengalami gejala-gejala gangguan pernafasan seperti sesak nafas,
nyeri dada segera kedokter atau perawat yang merawatnya.
d. Menerima keadaan sehingga tidak terjadi kecemasan.
e. Tidak melakukan kebiasaan yang tidak menguntungkan bagi kesehatan seperti
merokok, minum-minuman beralkohol.
f. Menjaga kebersihan luka post WSD.
g. Menjaga kebersihan ruang tempat tidur, udara dapat bersikulasi dengan baik.
h. Memberikan pendidikan kepada keluarga pembukaan cairan di paru-paru bisa
disebabkan dari beberapa penyakit seperti gagal jantung, adanya neoplasma (
carcinoma bronchogenic dan akibat metastasis tumor yang berasal dari orang lain).
Tuberculosis paru, infrak paru, trauma, pneumoni, syndroma nefrotik, hipoalbumin.

5
6. WOC : Patofisiologi

 Gagal jantung kiri Peradangan pleura


 Obstruksi vena
cavasuperior Permeabel membran Cairan protein dari geda
 Asites pada sirosis kapiler meningkat bening masuk rongga pleura
hati
 Dialisis peritonial  Peningkatan
 Obstruksi fraktus tekanan kapiler Konsentrasi protein cairan
urinarius  Penurunan
pleura mengingkat
tekanan koloid
osmotif dan
Terdapat jaringan nekrotik
pleura Eksudat
pada septa
 Penurunanan
tekanana intra
Kongesti pada pembuluh pleura
limfe

Gangguan tekananan
Reabsorbsi cairan
kapiler
terganggu
Transudat

Penumpukan cairan pada


rongga pleura

Ekspansi paru Penekanan pd abdomen Dralnase

Sesak nafas Anoreksia Resiko tinggi terhadap


tindakan dralnase dada
Ketidakseimbangan nutrisi
Nyeri : terhadapan tindakan
kurang dari keb. tubuh dralnase

Resiko Infeksi
Ketidakefektifan pola Insulfisiensi oksigen
nafas Suplai c2
Gangguan metabolismea
O₂ Ganguan rasa nyaman
Energi berkurang
Defisit perawatan diri
Intereransi aktivitas
6
2.2 Patofisiologi dan WOC Penyakit MERS
1. Pengertian
MERS-CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona
Virus. Virus ini merupakan jenis baru dari kelompok Coronavirus (Novel Corona Virus).
MERS-CoV adalah penyakit sindrom pernapasan yang disebabkan oleh virus Corona
yang menyerang saluran pernapasan mulai dari yg ringan sampai berat. Gejalanya adalah
demam, batuk dan sesak nafas, bersifat akut, biasanya pasien memiliki penyakit ko-
morbid.
Virus ini menyebar dari pasien yang terinfeksi pada orang lain melalui kontak
yang dekat, terutama melalui cairan saluran nafas. Kasus pertama di Amerika dijumpai
pada tanggal 2 Mei 2014, pada seorang pelancong yang berasal dari Arab Saudi. Hal ini
menimbulkan kekuatiran bahwa penyakit ini telah menyebar ke berbagai negara lainnya,
termasuk Indonesia. Negara kita memiliki kekuatiran tersendiri karena
mempunyai jumlah jamaah umroh dan haji terbanyak setiap tahunnya. Untuk kegiatan
umroh sendiri, hampir setiap hari ada jamaah yang berasal dari Indonesia dalam jumlah
cukup besar. Negara-negara lain yang telah menemui kasus MERS akibat perjalanan dari
Arab Saudi antara lain adalah : Inggris, Perancis, Tunisia, Italia, Malaysia dan Amerika.
2. Etiologi Dan Proses Perjalanan Penyakit
MERS disebabkan oleh virus dari genus coronavirus. Genus coronavirus termasuk
virus yang menyerang binatang. Pada manusia coronavirus biasanya menyebabkan flu,
dan SARS. Meskipun begitu, MERS-CoV adalah virus korona yang berbeda dari SARS-
Cov. Meskipun belum dipastikan, MERS-CoV diduga berasal dari kelalawar yang
menular pada manusia dan cara penyebaran belum diketahui. MERS-CoV menyebar dari
manusia ke manusia dengan cara terpapar langsung ingus atau kotoran lain dari
pernafasan dari manusia yang telah terinfeksi MERS-CoV.MERS sering menjangkiti
orang yang merawat individu yang mengidap Mers.
Sebagian besar orang yang terinfeksi MERS-Cov berkembang menjadi penyakit
saluran pernapasan berat dengan gejala gejala demam, batuk, dan napas pendek.
Sekitar separuh dari jumlah penderita meninggal. Sebagian dari penderita dilaporkan
menderita penyakit saluran pernapasan tingkat ringan hingga berat. Awalnya tanda fisik
tidak begitu kelihatan dan mungkin tidak ada. Beberapa pasien akan mengalami

7
tachypnea dan crackle pada auscultation. Kemudian, tachypnea dan lethargy kelihatan
jelas.
Mula-mula gejalanya mirip seperti flu dan bisa mencakup: demam, myalgia,
lethargy, gejala gastrointestinal, batuk, radang tenggorokan dan gejala non-spesifik
lainnya. Satu-satunya gejala yang sering dialami seluruh pasien adalah demam di atas 38
°C (100.4 °F). Sesak napas bisa terjadi kemudian. Gejala tersebut biasanya muncul 2–10
hari setelah terekspos, tetapi sampai 13 hari juga pernah dilaporkan terjadi. Pada
kebanyakan kasus gejala biasanya muncul antara 2–3 hari. Sekitar 10–20% kasus
membutuhkan ventilasi mekanis.
3. WOC
Langsung : melalui percikan dahak
pada saat batuk
Virus corona middle east respiratory
syndrome
Tidak langsung : kontak dengan
benda yang sudah terkontaminasi

Peradangan/inflamasi Infeksi saluran napas


saluran napas

Sindrom pernapasan akut parah


hipertermi

Ekspansi paru Kerusakan membran alveolar

Sesak napas Pembentukan sputum Menurunnya


berlebihan permukaan efek paru
Ketidakefektifan pola Insufisiensi
napas oksigenisasi

Ketidak efektifan Sekret keluar saat


bersihan jalan napas batuk
Gangguan Suplai o2
metabolisme O2
Batuk produktif

8
hiperventilasi Droplet infection Batuk berat
Energi berkurang

Intoleransi aktifitas Terhirup orang sehat Distensi abdomen


Defisit Gangguan rasa
perawatan diri
nyaman

Resiko infeksi Mual, muntah

Intake nutrisi kurang

Ketidakseimbanga
n nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh

2.3 Patofisiologi dan WOC Penyakit Emfisema Paru

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan Efusi pleura adalah pengumpulan cairan
dalam ruang plura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer
jarang terjadi dan biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. MERS-CoV
adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus. Virus ini merupakan
jenis baru dari kelompok Coronavirus (Novel Corona Virus). MERS-CoV adalah penyakit
sindrom pernapasan yang disebabkan oleh virus Corona yang menyerang saluran pernapasan
mulai dari yg ringan sampai berat

3.2 Saran

Berdasarkan dari kesimpulan diatas maka penulis dapat memberikan beberapa saran yaitu
bahwa kirta sebagai perawat hendaknya lebih meningkatkan kemampuan kita dalam mengenali
patofisologi penyakit MERS, emfisema paru dan efusi pleura dan juga kita harus memahami
proses perjalanan penyakitnya

10
DAFTAR PUSTAKA

Amin dan Hardhi.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC NOC.Yogyakarta.Medi


action publishing

http://www.siloamhospitals.com/sites/default/files/MERS%20Co-V%20IND.pdf

http://www.depkes.go.id/resources/download/puskes-haji/5-pedoman-pencegahan-dan-
pengendalian-infeksi-mers-cov

http://www.kemlu.go.id/sanaa/OthersPictures/HIMBAUAN%20MERS-
COV/HIMBAUAN%20WNI%20MERS-CoV.pdf

http://www.dokteranak.net/arsip/patofisiologi-mers-pdf.html

http://www.konsultasikedokteran.com/post/read/1317/ciri-ciri-infeksi-mers.html

price and wilson.2006.patofisiologi.konsep klinis proses-proses penyakit.edisi 6.volume


2.jakarta:penerbit buku kedokteran.EGC

11

Anda mungkin juga menyukai