Pendahuluan
A. Anatomi Faring
Faring Adalah Suatu Kantong Fibromuskular Yang Bentuknya Seperti
Corong, Yang Besar Di Bagian Atas Dan Sempit Di Bagian Bawah. Kantong
Ini Mulai Dari Dasar Tengkorak Terus Menyambung Ke Esofagus Setinggi
Vertebra Servikal Ke-6. Ke Atas, Faring Berhubungan Dengan Rongga Hidung
Melalui Koana, Ke Depan Berhubungan Dengan Rongga Mulut Melalui Ismus
Orofaring, Sedangkan Dengan Laring Di Bawah Berhubungan Melalui Aditus
Laring Dan Ke Bawah Berhubungan Dengan Esofagus. Panjang Dinding
Posterior Faring Pada Orang Dewasa Kurang Lebih 14 Cm. Dinding Faring
Dibentuk Oleh (Dari Dalam Ke Luar) Selaput Lendir( Mukosa ),Fibrosa, Dan
Muscular.Faring Mempunyai Dinding Muskulomembranosa Dig Anti Oleh
Apartura Nasalis Posterior, Isthmus Faucium (Maura Ke Dalam Rongga Mulut)
Dan Aditus Laring .(5)
Faring Potongan Sagital
B. Fungsi Faring
Fungsi Faring Yang Terutama Ialah Untuk Respirasi, Pada Waktu
Menelan, Resonansi Suara Dan Untuk Artikulasi. Terdapat 3 Fase Dalam
Menelan Yaitu Fase Oral, Fase Faringeal Dan Fase Esophageal. Fase Oral,
Bolus Makanan Dari Mulut Menuju Ke Faring. Gerakan Disini Disengaja
(Voluntary). Fase Faringeal Yaitu Pada Waktu Transport Bolus Makanan
Melalui Faring. Gerakan Disini Tidak Disengaja (Involuntary). Fase Esofagal,
Disini Gerakannya Tidak Disengaja, Yaitu Pada Waktu Bolus Makanan
Bergerak Secara Peristaltik Di Esofagus Menuju Lambung. Pada Saat
Berbicara Dan Menelan Terjadi Gerakan Terpadu Dari Otot-Otot Palatum
Dan Faring. Gerakan Ini Antara Lain Berupa Pendekatan Palatum Mole Ke
Arah Dinding Belakang Faring. Gerakan Penutupan Ini Terjadi Sangat Cepat
Dan Melibatkan Mula-Mula M.Salpingofaring Dan M.Palatofaring, Kemudian
M.Levator Veli Palatine Bersama-Sama M.Konstriktor Faring Superior. Pada
Gerakan Penutupan Nasofaring M.Levator Veli Palatine Menarik Palatum
Mole Ke Atas Belakang Hamper Mengenai Dinding Posterior Faring. Jarak
Yang Tersisa Ini Diisi Oleh Tonjolan (Fold Of) Passavant Pada Dinding
Belakang Faring Yang Terjadi Akibat 2 Mavam Mekanisme, Yaitu
Pengangkatan Faring Sebagai Hasil Gerakan M,Palatofaring (Bersama
M.Salpingofaring) Dan Oleh Kontraksi Aktif M.Konstriktor Faring
Superior.(6)
Bab II
Abses Parafaring
A. Definisi
Abses Parafaring Adalah Kumpulan Nanah Yang Terbentuk Di
Dalam Ruang Parafaring.(10)
B. Epidemilogi
Abses Parafaring Adalah Abses Leher Dalam Paling Sering Terjadi
Kedua Setelah Abses Peritonsilar. Insidensi Kejadian Abses Parafaring
Diseluruh Dunia Adalah 1 Dalam 6-10.000 Orang Setiap Tahun.(11)
Huang Dkk, Dalam Penelitiannya Pada Tahun 1997 Sampai 2002,
Menemukan Kasus Infeksi Leher Dalam Sebanyak 185 Kasus. Abses
Submandibula (15,7%) Merupakan Kasus Terbanyak Ke Dua Setelah Abses
Parafaring (38,4), Diikuti Oleh Angina Ludovici (12,4%), Parotis (7%) Dan
Retrofaring (5,9%).(2)
Fachruddin Melaporkan 33 Kasus Abses Leher Dalam Selama Januari
1991-Desember 1993 Di Bagian Tht Fkui-Rscm Dengan Rentang Usia 15-35
Tahun Yang Terdiri Dari 20 Laki-Laki Dan 13 Perempuan. Ruang Potensial
Yang Tersering Adalah Submandibula Sebanyak 27 Kasus, Retrofaring 3
Kasus Dan Parafaring 3 Kasus. (2)
Angka Kejadian Abses Leher Dalam Di Indonesia Pernah Diteliti Di
Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Selama Tahun 2012. Dari Penelitian
Tersebut Didapatkan 28 Kasus Abses Leher Dalam, Dengan Lokasi Abses
Peritonsil 9 Kasus, Abses Parafaring 1 Kasus Abses Retrofaring 4 Kasus,
Persentase Pasien Jenis Kelamin Laki-Laki Sebanyak 68% Dan Perempuan
Sebanyak 32%, Dengan Kelompok Usia Terbanyak 20-39 Tahun Sebanyak
50%. Lokasi Abses Paling Banyak Ditemukan Di Ruang Peritonsiler
Sebanyak 32% Dengan Sumber Infeksi Terbanyak Dari Odontogenic
Sebanyak 50%[1]. Di Rsup Dr. M. Djamil Dilakukan Penelitian Kejadian
Abses Leher Dalam Selama Periode Oktober 2009 – September 2010.
Didapatkan Jumlah Kasus Abses Leher Dalam Sebanyak 33 Orang Dengan
Lokasi Abses Peritonsil 11 Kasus, Abses Submandibula 9 Kasus, Abses
Parafaring 6 Kasus, Abses Retrofaring 4 Kasus, Abses Masticator 3 Kasus,
Abses Pretrakeal 1 Kasus.(3)
C. Etiologi
Ruang Parafaring Dapat Mengalami Infeksi Dengan Cara
1) Langsung, Yaitu Akibat Tusukan Jarum Pada Saat Melakukan
Tonsilektomi Dengan Analgesia. Peradangan Terjadi Karena Ujung
Jarum Suntik Yang Telah Terkontaminasi Kuman Menembus Lapisan
Otot Tipis (M.Konstriktor Faring Superior) Yang Memisahkan Ruang
Parafaring Dari Fosa Tonsilaris.
2) Proses Supurasi Kelenjar Limfa Leher Bagian Dalam, Gigi, Tonsil,
Faring, Hidung, Sinusparanasal, Mastoid Dan Vertebra Servikal Dapat
Merupakan Sumber Infeksi Untuk Terjadinya Abses Ruang Parafaring.
3) Penjalaran Infeksi Dari Ruang Peritonsil, Retrofaring Atau
Submandibula.(6)
Berdasarkan Bakteri Penyebab Sebagian Besar Abses Leher Dalam
Disebabkan Oleh Campuran Berbagai Jenis Kuman Baik Aerob Maupun
Anaerob. Golongan Aerob Penyebab Terbanyak Adalah Kuman Streptokokus,
Stapilokokus, Dipteroides Dan Neisseria. Golongan Anaerob Penyebab
Tersering Adalah Bakteroides, Peptostreptokokus, Eubakterium,
Fusobakterium Dan Pseudomonas.
Pembentukan Abses Merupakan Hasil Perkembangan Dari Flora
Normal Dalam Tubuh. Flora Normal Dapat Tumbuh Dan Mencapai Daerah
Steril Dari Tubuh Baik Secara Perluasan Langsung, Maupun Melalui Laserasi
Atau Perforasi. Berdasarkan Kekhasan Flora Normal Yang Ada Di Bagian
Tubuh Tertentu Maka Kuman Dari Abses Yang Terbentuk Dapat Diprediksi
Berdasarkan Lokasinya. Sebagian Besar Abses Leher Dalam Disebabkan Oleh
Campuran Berbagai Kuman, Baik Kuman Aerob, Anaerob, Maupun
Fakultatif Anaerob.(12)
Kuman Penyebab Abses Leher Dalam (Termasuk Abses Parafaring)
Dari Berbagai Penelitian Merupakan Campuran Dari Berbagai Macam
Kuman, Baik Aerob, Anaerob, Maupun Fakultatif Anaerob. Kuman Aerob
Dominan Streptococcus Viridan, Klebsiella Pneumonia, Staphylococcus
Aureus. Kuman Anaerob Dominan Prevotella, Peptostreptococcus,
Fusobacterium Dan Bacteroides. Di Rumah Sakit Dr. Djamil Padang Pola
Kuman Yang Ditemukan Hamper Sama Dengan Berbagai Penelitian Diatas. 13
D. Patofisiologi
Sekali Terjadi Infeksi Dimulai Pada Jaringan Lunak Leher, Jika Tidak
Segera Terdeteksi, Akan Meluas Ke Salah Satu Ruang Fasia Leher Yang Paling
Lemah. Dari Sana Dapat Mengalir Ke Atas, Ke Bawah Atau Ke Lateral,
Mengikuti Ruang-Ruang Fasia. 13
Infeksi Leher Dalam Merupakan Selulitis Fregmentosa Dengan Tanda-
Tanda Setempat Yang Sangat Mencolok Atau Menjadi Tidak Jelas Karena
Tertutup Jaringan Yang Melapisinya. Seringkali Dimulai Pada Daerah
Prastiloid Sebagai Suatu Selulitis, Jika Tidak Diobati Akan Berkembang
Menjadi Suatu Trombosis Dari Vena Jugalaris Interna. Abses Dapat Mengikuti
M.Stiloglosus Ke Dasar Mulut Dimana Terbentuk Abses. 13
Infeksi Dapat Menyebar Dari Anterior Ke Bagian Posterior, Dengan
Perluasan Ke Bawah Sepanjang Sarung-Sarung Pembuluh Darah Besar,
Disertai Oleh Trombosis V.Jugularis Atau Suatu Mediastinitis. Infeksi Dari
Bagian Posterior Akan Meluas Ke Atas Sepanjang Pembuluh-Pembuluh Darah
Dan Mengakibatkan Infeksi Intrakranial Atau Erosi A.Karotis Interna. 13
E. Manifestasi Klinis
Gejala Dan Tanda Utama Ialah Trismus, Indurasi Atau Pembengkakan Di
Sekitar Angulus Mandibula, Demam Tinggi, Odinofagia, Torticollis. Jika
Infeksi Meluas Dari Faring Ke Ruang Ini, Pasien Akan Menunjukkan Trismus
Yang Jelas. Hal Ini Disebabkan Karena Kompartemen Prestyloid Terdapat
Kompartemen Otot Yang Berdekatan Dengan Fossa Tonsilaris Secara Medial
Dan M.Ptyerigoid Interna. Sedangkan Dinding Faring Lateral Akan Terdorong
Ke Medial, Seperti Pada Abses Peritonsilaris. Infeksi Ini Sebaiknya Selalu
Dilakukan Drainase Melalui Insisi Vertikal. Dalam Melakukan Insisi Drainase
Abses Peritonsilar Harus Dilakukan Palpasi Karena Pulsasi Di Daerah Tersebut
Dapat Menunjukkan Adanya Aneurisma Dari A.Karotid Interna.
Pembengkakan Di Dinding Lateral Orofaring Tanpa Adanya Inflamasi Akut
Dan Trimus Tidak Selalu Merupakan Abses Parafaring Atau Peritonsil, Namun
Harus Dicurigai Tumor Atau Aneurisma. Penyebab Infeksi Saluran Pernafasan
Mungkin Sudah Terjadi Resolusi Ketika Pasien Datang Sehingga Anamnesis
Onset Kejadian Penting.13
Gambar : Tampak Pembengkakan Pada Leher Sebelah Kiri.
I. Komplikasi
Proses Peradangan Dapat Menjalar Secara Hematogen, Limfogen Atau
Langsung (Perkontinuitatum) Ke Daerah Sekitarnya. Penjalaran Ke Atas Dapat
Mengakibatkan Peradangan Intrakranial, Ke Bawah Menyusuri Selubung
Karotis Mencapai Mediastinum, Sehingga Terjadi Mediastinis Dan Bisa
Berlanjut Menjadi Sepsis.6
Komplikasi Yang Paling Berbahaya Dari Infeksi Spatium
Faringomaksilaris Adalah Terkenanya Pembuluh Darah Sekitarnya. Dapat
Terjadi Tromboflebitis Septik Vena Jugularis. Juga Dapat Terjadi Perdarahan
Masif Yang Tiba-Tiba Akibat Dari Erosi Arteri Karotis Interna.Komplikasi
Lain Yang Dapat Terjadi Adalah Sindrom Horner Dan Obstruksi Jalan Napas.15
J. Prognosis
Prognosis Dari Absesparafaring Adalah Dapat Sembuh Atau Dapat Kambuh
Berulang. Tergantung Dari Factor Penyebab Abses. Dengan Pemberian
Antibiotic Dosis Tinggi Dan Tindakan Operasi Dapat Menurunkan Morbiditas
Dan Mortalitas Dari Kejadian Abses Parafaring. Kecuali Pada Pasien
Imunocompromise Kemungkinan Prognosisnya Adaah Buruk. 14
Kesimpulan
Abses Parafaring Adalah Merupakan Salah Satu Abses Leher Dalam Paling
Sering Terjadi Kedua Setelah Abses Peritonsilar. Ruang Parafaring Dapat Mengalami
Infeksi Dengan Berbagai Cara Diantaranya Dengan Cara Langsung Akibat
Komplikasi Tonsilektomi, Proses Supurasi, Maupun Akibat Penjalaran Infeksi Dari
Abses Leher Dalam Yang Lain. Gejala Utama Dari Abses Parafaring Ialah Trismus,
Odinfagia, Dan Demam Tinggi. Dari Pemeriksaan Fisik Dapat Ditemukan Indurasi
Atau Pembengkakan Disekitar Angulus Mandibula, Dan Pembengkakan Dinding
Lateral Faring, Sehingga Menonjol Ke Arah Medial. Kemudian Pemeriksaan
Penunjang Dapat Dilakukan Pemeriksaan Penunjang Berupa Fotorontgen, Jaringan
Lunak Ap Atau Ct Scan Dan Mri.
Tatalaksana Abses Parafaring Dapat Di Lakukan Dengan Medikamentosa
Antibiotic Dan Dengan Terapi Bedah. Prognosisi Dari Abses Parafaring Adalah
Tergantung Dari Tatalaksana Dan Agen Penyebabnya. Dan Dapat Sembuh Total Dan
Dapat Terjadi Kematian.
Daftar Pustaka