Anda di halaman 1dari 5

2.

2 Terapi Osigen Hiperbarik atau HBOT


Terapi oksigen hiperbarik adalah pernafasan dengan oksigen 100% pada tekanan
atmosfer yang meningkat. Terapi ini ditemukan tahun 1600-an. Ruang HBOT yang pertama kali
dibangun dan dioperasikan oleh pendeta Inggris benrnama Henshaw. Dia membangun sebuah
struktur yang disebut dengan domicilium, yang digunakan untuk mengobati penyakit banyak
orang. Ruangan diberi tekanan dengan udara maupun tanpa diberi tekanan dan akan dijelaskan di
bawah ini. Ide mengobati pasien dalam kondisi peningkatan tekanan di lanjutkan oleh ahli bedah
Perancis Fontaine, yang membangun ruangan operasi bertekanan pada tahun 1879
(Latham,2016).
Saat pasien diberi tekanan oksigen sebesar 100%, haemoglobin akan tersaturasi, namun
darah mengalami hiperoksigenasi akibat larutnya oksigen di dalam plasma. Pasien dapat diberi
oksigen sistemik melalui dua ruang dasar: Tipe A, Multiplace dan tipe B Monoplace. Kedua
jenis ruang tersebut dapat dipakai untuk perawatan luka rutin, penanganan sebagai besar trauma
saat menyelam dan penanganan pasien yang memakai ventilator atau dalam perawatan intensif
karena kondisi kritis (Latham, 2016).
2.2.1 Jenis Ruang Terapi Oksigen Hiperbarik
Ruang udara bertekanan tinggi merupoakan tabung yang terbuat dari plat baja yang
dibuat sedemikian rupoa sehingga mampu diisi udara tekan mulai dari 1 Atmosfer Absolut
(ATA) sampai beberapa ATA, tergantung dari jenis penggunaannya. Jenis RUBT antara lain:
Ruang Udara Bertekanan Tinggi ruang tunggal (monoplace), Large multi compartement
chamber, Large multi compartement for treatment, Portable high pressure multi man chamber,
Portable one man high or low pressure chamber (Latham,2016).
a. Ruang terapi oksigen hiperbarik tunggal (monoplace)
Ruang tunggal digunakan untuk penanganan satu pasien dalam satu waktu, biasanya
dalam posisi berbaring. Gas digunakan untuk member tekanan pembuluh darah biasanya
100% oksigen. Beberapa ruang terdapat masker untuk menyediakan gas secara
bergantian. Petugas menunggu dari luar ruangan namun peralatan tetap berada di luar
ruangan (Latham,2016).
b. Large multi compartment chamber
Dipakai untuk pengobatamn, mampu diisi tekanan lebih dari 5 ATA, dapat menampung
beberapa orang (Latham,2016).
c. Large multi compartement for treatment
Dipakai dipindah-pindah, mampu diisi tekanan 2-3 ATA, dipakai dalam pengobatan
untuk penyelaman dan dapat menamopung beberapa orang (Latham,2016).
d. Portable one man high or low pressure chamber
Dipakai untuk pengobatan atau transport, mampu diisi tekanan 2-3 ATA, hanya untuk 1
orang saja (Jan,2017).
Hiperoksigen pada jaringan normal menyebabkan vasokonstriksi, namun hal ini dikompensasi
oleh peningkatan kandungan oksigen plasma dan aliran darah mikrovaskuler. Efek
vasokonstriksi ini akan muncul, namun akan mengurangi edema jaringan pasca trauma dimana
hal ini berperan pada tatalaksana crush injuries, sindrom kompartemen dan luka bakar (Latham,
2016).
2.2.3 Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi untuk dilakukan terapi oksigen hiperbarik terutama untuk kasus cedera
kompresi, namun dapat juga untuk mempercepat proses penyembuhan penyakit, luka akibat
radiasi, luka pasca operasi, osteomylitis, intoksikasi karbonmonoksida, emboli udara, luka pada
penderita diabetes mellitus (Gangren, infeksi jaringan lunak yang sudah mengalami nekrotik),
abses intracranial dan anemia. Saat ini terapi oksigen hiperbarik mulai digunakan pada penyakit-
penyakit degenerative kronis, rehabilitasi pasca stroke, tuli mendadak dan untuk kebugaran serta
kecantikan (Latham, 2016).
Kontraindikasi dari HBOT dibagi menjadi 2 yaitu kontraindikasi absolute dan relative
dimana kontraindikasi absolute HBOT yaitu tension pneumothorax yang tidak diobati sedangkan
kontraindikasi relative dari HBOT yaitu infeksi saluran pernafasan atas, enfisema dengan retensi
CO2, kista atau bleb udara pada paru-paru yang asimtomatis dan terlihat pada rontgen toraks,
riwayat operasi toraks atau telinga, demam tinggi yang tidak terkontrol, kehamilan, dan
klaustrofobik. Kontraindikasi ocular untuk terapi HBO yaitu adanya protease orbita yang
berongga dan adanya gas intraocular baik pada bilik mata depan atau pada kavum vitrous (Jain
2017).
2.2.4 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada terapi HBO yaitu barotraumas telinga
tengah, nyeri sinus, komplikasi oftalmologi (seperti keratoconus, katarak, myopia, toksisitas
oksigen retina, retrolental fibroplasias), barotraumas pulmoner oxygen seizures, decompression
sickness, efek genetika, dan klaustrofobia.
a. Barotrauma telinga tengah
Merupaklan komplikasi yang paling sering dilaporkan dari terapi HBO, namun insidensi
berbeda-beda pada seri yang berbeda. Penderita dapat harus dipindahkan dari RUBT saat
terapi HBO dikarenakan ketidakmampuan untuk menyeimbangkan tekanan pada telinga
tengah, sesi terapi dapat dilanjutkan setelah terapi pada dan latihan (Commons, Blaake &
Brown 2013).
b. Nyeri Sinus
Pembuntuan sinus saat tekanan udara berubah dapat mengakibatkan nyeri hebat, terutama
pada sinus frontal. Jika penderita memiliki infeksi saluran nafas atas, maka terapi HBO
sebaiknya ditunda, jika darurat maka penderita dapat diberikan obat obatan dekongestan
dan kompresi dilakukan perlahan-lahan (Jain, 2017).
c. Komplikasi oftalmologi
Komplikasi oftalmologi yang dapat terjadi seperti keratoconus, katarak, myopia,
toksisitas oksigen retina, retrolental fibroplasias. Miopia merupakan komplikasi
reversible dari paparan akut HBO, dan katarak merupakan komplikasi pada paparan
kronis jangka panjang.
d. Barotrauma pulmuner
Insiden dari barotraumas pulmoner cukup rendah dan pada seri terapi dengan
menggunakan tekanan dibawah 2 ATA tidak pernah dilaporkan adanya komplikasi ini.
Pneumotoraks pada penderita yang sedang menjalani terapi HBOL adalah komplikasi
yang serius. Pada RUBT multiplace, tenaga medis dapat melakukan pemeriksaan bila
terdapat keluhan seperti nyeri tusuk mendadak pada dada dan distress nafas (Jane,2017).
e. Decompression sickness
Komplikasi ini terjadi hanya jika tekanan yang sangat tinggi digunakan dan dikompresi
dilakukan dengan cepat. Laporan pertama terjadinya kecelakaan datal terkait
decompression sickness terjadi di jerman pada tahun 1978 dimana 20 penderita usia tua
mendapatkan terapi HBO pada RUBT multiplace dengan tekanan 4 ATA. Satu penderita
mengalami embolisasi udara setelah satu jam ketika dekompresi dimulai pada penyelam
pertama. Pada penyelaman kedua sekitar 5 jam, pintu RUBT dibuka yang menyebabkan
terjadinya penurunan tekanan secara mendadak dan eksplosif. Lima orang meninggak
akibat hal ini. Pada saat ini tidak pernah ada laporan komplikasi ini lagi (Jain, 2017).

2.2.5 Dosis
Dosis terapi HBO yang digunakan pada Lakesla Drs Med R. Rijadi Sastropanoelar, Phys.
Surabaya yaitu berdasarkan table Kindwall modifikasi Guritno. Pelaksanaan terapi HBO diawali
dengan dilakukannya kompresi sampai kedalaman 50 feet of seawater (fsw), kecepatan kompresi
disesuaikan dengan kondisi penderita. Setibanya di 50 fsw segera dipasang masker, penderita
bernafas dengan O2 murni selama 30 menit, dilanjutkan dengan udara selama 5 menit, lalu O2
murni 30 menit, udara 5 menit dan terahir O2 30 menit. Kemudian dilakukan dekompresi dari 50
fsw ke permukaan dengan kecepatan 1 feet/ menit, selama dekompresi penderita bernafas dengan
O2 murni. Keluarkan penderita dari RUBT dan terapi HBO selesei. Total waktu yang dibutuhkan
untuk terapi ini adalah 128 menit (Widodo, Hisnindarsyah & Harnanik, 2016).
2.2.6 Terapi Oksigen Hiperbarik Terhadap Stroke
Stroke iskemik terjadi pada daerah distal dari lokasi oklusi arteri. Inti dari daerah
iskemik mengacu pada daerah yang aliran darahnya terancam sehingga akan terjadi cedera
seluler yang ireversibel dan jaringan yang iskemik tidak dapat diselamatkan. Di daerah
tersebut, kematian sel biasanya terjadi dalam beberapa menit. Diseputaran daerah 'inti' terdapat
area yang berkurang aliran darahnya namun masih mendapat aliran darah dari pembuluh darah
kolateral, daerah tersebut merupakan jaringan yang berisiko terjadi infark tapi masih dapat
diselamatkan. Jaringan ini disebut sebagai 'penumbra iskemik' dan merupakan target terapi
neuroprotektif (Singhal AB, 2007).
Pada manusia, dari hasil pemeriksaan dengan Positron emissin tomography (PET)
dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) menunjukkan bahwa daerah penumbra iskemik ada
selama beberapa jam atau lebih setelah onset gejala. Dengan berlalunya waktu, terjadi
pengurangan volume daerah penumbra iskemik dan mulai munculnya inti infark. Diyakini
bahwa hiperoksia dapat meningkatkan pO2 jaringan penumbra iskemik sehingga mengurangi
volume daerah infark dan defisit neurologis yang ditimbulkannya. Selain itu, penerapan HBO
pada stroke diyakini dapat meningkatkan hasil pemulihan pasca stroke (Singhal AB, 2007).
Hiperoksia merupakan pilihan terapi yang menarik untuk stroke akut karena memiliki
beberapa sifat ideal dari neuroprotektif. Tidak seperti kebanyakan neuroprotektif, HBO mudah
berdifusi melintasi sawar darah otak untuk mencapai jaringan target, mudah dilakukan,
ditoleransi dengan baik, dapat diberikan dalam konsentrasi 100% tanpa efek samping yang
signifikan, dan secara teoritis dapat dikombinasikan dengan terapi stroke akut lainnya seperti
tPA (Singhal AB, 2007).
Selanjutnya, diketahui bahwa HBO bekerja di beberapa jalur kematian sel dan memiliki
manfaat efek hemodinamik. Terapi HBO telah banyak diteliti karena merupakan metode yang
paling efektif untuk meningkatkan oksigenasi jaringan otak. Metode lain yang digunakan untuk
meningkatkan pengiriman oksigen (saat ini sedang dikembangkan) adalah
penggunaan perfluorocarbons. Baru-baru ini juga telah dilakukan peneltian tentang efek terapi
NBO atau pemberian oksigen melalui sungkup. Untuk menentukan terapi oksigen manakah
yang lebih baik dibandingkan dengan terapi oksigen lainnya masih perlu dilakukan penelitian.
Namun saat ini telah diketahui bahwa waktu pemberian terapi sangat menentukan hasil terapi,
dan sampai saat ini terapi HBO mungkin yang paling ampuh (Singhal AB, 2007).
Vasokonstriksi dan pen urunan aliran darah serebri tidak menimbulkan efek klinis yang
terlihat pada dewasa muda ketika tekanan besar 1,5-2,5 ATA yang digunakan. Tekanan yang
melebihi 3 ATA untuk periode lama dapat menyebabkan oxygen convulsion sebagai hasil dari
toksisitas oksigen. Efek dari HBO lebih terlihat pada kondisi otak hipoksia atau iskemik. HBO
menurunkan edema serebri dan memperbaiki fungsi dari neuron yang menjadi inaktif oleh
karena iskemia/hipoksia. Perbaikan dari fungsi otak ini terlihat dari perbaikan aktivitas elektrik
dari otak (Jain,2017).

Daftar Pusataka
Jain, K.K (2017). Textbook of hyperbaric medicine. American college of hyperbaric 95th revise0
Germany. Springer International Publishing. http://doi.org/10.1007/978-3-319-4140-2
Latham, E (2016). Hyperbaric oxygen Therapy. Retrived December 10, 2018, from
https://emedicine.medscape.com/article/1464149-overview
Singhal AB. A review of oxygen therapy in ischemic stroke. USA: Department of Neurology,
Massachusetts General Hospital; 2007.
Widodo, D., Hisnindarsyah & Harnanik, T. (2016). Buku ajar Ilmu Kesehatan Penyelaman dan
Hiperbarik. Surabaya: Lakesla.

Anda mungkin juga menyukai