PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
B. Dimensi Pengharapan
Pengharapan bagi diri sendiri. Merupakan self-ideal atau diri yang
dicita-citakan. Cita-cita diri meliputi dambaan, aspirasi, harapan,
keinginan bagi diri kita, atau menjadi manusia seperti yang diinginkan.
C. Dimensi Penilaian
Penilaian kita terhadap diri sendiri. Merupakan pandangan kita
tentang harga atau kewajaran kita secara pribadi.
2
menjadi dewasa. Proses pemebentukan tidak terjadi dalam waktu singkat,
melainkan melalui proses interaksi secara berkesinambungan.
Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri. Kualitas ini
mengarah kerendahan hati dan kedermawanan daripada keangkuhan dan
keegoisan. Orang yang mengenal dirinya dengan baik merupakan orang
yang memiliki konsep diri yang positif. Tanda-tanda individu yang
memiliki konsep diri yang positif adalah:
a. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah.
b. Merasa setara dengan orang lain.
c. Menerima pujian tanpa rasa malu.
d. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan
keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh
masyarakat.
e. Mampu memperbaiki karena dia sanggup mengungkapkan aspek-
aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha merubahnya.
3
B. Significant Other (Orang yang terpenting atau terdekat)
Konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan
orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain.
4
merendahkan martabat. Tanda gejala yang lain diantaranya rasa
bersalah pada diri sendiri, mengkritik diri sendiri atau orang lain,
menarik diri dari realitas, pandangan diri yang pesimis, perasaan tidak
mampu, perasaan negative pada dirinya sendiri, percaya diri kurang,
mudah tersinggung dan marah berlebihan.
D. Kekacauan Identitas
Kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek. Identitas
mencakup rasa internal tentang individualis, keutuhan, dan konsistensi
dari seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai situasi.
Pencapaian identitas diperlukan untuk hubungan yang intim karena
identitas seseorang diekspresikan dalam berhubungan dengan orang
lain. Identitas ini secara kontinu timbul dan dipengaruhi oleh situasi
sepanjang hidup. Kekacauan identitas dapat dipengaruhi oleh berbagai
factor yang dapat dikenal dengan stressor identitas. Stressor identitas
diantaranya kehilangan pekerjaan, perkosaan, perkawinan, kelalaian,
konflik dengan orang lain, dan sebagainya.
E. Depersonalisasi
Perasaan yang tidak realistic dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan, serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain. Tanda dan gejala yang
ditunjukkan yaitu dengan tidak adanya rasa percaya diri,
ketergantungan, sukar membuat keputusan, masalah dalam hubungan
interpersonal, ragu dan proyeksi.
5
a. Pola asuh orang tua
Salah satu factor yang signifikan dalam memengaruhi konsep
diri yang telah terbentuk sejak lahir. Sikap positif yang ditunjukkan
oleh orang tua, maka akan menumbuhkan konsep dan pemikiran
yang positif. Sedangkan sikap negative yang ditunjukkan oleh
orang tua, akan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup
berharga untuk dikasihi, disayangi, dan dihargai.
b. Kegagalan
Kegagalan yang terus menerus dialami seringkali akan
menimbulkan pertanyaan kepada diri sendiri dan berakhir dengan
kesimpulan bahwa semua penyebab terletak pada kelemahan diri
sendiri. Kegagalan sering membuat seseorang merasa dirinya tidak
berguna.
c. Depresi
Orang yang sedang mengalami depresi akan memiliki
pemikiran yang cenderung lebih negative dalam memandang dan
merespon segala sesuatu termasuk dalam menilai diri sendiri.
d. Kritik internal
Terkadang, mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan untuk
menyadarkan seseorang akan perbuatan yang telah dilakukan.
Kritik diri sendiri sering berfungsi sebagai regulator atau rambu-
rambu dalam bertindak atau berperilaku. Agar keberadaan
seseorang dapat diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi
diri dengan baik.
e. Merubah diri
Terkadang diri kita sendiri yang menyebabkan persoalan akan
bertambah rumit dengan berfikir yang tidak-tidak (negatif)
6
terhadap suatu keadaan atau terhadap diri kita sendiri. Namun,
dengan sifatnya yang dinamis, konsep diri dapat mengalami
perubahan kearah yang lebih positif.
B. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau penilaian
personal tertentu (Stuart and Sundeen, 2006). Menurut Ana Keliat
(2005) ada beberapa factor yang memengaruhi ideal diri, yakni:
1. Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas
kemampuannya.
2. Factor budaya akan memengaruhi individu menetapkan idela
diri.
7
3. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan
yang realistis, keinginan untuk mengklaim diri dari kegagalan,
perasaan cemas dan rendah diri.
4. Kebutuhan yang realistis.
5. Keinginan untuk menghindari kegagalan.
6. Perasaan cemas dan rendah diri.
C. Peran
Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan
dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Keliat, 2005).
Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak punya
pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau
dipilih oleh individu. Factor-faktor yang memengaruhi dalam
menyesuaikan diri dengan peran (Stuart and Sundeen, 2006):
1. Kejelasan perilaku dengan penghargaan yang sesuai dengan
peran.
2. Konsisten respon orang yang berarti terhadap peran yang
dilakukan.
3. Kesesuaian dan keseimbangan antara peran yang di emban.
4. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku
peran.
5. Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian
perilaku peran.
D. Identitas
Adalah kesadaran diri sendiri yang bersumber dari observasi dan
penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek dan konsep diri
sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (Stuart and Sundeen, 1991).
Perasaan dan perilaku yang kuat akan identitas diri individu dapat
ditandai dengan:
1. Memandang dirinya secara unik
8
2. Merasakan dirinya berbeda dengan orang lain
3. Merasakan otonomi (menghargai diri, percaya diri, mampu diri,
menerima diri, dan dapat mengontrol diri)
4. Mempunyai persepsi tentang gambaran diri, peran, dan konsep
diri.
E. Harga Diri
Adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart and
Sundeen, 2006). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan
harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering
gagal, maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri
sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah dicintai dan menerima
penghargaan dari orang lain (Keliat, 2005).
9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. DEFINISI
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative, dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan (Town, Send, Maryc. 1998).
Harga diri rendah adalah suatu keadaan dimana individu mengalami
atau berisiko mengalami evaluasi diri negative tentang keampuan diri
(Carpenito, 2000).
Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi
diri negative yang mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama
(Lynda wall, edisi 8. 2001).
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai
dengan ideal diri (Kelliat, Budi, Anna. 2005).
Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih saying,
perilaku orang lain yang mengancam, dan hubungan interpersonal yang
buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai
rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan
secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta
cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat
lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman
(Kelliat, 2011).
10
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, misalnya ini terjadi jika tidak ke
RS dan menyalahkan atau mengejek diri sendiri.
c. Merendahkan martabat, misalnya saya tidak bias, saya tidak mampu,
saya memang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
d. Gangguan hubungan social, seperti menarik diri, klien tidak mau
bertemu orang lain, lebih suka menyendiri.
e. Percaya diri kurang, klien sukar mengambil keputusan yang suram,
mungkin memilih alternative tindakan.
f. Menciderai diri dan akibat HDR disertai dengan harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
3.3. PSIKODINAMIKA
a. Etiologi
Gangguan harga diri yang disebut sebagai HDR, dapat terjadi
secara:
1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba. Misalnya harus
operasi, kecelakaan, diceraikan suami, putus sekolah, putus
hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi.
a. Pada klien yang dirawat dapat terjadi HDR, karena privasi
yang kurang diperhatikan.
b. Harapan akan struktur, fungsi, dan bentuk tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat atau sakit atau penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai.
11
b. Proses Perjalanan Penyakit
Konsep diri dipelajari melalui kontak social dan pengalaman
pribadi individu berhubungan dnegan orang ain, dan interaksi dengan
dunia luar dirinya, konsep diri berkembang terus mulai dari bayi
hingga lanjut usia. Konsep diri belum ada saat bayi dilahirkan, tetapi
mulai berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan
membedakan dirinya dengan orang lain dan mempunyai pengalaman
dalam behubungan dengan orang lain. Perkembangan ini sangat
dipengaruhi oleh kemampuan berbicara individu, pengalaman dalam
keluarga merupakan dasar pembentukan konsep diri karena keluarga
dapat memberikan perasaan mampu dan tidak mampu. Perasaan
diterima atau ditolak dan dalam keluarga individu mempunyai
kesempatan untuk mengdentifikasi perilaku orang lain dan mempunyai
penghargaan yang pantas tentang tujuan, perilaku dan nilai.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Pencapaian ideal diri atau cita-cita/harapan langsung menghasilkan
perasaan bahagia. Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dari
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri
diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Individu akan merasa harga
dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan, sebaliknya individu
akan merasa harga dirinya rendah jika sering mengalami kegagalan,
tidak dicintainatau tidak diterima lingkungan.
c. Komplikasi
1) Perilaku kekerasan yang ditujukan pada diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan
2) Isolasi social
3) Waham
12
3.4. RENTANG RESPON
Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri
adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Kelliat, 1999).
Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu
yang berharga dan tidak bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri.
Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri rendah.
Harga diri rendah jika kehilangan kasih saying dan penghargaan orang
lain. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama
adalah diterima dan menerima penghargaan dari orang lain.
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang
negative terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan
produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak
mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara social.
Factor yan memperngaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali,
kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang
lain dan dari ideal diri yang tidak realistis. Sedangkan stressor pencetus
mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal, seperti:
a. Trauma (seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan kejadian yang mengancam).
b. Ketegangan (berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dimana individu mengalami frustasi). Ada tiga jenis
transisi peran:
13
1) Transisi peran perkembangan, adalah perubahan normative
yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk
tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga
dan norma-norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk
penyesuaian diri.
2) Transisi peran situasi, terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau
kehamilan.
3) Transisi peran sehat sakit, sebagai akibat pergeseran dari
keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin
dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran,
bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur
medis dan keperawatan.
14
berkurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banya menunduk,
bicara lambat dengan nada suara lemah.
(Terlampir)
B. Diagnosis Keperawatan
1. Risiko Harga Diri Rendah Kronik
2. Harga Diri Rendah Situasional: gangguan peran sosial
3. Gangguan Citra Tubuh: perubahan persepsi diri
4. Hambatan Interaksi Sosial: gangguan konsep diri
15
1 2 3 4 5 mengenai pentingnya
minat dan dukungan
mereka dalam
mengembangkan
konsep diri positif
anak-anak
2 Harga Diri Rendah Setelah dilakukan Peningkatan Koping:
Situasional: gangguan tindakan keperawatan Aktivitas-aktivitas:
peran sosial selama 3x24 jam Eksplorasi alas an
masalah dapat teratasi pasien mengkritik diri
dengan kriteria hasil: Eksplorasi pencapaian
Harga Diri: pasien sebelumnya
Verbalisasi Kenali latar belakang
penerimaan diri budaya/spiritual
1 2 3 4 5 pasien
Penerimaan Berikan suasana
terhadap penerimaan
keterbatasan diri Dukung verbalisasi
1 2 3 4 5 perasaan, persepsi,
Gambaran diri dan rasa takut
1 2 3 4 5 Instruksikan pasien
Menghargai orang untuk menggunakan
lain teknik relaksasi
1 2 3 4 5 sesuain dengan
Tingkat kebutuhan
kepercayaan diri Dukung keterlibatan
1 2 3 4 5 keluarga, dengan cara
yang tepat
3 Gangguan Citra Tubuh: Setelah dilakukan Peningkatan Citra
perubahan persepsi diri
tindakan keperawatan Diri:
16
selama 3x24 jam Aktivitas-aktivitas:
masalah dapat teratasi Tentukan perubahan
dengan kriteria hasil: fisik saat ini apakah
Citra Tubuh: berkontribusi pada
Gambaran internal citra diri pasien
diri Identifikasi dampak
1 2 3 4 5 dari buaya pasien,
Kepuasan dengan agama, ras, jenis
penampilan tubuh kelamin, dan usia
1 2 3 4 5 terkait dengan citra
Kepuasan dengan diri
fungsi tubuh Monitor frekuensi dari
1 2 3 4 5 pernyataan
Penyesuaian mengkritisi diri
terhadap perubahan Fasilitasi kontak
tampilan fisik dengan individu yang
1 2 3 4 5 mengalami perubahan
yang sama dalam hal
citra tubuh
Ajarkan untuk melihat
pentingnya respon
mereka terhadap
perubahan tubuh anak
dan penyesuaian di
masa depan, dengan
cara yang tepat
Bantu orangtua untuk
mengidentifikasi
perasaan sebelum
mengintervensi anak,
17
dengan cara yang
tepat
4. Hambatan Interaksi Setelah dilakukan Peningkatan
Sosial: gangguan tindakan keperawatan Sosialisasi:
konsep diri selama 3x24 jam Aktivitas-aktivitas:
masalah dapat teratasi Tingkatkan berbagi
dengan kriteria hasil: masalah umum
Keterlibatan Sosial: dengan orang lain
Berinteraksi dengan Anjurkan kejujuran
teman dekat dalam
1 2 3 4 5 mempresentasikan
Berinteraksi dengan diri sendiri kepada
tetangga orang lain
1 2 3 4 5 Berikan umpan balik
Berinteraksi dengan positif saat pasien
anggota keluarga [bersedia]
1 2 3 4 5 menjangkau orang
Berinteraksi dengan lain.
anggota kelompok Berikan model peran
kerja yag mengekspresikan
1 2 3 4 5 kemarahan dengan
tepat
Anjurkan kegiatan
social di masyarakat
Fasilitasi penggunaan
alat bantu deficit
sensorik seperti
kacamata dan alat
bantu dengar.
18
SP 1 Pasien : Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien, membantu pasien menlai kemampuan yang masih dapat
digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan
dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dlam rencana harian.
Orientasi :
Kerja :
“ T apa saja kemampuan yang T miliki ? Bagus, apa lagi ? Saya buat
daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan ? bagaimana
dengan merapihkan kamar ? menyapu ? mencuci piring …….dst.”
“Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang T miliki.”
“T, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit ? coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang
kedua……sampai 5 (missal ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus, sekali ada 3
yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.”
“Sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah
sakit ini.”
19
“O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur ? Kalau begitu, bagaimana
kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur T. Mari kita lihat tempat tidur
T. Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya ?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu
bantal dan selimutnya. Bagus ! sekarang kita angkat spreinya dan kasurnya kita
balik.”
“Nah sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas ya,
bagus ! Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir
masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakan di sebelah atas/kepala.
Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”
“Coba T lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (Maandir) kalau
T lakukan tanpa disuruh, tulis B (Bantuan) jika diingatkan bisa melakukan dan T
(Tidak) melakukan.”
Terminasi :
“Sekarang mari kita masukkan pada jadwal harian T. Mau berapa kali
sehari merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? lalu
sehabis istirahat, jam 16.00”
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua T masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat
20
tidur ? Ya bagus, cuci piring, kalau begitu kita akan latihan cuci piring besok jam
8 pagi didapur ruangan ini sehabis makan pagi. Sampai jumpa ya.”
Orientasi :
“Ya benar, kita akan latihan mencuci piring didapur ruangan ini”
Kerja :
“T, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya,
yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring,
dan air untuk membilas, T bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh
jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-sisa makanan.”
21
“Bagus sekali, T dapat mempraktekkan cuci piring dengan baik. Sekarang
dilap tanganya.”
Terminasi :
22
b. Tindakan keperawatan :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien
2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada
pada pasien
3) Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien
dan memuji pasien atas kemampuannya
SP 1 Keluarga :
Orientasi :
“Assalamu’alaikum !”
Kerja :
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, T itu memang terlihat tidak percaya diri
dan sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada T, sering menyalahkan
dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata
lain, anak Bapak/Ibu memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan
munculnya pikiran-pikiran yang selalu negative terhadap diri sendir. Bila keadaan
T ini terus menerus seperti iti, Tbisa mengalami masalah yang lebih berat lagi,
misalnya T jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri.”
23
“Sampai disini, bapak/ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri
rendah?”
“T itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci
piring. Serta telah dibuat jadwal untuk melakukannya. Untuk itu, bapak/ibu dapat
mengingatkan T untuk melakukan kegitan tersebut sesuai jadwal. Tolong
bantumenyiapkan alat-alatnya, ya pak/bu. Dan juga jangan lupa memberikan
pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada
jadwal kegiatannya.”
“Selain itu bila T sudah tidak lagi dirawat di Rumah Sakit, bapak/ivu tetap
perlu memantau perkembangan T. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan
tidak tertangani lagi, bapak/ibu dapat membantu T ke puskesmas.”
“Temui T dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan
pujian yang mengatakan. Bagus sekali T, kamu sudah semakin terampil mencuci
piring.”
Terminasi :
24
“Bagus sekali bapak/ibu sapat mejelaskan dengan baik. Nah, setiap kali
bapak/ibu kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara
memberi pujian langsung kepada T”
Orientasi :
“Assalamu’alaikum pak/bu”
“Bapak/Ibu masih ingat latihan merawat anak bapak/ibu seperti yang kita
pelajari dua hari yang lalu ?”
“Waktunya 20 menit”
Kerja :
“Hari ini saya datang bersama orang tua T. Seperti yang sudah saya
katakana sebelumnya, orang tua T juga ingin merawat T agar T cepat pulih.”
25
(saudara mengobservasi keluarga mempraktikkan cara merawat pasien
seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya)
Terminasi :
“Assalamu’alaikum”
Orientasi :
“Assalamu’alaikum pak/bu”
“Karena hari ini T sudah boleh pulang maka kita akan membicarakan
jadwal T selama di rumah.”
Kerja :
26
“Pak/Bu jadwal yang telah dibuat selama T dirawat di rumah sakit tolong
dilanjutkan di rumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya.”
Terminasi :
“Bagaimana pak/bu ? Ada yang belum jelas ? Ini jadwal harian T untuk
dibawa pulan. Ini surat rujukan untuk perawat K di PKM Indera Puri. Jangan lupa
kontrol ke PKM sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan
selesaikan administrasinya.”
27
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Harga diri rendah adalah suatu sikap emosional yang negative yang
menjadikan individu tersebut selalu memandang rendah dirinya. Hal ini
menjadi sangat buruk jika diteruskan karena berisiko untuk mencelakai
diri sendiri, isolasi social, hingga mengalami waham. Harga diri rendah
menjadikan seseorang tidak mudah berinteraksi disekitarnya karena
cenderung merasa dikucilkan, bahkan individu yang mengalami harga diri
rendah ini dapat menyalahkan dirinya dengan apa yang terjadi di
sekitarnya, jika ini berlanjut maka akan mengakibatkan dampak yang
buruk bagi psikososialnya.
4.2. SARAN
Dengan adanya harga diri rendah pada individu tersebut, alangkah
lebih baik jika seseorang dengan baik hati membantu seseorang tersebut
agar tidak mengalami harga diri rendah lagi, selain itu dapat membantu
seseorang itu berinteraksi kembali dengan orang-orang sekitar. Alangkah
lebih baik jika kita sebagai perawat maupun calon perawat membantu
individu tersebut agar lebih berinterksi dengan lingkungannya dan
mengurangi pemikiran negative klien menjadi pemikiran yang positif
dengan pendekatan bina hubungan saling percaya terlebih dahulu.
28
DAFTAR PUSTAKA
29