A. Pendahuluan
Al-Qur’an adalah firman Allah yang berfungsi sebagai mukjizat (bukti
kebenaran atas kenabian muhammad) yang diturunkan kepada nabi Muhammad
yang tertulis di dalam mushaf-mushaf, yang diriwayatkan dengan jalan mutawātir,
dan yang membacanya dipandang beribadah.
Al-Qur’an diturunkan Allah kepada manusia untuk dibaca dan diamalkan.
Ia telah terbukti menjadi pelita agung dalam memimpin manusia mengarungi
perjalanan hidupnya. Tanpa membaca manusia tidak akan mengerti akan isinya
dan tanpa mengamalkannya manusia tidak akan dapat merasakan kebaikan dan
keutamaan petunjuk Allah dalam Al-Qur’an.
Alquran adalah Kitab Suci Islam yang merupakan kumpulan firman Allah
(kalam Allah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Di antara tujuan
utama diturunkannya Alquran adalah untuk menjadi pedoman manusia dalam
menata kehidupan mereka agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.1
Agar tujuan itu dapat direalisasikan oleh manusia maka Alquran datang
dengan petunjuk-petunjuk, keterangan-keterangan, aturan-aturan, prinsip- prinsip
1
M. Rasyid Rida merinci tujuan-tujuan Alquran (Maqasid Al-Qur’an) kepada sepuluh
macam, yaitu: (1) untuk menerangkan hakikat agama yang meliputi:iman kepada Allah Swt., iman
kepada Hari Kebanglitan dan amal-amal saleh; (2) menjelaskan masalah Kenabian dan Kerasulan
serta tugas-tugas dan fungsi-fungsi mereka; (3) menjelaskan tentang Islam sebagai agama fitrah
yang sesuai dengan akal pikiran, sejalan dengan ilmu pengetahuan dan cocok dengan intuisi dan
kata hati, (4) membina dan memperbaiki umat manusia dalam satu kesatuan: kesatuan umat
(kemanusiaan), agama, undang-undang, persaudaraan segama, bangsa, hukum dan bahasa,; (5)
menjelaskan keistimewaan-keistimewaan Islam dalam hal pembebanan kewajiban-kewajiban
kepada manusia seperti: cakupannya yang luas meliputi jasmani dan rohani, spiritual dan material,
membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat; mudah dikerjakan; tidak memberatkan;
gampang dipahami dan sebagainya; (6) menjelaskan prinsip-prinsip dan dasar-dasar berpolitik dan
bernegara; (7) menata kehidupan material (harta); (8) member pedoman umum mengennai perang
dan cara-cara mempertahankan diri dari agresi dan interfensi musuh; (9) mengatur dan
memberikan kepada wanita hak-hak mereka dalam bidang; agama, social dan kemanusiaan pada
umumnya dan; (10) memberikan petunjuk-petunjuk dalam hal pembebasan dan pemerdekaan
budak. Lihat: Harifuddin Cawidu, Konsep Kufr Dalam Alquran; Suatu Kajian Teologis dengan
Pendekatan Tafsir Tematik, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), h. 4.
2
dan konsep- konsep, baik yang bersifat global maupun yang terinci, yang ekplisit
maupun yang implisit dalam berbagai persoalan kehidupan.
Alquran sendiri memperkenalkan diri dengan beberapa nama, seperti
Alquran:bacaan (QS Al-Baqarah(2): 185, QS Al-An‘am (6):19, QS Yunus (10):
15, QS Yusuf (12):3), Al-Kitab: kitab atau buku (QS Al-Baqarah (2):2, QS An-
Nahl (16):64), Al-Furqan: pembeda antara yang baik dan yang buruk (QS
AlBaqarah (2):185, QS Al-Furqan (25):1), Az-Zikr:peringatan (QS Al-Hijr (15):6
dan 9, QS An-Nahl (16):44), Hudan: petunjuk bagi manusia pada umumnya dan
orang yang bertaqwa pada khususnya (QS Al-Baqarah (2):2 dan 185, QS Yunus
(10):57), Ar-Rahmat: rahmat (QS Al-A‘raf (7):52, QS An-Nahl (16):89, QS Al-
Isra (17):82), As-Syifa: obat penawar khususnya bagi hati yang resah dan gelisah
(QS Yunus (10):57, QS Al-Isra (17):82) dan Al-Mau‘izah: nasehat atau wejangan
(QS Al-Maidah (5):46, QS Yunus (10):57). Nama-nama tersebut memberikan
indikasi bahwa Alquran adalah kitab suci yang berdimensi banyak dan
berwawasan luas.2
Al-Qur’an tidak hanya sebagai kitab suci, tetapi ia sekaligus merupakan
pedoman hidup, sumber ketenangan jiwa serta dengan membaca Al-Qur’an dan
mengetahui isinya dapat diharapkan akan mendapat rahmat dari allah swt.
Sebagaimana firman allah dalam surat al isra’ ayat 82 :
ِﻻ
ﲔ إﱠ
َ ﲔ ۙ و ََﻻ ﻳَﺰِﻳ ُﺪ اﻟ ﻈﱠﺎﻟِ ِﻤ
َ ِوَﻧـُﻨـَ ﺰِّ ُل ِﻣ َﻦ ا ﻟْ ﻘُ ﺮْآ ِن ﻣَﺎ ﻫُ َﻮ ِﺷ ﻔَﺎ ءٌ َورَﲪَْ ﺔٌ ﻟِﻠْ ﻤُ ْﺆ ِﻣ ﻨ
ﺴ ﺎ رًا
َ َﺧ
Artinya : “Dan Kami Turunkan dari Al-Quran (sesuatu) yang menjadi penawar
dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Quran
itu) hanya akan menambah kerugian. (QS. Al-Isra’ : 82).3
2
Said Agil Husin Al-Munawar, Alquran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta:
Ciputat Press, 2002), h. 208.
3
3
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakary a, 2008), h.
126
4
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Integratif di Sekolah, Keluarga,
dan Masyarakat ..., h. 1
5
Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), h. 2
6
Ibid., h. 4
5
B. Pembahasan
1. Pengertian Dasar Pendidikan Islam
Karena pendidikan merupakan bagian yang terpenting dari
kehidupan manusia, yang secara kodrati adalah insan pedagogik, maka
acuan yang menjadi dasar bagi pendidikan adalah nilai yang tertinggi dari
pandangan hidup masyarakat di mana pendidikan itu dilaksanakan. Untuk
itu, karena yang akan dibicarakan di sini adalah pendidikan Islam, maka
yang menjadi pandangan hidup yang mendasarinya adalah pandangan
yang Islami, yaitu terhadap nilai yang transenden, universal, dan internal
sebagai dasar.
Kata dasar dalam bahasa; (Arab; asas, Inggris; foundation;
Perancis, Latin; fundamentum) secara etimologi berarti; alas, fundamen,
pokok atau pangkal segala sesuatu pendapat, ajaran, aturan.7.
Secara terminologi dasar mengandung arti sebagai sumber adanya
sesuatu dan proposisi paling umum dan makna yang paling luas yang
dijadikan sumber ilmu pengetahuan, ajaran, atau hukum.8
Dasar merupakan landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar
ialah memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai sekaligus sebagai
landasan untuk berdirinya sesuatu.9 Dasar pendidikan Islam didasarkan
pada falsafah hidup umat Islam dan tidak didasarkan kepada falsafah
hidup suatu negara, sistem pendidikan Islam tersebut dapat dilaksanakan
dimana saja dan kapan saja tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.10
Agar pendidikan dapat melaksanakan fungsinya, pendidikan
memerlukan acuan pokok yang mendasarinya. Acuan yang menjadi dasar
7
Tim Penyusun Kamus Pusat Pendidikan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, edisi
kedua, 1991), h. 211
8
Hery Noer Aly. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), h. 19-30
9
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 187
10
Ibid.
6
bagi pendidikan adalah nilai yang tertinggi dari pandangan hidup suatu
masyarakat di mana pendidikan itu dilaksanakan. Dalam menetapkan
sumber pendidikan Islam, para pemikir Islam mempunyai beberapa
pendapat. Abdul Fattah Jalal, misalnya, membagi sumber pendidikan
Islam kepada dua macam, yaitu, pertama, sumber Ilahi, yang meliputi al-
Qur’an, al-Hadîts, dan alam semesta sebagai ayat kauniyah yang perlu
ditafsirkan kembali. Kedua, sumber insaniah, yaitu lewat proses ijtihad
manusia dari fenomena yang muncul dan dari kajian lebih lanjut terhadap
sumber Ilahi yang masih bersifat global.11
Pakar pendidikan Islam lainnya membagi dasar atau sumber nilai
yang dijadikan acuan dalam pendidikan Islam kepada tiga, yaitu al-Quran,
al-Hadîts, serta Ijtihad12 para ilmuan muslim yang berupaya memformulasi
bentuk sistem pendidikan Islam yang dituntut oleh perkembangan zaman,
sedangkan pemecahannya tidak terdapat di dalam kedua sumber utama di
atas. Disamping itu, Azzumardi Azra, dengan berbagai penambahan
menyebutkan beberapa sumber lain seperti : kata-kata Sahabat,
kemaslahatan masyarakat dan nilai-nilai adat istiadat dan kebiasaan-
kebiasaan social.13 Sementara yang lain menyebutkan pula pemikiran
Islam, sejarah Islam dan realitas kehidupan.14 dari beberapa pendapat
tersebut, berikut ini dapat dipaparkan beberapa hal yang menjadi dasar
pokok bagi pendidikan Islam.
Sumber Pendidikan Islam ada dua: pertama, sumber Ilahi yang
meliputi al-Qur’an, Hadits, dan alam semesta sebagai ayat kauniyah yang
11
Abdul Fatah Jalal, Azas-azas Pendidikan Islam, Terj. Herry Noer Ali, (Bandung, CV.
Dipenegoro, 1988), h. 143-155
12
Samsul Nizar, Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media
Pertama, 2001), h. 95
13
Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos
Wacana Ilmu, 1999), h. 9-10
14
Rahman Abdullah, Aktualisasi Konsep dasar Pendidikan Islam: Rekonstruksi
Pemikiran dalam Tinjauan Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta : UII Press, 2001), h. 68
7
…..
…..
ْﺴ ُﺪ ﻓِﻴﻬَﺎِ َﲡ َﻌﻞُ ﻓِﻴﻬَﺎ َﻣ ْﻦ ﻳـُﻔ َْ ْض َﺧﻠِﻴ َﻔﺔً ۖ ﻗَﺎﻟُﻮا أِ ِﱐ ﺟَﺎ ِﻋﻞٌ ِﰲ ْاﻷَر َِّﻼﺋِ َﻜ ِﺔ إ َ ﱡﻚ ﻟِْﻠﻤ
َ َﺎل َرﺑ
َ َوإِ ْذ ﻗ
( َو َﻋﻠﱠ َﻢ٣٠) ِﱐ أَ ْﻋﻠَ ُﻢ ﻣَﺎ َﻻ ﺗَـ ْﻌﻠَﻤُﻮ َن َِّﺎل إَ َﻚ ۖ ﻗَ سﻟ ُ ِك َوﻧـُ َﻘ ِّﺪ
َ َﳓ ُﻦ ﻧُ َﺴﺒِّ ُﺢ ﲝَِ ْﻤﺪ
َِْﻚ اﻟ ِّﺪﻣَﺎءَ و
ُ َوﻳَ ْﺴﻔ
ﲔَ ُِﻮﱐ َِﲰَْﺎ ِء َٰﻫﺆَُﻻ ِء إِ ْن ُﻛْﻨـﺘُ ْﻢ ﺻَﺎ ِدﻗِ َﺎل أَﻧْﺒِﺌ
َ َﻼﺋِ َﻜ ِﺔ ﻓَـﻘ
َ ﺿ ُﻬ ْﻢ َﻋﻠَﻰ اﻟْﻤ َ آ َد َم ْاﻷَﲰَْﺎءَ ُﻛﻠﱠﻬَﺎ ﰒُﱠ َﻋَﺮ
(٣١)
16
Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fazhil al-Qur’an al-
Karim, (Beirut: Dar al-Ma’rifat, 1423H/2002)
10
17
Abdurrahman an-Nahlawiy, Ushul at-Tarbiyyat al-Islamiyah wa Asalibiha fi al-Bayt
wa al- Madrasah al-Mujtama’, (Beirut: Dar al-Fikr, 1999), h. 40-42
11
18
Syaikh Saltut, Ila al-Qur’an al-Karim, (Cairo: Dar asy-Syuruq , 1403H/1983), h. 5-12
19
Setidaknya ada tiga pengertian lafaz “ayat” yang digunakan para pakar tafsir. Pertama,
ayat dalam makna tanda dan symbol , hal ini didasari pada QS. al-Baqarah: 248. Kedua, ayat
dalam artian alam semesta serta diri dan jiwa manusia, semua hal ini sebagai tanda
Rububiyyatullah dan wajib tauhidullah, pendpat ini didasari firman Allah SWT pada QS. Fushilat:
53. Ketiga, ayat dalam artian potongan teks dari al-Qur’an, di antaranya tampak pada ayat QS. al-
Baqarah ayat 151 dan 152. Lihat Abdurrahman an-Nahlawiy, Ushul at-Tarbiyyat al-Islamiyah wa
Asalibiha fi al-Bayt wa al- Madrasah al-Mujtama’, (Beirut: Dar al-Fikr, 1999), h. 32-33
20
Menurut Syaikh Abdurrahman Nashir as-Sa’di, ayat ayat yang ditujukan untuk kaum
muslimin memiliki makna agar mereka menyempurnakan imannya dan menggunakan akal dengan
sebaik-baiknya dalam merenungi tujuan pemciptaan manusia dan alam semesta beserta isinya
untuk melahirkan ilmu pengetahuan yang mulia. Lihat Syaikh Abdurrhman Nashir as-Sa’di, al-
Qawa’id al-Hisan li Tafsir al-Qur’an, (70 Kaidah Penafsiran al-Qur’an terj. Marduni Sasaky dan
Mustahab Abdullah), (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), h. 86
12
وﻣﺎ أﻧﺰﻟﻨﺎ ﻋﻠﻴﻚ اﻟﻜﺘﺎب إﻻ ﻟﺘﺒﲔ ﳍﻢ اﻟﺬى اﺧﺘﻠﻔﻮا ﻓﻴﻮ وﯨﺪا ورﲪﺔ ﻟﻘﻮم ﻳﺆﻣﻨﻮن
Artinya : “Dan Kami tidak menurunkan kepadamu al-Kitab
(alQur‟an) melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa
yang mereka perseliisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi
kaum beriman” (Qs. Al-Nahl: 64)
Al-Qur’an menduduki tempat paling depan dalam pengambilan
sumber-sumber pendidikan lainnya. Segala kegiatan dan proses
21
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 1994), h. 13-14.
22
Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Manâr, (Mesir : Dâr al-Manâr, 1373), Juz I., h.
143-151
13
23
Said Ismail Ali, dalam Hasan langgulung (ed), Op. Cit., hal 192-206
14
24
Maurice Bucaille, Bibel Al-Qur’an dan Sains, Terj. H.M.Rasyidi, (Jakarta : Bulan
Bintang, 1979), h. 375
25
Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan AlQur’an, terj. H.
M. Arifim dan Zainuddin, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1994), h. 20
15
26
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Op. Cit., h. 48
16
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan untuk
kesempurnaan makalah ini kedepannya.