Anda di halaman 1dari 16

1

AL-QUR’AN SEBAGAI DASAR PENDIDIKAN ISLAM

A. Pendahuluan
Al-Qur’an adalah firman Allah yang berfungsi sebagai mukjizat (bukti
kebenaran atas kenabian muhammad) yang diturunkan kepada nabi Muhammad
yang tertulis di dalam mushaf-mushaf, yang diriwayatkan dengan jalan mutawātir,
dan yang membacanya dipandang beribadah.
Al-Qur’an diturunkan Allah kepada manusia untuk dibaca dan diamalkan.
Ia telah terbukti menjadi pelita agung dalam memimpin manusia mengarungi
perjalanan hidupnya. Tanpa membaca manusia tidak akan mengerti akan isinya
dan tanpa mengamalkannya manusia tidak akan dapat merasakan kebaikan dan
keutamaan petunjuk Allah dalam Al-Qur’an.
Alquran adalah Kitab Suci Islam yang merupakan kumpulan firman Allah
(kalam Allah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Di antara tujuan
utama diturunkannya Alquran adalah untuk menjadi pedoman manusia dalam
menata kehidupan mereka agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.1
Agar tujuan itu dapat direalisasikan oleh manusia maka Alquran datang
dengan petunjuk-petunjuk, keterangan-keterangan, aturan-aturan, prinsip- prinsip

1
M. Rasyid Rida merinci tujuan-tujuan Alquran (Maqasid Al-Qur’an) kepada sepuluh
macam, yaitu: (1) untuk menerangkan hakikat agama yang meliputi:iman kepada Allah Swt., iman
kepada Hari Kebanglitan dan amal-amal saleh; (2) menjelaskan masalah Kenabian dan Kerasulan
serta tugas-tugas dan fungsi-fungsi mereka; (3) menjelaskan tentang Islam sebagai agama fitrah
yang sesuai dengan akal pikiran, sejalan dengan ilmu pengetahuan dan cocok dengan intuisi dan
kata hati, (4) membina dan memperbaiki umat manusia dalam satu kesatuan: kesatuan umat
(kemanusiaan), agama, undang-undang, persaudaraan segama, bangsa, hukum dan bahasa,; (5)
menjelaskan keistimewaan-keistimewaan Islam dalam hal pembebanan kewajiban-kewajiban
kepada manusia seperti: cakupannya yang luas meliputi jasmani dan rohani, spiritual dan material,
membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat; mudah dikerjakan; tidak memberatkan;
gampang dipahami dan sebagainya; (6) menjelaskan prinsip-prinsip dan dasar-dasar berpolitik dan
bernegara; (7) menata kehidupan material (harta); (8) member pedoman umum mengennai perang
dan cara-cara mempertahankan diri dari agresi dan interfensi musuh; (9) mengatur dan
memberikan kepada wanita hak-hak mereka dalam bidang; agama, social dan kemanusiaan pada
umumnya dan; (10) memberikan petunjuk-petunjuk dalam hal pembebasan dan pemerdekaan
budak. Lihat: Harifuddin Cawidu, Konsep Kufr Dalam Alquran; Suatu Kajian Teologis dengan
Pendekatan Tafsir Tematik, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), h. 4.
2

dan konsep- konsep, baik yang bersifat global maupun yang terinci, yang ekplisit
maupun yang implisit dalam berbagai persoalan kehidupan.
Alquran sendiri memperkenalkan diri dengan beberapa nama, seperti
Alquran:bacaan (QS Al-Baqarah(2): 185, QS Al-An‘am (6):19, QS Yunus (10):
15, QS Yusuf (12):3), Al-Kitab: kitab atau buku (QS Al-Baqarah (2):2, QS An-
Nahl (16):64), Al-Furqan: pembeda antara yang baik dan yang buruk (QS
AlBaqarah (2):185, QS Al-Furqan (25):1), Az-Zikr:peringatan (QS Al-Hijr (15):6
dan 9, QS An-Nahl (16):44), Hudan: petunjuk bagi manusia pada umumnya dan
orang yang bertaqwa pada khususnya (QS Al-Baqarah (2):2 dan 185, QS Yunus
(10):57), Ar-Rahmat: rahmat (QS Al-A‘raf (7):52, QS An-Nahl (16):89, QS Al-
Isra (17):82), As-Syifa: obat penawar khususnya bagi hati yang resah dan gelisah
(QS Yunus (10):57, QS Al-Isra (17):82) dan Al-Mau‘izah: nasehat atau wejangan
(QS Al-Maidah (5):46, QS Yunus (10):57). Nama-nama tersebut memberikan
indikasi bahwa Alquran adalah kitab suci yang berdimensi banyak dan
berwawasan luas.2
Al-Qur’an tidak hanya sebagai kitab suci, tetapi ia sekaligus merupakan
pedoman hidup, sumber ketenangan jiwa serta dengan membaca Al-Qur’an dan
mengetahui isinya dapat diharapkan akan mendapat rahmat dari allah swt.
Sebagaimana firman allah dalam surat al isra’ ayat 82 :

‫ِﻻ‬
‫ﲔ إﱠ‬
َ ‫ﲔ ۙ و ََﻻ ﻳَﺰِﻳ ُﺪ اﻟ ﻈﱠﺎﻟِ ِﻤ‬
َ ِ‫وَﻧـُﻨـَ ﺰِّ ُل ِﻣ َﻦ ا ﻟْ ﻘُ ﺮْآ ِن ﻣَﺎ ﻫُ َﻮ ِﺷ ﻔَﺎ ءٌ َورَﲪَْ ﺔٌ ﻟِﻠْ ﻤُ ْﺆ ِﻣ ﻨ‬
‫ﺴ ﺎ رًا‬
َ ‫َﺧ‬
Artinya : “Dan Kami Turunkan dari Al-Quran (sesuatu) yang menjadi penawar
dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Quran
itu) hanya akan menambah kerugian. (QS. Al-Isra’ : 82).3

Al-Qur’an merupakan kitab Allah SWT yang memiliki perbendaharaan


yang luas dan besar bagi pengembangan kebudayaan umat manusia. Al-Qur’an

2
Said Agil Husin Al-Munawar, Alquran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta:
Ciputat Press, 2002), h. 208.
3

merupakan sumber pendidikan yang terlengkap, Baik itu pendidikan


kemasyarakatan (sosial), moral (akhlak), maupun spiritual (kerohanian), serta
material (Kejasmanian) dan alam semesta.
Al-Qur’an merupakan sumber nilai yang absolut dan utuh. Eksistensinya
yang tidak pernah mengalami perubahan. Kemungkinan terjadi perubahan hanya
sebatas interpretasi manusia terhadap teks ayat yang menghendaki kedinamisan
pemaknaannya, sesuai dengan konteks zaman, situasi, kondisi, dan kemampuan
manusia dalam melakukan interpretasi. Ia merupakan pedoman normatif teoritis
bagi pelaksanaan pendidikan Islam yang memerlukan penafsiran lebih lanjut bagi
operasional pendidikan Islam yang mencakup seluruh dimensi manusia dan
mampu menyentuh seluruh potensi manusia, baik itu motivasi untuk
mempergunakan pancaindra dalam menafsirkan alam semesta bagi kepentingan
pendidikan manusia (pendidikan Islam), motivasi agar manusia mempergunakan
akalnya, maupun motivasi agar manusia mempergunakan hatinya untuk
mentransfer nilai-nilai pendidikan Ilahiah, dan lain sebagainya. Semua proses ini
merupakan sistem umum pendidikan yang ditawarkan Allah SWT.
Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi pengetahuan
menuju ke arah perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan semua potensi
manusia. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan bisa dilakukan di mana
saja dan kapan saja manusia mau dan mampu melakukan proses pendidikan.
Pendidikan dalam Islam merupakan realisasi dari kewajiban menuntut
ilmu yang diperintahkan Allah SWT dan dicontohkan oleh Rasulullah. Menuntut
ilmu dalam Islam diperbolehkan baik secara individual maupun kelompok.
Menuntut ilmu diwajibkan bagi setiap muslim. Karena menuntut ilmu
4

diperintahkan oleh Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW maka


mengamalkannya merupakan ibadah dan diberi pahala oleh Allah SWT.3
Dalam Islam, tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan adalah
membentuk insān kāmil, yakni manusia paripurna yang memiliki kecerdasan
intelektual dan spiritual sekaligus. Tujuan seperti ini tidak mungkin bisa terwujud
tanpa adanya sistem dan proses pendidikan yang baik. Oleh karena itu, para pakar
pendidikan Islam kemudian mencoba merumuskan dan merancang bangunan
pemikiran kependidikan Islam yang diharapkan mampu menciptakan manusia-
manusia paripurna, yang akan mengemban tugas mensejahterakan dan
memakmurkan kehidupan.4
Manusia termasuk makhluk peadagogik yaitu makhluk Allah SWT yang
dilahirkan membawa potensi dapat dididik dan dapat mendidik. Meskipun
demikian, kalau potensi itu tidak dikembangkan niscaya ia akan kurang bermakna
dalam kehidupan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan dan pengembangan itu
senantiasa dilakukan dalam usaha pendidikan. Dengan pendidikan dan pengajaran
potensi itu dapat dikembangkan manusia.5 Dalam ajaran Islam bertakwa itu wajib,
tetapi tidak mungkin bertakwa itu tercapai kecuali dengan pendidikan, maka
pendidikan itu juga wajib. Karena manusia adalah makhluk peadagogik, maka
kewajiban menyelenggarakan pendidikan adalah kewajiban syar‟i, yang berarti
perintah bertakwa adalah sekaligus perintah menyelenggarakan pendidikan yang
menuju pada pembinaan manusia bertakwa.6
Pendidikan dan pengajaran adalah misi agama Islam. Di dalam pendidikan
Islam terdapat beberapa sumber pendidikan, para ahli sependapat bahwa Al-
Qur’an dan Sunnah adalah sumber pendidikan Islam. Namun, al-Qur’an
merupakan landasan paling dasar yang dijadikan acuan dasar hukum tentang
Pendidikan Agama Islam.

3
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakary a, 2008), h.
126
4
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Integratif di Sekolah, Keluarga,
dan Masyarakat ..., h. 1
5
Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), h. 2
6
Ibid., h. 4
5

B. Pembahasan
1. Pengertian Dasar Pendidikan Islam
Karena pendidikan merupakan bagian yang terpenting dari
kehidupan manusia, yang secara kodrati adalah insan pedagogik, maka
acuan yang menjadi dasar bagi pendidikan adalah nilai yang tertinggi dari
pandangan hidup masyarakat di mana pendidikan itu dilaksanakan. Untuk
itu, karena yang akan dibicarakan di sini adalah pendidikan Islam, maka
yang menjadi pandangan hidup yang mendasarinya adalah pandangan
yang Islami, yaitu terhadap nilai yang transenden, universal, dan internal
sebagai dasar.
Kata dasar dalam bahasa; (Arab; asas, Inggris; foundation;
Perancis, Latin; fundamentum) secara etimologi berarti; alas, fundamen,
pokok atau pangkal segala sesuatu pendapat, ajaran, aturan.7.
Secara terminologi dasar mengandung arti sebagai sumber adanya
sesuatu dan proposisi paling umum dan makna yang paling luas yang
dijadikan sumber ilmu pengetahuan, ajaran, atau hukum.8
Dasar merupakan landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar
ialah memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai sekaligus sebagai
landasan untuk berdirinya sesuatu.9 Dasar pendidikan Islam didasarkan
pada falsafah hidup umat Islam dan tidak didasarkan kepada falsafah
hidup suatu negara, sistem pendidikan Islam tersebut dapat dilaksanakan
dimana saja dan kapan saja tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.10
Agar pendidikan dapat melaksanakan fungsinya, pendidikan
memerlukan acuan pokok yang mendasarinya. Acuan yang menjadi dasar

7
Tim Penyusun Kamus Pusat Pendidikan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, edisi
kedua, 1991), h. 211
8
Hery Noer Aly. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), h. 19-30
9
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 187
10
Ibid.
6

bagi pendidikan adalah nilai yang tertinggi dari pandangan hidup suatu
masyarakat di mana pendidikan itu dilaksanakan. Dalam menetapkan
sumber pendidikan Islam, para pemikir Islam mempunyai beberapa
pendapat. Abdul Fattah Jalal, misalnya, membagi sumber pendidikan
Islam kepada dua macam, yaitu, pertama, sumber Ilahi, yang meliputi al-
Qur’an, al-Hadîts, dan alam semesta sebagai ayat kauniyah yang perlu
ditafsirkan kembali. Kedua, sumber insaniah, yaitu lewat proses ijtihad
manusia dari fenomena yang muncul dan dari kajian lebih lanjut terhadap
sumber Ilahi yang masih bersifat global.11
Pakar pendidikan Islam lainnya membagi dasar atau sumber nilai
yang dijadikan acuan dalam pendidikan Islam kepada tiga, yaitu al-Quran,
al-Hadîts, serta Ijtihad12 para ilmuan muslim yang berupaya memformulasi
bentuk sistem pendidikan Islam yang dituntut oleh perkembangan zaman,
sedangkan pemecahannya tidak terdapat di dalam kedua sumber utama di
atas. Disamping itu, Azzumardi Azra, dengan berbagai penambahan
menyebutkan beberapa sumber lain seperti : kata-kata Sahabat,
kemaslahatan masyarakat dan nilai-nilai adat istiadat dan kebiasaan-
kebiasaan social.13 Sementara yang lain menyebutkan pula pemikiran
Islam, sejarah Islam dan realitas kehidupan.14 dari beberapa pendapat
tersebut, berikut ini dapat dipaparkan beberapa hal yang menjadi dasar
pokok bagi pendidikan Islam.
Sumber Pendidikan Islam ada dua: pertama, sumber Ilahi yang
meliputi al-Qur’an, Hadits, dan alam semesta sebagai ayat kauniyah yang

11
Abdul Fatah Jalal, Azas-azas Pendidikan Islam, Terj. Herry Noer Ali, (Bandung, CV.
Dipenegoro, 1988), h. 143-155
12
Samsul Nizar, Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media
Pertama, 2001), h. 95
13
Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos
Wacana Ilmu, 1999), h. 9-10
14
Rahman Abdullah, Aktualisasi Konsep dasar Pendidikan Islam: Rekonstruksi
Pemikiran dalam Tinjauan Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta : UII Press, 2001), h. 68
7

perlu ditafsirkan kembali. Kedua, sumber msaniah yaitu lewat proses


ijtihad manusia dari fenomena yang muncul dan dari kajian terhadap
sumber Ilahi yang masih bersifat global. Pandangan ini kemudian
dilengkapi oleh Azyumardi bahwa di samping al-Qur’an, hadis dan ijtihad
Landasan pendidikan yang dikemukakan oleh Azyumardi Azra yakni al-
kata-kata sahabat, kemaslahatan masyarakat dan nilai-nilai atau tradisi,
yang oleh Yusuf Amir Faisal juga memasukkan hasil pemikiran manusia
tentang hukum, .."misalnya Pancasila dan UUD 1945.

2. Al-Qur’an Sebagai Dasar Pendidikan Islam


Secara etimologi Al Qur’an berasal dari kata qara’a-yaqra’u-
qira’atan atau qur’anan, yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) atau
menghimpun (al-dhammu) huruf-huruf serta kata-kata dari satu bagian ke
bagian lain secara teratur. Muhammad Salim Muhsin mendefinisikan Al
Qur’an dengan: “Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang tertulis dalam mushaf-mushaf dan dinukil/diriwayatkan kepada
kita dengan jalan mutawatir dan membacanya dipandang ibadah serta
sebagai penentang (bagi yang tidak percaya) walaupun surat terpendek”.
Sedangkan Muhammad Abduh mendefinisikan Al Qur’an: “Kalam
mulia yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW,
ajarannya mencakup keseluruhan ilmu pengetahuan. Ia merupakan sumber
yang mulia yang esensinya tidak dimengerti kecuali bagi orang yang
berjiwa suci dan berakal cerdas”.

Al Qur’an dijadikan sebagai sumber pendidikan Islam yang pertama


dan utama karena ia memiliki nilai absolut yang diturunkan dari Tuhan.
Allah SWT menciptakan manusia dan Dia pula yang mendidik manusia,
yang mana pendidikan itu telah termaktub dalam wahyu-Nya. Tidak satu
8

pun persoalan, termasuk persoalan pendidikan yang luput dari jangkauan


Al Qur’an. Sebagaimana firman Allah QS. Al An’am ayat 38:

           …..

“Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al Kitab, kemudian kepada


Tuhanlah mereka dihimpun ”
Dan QS. An Nahl ayat 89:

         …..

 

“Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan


segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-
orang yang berserah diri ”.
Dua ayat tersebut memberikan isyarat bahwa pendidikan Islam cukup
digali dari sumber autentik Islam, yaitu Al Qur’an.

Sebagai dasar utama pendidikan Islam, Al-Qur’an telah melakukan


proses penting dalam pendidikan manusia sejak diturunkannya wahyu
pertama kepada nabi Muhammad SAW. Ayat-ayat tersebut mengajak
seluruh manusia untuk meraih ilmu pengetahuan melalui pendidikan
membaca.15 Seperti diisyaratkan dalam firman Allah QS. al-‘Alaq ayat 1-5
berikut:

‫( اﻟﱠﺬِي‬٣) ‫ﱡﻚ ْاﻷَ ْﻛَﺮُم‬


َ ‫( اﻗْـَﺮأْ َوَرﺑ‬٢) ‫اﻹﻧْﺴَﺎ َن ِﻣ ْﻦ َﻋﻠ ٍَﻖ‬
ِْ ‫( َﺧﻠَ َﻖ‬١) ‫ِﻚ اﻟﱠﺬِي َﺧﻠَ َﻖ‬ َ ّ‫اﻗْـَﺮأْ ِ ْﺳ ِﻢ َرﺑ‬
(٥) ‫اﻹﻧْﺴَﺎ َن ﻣَﺎ َﱂْ ﻳـَ ْﻌﻠَ ْﻢ‬
ِْ ‫( َﻋﻠﱠ َﻢ‬٤) ‫َﻋﻠﱠ َﻢ ِ ﻟْ َﻘﻠَ ِﻢ‬

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,


Dia telah menciptakan manusia dari 'Alaq, Bacalah, dan Tuhanmulah
15
Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan ((Tafsir al-Ayat al-Tarbawiy), (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2008), h. 44
9

yang paling Pemurah, yang mengajar manusia dengan pena, Dia


mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya. (al-‘Alaq 1-
5)

Jika kita kaji lebih dalam, sesungguhnya pendidikan dalam Islam


telah dimulai sejak diutusnya Nabi Adam Alihissalam ke dunia,
sebagamana friman-Nya:

‫ْﺴ ُﺪ ﻓِﻴﻬَﺎ‬ِ ‫َﲡ َﻌﻞُ ﻓِﻴﻬَﺎ َﻣ ْﻦ ﻳـُﻔ‬ َْ ‫ْض َﺧﻠِﻴ َﻔﺔً ۖ ﻗَﺎﻟُﻮا أ‬ِ ‫ِﱐ ﺟَﺎ ِﻋﻞٌ ِﰲ ْاﻷَر‬ ِّ‫َﻼﺋِ َﻜ ِﺔ إ‬ َ ‫ﱡﻚ ﻟِْﻠﻤ‬
َ ‫َﺎل َرﺑ‬
َ ‫َوإِ ْذ ﻗ‬
‫( َو َﻋﻠﱠ َﻢ‬٣٠) ‫ِﱐ أَ ْﻋﻠَ ُﻢ ﻣَﺎ َﻻ ﺗَـ ْﻌﻠَﻤُﻮ َن‬ ِّ‫َﺎل إ‬َ ‫َﻚ ۖ ﻗ‬َ ‫سﻟ‬ ُ ‫ِك َوﻧـُ َﻘ ِّﺪ‬
َ ‫َﳓ ُﻦ ﻧُ َﺴﺒِّ ُﺢ ﲝَِ ْﻤﺪ‬
َْ‫ِﻚ اﻟ ِّﺪﻣَﺎءَ و‬
ُ ‫َوﻳَ ْﺴﻔ‬
‫ﲔ‬َ ِ‫ُﻮﱐ َِﲰَْﺎ ِء َٰﻫﺆَُﻻ ِء إِ ْن ُﻛْﻨـﺘُ ْﻢ ﺻَﺎ ِدﻗ‬ِ ‫َﺎل أَﻧْﺒِﺌ‬
َ ‫َﻼﺋِ َﻜ ِﺔ ﻓَـﻘ‬
َ ‫ﺿ ُﻬ ْﻢ َﻋﻠَﻰ اﻟْﻤ‬ َ ‫آ َد َم ْاﻷَﲰَْﺎءَ ُﻛﻠﱠﻬَﺎ ﰒُﱠ َﻋَﺮ‬
(٣١)

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:


"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui", Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-
nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada
para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-
benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
Ada dua alasan pokok yang bisa disebutkan bahwa al-Qur’an
berperan besar melakukan proses pendidikan kepada umat manusia,16
sehingga kelayakannya menjadi dasar dan sumber pertama pendidikan
Islam tidak bisa di-nomordua-kan.

Pertama, al-Qur’an banyak menggunakan term-term yang


mewakili dunia pendidikan, misalnya term “ilmu” yang diungkap
sebanyak 94 kali (belum termasuk turunan katanya), term “hikmah” yang
menggambarkan keilmuan diungkap sebanyak 20 kali, term “ya’qilun”

16
Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fazhil al-Qur’an al-
Karim, (Beirut: Dar al-Ma’rifat, 1423H/2002)
10

yang menggambarkan proses berpikir diungkap sebanyak 24 kali, term


“yasma’un” yang diungkap sebanyak 19 kali, term “ta’lamun” yang
diungkap sebanyak 56 kali, dan term “yazzakkaru” yang diungkap
sebanyak 6 kali, serta term-term lainnya.

Kedua, al-Qur’an mendorong umat manusia untuk berfikir dan


melakukan analisis pada fenomena yang ada di sekitar kehidupan mereka.
Menurut an-Nahlawy, al-Qur’an memiliki empat cara melakukan hal
tersebut,17 yaitu:

1. Al-Qur’an mengungkap raelita-realita yang dihadapi langsung oleh


manusia, seperti laut, gunung, bulan, dan lain sebagainya. Kemudian
al-Qur’an mendorong akal manusia untuk merenungkan proses
tersebut. Pada konteks ini, al-Qur’an selalu memberikan motivasi
bahwa semua ini adalah tanda-tanda bagi orang yang berakal.
2. Al-Qur’an memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
manusia terkait tentang alam semesta.
3. Al-Qur’an mendorong fitrah manusia untuk menyadari bahwa realitas
alam ini butuh satu kekuatan yang mengatur, penjaga keseimbangan,
da nada keterkaitan yang erat antara sang Pencipta dan ciptaan-Nya.
Semua ini akan berujung pada kesimpulan tentang hubungan antara
manusia dengan sang Khalil tersebut, Allah SWT.
4. Al-Qur’an mendorong manusia untuk tunduk dan khusyu’ kepada sang
khalik, diikuti kesiapan untuk merealisasikan kesadaran tersebut.

17
Abdurrahman an-Nahlawiy, Ushul at-Tarbiyyat al-Islamiyah wa Asalibiha fi al-Bayt
wa al- Madrasah al-Mujtama’, (Beirut: Dar al-Fikr, 1999), h. 40-42
11

Sejalan dengan pandangan di atas dengan redaksi yang sedkit


berbeda, Menurut Syaikh Saltut, al-Qur’an menggunakan empat cara
dalam menjelaskan pendidikan yang ada dalam ayat-ayatnya,18 yaitu:
1. Melalui pendidikan manusia, mendorong mereka untuk mengamati
dalam arti tadabbur alam raya ciptaan Allah SWT. Hal ini merupakan
bentuk pemuliaan Allah kepada akal manusia, sehingga manusia
mampu mencerahkan keagungan ciptaan-Nya seperti; udara, air, dan
lain sebagainya.
2. Melalui pendekatan cerita-cerita umat masa silam, baik kisah yang
Berjaya karena kesalehannya maupun yang mendapatkan azab karena
kezalimannya. Penyebutan kisah tersebut lebih kepada ittiba’, bukan
dalam tataran kajian historisnya ataupun sekedar parade ketokohannya.
3. Melalui penyadaran perasaan sehingga mampu mencerna sunnatullah
dalam kehidupan.
4. Melalui berita-berita kabar gembira atau ancaman.
Dari penjelasan di atas sangat tepat jika dikatakan bahwa seluruh
ayat-ayat19 dalam al-Qur’an memiliki nilai-nilai pendidikan yang dapat
dikaji dan dikembangkan, apapun bentuk ayatnya. Pokok bahasan ayat
mencakup berbagai bentuk model pengajaran.20 Misalnya, adanya ayat
yang diulang-ulang berkali-kali di beberapa surat. Pengulangan ini

18
Syaikh Saltut, Ila al-Qur’an al-Karim, (Cairo: Dar asy-Syuruq , 1403H/1983), h. 5-12
19
Setidaknya ada tiga pengertian lafaz “ayat” yang digunakan para pakar tafsir. Pertama,
ayat dalam makna tanda dan symbol , hal ini didasari pada QS. al-Baqarah: 248. Kedua, ayat
dalam artian alam semesta serta diri dan jiwa manusia, semua hal ini sebagai tanda
Rububiyyatullah dan wajib tauhidullah, pendpat ini didasari firman Allah SWT pada QS. Fushilat:
53. Ketiga, ayat dalam artian potongan teks dari al-Qur’an, di antaranya tampak pada ayat QS. al-
Baqarah ayat 151 dan 152. Lihat Abdurrahman an-Nahlawiy, Ushul at-Tarbiyyat al-Islamiyah wa
Asalibiha fi al-Bayt wa al- Madrasah al-Mujtama’, (Beirut: Dar al-Fikr, 1999), h. 32-33
20
Menurut Syaikh Abdurrahman Nashir as-Sa’di, ayat ayat yang ditujukan untuk kaum
muslimin memiliki makna agar mereka menyempurnakan imannya dan menggunakan akal dengan
sebaik-baiknya dalam merenungi tujuan pemciptaan manusia dan alam semesta beserta isinya
untuk melahirkan ilmu pengetahuan yang mulia. Lihat Syaikh Abdurrhman Nashir as-Sa’di, al-
Qawa’id al-Hisan li Tafsir al-Qur’an, (70 Kaidah Penafsiran al-Qur’an terj. Marduni Sasaky dan
Mustahab Abdullah), (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), h. 86
12

memiliki tujuan untuk mengingatkan dan menekankan pentingnya nilai-


nilai yang dimaksud. Contoh lainnya adalah banyaknya kisah-kisah nabi
terdahulu, adanya dialog-dialog dalam sebuah ayat, dan lain sebagainya.
Interaksi ini memperlihatkan bahwa al-Qur’an tidak hanya dapat menjadi
sumber ilmu pengetahuan, namun di sisi lain merupakan bentuk proses
pendidikan yang dilakukan al-Qur’an untuk umat manusia. Al-Qur’an,
meskipun bukan digolongkan buku ilmu pengetahuan, namun seluruh
ayatnya memuat prinsip prinsip pendidikan sebagai pegangan manusia
untuk dipelajari.
Sebagai kalâm Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad
SAW., al-Qur’an menjadi sumber pendidikan Islam pertama dan utama.
Al-Qur’an merupakan petunjuk yang lengkap, pedoman bagi manusia
yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia dan bersifat universal.21
Keuniversalan ajarannya mencakup ilmu pengetahuan yang tinggi dan
sekaligus merupakan kalam mulia yang esensinya tidak dapat dimengerti,
kecuali bagi orang yang berjiwa suci dan berakal cerdas.22

al-Qur’an diturunkan Allah untuk menunjuki manusia ke arah yang


lebih baik. Firman Allah Swt:

‫وﻣﺎ أﻧﺰﻟﻨﺎ ﻋﻠﻴﻚ اﻟﻜﺘﺎب إﻻ ﻟﺘﺒﲔ ﳍﻢ اﻟﺬى اﺧﺘﻠﻔﻮا ﻓﻴﻮ وﯨﺪا ورﲪﺔ ﻟﻘﻮم ﻳﺆﻣﻨﻮن‬
Artinya : “Dan Kami tidak menurunkan kepadamu al-Kitab
(alQur‟an) melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa
yang mereka perseliisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi
kaum beriman” (Qs. Al-Nahl: 64)
Al-Qur’an menduduki tempat paling depan dalam pengambilan
sumber-sumber pendidikan lainnya. Segala kegiatan dan proses

21
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 1994), h. 13-14.
22
Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Manâr, (Mesir : Dâr al-Manâr, 1373), Juz I., h.
143-151
13

pendidikan Islam haruslah senantiasa berorientasi kepada prinsip dan nilai-


nilai al-Qur’an. Di dalam al-Qur’an terdapat beberapa hal yang sangat
positif guna pengembangan pendidikan. Hal-hal itu, antara lain;
“penghormatan kepada akal manusia, bimbingan ilmiah, tidak menentang
fitrah manusia, serta memelihara kebutuhan social.23

Al-Qur’an memiliki perbendaharaan luas dan besar bagi


pengembangan kebudayaan umat manusia. Ia merupakan sumber
pendidikan yang terlengkap, baik itu pendidikan sosial, moral, spritual,
material serta alam semesta. Al-Qur’an merupakan sumber nilai yang
absolut dan utuh. Eksistensinya tidak akan pernah mengalami perubahan.
Kemungkinan terjadi perubahan hanya sebatas interpretasi manusia
terhadap teks ayat yang menghendaki kedinamisan pemaknaannya, sesuai
dengan konteks zaman, situasi, kondisi, dan kemampuan manusia dalam
melakukan interpretasi. Ini merupakan pedoman normatif-teoritis bagi
pelaksanaan pendidikan Islam yang memerlukan penafsiran lebih lanjut.
Isinya mencakup seluruh dimensi manusia dan mampu menyentuh seluruh
potensi manusia, baik itu motivasi untuk mempergunakan pancaindera
dalam menafsirkan alam semesta bagi kepentingan formulasi lanjut
pendidikan manusia (pendidikan Islam), motivasi agar manusia
mempergunakan akalnya, lewat perumpamaanperumpamaan (tamsîl)
Allah SWT dalam al-Qur’an, maupun motivasi agar manusia
mempergunakan hatinya untuk mampu mentransfer nilai-nilai pendidikan
Ilahiah dan sebagainya. Kesemua proses ini merupakan sistem umum
pendidikan yang ditawarkan Allah Swt. dalam al-Qur’an agar manusia
dapat menarik kesimpulan dan melaksanakan kesemua petunjuk tersebut
dalam kehidupannya sebaik mungkin.

23
Said Ismail Ali, dalam Hasan langgulung (ed), Op. Cit., hal 192-206
14

Mourice Bucaille mengagumi isi kandungan al-Qur’an dan berkata


bahwa al-Qur’an mempakan kitab suci yang obyektif dan memuat
petunjuk bagi pengembangan ilmu pengetahuan modern. Kandungan
ajarannya sangat sempurna dan tidak bertentangan dengan hasil penemuan
sains modern. Dari penafsiran terhadap ideide yang tertnuat dalam al-
Qur’an, sains modern dapat berkembang dengan pesat dan memainkan
peranannya dalam membangun dunia ini.24 Menurut Abdurrahman Saleh,
karena al-Qur’an memberikan pandangan yang mengacu kehidupan di
dunia ini, maka asas-asas dasarnya harus memberi petunjuk kepada
pendidikan Islam.

Seseorang tidak mungkin dapat berbicara tentang pendidikan Islam


bila tanpa mengambil al-Qur’an sebagai satu-satunya rujukan.25 Oleh
karena itu, pelaksanaan pendidikan Islam harus senantiasa mengacu pada
sumber yang termuat dalam al-Qur’an. Dengan berpegang kepada nilai-
nilai yang terkandung dalam alQur‟an, terutama dalam pelaksanaan
pendidikan Islam, akan mampu mengarahkan dan mengantarkan manusia
bersifat dinamis-kreatif serta mampu mencapai esensi nilai-nilai ubudiyah
pada Penciptanya. Dengan sikap ini, maka proses pendidikan Islam akan
senantiasa terarah dan mampu menciptakan dan mengantarkan out putnya
sebagai manusia berkualitas dan bertanggungjawab terhadap semua
aktivitas yang dilakukannya. Hal ini dapt dilihat bahwa hampir dua pertiga
dari ayat al-Qur’an mengandung nilai-nilai yang membudayakan manusia

24
Maurice Bucaille, Bibel Al-Qur’an dan Sains, Terj. H.M.Rasyidi, (Jakarta : Bulan
Bintang, 1979), h. 375
25
Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan AlQur’an, terj. H.
M. Arifim dan Zainuddin, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1994), h. 20
15

dan memotivasi manusia untuk mengembangkannya lewat proses


pendidikan.26

C. Kesimpulan dan Penutup


Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan: bahwa al-Qur’an sebagai
kalâm Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW., merupakan
dasar pendidikan Islam pertama dan utama. Al-Qur’an merupakan petunjuk
yang lengkap, pedoman bagi manusia yang meliputi seluruh aspek kehidupan
manusia dan bersifat universal. Dalam al-Qur’an banyak terkandung term-
term pendidikan serta al-Qur’an itu mendorong umat manusia untuk berfikir
dan melakukan analisis pada fenomena yang ada di sekitar kehidupan mereka.
Berbicara tentang pendidikan Islam, maka menjadi sebuah keniscayaan
untuk mengambil al-Qur’an sebagai satu-satunya rujukan utama. Oleh karena
itu, pelaksanaan pendidikan Islam harus senantiasa mengacu pada sumber
yang termuat dalam al-Qur’an. Dengan berpegang kepada nilai-nilai yang
terkandung dalam al-Qur’an, terutama dalam pelaksanaan pendidikan Islam,
akan mampu mengarahkan dan mengantarkan manusia bersifat dinamis-kreatif
serta mampu mencapai esensi nilai-nilai ubudiyah pada penciptanya. Dengan
sikap ini, maka proses pendidikan Islam akan senantiasa terarah dan mampu
menciptakan dan mengantarkan out putnya sebagai manusia berkualitas dan
bertanggungjawab terhadap semua aktivitas yang dilakukannya.
Demikian makalah ini kami susun. Mohon maaf bila terdapat banyak
kesalahan dalam pembuatan makalah ini. Semoga memberikan manfaat dan
pengetahuan baru bagi pembaca. Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

26
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Op. Cit., h. 48
16

karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan untuk
kesempurnaan makalah ini kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai