Anda di halaman 1dari 10

Pendidikan Karakter III

A. Karakter Manusia Ideal dalam Al-quran

Sebagai seorang muslim, sudah seharusnya kita mengenal dan mengakui bahwa figur
manusia ideal dipenuhi sepenuhnya oleh Rosulullah saw, tidak ada yang meragukan
keagungan akhlaq Beliau, bahkan orang Quraisy sekalipun mengakui kemuliaan
akhlaq Rosulullah. Maka sudah sepantasnya Beliau kita jadikan kiblat atas seluruh
perilaku kita sehari- hari, bahkan Allah sendiri telah mengukuhkan Beliau sebagai
teladan bagi seluruh manusia dalam firman-Nya :
“ sesungguhnya telah ada pada ( diri ) Rosulullah itu suri teladan yang baik bagimu...”
(Al Ahzab: 21)

1. Memiliki konsep aqidah yang bersih

Aqidah yang bersih adalah ciri pertama yang harus dimiliki seorang muslim.
Dengan aqidah yang bersih, dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-Nya.
Dengan aqidah yang bersih ini, seorang muslim akan melakukan segala sesuatu
karena mengharap ridho Allah (lillahi ta’ala), hanya tunduk kepada-Nya, taat kepada
–Nya, hanya Allah yang ditakutinya, melakukan apa yang Dia perintahkan dan
menjauhi larangan-Nya, dan menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah.
“ sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta Alam.“ ( Al An’am : 162).

2. Beribadah dengan benar

Dalam salah satu hadits, Rosulullah bersabda “ sholatlah kamu sebagaimana


kamu melihat aku sholat”. Dari hadits ini, dapat kita ungkapkan bahwa dalam
melakukan berbagai peribadahan kita haruslah merujuk pada sunnah Rosulullah, tidak
boleh ditambah- tambahi maupun dikurang- kurangi. Dalam hal ibadah ini, kita harus
melaksanakan ibadah- ibadah wajib seoptimal mungkin, dan memperbanyak porsi
ibadah - ibadah sunah.

3. Mempunyai akhlaq yang kokoh

1
Akhlaq yang mulia merupakan sikap dan perilaku yang yang harus diterapkan seorang
muslim dalam kehidupannya sehari- hari, baik dalam hubungannya dengan Allah
maupun dalam hubungannya dengan sesama makhluk-Nya. Begitu pentingnya
memiliki akhlaq yang mulia bagi umat manusia, maka Rosulullah diutus untuk
memperbaiki akhlaq dan Beliau sendiri telah mencontohkannya kepada kita, bahkan
Allah telah mengabadikan keagungan akhlaq Beliau dalam ayat cinta-Nya :
“ dan sesungguhnya kamu benar- benar memiliki akhlaq yang agung “ ( Al Qalam :
4)

4. Mampu memenuhi kebutuhannya

adalah memiliki kemampuan usaha atau kekuasaan. Mempertahankan kebenaran


dan berjuang menegakkannya baru boleh dilaksanakan bila seseorang memiliki
kekuasaan. Seorang muslim harus mandiri, tidak bergantung pada orang lain,
terutama dalam hal ekonomi. Tak sedikit mereka yang harus melepaskan prinsipnya
karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Allah memberi perintah bagi
muslimin untuk mencari nafkah :
“ apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak – banyak supaya kamu beruntung.“ (Al
Jumu’ah : 10)

5. Memiliki pemikiran yang luas

Salah satu sifat Rosulullah adalah fatonah ( cerdas ).


Al- Quran banyak mengungkapkan ayat – ayat yang merangsang kita untuk berpikir.
Di dalam Islam tidak ada satu pun perbuatan yang harus kita lakukan kecuali
didahului dengan berpikir, ilmu didahulukan daripada amal.
“katakanlah : “adakah sama orang- orang yang mengetahui dengan orang- orang yang
tidaak mengetahui ?” sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.” ( Az Zumar : 9 ).

6. Mampu melawan hawa nafsunya

2
Salah satu kepribadian yang harus dimiliki seorang muslim adalah mampu
melawan hawa nafsunya, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang
baik atau yang buruk.
“ maka Allah mengilhamkan kepadanya kedurhakaan dan ketaqwaannya. Sungguh
beruntung orang yang menyucikannya. Dan sungguh merugi orang yang
mengotorinya.” (Asy Syams : 8-10 )

B. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter yang Islami

Pengertian Karakter
Dalam terminologi Islam, karakter disamakan dengan khuluq (bentuk tunggal
dari akhlaq) akhlak yaitu kondisi batiniyah dalam dan lahiriah (luar) manusia. Kata
akhlak berasal dari kata khalaqa (ََ‫ ) َخلَق‬yang berarti perangai, tabiat, adat istiadat.
Menurut pendekatan etimologi kata akhlaq berasal dari basaha arab yang bentuk
mufradnya adalah khuluqun (َ‫ ) ُخلُق‬yang menurut logat diartikan budi pekerti, perangai,
tingkah laku atau tabiat. Kalimat ini mengandung segi persesuaian dengan perkataan
khalqunَ‫ ))خ َْلق‬yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan khaliq ‫) )خَا ِلق‬
yang artinya pencipta, dan makhluk (َ‫ ) َم ْخلُق‬yang artinya yang diciptakan.

a. Amanah
Amanah adalah bersikap jujur dan dapat diandalkan dalam menjalankan
komitmen, tugas, dan kewajiban. Amanah juga dipandang sebagai sikap jujur,
tidak menipu atau mencuri, tangguh dalam melakukan apa yang dikatakan,
memiliki keberanian untuk melakukan hal yang benar,
membangun reputasi yang baik, dan setia pada keluarga, teman, dan negara
(Character Center). Dalam karakter Amanah tekandung sikap Kejujuran dan
integritas.

b. Rasa Hormat
Rasa hormat (respect) merupakan cara merasakan dan berperilaku. Rasa hormat
adalah suatu sikap penghargaan, kekaguman, atau penghormatan kepada pihak
lain. Rasa hormat sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak biasa
diajarkan untuk menghormati orangtua, saudara, guru, orang dewasa, aturan
sekolah, keluarga, peraturan lalulintas, dan budaya serta tradisi yang dianut
dalam masyarakat. Rasa hormat itu harus dibangun dan dikembangkan melalui
jalur pendidikan khususnya di dalam ruang kelas di samping diajarkan dalam
lingkungan rumah tangga dan masyarakat

3
c. Tanggung Jawab
Tanggung jawab (responsibility) adalah suatu tugas atau kewajiban untuk
melakukan atau menyelesaikan tugas dengan penuh kepuasan (yang diberikan
oleh seseorang, atau atas janji atau komitmen sendiri) yang harus dipenuhi
seseorang, dan yang memiliki konsekuen hukuman terhadap kegagalan. Bertanggung
jawab berarti bertanggung jawab atas berbagai pilihan dalam menjalani
kehidupan dengan damai, aman, dan sejahtera. Hal ini berarti bahwa kita
bertanggung jawab terhadap apa yang kita pikirkan, rasakan, dan lakukan.

d. Keadilan (adil)
Adil merupakan suatu kata yang mudah diungkapkan namun sangat sulit untuk
dilakukan. Kesulitannya karena melibatkan keadaan keikhlasan hati untuk
membedakan antara kepentingan individu atau kelompok sendiri dan
kepentingan individudan kelompok lain. Adil yang juga mempunyai pengertian
menempatkan sesuatu pada tempatnya sesuai dengan porsi dan kapasitasnya dalam
suatu hal. Keadilan memang sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh semua orang,
tanpa keadilan mustahil sesuatu dapat dibangun dengan baik. Keadilan dapat dilihat
dari segi proses, kenetralan dan persamaan.

e. Kepedulian (peduli)
Kepedulian adalah merasakan kekhawatiran tentang orang lain atau sesuatu.
Misalnya, ketika melihat teman dalam keadaan susah atau sakit, muncul perasaan
yang sama seperti yang dirasakan oleh teman lalumendapat dorongan untuk
merawatnya. Dalam hubungannya dengan kepedulian ini, islam mengajarkan
umatnya untuk selalu bertahniah dan bertakziah. Bertahniah adalah keikutsertaan
seseorang dalam merasakan kebahagiaan bersama orang yang diberi kebahagiaan.
Begitu pula dengan bertakziah, yakni ikut merasakan kesusahan bersama orang
yang diberi kesusahan, seperti menderita sakit, musibah kebakaran, kehilangan
harta, atau kematian. Kepedulian seperti ini merupakan bagian yang tak terpisahkan
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

f. Nasionalis
Kewarganegaraan (citizenship) atau disebut juga dengan nasionalis menunjukkan
hubungan antara seseorang dengan negara atau kesatuan negara. Membangun
karakter seperti ini harus menjadi tanggung jawab semua pihak, baik itu orangtua
dalam mendidik anaknya di rumah tangga, masyarakat dalam melakukan
pemberdayaan masyarakatnya, dan khususnya sekolah yang berperan aktif dalam
pembentukan karakter nasionalisme. Karakter nasionalime merupakan suatu
karakter hidup bersama dalam suatu komunitas yang selalu menjalankan peraturan

4
bersama demi untuk kesejahteraan dan ketentraman bersama selaku warga Negara
(Muhammad Yaumi, 2014: 62-80).

C. Upaya Pembentukan Karakter Islami

Rasulullah SAW mampu menanamkan karakter dan sifat jujur pada diri Abu
Bakar, karakter bertanggung jawab dan peduli terhadap masyarakat pada diri Umar
bin Khaththab, karakter peduli sosial yang terdapat pada diri Usman bin ‘Affan,
karakter cinta ilmu, patuh dan taat yang telah mengkristal dalam diri Ali bin Abi
Thalib dan sahabat-sahabat lainnya.
Setelah mencermati keberhasilan Rasulullah SAW dalam melakukan pendidikan
karakter para sahabatnya, maka timbul pertanyaan bagaimana pola yang digunakan
Nabi SAW dalam membentuk karakter sahabat-sahabatnya hingga menjadi generasi
unggul dalam berbagai karakter Islami?

Beberapa upaya pembentukan karakter dilakukan rasulullah


1. Berawal dari pendidik yang berkarakter
Dalam perspektif Islam, pendidik menempati posisi yang sangat penting dalam
proses pendidikan atau pembentukan karakter Islami, baik pendidik dalam makna
orangtua, guru maupun masyarakat. Dialah yang bertanggungjawab terhadap
perkembangan karakter.
Dalam pembentukan karakter Islami pada anak di dalam keluarga, orang tua
merupakan faktor yang sangat fundamen/mendasar. Orangtua adalah pembina
kepribadian dan karakter anak yang utama dan pertama. Orangtua juga sebagai
perawat kejiwaan anak. Oleh karena itu orang tua yang bisa membentuk karakter baik
pada seorang anak adalah orangtua yang berkarakter. Bagaimana mungkin melahirkan
anak yang berkarakter jika orangtuanya tidak berkarakter. Seperti kata pepatah Arab:
“Orang yang tak punya tidak akan pernah memberi.” Pendidik yang berkarakter akan
melahirkan anak yang berkarakter

2.Berbasis Agama
Pembentukan karakter Islami tidak bisa dipisahkan dengan proses pendidikan
Islam. Sebab inti dari pendidikan Islam itu adalah menanamkan dan membentuk
akhlak/karakter yang Islami kepada peserta didik. Pendidikan Islam adalah
pendidikan akhlak untuk kebaikan kehidupan manusia, mewujudkan keseimbangan
yang sempurna pada kepribadian, menggabungkan antara iman, akhlak, ilmu dan
amal. Pendidikan tidak akan bermakna tanpa unsur-unsur itu. Tujuan pendidikan
Islam adalah mendidik muslim agar menjadi beradab. Inilah yang membedakan
pendidikan Islam dengan pendidikan Barat. Pendidikan Barat hanya mampu membuat
seseorang menjadi trampil/profesional. Pendidikan Islam membuat seseorang

5
memiliki iman yang kuat, akhlak yang mulia, ilmu yang luas serta amal yang banyak.
Adapun prinsip pendidikan/pembentukan karakter Islami, adalah:
a. Menjadikan Allah SWT sebagai tujuan
b. Memperhatikan perkembangan akal/rasional
c. Memperhatikan perkembangan kecerdasan emosional
d. Melalui keteladan dan pembiasaan.

3.Berbasis Masjid
Untuk melaksanakan fungsi utamanya sebagai pendidik, Rasulullah SAW telah
membuat kebijakan yang sangat penting dalam bidang pendidikan. Kebijakan pertama
yang diambil beliau adalah membangun masjid di Quba dan dilanjutkan dengan
membangun masjid Nabawi di Madinah. Masjid digunakan sebagai pusat kegiatan
pendidikan dan dakwah, pembinaan moral, spritual, mengajarkan agama kepada kaum
Muhajirin dan Anshor, membina sikap kebangsaan. Dengan kata lain, masjid telah
digunakan oleh Rasulullah SAW sebagai tempat yang paling efektif dalam menyusun
dan menghimpun potensi umat Islam.

Pendidikan karakter dalam Islam diartikan dengan pendidikan akhlak. Kata


akhlaq berasal dari bahasa Arab, yakni jama’ dari “khuluqun” yang berarti budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, tata krama, sopan santun, adab dan
tindakan. Kata akhlak juga berasal dari kata khalaqa atau khalqun artinya kejadian,
serta erat hubungannya dengan “khaliq” yang artinya menciptakan, tindakan atau
perbuatan, sebagaimana terdapat kata al-khaliq yang artinya pencipta dan makhluq
yang artinya yang diciptakan (Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, 2013: 43).
Islami dalam Hasan Alwi (2010: 328) artinya adalah bersifat keislaman, atau
mengandung unsur-unsur serta nilai-nilai Islam. Karakter Islami sesungguhnya sudah
diperintahkan oleh Allah, hal ini sebagaiman difirmankan Allah SWT dalam Qs. An
Nahl ayat 90 sebagai berikut:
۞ َ‫ّللاَ ِإن‬ َ ‫ل يَأ ْ ُم َُر‬
َِ ْ‫ان ِب ْال َعد‬
َِ ‫س‬ َِ ‫ن َويَ ْن َهىَ ْالقُ ْربَىَ ذِي َو ِإيت‬
ِ ْ ‫َاء َو‬
َ ْ‫اْلح‬ َِ ‫َر ْالفَحْ ش‬
َِ ‫َاء َع‬ َِ ‫ي ِ َو ْال ُم ْنك‬
َ ‫ظ ُك َْم ۚ َو ْالبَ ْغ‬
ُ ‫لَ َعل ُك َْم يَ ِع‬
ََ‫تَذَك ُرون‬
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran”.
Berdasarkan ayat di atas dapat diketahui bahwa pada hakikatnya Allah telah
memerintahkan kepada umat manusia untuk berlaku sesuai dengan karakter dasar
yang dimiliki oleh setiap manusia, yaitu berlaku adil, berbuat kebajikan, saling
memberi kepada kaum kerabat serta menghindari perbuatan keji, mungkar dan

6
permusuhan. Hal itulah yang menjadikan pendidikan karakter Islam sudah
ditanamkan oleh Allah dalam Al Qur‟an.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter Islami adalah upaya sadar
yang dilakukan untuk merubah suatu tindakan atau perbuatan, perangai, tingkah laku
dan tabiat yang berasaskan pada nilai-nilai Islam, sehingga pendidikan karakter Islami
merupakan bentuk pendidikan dengan menanamkan sifat-sifat keislaman sehingga
dapat membentuk tindakan atau perbuatan yang sesuai dengan aturan Islam.
Pendidikan karakter dalam Islam pada intinya adalah sebagai wahana
pembentukan manusia yang bermoralitas tinggi. Di dalam ajaran Islam moral atau
akhlak tidak dapat dipisahkan dari keimanan. Keimanan merupakan pengakuan hati.
Akhlak adalah pantulan iman yang berupa perilaku, ucapan, dan sikap atau dengan
kata lain akhlak adalah amal saleh. Iman adalah maknawi (abstrak) sedangkan akhlak
adalah bukti keimanan dalam bentuk perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran dan
karena Allah semata (Fitri, dkk, 2010: 43).

D. Meneladani Karakter Tokoh-Tokoh Muslim


1. Karir Intelektual Imam al-Ghazali
 Yang dimaksud dengan karir intelektual al-Ghazali di sini adalah perjalanan
al-Ghazali dalam menuntut ilmu dan lebih lanjut mengamalkannya dalam
berbagai bentuk kegiatan pendidikan dalam arti transformasi ilmu, baik melalui
lembaga resmi, maupun secara pribadi. Pada bagian sebelumnya, sebagian sudah
diuraikan riwayat hidup al-Ghazali termasuk yang berkaitan dengan kegiatan
mencari ilmu walaupun dalam bentuk yang sangat singkat.
 Salah satu hal yang berkaitan dengan karir intelektual al-Ghazali adalah
banyaknya orang yang menjadi gurunya dalam berbagai bidang ilmu. Al-Ghazali
telah belajar kepada banyak guru sejak kecil sampai dewasa, bahkan sampai
sebelum ia menjelang menjadi guru besar di madrasah Nizhamiyah.
 Pada tahun 481 H/ 1091 M, al-Ghazali diserahi tugas mengajar pada Jami;ah
(universitas) yang didirikan Nizhâm al-Muluk di Baghdad. Tahun 484 H/ 1094 M
ia diangkat sebagai guru besar dalam bidang syari’ah Islam pada ja,I’ah Baghdad
tersebut, padahal usianya saat itu masih sangat muda, tiga puluh empat tahun.
Setelah menjadi guru, ia diserahi jabatan sebagai pimpinan jami’ah tersebut.
 Dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru besar dan pimpinan (rektor),
al-Ghazali memperoleh sukses. Sukses tersebut antara lain diperolehnya berkat
kepemimpinannya yang baik dan kepintarannya dalam mengamalkan ilmu. Ia
dikagumi oleh para mahasiswa, ulama, pimpinan dan pembesar dinasti Saljuk.
Sukses yang diraihnya itu menarik simpati dan perhatian para pembesar dinasti
Saljuk untuk meminta nasihatnya dalam masalah agama dan negara. Sejak itu
mulailah ia berpengaruh dalam dinasti saljuk.

7
E. Praktek Kutbah atau Ceramah

1. Pengertian Ceramah
Ceramah adalah pidato yang bertujuan untuk menerangkan atau menyiarkan
nasehat dan petunjuk-petunjuk berkaitan dengan ajaran-ajaran agama.

2. Tujuan Ceramah
Adapun tujuan dari ceramah adalah seperti berikut ini:
 Informatif/instruktif: artinya untuk memberikan informasi kepada pendengar
mengenai suatu hal sehingga pendengar dapat memahami atau mengerti isi
informasi dengan jelas dan benar.
 Persuasif: artinya mengajak pendengar supaya mengikuti apa yang telah
pembicara sampaikan agar keyakinan pendengar semakin bertambah untuk
melakukan sesuatu kearah yang lebih baik lagi.
 Argumentatif: artinya untuk meyakinkan pendengar mengenai suatu hal.
 Deskriptif: artinya untuk menggambarkan atau melukiskan tentang suatu
keadaan.
 Rekreatif: artinya untuk menghibur atau menggembirakan pendengar agar merasa
puas.

3. Jenis-jenis Ceramah
 Ceramah Umum
Ceramah umum adalah pesan yang bertujuan untuk memberikan sebuah nasehat
dan petunjuk-petunjuk yang ditujukan kepada khalayak ramai, atau masyarakat luas.
Di dalam ceramah umum keseluruhannya bersifat menyeluruh, maksudnya tidak ada
batasan-batasan apapun baik dari audiens yang sudah tua ataupun yang masih muda,
materinya juga tidak ditentukan, sesuai dengan acara.
 Ceramah Khusus
Ceramah khusus adalah ceramah yang bertujuan untuk memberikan nasehat dan
petunjuk-petunjuk kepada mad'u atau khalayak tertentu dan bersifat khusus baik itu
materinya maupun yang lainnya. Pada ceramah khusus ini, banyak batasan-batasan

8
yang dibuat misalkan materi yang menyesuaikan dengan keadaan. Contoh Peringatan
Isra' dan Mi'raj Nabi Muhammad SAW.

4. Ciri-ciri Ceramah
Berikut ini adalah ciri-ciri teks ceramah:
 Memiliki struktur yang lengkap, terdiri atas pendahuluan, isi, penutup.
 Isi ceramah sesuai dengan kegiatan yang ada.
 Isi ceramah harus objektif, jelas, dan benar.
 Isi ceramah tidak akan menimbulkan pertentangan di masyarakat.
 Bahasa yang digunakan penceramah mudah dipahami pendengar.
 Bahasa yang digunakan penceramah harus santun dan rendah hati.

5. Ciri-ciri Pembicara yang Baik


 Menjadi pembicara yang baik harus memandang sesuatu hal dari sudut pandang
yang baru atau tak terduga pada hal-hal umum.
 Mempunyai cakrawala yang luas, memikirkan dan membicarakan isu-isu dari
beragam pengalaman di luar kehidupannya sehari-hari.
 Antusias, menunjukkan minat yang besar pada apa yang diperbuat dalam
hidupnya.
 Tidak pernah membicarakan diri sendiri.
 Sangat ingin tahu.
 Menunjukkan empati, berusaha menempatkan diri pada posisi untuk memahami
apa yang Anda katakan.
 Mempunyai selera humor, dan tidak keberatan mengolok-olok diri sendiri.
 Mempunyai gaya bicara sendiri.

9
KESIMPULAN
Pendidikan karakter terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan karakter. Arti dari
pendidikan karakter menurut Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik
kepada peserta didik untuk membentuk kepribadian peserta didik yang mengajarkan
dan membentuk moral, etika, dan rasa berbudaya yang baik serta berakhlak mulia
yang menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik dan
buruk serta mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan cara
melakukan pendidikan, pengajaran, bimbingan dan pelatihan yang berpedoman pada
al-Qur’an dan al-Sunnah. Pembentuk kepribadian dalam pendidikan Islam meliputi
sikap, sifat, reaksi, perbuatan, dan perilaku. Pembentukan ini secara relatif menetap
pada diri seseorang yang disertai beberapa pendekatan, yakni pembahasan mengenai
tipe kepribadian, tipe kematangan kesadaran beragama , dan tipe orang-orang beriman.
Melihat kondisi dunia pendidikan di indonesia sekarang, pendiidkan yang dihasilkan
belum mampu melahirkan pribadipribadi muslim yang mandiri dan dan
berkepribadian Islam. Akibatnya banyak pribadi-pribadi yang berjiwa lemah seperti
jiwa koruptor, kriminal, dan tidak amanah. Untuk itu membentuk kepribadian dalam
pendidikan Islam harus direalisasikan sesuai al-Qur;an dan al-Sunnah Nabi sebagai
identitsa kemuslimannya, dan mampu mengejar ketinggalan dalam bidang
pembangunan sekaligus mampu mengentas kebodohan dan kemiskinan. Konsep
kepribadian dalam pendiidkan Islam identik dengan ajaran Islam itu sendiri, keduanya
tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan.

10

Anda mungkin juga menyukai