Anda di halaman 1dari 48

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas rahmat petunjuk,semangat,kekuatan

,kesehatan dan keberkahan ilmu,sehingga saya dapat menyelesaikan laporan tepat pada

waktunya,tanpa masalah dan terkendala suatu apapun,kami juga mengucapkan terimakasih

kepada semua pihak yang telah banyak dalam memberi motivasi dan dorongan buat kami

dalam menyelesaikan laporan ini,walaupun masih banyak kekurangan dalam penulisan

juga pelaporan PKL ini dalam memenuhi tugas sekolah sebagai prasyarat untuk

menempuh ujian akhir nanti disini kami mengucapkan terimakasih buat :

1. Kepada Ibu Diana selaku pembimbing kami selama prakerin di Apotek Nayu Farma

Karanglo Singosari

2. Kepada Ibu Restu S.Farm .Apt selaku pembimbing dan pembina produktif kami di

Apotek Nayu Farma Karanglo Singosari.

3. Kepada Bpk H.M. Jhonada Firmana selaku Kepala Sekolah di SMK Prajnaparamita

Prog.Keahlian Farmasi Malang

4. Kepada Bpk A.Mughis Fathoni selaku pembina dan pembimbing produktif kami.

5. Kepada Ibu Tjivi Ssi .Apt selaku pembina dan pembimbing produktif kami.

6. Kepada Bapak/Ibu Staf dan Guru di SMK Prajnaparamita.

7. Kepada Bapak dan Ibu orang tua kami yang telah membiayai dan selalu memberi

yang terbaik buat anak-anaknya serta pengorbanannya selama ini.

Demikian wujud laporan kegiatan PKL/Prakerin kami , yang masih butuh saran juga

kritik demi sebuah kesempurnaan laporan ini,atas perhatian dan kerjasamanya selama ini

kami ucapkan terimakasih.

Malang,30 Agustus 2017

Penulis

1|Laporan Prakerin SMK Prajnaparamita Malang


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Prakerin kerja lapangan dilaksanakan pada Tanggal 18 Mei – 20 juli 2017 yang
bertempat di APOTEK Nayu Farma, dan di tempat itu juga kita belajar banyak tentang
dunia perapotekan.Dimana apotek berperan dalam menyediakan, menyalurkan
kesediaan farmasi dan perbekalan farmasi lainnya. Kegiatan pelayanan kefarmasian
mengelolah obat bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien.
Seorang Asisten Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan
dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk
interaksi tersebut adalah melaksanakan pemberian informasi pemberian obat. Asisten
Apoteker juga harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan
pengobatan dalam proses pelayanan.
Oleh sebab itu Asisten Apoteker harus teliti dalam proses pelayanan, Asisten
Apoteker dalam menjalankan praktek harus sesuai standar yang ada untuk
menghindari kesalahan. Prakerin di apotek merupakan sarana utama untuk
mempersiapkan calon Asisten Apoteker agar dapat memahami ruang lingkup apotek
serta gambaran secara langsung tugas dan peran asisten apoteker di apotek

1.2 Maksud Dan Tujuan


Dengan melakukan kerja praktek diharapkan siswa dapat menerapkan dan memahami
hal-hal teknis di bidang kefaramsian, ketenagaan, dan informasi kesehatan di suatu
instansi. Adapun maksud dan tujuan dari Prakerin diharapkan dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk :
1. Memahami pengelolaan perbekalan farmasi di apotek
2. Menambah wawasan dan pengetahuan
3. Mendapat pengalaman kerja secara nyata sebelum memasuki
dunia kerja
1.3 Manfaat

Manfaat Prakerin:

1. Menghasilkan farmasi yang profesional.

2. Meningkat citra dan kemandirian profesi Asisten Apoteker.

3. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat.

1.4 Lokasi dan Waktu Prakerin

Praktek Kerja Industri dilaksanakan di Apotek NAYU FARMA yang beralamat di

JL.Raya Karanglo No.52 Waktu pelaksanaan Prakerin di Apotek NAYU FARMA

selama 2 (Dua) bulan dimulai tanggal 18 Mei sampai dengan tanggal 20 juli 2017,

dengan pembagian shift sebagai berikut:

Pagi : 07.00 – 14.00

Sore : 15.00 – 20.00

3|Laporan Prakerin SMK Prajnaparamita Malang


BAB II

URAIAN UMUM

2.1 Definisi Apotek

Dalam rangka menunjang pembangunan nasional pada bidang kesehatan perlu

dikembangkan iklim baik mengenai pengelolaan apotek sehingga pemerintah dapat

menguasai, mengatur, dan mengawasi pensediaan, pembuatan, penyimpanan, peredaran

dan pemakaian obat dan perbekalan farmasi lainnya, sehingga perlu diadakan perubahan

atas Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 1965. Sebagai gantinya mengeluarkan

Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 yang merupakan perubahan atas perndang-

undangan No. 26 Tahun 1965 tentang apotek.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 yang dimaksud dengan apotek adalah

suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian, dan penyaluran obat

kepada masyarakat. Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud adalah pembuatan, pengolahan,

peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.

Sejalan dengan perkembangan zaman dan dinamika kefarmasian, maka definisi

apotek diperbaharui kembali dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia (Permenkes RI) No. 922/MENKES/PER/X/1993, tentang definisi

apotek diperbaharui dan tata cara pemberian izin apotek.

Penyelenggaraan pelayanan apotek yang tercantum pada :

Permenkes RI No. 922/MENKES/PER/X/1993, sudah tidak sesuai lagi dengan

perkembangan IPTEK, dan kebutuhan masyarakat serta jiwa semangat otonomi daerah,

sehingga dikeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes RI)

Nomor: 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang perubahan Peraturan Menteri Kesehatan RI

Nomor: 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan


Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Menurut Kepmenkes RI Nomor:

1332/MENKES/SK/X/2002, definisi apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan

pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya

kepada masyarakat.

2.2 Tugas dan Fungsi Apotek

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1980 pasal 2, apotek sebagai

sarana pelayanan kesehataan memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:

a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah

jabatan.

b. Sarana farmasi yang melakukan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran

dan penyerahan obat atau bahan.

c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang

diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

2.3 Peraturan Perundang-undangan Tentang Apotek

Beberapa Peraturan Perundang-undangan yang berhubungan dengan

penyelenggaraan apotek adalah:

a. Peraturan Pemerintah RI No. 26 tentang apotek.

b. Undang-undang No. 9 Tahun 1976 tentang narkotika.

c. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/Per/1978 tentang penyiapan

narkotika.

d. Peraturan Pemerintah RI No. 25 Tahun 1980 tentang perubahan atas Peraturan

Pemerintah No. 26 Tahun 1965 tentang apotek.

e. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 26/Menkes/Per/1981 tentang pengelolaan dan

perizinan apotek.

5|Laporan Prakerin SMK Prajnaparamita Malang


f. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 278/Menkes/SK/V/1981 tentang persyaratan

apotek.

g. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 279/Menkes/SK/V/1981 tentang ketentuan

dan tata cara perizinan apotek.

h. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 280/Menkes/SK/V/1981 tentang ketentuan

dan tata cara pengelolaan apotek.

i. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 213/Menkes/Per/V/1985 tentang Obat Keras

Tertentu (OKT).

j. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat

Wajib Apotek (OWA).

k. Keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Obta dan Makanan

No.2401/A/SK/X/1990 tentang tata cara penyesuaian dan perubahan izin apotek.

l. Undang-undang Ri No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan sebagai pengganti

undang-undang No. 7 Tahun 1863 dan No. 9 Tahun 1960.

m. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang ketentuan

dan tata cara pemberian izin apotek.

n. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang ketentuan

dan tata cara pemberian izin apotek.

2.4 Pengelolaan Apotek

Pengelolaan apotek secara khusus meliputi:

a. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, perubahan bentuk, pencampuran penyimpanan,

dan penyerahan obat atau bahan obat.

b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya.

c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi.


Pelayanan inforamsi yang dimaksud meliputi:

a. Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya

yang diberikan baik kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya

maupun kepada masyarakat.

b. Pelayanan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan mutu

obat serta perbekalan farmasi lainnya.

Pengelolaan apotek secara umum meliputi:

a. Bidang pelayanan kefarmasian.

b. Bidang material.

c. Bidang administrasi dan keuangan.

d. Bidang ketenagaan.

e. Bidang lain yang berkaitan dengan tugas dan fungsi apotek.

2.5 Persyaratan Apotek

Berdasarkan Permenkes RI No. 26/MENKES/PER/X/1981 dan Keputusan Menteri

Kesehatan RI No. 278/MENKES/SK/V/1981, dinyatakan bahwa persyaratan minimal yang

harus dipenuhi untuk mendirikan suatu apotek adalah adanya lokasi, bangunan,

perlengkapan apotek, perbekalan farmasi dan tenaga kesehatan, dan pelayanan apotek.

Artinya untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan

pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan minimal, harus telah siap dengan tempat,

perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di bidang farmasi, serta

tenaga kesehatan.

7|Laporan Prakerin SMK Prajnaparamita Malang


2.5.1 Lokasi

Menurut Menteri Kesehatan RI No. 278 Tahun 1981 dinyatakan bahwa yang

dimaksud dengan lokasi apotek adalah tempat bangunan apotek didirikan, lokasi apotek

yang baru atau berpindah, jumlah dan jarak minimal antar apotek ditetapkan oleh Menteri

Kesehatan. Penentuan lokasi yang harus menjadi pertimbangan segi penyebaran dan

pemerataan pelayanan kesehatan adalah jumlah penduduk, jumlah dokter yang praktek,

sarana pelayanan kesehatan lainnya, hygiene lingkungan dan faktor-faktor yang terkait

setelah adanya otonomi daerah maka faktor jarak sudah tidak dipermasalahkan lagi.

2.5.2 Bangunan

Bangunan Apotek adalah bangunan gedung yang dipergunakan untuk mengelolah

Apotek. Berdasarkan Keputusan Menkes No. 278 Tahun 1981, bangunan Apotek harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

A. Bangunan Apotek mempunyai ukuran sekurang-kurangnya 50 m2 terdiri dari ruang

tunggu, ruang peracikan dan penyerahan resep, ruang administrasi, ruang

penyimpanan obat, tempat pencucian alat dan toilet (WC).

B. Bangunan Apotek harus memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut:

 Dinding harus kuat dan tahan air, permukaan sebelah dalam rata, tidak mudah

mengelupas dan mudah dibersihkan.

 Langit-langit harus terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan

permukaan sebelah dalam berwarna terang.

 Atap tidak boleh bocor, terbuat dari genteng, sirap atau bahan lain yang memadai.

 Lantai tidak boleh lembab, terbuat dari ubin atau bahan lain yang memadai.

C. apotek memiliki sumber aiar yang memenuhi persyaratan kesehatan.

D. Bangunan apotek harus memiliki ventilasi dan sanitasi yang baik, serta memenuhi

persyaratan hygiene lainnya.


E.Harus memiliki penerangan yang cukup sehingga dapat menjamin pelaksanaan tugas

dan fungsi apotek dengan baik

F. Harus ada alat pemadam kebakaran sekurang-kurangnya dua buah dan masih

berfungsi dengan baik.

G. Apotek harus memasang papan nama yang terbuat dari seng atau bahan lainnya

yang memadai dengan ukuran minimal panjang 60 cm, tebal 5 cm, dan lebar 55 cm,

papan nama harus memuat nama apotek, nama APA, nomor Surat Izin Apotek

(SIA), nomor telepon apotek.

2.5.3 Perlengkapan Apotek

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 278 Tahun 1981, yang dimaksud

perlengkapan apotek adalah semua peralatan yang digunakan untuk melaksanakan

pengelolaan apotek. Pada Bab IV Pasal 7 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 278

Tahun 1981, suatu apotek harus memiliki perlengkapan sebagai berikut;

a. Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan

b. Perlengkapan dan alat penyimpanan perbekalan kesehatan di bidang farmasi

c. Tempat penyimpanan khusus untuk narkotika

d. Tempat penyimpanan khusus untuk racun

e. Alat dan perlengkapan laboratorium

f. Kumpulan perundang-undangan yang berkaitan dengan apotek.

g. Farmakope Indonesia dan Ekstra Farmakope Indonesia edisi terbaru serta buku lain

yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

9|Laporan Prakerin SMK Prajnaparamita Malang


2.5.4 Perbekalan Kesehatan di Bidang Farmasi

Menurut Kepmenkes No. 1332 Tahun 2002 yang dimaksud dengan perbekalan

farmasi adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya

kesehatan. Apotek berkewajiban untuk menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan

sediaan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. Sediaan farmasi yang

karena suatu hal tidak dapat digunakan lagi atau dilarang digunakan, harus dimusnahkan

dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri

(Depkes RI, 2002). Perbekalan farmasi yang disalurkan oleh apotek meliputi obat, bahan

obat, obat asli Indonesia (obat tradisional), bahan obat asli Indonesia, alat kesehatan dan

kosmetika. Apotek harus menyediakan perbekalan kesehatan dibidang farmasi yang

berobat dan bahan obat yang didasarkan pada daftar obat esensial untuk puskesmas dan

rumah sakit. Dalam Permenkes No. 26 Tahun 1981 dinyatakan bahwa apotek berkewajiban

untuk menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi yang bermutu baik. Ini berarti

bahwa perbekalan farmasi yang tersedia di apotek harus berasal dari pabrik farmasi,

pedagang besar farmasi, apotek atau sarana distribusi resmi lainnya.

Penyimpanan obat-obat golongan narkotika dan psikotropika di apotek harus dalam

golongan lemari khusus yang terpisah dari penyimpanan obat-obat golongan ini.

Pengelolaan obat-obatan golongan narkotika dan psikotropika termasuk pengadaan

penyimpanan, penyaluran, dan pemusnahannya memiliki peraturan perundan-undangan

sendiri.

2.5.5 Pelayanan Apotek

Pelayanan yang harus diberikan oleh apotek adalah sebagai berikut:

a. Apotek wajib dibuka untuk melayani masyarakat dari pukul 08.00-22.00

b. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan. Pelayanan resep

sepenuhnya atas tanggung jawab apoteker pengelola apotek.


c. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian

profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. Apoteker tidak diizinkan

untuk mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten. Dalam

hal pasien tidak mampu menembus obat tertulis didalam resep, apoteker wajib

berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat.

d. Apoteker wajib memberikan informasi:

 Yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada Pasien

 Penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas permintaan masyarakat.

e. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep ada kekeliruan atau penulisan

resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep.

Bila dokter penulis resep tetap pada pendiriannya dokter wajib membutuhkan tanda

tangan yang lazim diatas resep atau dinyatakan tertulis.

f. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker

g. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu 3

tahun. Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis

resep atau yang merawat penderita, pencerita yang bersangkutan, petugas kesehatan

atau petugas lain yang berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang

belaku.

Ketentuan-ketentuan umum yang berlaku tentang perapotekan sesuai Keputusan

Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/SK/X/2002 adalah sebagai berikut:

A. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah

jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan perundang-undangan yang berlaku dan

berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.

Tugas dan Kewajiban Apoteker :

1. Bertanggung jawab atas proses pembuatan obat, meskipun obat dibuat oleh asisten

apoteker.

11 | L a p o r a n P r a k e r i n S M K P r a j n a p a r a m i t a M a l a n g
2. Kehadirannya ditempat petugas diatur oleh undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang

kesehatan.

3. Wajib berada ditempat selama jam apotek buka

4. Wajib menerangkan kekonsumen tentang kandungan obat yang ditebus. Penjelasan ini

tidak dapat diwakilkan kepada asisten atau petugas apotek.

5. Membahas dan mendiskusikan resep obat langsung kepada dokter bukan asisten atau

petugas apotek.

6. Wajib menjaga keserasian apotek

B. Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri kepada

apoteker atau apoteker bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) untuk

menyelenggarakan apotek disuatu tempat tertentu.

C. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin

Apotek dari Dinas Kesehatan Kota/kabupaten dimana apotek tersebut didirikan.

Tugas, Kewajiban dan Wewenang:

a) Memimpin semua kegiatan apotek, antara lain mengelola kegiatan kefarmasian serta

membina karyawan menjadi bawahan apotek.

b) Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk meningkatkan dan

mengembangkan hasil usaha apotek.

c) Mengatur dan mengawasi penyimpanan serta kelengkapan terutama di ruang

peracikan.

d) Membina serta memberi petunjuk teknis farmasi kepada bawahannya terutama dalam

memberikan informasi kepada pasien.

D. Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek disamping Apoteker

Pengelola Apotek dan atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka

apotek.
E.Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan Apoteker Pengelola Apotek

selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak berada ditempat lebih dari tiga bulan

secara terus-menerus, telah memiliki surat izin kerja dan tidak bertindak sebagai

Apoteker Pengelola Apotek lain.

F. AsistenApoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker.

2.5 6 Perizinan Apotek

Izin Apotek diberikan oleh Menteri Kesehatan, yang kewenangannya dilimpahkan

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Kepala Dinas Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan

izin, pencairan izin dan pencabutan izin apotek sekali setahun kepada Menteri kesehatan

dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan.

2.57 Perubahan Surat Izin Apotek

Menurut Surat Keputusan Dirjen POM No. 02401/SK/X1990, perubahan Surat

IzinApotek (SIA) diperlukan apabila:

a. Terjadi pengantian nama Apotek

b. Terjadi perubahan nama jalan dan nomor bangunan pada alamat Apotek tanpa

perpindahan lokasi Apotek.

c. Surat Izin Apotek (SIA) rusak atau hilang

d. Terjadi penggantian Apoteker Pengelola Apotek (APA)

e. Terjadi penggantian Pemilik Sarana Apotek (PSA)

f. Surat Izin Kerja (SIK) APA dicabut dalam hal APA bukan sebagai PSA

g. Terjadi perpindahan lokasi Apotek

h. Apoteker Pengelola Apotek meninggal dunia

13 | L a p o r a n P r a k e r i n S M K P r a j n a p a r a m i t a M a l a n g
2.6 8 Pencabutan Izin Apotek

Pencabutan izin Apotek dapat dilakukan apabila sesuai dengan hal-hal dibawah ini,

yaitu:

a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang telah di tetapkan seperti ijazah

yang terdaftar pada Departemen Kesehatan, melanggar sumpah atau janji sebagai

Apoteker, tidak lagi memenuhi persyaratan fisik dan mental dalam menjalankan

tugasnya, bekerja sebagai penanggung jawab pada Apotek atau indrustri farmasi

lainnya.

b. Apoteker tidak menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang

bermutu dan terjamin keabsahannya atau

c. Apoteker tidak menjalankan tugasnya dengan baik seperti dalam hal melayani resep,

memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara tepat, aman

atau rasional atau

d. Bila Apoteker berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun berturut-turut atau

e. Bila Apoteker melanggar perundang-undangan narkotika, obat keras atau ketentuan

lainnya atau

f. SIK APA dicabut

g. PSA berbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-undangan dibidang obat

h. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan yang ditetapkan

Berdasarkan Kepmenkes No. 1332/Menkes/SK/X/2002 pengganti Permenkes No.

992/Menkes/Per/X/1993, pelaksanaan pencabutan izin dilakukan dengan cara:

a. Pemberian peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak tiga

kali berturut-turut dan tenggang waktu masing-masing dua bulan.

b. Pembekuan Izin apotek dilakukan untuk jangka waktu selama-lamanya enam bulan

sejak dikeluarkannya surat penetapan pembekuan kegiatan apotek.


Pembekuan izin apotek dapat dicairkan kepada apabila apotek telah memenuhi

segala persyaratan sesuai dengan peraturan dan ketentuanyang berlaku. Pencairan izin

apotek dilakukan setelah menerima hasil laporan pemeriksaan dari Kepala Balai POM

setempat, atau Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Keputusan untuk

pencabutan SIA oleh Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat, serta Kepala Balai

POM setempat.

Apabila Surat Izin Apotek (SIA) dicabut, APA atau apoteker pengganti wajib

mengamankan perbekalan farmasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pengamanan dimaksud wajib mengikuti tata cara sebagai berikut:

a). Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan obat-obat narkotika, obat keras

tertentu dan obat lainnya, serta seluruh resep yang ada di apotek.

b). Obat-obat narkotika, psikotropika dan resep-resep harus dimasukan dalam satu

tempat yang tertutup serta terkunci

c). APA wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota, tentang penghentian kegiatan yang disertai laporan inventarisasi.

2.5 9 Pengertian Resep

Resep adalah permintaan tertulis seorang dokter, dokter gigi atau doketr hewan

yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada

apoteker pengelola apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat-obatan bagi

penderita. Resep disebut juga formulae medicate, terdiri dari formulae officinalis (yaitu

resep yang tercantum dalam buku farmakope atau buku lainnya dan merupakan standar)

dan formulae magistralis (yaitu resep yang tertulis oleh dokter). Resep selalu dimulai

dengan tanda “R” yang artinya recipe (ambilah). Dibelakang tanda ini (R/) biasanya baru

15 | L a p o r a n P r a k e r i n S M K P r a j n a p a r a m i t a M a l a n g
tertera nama jumlah obat. Umumnya resep ditulis dalam bahasa latin. Suatu resep yang

langka harus memuat:

a) Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter hewan

b) Tanggal penulisan, nama setiap obat atau komposisi obat

c) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep

d) Tanda tangan/ paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan

e) perundang-undangan yang berlaku

f) Nama pasien, jenis hewan, umur, serta alamat/pemilik hewan

g) Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya

melebihi dosis maksimal.

Pembagian suatu resep yang lengkap:

a. Tanggal dan tempat ditulisnya resep (incriptio)

b. Aturan pakai dari obat yang tertulis (signatura)

c. Paraf / tanda dokter yang menulis resep (subcriptio)

d. Tanda buka penulisan resep dengan R/ (invecatio)

e. Nama obat, jumlah dan cara membuatnya (praescriptio atau ordinatio)

Yang berhak menulis resep adalah dokter, dokter gigi (terbatas pada pengobatan

gigi dan mulut) dan dokter hewan (terbatas pada pengobatan gigi dan mulut) dan

dokter hewan (terbatas pada pengobatan hewan).

Dokter gigi diberi izin resep dari segala macam obat untuk pemakaian melalui

mulut, injeksi (parental) atau cara pemakaian lainnya, khusus untuk mengobati

penyakit gigi dan mulut. Sedangkan pembiusan/patirasa secara umum tetap dilarang

bagi dokter gigi Depkes No. 19/Ph/62 Mei 1962.


2.5 10 Salinan Resep

Salinan resep adalah salinan yang dimuat oleh apotek, selain memuat semua

keterangan yang terdapat dalam resep asli juga memuat:

a. Nama dan alamat apotek

b. Nama dan nomor izin apotek pengelola apotek

c. Tanda tangan atau paraf apoteker pengelola apotek

d. Tanda det (detur) untuk obat yang sudah diserahkan dan ditanda nedet (nedetur)

untuk obat yang belum diserahkan, pada resep tanda …X diberi tanda detur / detur

…X

e. Nomor resep dan tanggal pembuatan

Istilah lain dari copy resep adalah apograph, exemplum, afschrtif. Apabila Apoteker

Pengelola Apoteker berhalangan melakukan tugasnya, penandatanganan atau pencantuman

paraf pada salinan resep yang dimaksud atas dilakukan oleh Apoteker Pendamping atau

Apoteker Pengganti dengan mencantumkan nama terang dan status yang bersangkutan.

Salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis atau yang merawat

penderita-penderita sendiri dan petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang

menurut perundang-undangan yang berlaku (contohnya petugas pengadilan bila diperlukan

untuk suatu perkara).

Dalam hal ini resep terdapat beberapa pengaturannya, sebagai berikut:

a. Salinan resep harus ditanda tangani oleh apoteker

b. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dalam jangka waktu 3 tahun

c. Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau

merawat penderita, penderita bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain

yang berwenang menurut undang-undang yang berlaku.

17 | L a p o r a n P r a k e r i n S M K P r a j n a p a r a m i t a M a l a n g
2.6 11 Penggolongan Obat

Mengingat peredaran obat saat ini jumlahnya lebih dari 5000 jenis obat, maka perlu

mengenal penggolongan obat yang beredar. Hal ini sangat diperlukan karena seperti yang

dikatakan dalam pengertian penggolongan obat yang menyatakan bahwa penggolongan

obat yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta

pengamanan distribusi.

Pengertian tersebut tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

917/Menkes/Per/X/1993 yang kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI Nomor

949/Menkes/Per/IV/2000. Penggolongan obat ini terdiri dari: obat bebas, obat bebas

terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika.

a. Obat Bebas

Dalam beberapa peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Depkes

pengertian obat bebas jarang didefinisikan, namun pernah ada salah satu Peraturan

Daerah Tingkat II Tangerang yakni Perda Nomor 12 Tahun 1994 Tentang izin

Pedagang Eceran Obat (PEO) memuat pengertian obat bebas adalah obat yang dapat

dijual bebas kepada umum tanpa resep dokter, tidak termasuk kedalam daftar

narkotika, psikotropika, obat keras, obat bebas terbatas dan sudah terdaftar di Depkes

RI.

Contoh:

a) Minyak Kayu Putih

b) Obat Batuk Hitam

c) Obat Batuk Putih

d) Tablet Paracetamol

e) Tablet Vit C, B Kompleks, E dan lain-lain


Penandaan obat bebas diatur berdasarkan S.K Menkes RI Nomor 2380/SK/VI/1983

tentang tanda khusus untuk obat bebas terbatas.

Tanda khusus untuk obat bebas yaitu bulatan berwarna hijau dengan garis tepi warna

hitam.

b. Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas atau obat yang masuk dalam daftar “W” menurut bahasa

Belanda “W” singkatan dari “Waarschung” artinya peringatan. Jadi maksudnya obat

yang bebas penjualannya disertai dengan tanda peringatan.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan obat-obatan kedalam

daftar obat “W” memberikan pengertian obat bebas terbatas adalah Obat Keras yang

dapat diserahkan kepada pemakaianya tanpa resep dokter, bila penyerahannya

memenuhi Persyaratan sebagai berikut:

a.Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari pabriknya atau

pembuatnya.

b.Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan tanda

peringatan yang tercetak sesuai contoh. Tanda peringatan tersebut berwarna putih

sebagai berikut:

P No. 1 : Awas! P No. 2 : Awas! P No. 3 : Awas! Obat


Obat Keras Obat Keras Keras

Bacalah aturan Hanya untuk kumur Hanya untuk bagian


memakainya jangan ditelan luar dari badan
P No. 4 : Awas! P No. 5 : Awas! Obat P No. 6 : Awas! Obat
Obat Keras Keras Keras

Hanya untuk Tidak boleh ditelan Obat wasir, jangan


dibakar ditelan

19 | L a p o r a n P r a k e r i n S M K P r a j n a p a r a m i t a M a l a n g
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.2380/A/SK/VI/83 tanda khusus

untuk obat bebas terbatas berupa lingkaran warna biru dengan garis tepi berwarna hitam.

Tanda khusus harus diletakan sedemikian rupa sehingga jelas terlihat dan mudah dikenal.

Contoh:

A. CTM

B. Asma Dex

C. Tremenza

D. Dexanta

E. Antasida Plus

F. Theophiline

c.Obat Keras

Obat keras atau obat daftar G menurut bahasa Belanda “G” singkatan dari

“Gevaarlijk” artinya berbahaya maksudnya obat dalam golongan ini berbahaya jika

pemakaiannya tidak berdasarkan resep dokter.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan/memasukan obat-

obatan kedalam daftar obat keras, memberikan pengertian obat keras, memberikan

pengertian obat keras adalah obat-obat yang ditetapkan sebagai berikut:

a. Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat disebut kanbahwa obat

itu hanya boleh diserahkan dengan resep dokter

b. Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata untuk

dipergunakan secara parental, baik degan cara suntikan maupun dengan cara

pemakaian lain dengan jalan merobek rangkaian asli dari jaringan.

c. Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah dinyatakan

secara tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan kesehatan manusia.
d. Semuaobat yang tercantum dalam daftar obat keras: obat itu sendiri dalam

substansi dan semua sediaan yang mengandung obat itu, terkecuali apabila

dibelakang nama obat disebutkan ketentuan lain, atau ada pengecualian Daftar

Obat Bebas Terbatas.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 02396/A/SK/VIII/1986 tentang

tanda khusus Obat Keras daftar G adalah lingkaran bulatan warna merah dengan garis tepi

berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi.

Contoh:

a. Amoxicilin

b. Ampicilin

c. Captopril

d. Glimepirid

e. Metformin

f. Rifampicin

d. Obat Wajib Apotek

Peraturan tentang Obat Wajib Apotek berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI

No. 347/Menkes/SK/VII/1990 yang telah diperbaharui dengan Keputusan Menteri No.

924/Menkes/Per/x/1993, dikeluarkan dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Pertimbangan yang utama untuk obat wajib apotek sama dengan pertimbangan

obat yang diserahkan tanpa resep dokter, yaitu meningkatkan kemampuan

masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan,

dengan meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional.

21 | L a p o r a n P r a k e r i n S M K P r a j n a p a r a m i t a M a l a n g
2. Pertimbangan yang kedua untuk peningkatan peran apoteker di apotek dalam

pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi serta pelayanan obat kepada

masyarakat.

3. Pertimbangan ketiga untuk peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk

pengobatan sendiri.Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan

oleh apoteker di apotek tanpa resep dokter.

Pada penyerahan obat wajib apotek ini terhadap apoteker terdapat kewajiban

sebagai berikut:

1. Memenuhi kebutuhan dan batas setiap jenis obat ke pasien yang disebutkan dalam

obat wajib apotek yang bersangkutan

2. Membuat catatan pasien serta obat yang diserahkan

3. Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakai, kontra indikasi, efek

samping, dan lain-lin yang perlu diperhatikan

e. Obat Golongan Narkotika

Pengertian narkotika menurut UU Nomor 22 Tahun 1997 tentang narkotika,

adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis

maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,

hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan

ketergantungan yang dibedakan ke dalam golongan I, II, dan III. Contoh:

1. Tanaman Papaver Somniferum

2. Tanaman Koka

3. Tanaman Ganja

4. Heroina (dalam keseharian yang dikenal sebagai “putaw” sering disalah gunakan

oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab)

5. Morfina
6. Opium

7. Codeina

Penandaan narkotika berdasarkan peraturan yang terdapat dalam Ordonansi Obat

Bius yaitu “Palang Medali Merah”

f. Obat Psikotropika

Pengertian psikotropika menurut UU Nomor 5 Tahun 1997 tentang psikotropika

adalah zat atau obat baik, alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang berkhasiat

psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas mental dan perilaku.

Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam Undang-Undang ini adalah

psikotropika yang mempunyai potensi sindroma ketergantungan, yang menurut Undang-

Undang tersebut dibagi kedalam 4 (empat) golongan yaitu: golongan I, II, III, IV.

Untuk psikotropika penandaan yang digunakan sama dengan penandaan untuk obat keras,

hal ini karena sebelum diundangkannya UU RI No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika,

maka obat-obat psikotropika termasuk obat keras yang pengaturannya ada dibawah

ordonansi obat keras STBL 1949 Nomor 419, hanya saja karena efeknya dapat

mengakibatkan sindroma ketergantungan sehingga dulu disebut obat keras tertentu.

Sehingga untuk psikotropika penandaannya: lingkaran bulat berwarna merah, dengan

huruf K berwarna hitam yang menyentuh garis tepi yang berwarna hitam.

Contoh:

Golongan I : Ekstasi

Golongan II : Metamfeamin(Sabu-Sabu)

Golongan III : Mugadon

Golongan IV: Diazepam

23 | L a p o r a n P r a k e r i n S M K P r a j n a p a r a m i t a M a l a n g
2.7 12 Berdasarkan Narkotika dan Psikotropika

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 9 Tahun 1976 tentang narkotika pasal 5

ayat 1, menyatakan bahwa Menteri Kesehatan memberikan izin kepada apotek untuk

membeli, menyediakan, memiliki dan menyimpan untuk persediaan, menguasai, menjual,

menyalurkan, menyerahkan, mengirimkan dan membawa atau mengangkut dan

menggunakan narkotika untuk kepentingan pengobatan. Apotek dilarang untuk mengulangi

menyerahkan obat-obat narkotika atas dasar resep yang sama dari seorang Dokter atau

dasar salinan resep.

Dalam UU No. 2 Tahun 1997 tentang narkotika dan UU No. 5 Tahun 1997 tentang

psikotropika, dinyatakan bahwa penyerahan obat-obat narkotika dan psikotropika hanya

dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan dokter.

Penyerahan obat-obat psikotropika oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, dan balai

pengobatan hanya dapat dilakukan berdasarkan resep dokter.

Penyimpanan obat-obat narkotika menurut Permenkes No. 28 Tahun 1978 dilakukan

pada:

a. Tempat khusus untuk menyimpan obat-obat narkotika berupa lemari yang dapat dikunci

dengan baik.

b. Tempat khusus tersebut harus memenuhi persyaratan

 Dibuat seluruhnya atau bahan lain yang kuat

 Harus mempunyai kunci yang kuat

 Tempat tersebut dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian

pertama untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam garamnya. Bagian kedua

untuk menyimpan persediaan obat-obat narkotika lainnya yang akan dipakai

sehari-hari.

 Jika tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40x80x100 cm,

maka lemari tersebut harus dilakatkan pada tembok atau lantai.


 Lemari khusus tersebut jika boleh digunakan untuk menyimpan barang-barang lain

selain obat-obat narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.

 Anak kunci dari lemari harus dikuasai oleh penanggung jawab apotek atau pegawai

lain yang dikuasakan.

 Lemari khusus tersebut disimpan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh

umum.

c. Untuk obat-obat narkotika yang rusak atau sudah tidak memenuhi syarat lagi,

maka pemegang izin khusus atau apoteker pengelola apotek, dapat memusnahkannya,

dengan disaksikan oleh:

a. Petugas Badan POM untuk importer, pabrik farmasi dan unit pedagang pusat.

b. Petugas Dinas Kesehatan, untuk pedagang besar farmasi penyalur narkotika dan

unit pergudangan propinsi.

c. Petugas Dinas Kesehatan DT II, untuk apotek, rumah sakit, puskesmas dan dokter.

d. Pemusnahan obat-obat narkotika harus disertai dengan pembuatan berita acara

pemusnahannya paling sedikit rangkap tiga yang memuat:

 Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan

 Nama pedagang izin khusus, atau APA

 Nama seorang saksi dari pemerintah, dan seorang saksi lain dari perusahaan

atau badan tersebut.

 Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan

 Cara pemusnahan

 Tanda tangan penanggung jawab apotek/pemegang izin khusus atau saksi.

POM dan Dinasa Kesehatan setempat.

Apotek berkewajiban untuk menyusun dan mengirimkan laporan bulanan

mengenai pemasukan dan pengeluaran obat-obat narkotika dan psikotropika ke

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan ke Balai POM.  

25 | L a p o r a n P r a k e r i n S M K P r a j n a p a r a m i t a M a l a n g
BAB III

URAIAN KHUSUS

3.1 Sejarah

Apotek Nayu Farma merupakan usaha swasta milik perseorangan dengan modal yang

berasal dari Pemilik Sarana Apotek Ibu Diana. Apotek Nayu Farma berdiri pada tanggal 5

Agustus 2015 dengan Surat Izin Apotek No. 442/SIA-89/1462/VIII-VIII-19/DKK/07 yang

bertempat di jalan Raya Karanglo No.52

Pemilik Apotek bekerja sama dengan APA dalam mengelola Apotek Nayu Farma.

Apotek Nayu Farma dikelola oleh seorang apoteker yang bernama Restu Puspita Sari S,Si

Apt.

3.2 Pengelolaan Apotek

Apotek Nayu Farma dikelola dengan baik dimulai dari struktur sampai kinerja apotek

dalam melayani masyarakat. Meski Apotek Nayu Farma terbilang apotek kecil tetapi

kualitasnya tak kalah dengan apotek lainnya hal ini dikarenakan pengelolaan apotek yang

teratur. Pengelolaan apotek meliputi: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,

pengawasan dan penilaian kinerja apotek.

3.3 Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan di Apotek Nayu Farma telah diatur sesuai tugas dan fungsinya.

Apotek Nayu Farma mempunyai beberapa orang karyawan yang terdiri dari APA, asisten

apoteker, administrasi dan pembantu umum. APA mempunyai hubungan koordinasi dengan

Pemiliki Sarana Apotek (PSA), yaitu dalam hal pengambilan kebijakan yang berhubungan

dengan perubahan model apotek (pengangkatan karyawan, perluasan usaha).


Apotek Nayu Farma dalam melaksanakan tugas dan fungsinya memberitahukan

pelayanan kepada masyarakat dan penanganan administrasi secara teratur memerlukan

personil-personil yang dapat menguasai bidangnya masing-masing. Apotek Nayu Farma

memiliki 3 orang karyawan yang terdiri dari:

a. Apoteker Pengelola Apotek : 1 orang

b. Asisten Apoteker : 1 orang

c. Administrasi : 1 orang

Karyawan yang bekerja setiap harinya dibagi dalam 2 shift yaitu pagi dan sore.

Pembagian waktu kerja ini setiap hari dari hari Senin sampai Sabtu tetap yaitu:

a. Shift pagi terdiri dari 2 orang Asisten Apoteker, 1 orang Administrasi

yang memiliki jam kerja dari jam 07.30 – 10.00

b. Shift sore terdiri dari 2 orang Asisten Apoteker, 1 orang Adminstrasi yang memiliki

jam kerja dari jam 16.00 – 20.00

3.4 Pengelolaan Obat

Pengelolaan obat di Apotek NAYU FARMA prinsipnya sama dengan apotek lainnya.

Apotek NAYU FARMA hanya menyediakan beberapa macam alkes seperti termometer,

masker, alat nebulizer.

a. Perencanaan

Untuk menghindari kekosongan obat atau maupun alkes, maka harus dibuat

perencanaan yang baik. Di Apotek NAYU FARMA setiap harinya dilakukan

pengecekan terhadap obat-obatan terutama obat-obat yang fast moving. Pengecekan

terbilang mudah dikarenakan obat-obatnya sedikit. Apabila ada obat yang habis atau

menjelang habis maka ditulis pada buku defekta, kemudian dari buku defekta nama-

nama obat yang akan dipesan diklarifikasikan sesuai dengan PBF-nya masing-masing

untuk kemudian ditulis pada surat pesanan (SP). Surat pesanan diserahkan kepada

27 | L a p o r a n P r a k e r i n S M K P r a j n a p a r a m i t a M a l a n g
distributor yang datang atau dapat melalui telepon. Khusus untuk pemesanan melalui

telepon surat pesanan diberikan menyusul pada saat barang dikirim ke apotek.

Pembayaran dapat dilakukan secara tunai atau kredit.

b. Penerimaan Barang

Obat-obat yang telah datang dari distributor disertai dengan faktur rangkap empat,

yaitu satu fraktur asli dan satu salinan untuk PBF dan dua salinanannya diberikan pihak

apotek untuk keperluan adminstrasi.

Setelah pengecekan barang baik jumlah, waktu kadaluarsa, dan kondisi fisik, maka

fraktur ditanda tangani oleh petugas yang menerima dan distempel untuk menyatakan

kesesuaian barang yang diterima.

c. Penyimpanan Barang

Obat-obat yang telah diterima kemudian disimpan. Penyimpanan dilakukan untuk

mencegah terjadinya kerusakan baik fisik maupun khasiatnya.

Penyimpanan di Apotek Nayu Farma dikelompokan sesuai dengan bentuk sediaan

disimpan pada sebuah lemari yang berukuran sedang. Misalnya obat yang sediaan sirup

dipisah dengan tablet. Sementara itu obat yang memerlukan penanganan khusus seperti

suppositoria, vaksin dan obat lainnya disimpan dalam lemari pendingin sesuai dengan

suhunya.

Di Apotek Nayu Farma tidak ada penyimpanan khusus untuk obat golongan psikotropika

dan narkotika. Hal ini dikarenakan obatnya hanya sedikit untuk narkotika hanya ada satu

jenis yakni codein, dan psikotropika ada empat jenis yakni piptal drop, luminal, stesolid

5 mg dan 10 mg, yang penyimpanannya disatukan dengan obat lainnya.

d. Pemakaian Barang

Obat-obat yang digunakan di Apotek Nayu Farma hanya obat-obat khusus untuk

anak, jadi dalam pemakaian tidak ada sistem khusus. Pemberian obat disertai dengan
informasi bagaimana aturan pakainya, cara penggunaan dan efek yang terjadi sehingga

pasien bisa mengetahui.

3.3 Personalia Apotek

Personalia di Apotek sebaiknya terdiri dari :

1. Apoteker (SIK)

2. Apoteker pendamping (VISUM)

3. Asisten Apoteker

4. Tenaga administrasi, juru racik, dan keamanan

3.4 Struktur Organisasi

Pemilik Sarana Apotek (PSA)

M.Ghonim

Apoteker Penanggung Jawab Apotek (APA)

Restu S.Farm .Apt

B. Admin
Asisten Apoteker
Tutik
Diana

29 | L a p o r a n P r a k e r i n S M K P r a j n a p a r a m i t a M a l a n g
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 INFLAMASI

Inflamasi adalah suatu respon protektif yang ditujukan untuk menghilangkan

penyebab awal jejas sel serta membuang sel dan jaringan nekrotik yang diakibatkan oleh

kerusakan asal. Inflamasi melaksanakan tugas pertahanannya dengan mengencerkan,

menghancurkan atau menetralkan agen berbahaya (misalnya mikroba atau toksin).

Inflamasi kemudian menggerakkan berbagai kejadian yang akhirnya menyembuhkan dan

menyusun kembali tempat terjadinya jejas. Dengan demikian, inflamasi juga terkait erta

dengan proses perbaikan, yang mengganti jaringan yang rusak dengan regenerasi sel

parenkim, dan atau dengan pengisian setiap defek yang tersisa dengan jaringan parut

fibrosa . Pada saat respon radang meliputi suatu perangkat kompleks berbagai kejadian

yang sangat harmonis, garis besar suatu inflamasi adalah sebagai berikut. Stimulus awal

radang memicu pelepasan mediator kimia dari plasma atau dari jaringan ikat. Mediator

terlarut itu, bekerja bersama atau secara berurutan, memperkuat respon awal radang dan

mempengaruhi perubahannya dengan mengatur respon vaskular dan selular berikutnya.

Respon radang diakhiri ketika stimulus yang membahayakan menghilang dan mediator

radang telah hilang, dikatabolisme atau diinhibisi . Pada bentuk akutnya ditandai oleh tanda

klasik : nyeri (dolor), panas (kolor), kemerahan (rubor), bengkak (tumor), dan hilangnya

fungsi (fungsiolesa). Secara histologis, menyangkut rangkaian kejadian yang rumit,

mencakup dilatasi arteriol, kapiler, dan venula, disertai peningkatan permeabilitas dan

aliran darah; eksudasi cairan, termasuk protein plasma; dan migrasi leukositik ke dalam

fokus peradangan
4.2 Rumusan Masalah

1. Apa Definisi dari Inflamasi?

2. Apa saja yang termasuk sel-sel Inflamasi?

3. Bagaimana Tanda dan Gejala Inflamasi ?

4. Apa saja Penyebab Inflamasi ?

5. Apa Patofisiologi Inflamasi ?

6. Bagaimana Proses Terjadinya Inflamasi Akut?

7. Bagaimana Proses Terjadinya Inflamasi Kronik?

8. Bagaimana Respons Tubuh saat terjadi Inflamasi?

9. Apa saja akibat dari Inflamasi akut dan kronik?

10. Bagaimana Proses Penyembuhan dan Perbaikan Jaringan?

11. Apa saja obat – obat penyembuhan Inflamasi ?

12. Apa saja cara alami pencegahan inflamasi ?

4.3 Pembahasan dari Rumusan Masalah

1. Definisi inflamasi

Inflamasi adalah reaksi protektif setempat yang ditimbulkan oleh cidera atau

kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi atau mengurung

(sekuester) baik agen pencidera maupun jaringan yang cidera itu. (Dorland)

Radang merupakan rangkaian reaksi yang menyebabkan musnahnya agen yang

membahayakan jaringan atau mencegah agen ini menyebar lebih luas sehingga

mengakibatkan jaringan yang cedera diperbaharui atau di ganti dengan jaringan baru

31 | L a p o r a n P r a k e r i n S M K P r a j n a p a r a m i t a M a l a n g
2. Sel-sel Radang

 Sel polimorfonukleus netrofil (mikrofag) terdiri dari (netrofil,eosinofil,basofil)

 Netrofil : Utama untuk fagositosis. Dibantu zat-zat anti, mempererat kontak

leukosit

 Basofil : Pertahanan pertama karena dapat migrasi dengan segera dan dalam

jumlah yang besar. Tidak berdaya pada kuman-kuman tertentu seperti tuberculosis

 Eosinofil : Jumlahnya bertambah dalam keadaan alergi, asthma, hipersensitif

terhadap kedatangan parasit terutama cacing. Khemoktasis dan fagositosis lebih

rendah dari netrofil

 Sel fagositik besar berinti bulat (makrofag)

 Dalam darah : Monosit (sebagian juga dari jaringan)

 Dalam jaringan : Makrofag, histiosit, sel kurrer, sel retikuendotel, sel datia

 Sel kupffer: makrofag yang melapisi sinus-sinus pada hati, daya fagosit sangat

besar sehingga darah yang melalui hati steril

 Sel retikuendotel: sel yang melapisi sinus-sinus kelenjar getah bening, sumsum

tulang dan limpa

 Sel datia: sel besar berinti banyak, perubahan dari makrofag pada keadaan-

keadaan tertentu,Beberapa sel bersatu krn pembelahan inti yang tidak disertai

pembelahan protoplasma

 Limfosit: dapat menghasilkan gammaglobulin (bag protein dari zat anti),

Meningkat pada radang menahun

 Sel plasma: tidak terdapat di dalam darah, membuat gamma globulin yang

berfungsi sebagai zat anti

3. Tanda dan Gejala


o Rubor (kemerahan), merupakan tanda pertama yang ditemukan di daerah radang,

disebabkan oleh arteriol yang berdilatasi

o Kalor (panas), terjadi bersamaan dengan rubor karena lebih

banyak darah (pada suhu 37oC) dialirkan dari dalam tubuh kepermukaan daerah

yang terkena dibandingkan ke daerah yang normal

o Tumor (pembengkakan), pembengkakan lokal yang disebabkan perpindahan cairan

dan sel-sel dari aliran darah kejaringan interstisial

o Dolor (nyeri), terjadi karena pembengkakan jaringan yang meradang sehingga

menimbulkan peningkatan tekanan lokal yang dapat menyebabkan nyeri

o Fungsio Laesa (perubahan fungsi), bagian yang bengkak, nyeri disertai sirkulasi

yang abnormal dan lingkungan kimiawi local yang abnormal, akhirnya berfungsi

secara abnormal

4. Penyebab Radang

a. Agen Kuman, Parasit, Jamur,dll

b. Benda-benda tajam

c. Suhu

d. Berbagai jenis sinar

e. Listrik

f. Zat-zat kimia

5. Patofisiologi Radang

33 | L a p o r a n P r a k e r i n S M K P r a j n a p a r a m i t a M a l a n g
Pembagian radang berdasarkan waktunya:

 Radang Akut

 Radang Sub Akut

 Radang Kronik

Pembagian radang berdasarkan kekhasan etiologinya:

 Radang spesifik / Radang kronik granulamatosa. Terbentuk jaringan granulasi yang

khas/spesifik. Contoh: Lepra, TBC, Mycotic Infections, dll

6. Proses Terjadinya Radang Akut

 Perubahan vascular pada radang akut

Urutan peristiwa yang terjadi adalah sebagai berikut :

o Mula- mulakan terjadi vasokonstriksi yaitu penyempitan pembuluh darah

terutama pembuluh darah kecil (arteriol).

o Kemudain akan terjadi vasodilatasi yang dimulai dari pembuluh arteriol yang

tadinya menyempit lalu diikuti oleh bagian lain pembuluh darah itu. Akibat

dilatesi itu,maka aliran darah akan bertambah sehingga pembuluh darah itu

penuh berisi darah dan tekanan hidrostatiknya meningkat, yang selanjutnya

dapat menyebabkan keluarnya cairan plasma dari pembuluh darah itu.

o Aliran darah menjadi lambat. Karena permeabilitas kapiler juga bertambah,

maka cairan darah dan protein akan keluar dari pembuluh darah dan

mengakibatkan darah menjadi kental

o Marginasi leukosit

Berdasarkan perbedaan intensitas jejas, maka reaksi yang terjasi dapat dikelompokkan

menjadi 3 kelompok yaitu:


a. Reaksi yang terjadi segera dan hanya berlangsung sebentar, akibat jejas ringan dan

hanya mengenai pembuluh kapiler

b. .Reaksi segera dan menetap, akibat jejas keras dan mengenai semua pembuluh darah

c. .Reaksi lambat dan menetap, akibat jejas ringan tetapi terus-menerus

 Reaksi selular pada radang akut

Pada fase awal yaitu 24 jam pertama, sel yang paling banyak bereaksi ialah sel neutrofil

atau leukosit PMN. Setelah fase awal yang bisa berlangsung selama 48 jam, mulailah sel

makrofag dan sel yang berperan dalam system kekebalan tubuh seperti limfosit dan sel

plasma beraksi. Urutan kejadian yang dialami oleh leukosit adalah sebagai berikut:

1.Penepian, leukosit bergerak ketepi pembuluh (margination)

2.Pelekatan, leukosit melekat pada dinding pembuluh darah (sticking)

3.Diapedesis, leukosit keluar dari pembuluh darah (emigrasi)

4.Fagositosis, leukosit menelan bakteri dan debris jaringan

7 Proses Terjadinya Peradangan Kronik

 Dapat terjadi setelah radang akut, baik karena rangsang pencetusyang terus-menerus

ada, maupun karena gangguan penyembuhan.

 Adanya radang akut yang berulang.

 Radang kronik yg mulai secara perlahan tanpa didahului radang akut klasik akibat

dari:

 Infeksi persisten oleh mikroba interseluler yang mempunyai toksisitas rendah tapi

sudah mencetuskan reaksi imunologik

 Kontak dengan bahan yg tdk dpt hancur ( zat nondegradable) silikosis &

asbestosis pada paru

 Reaksi imun terhadap jaringan tubuh itu sendiri (autoimun)

8. Respon Tubuh

35 | L a p o r a n P r a k e r i n S M K P r a j n a p a r a m i t a M a l a n g
 Radang akut

 Mencerminkan pengaruh mediator yang bekerja pada pembuluh darah. Setelah trauma

mekanik / injuri panas, perubahan permeabilitas vasa dapat timbul lebih awal dari

respons radang akut

 Dalam 30-60 menit dari injuri, granulosit neutrofil muncul. Mula-mula granulosit

neutrofil ini tampak mengelompok sepanjang sel-sel endotel pembuluh darah pada

daerah injuri. Setelah itu, leukosit menyusup keluar pembuluh darah dengan

menyelinap keluar pembuluh darah dengan menyelinap diantara sel-sel endotel.

 Dalam beberapa menit granulosit berada ekstravaskuler dan mulai mengelompok di

daerah injuri.

 Bila telah keluar dari pembuluh darah, neutrofil merupakan garis pertahanan pertama

melawan mikroorganisme yang masuk.

 Dalam empat sampai lima jam, jika respons inflamantoris akut berjalan terus, maka sel

 Mononuklear (termasuk monosit & limfosit) akan muncul pada daerah Radang kronik

 Bila inflamasi terkontrol, neutrofil tidak dikerahkan lagi dan berdegenerasi.

Selanjutnya dikerahkan sel mononuklear seperti monosit, inflamantoris, setelah keluar

dari pembuluh darah melalui cara yang sama

 Monosit memperbesar pertahanan dengan menambahkan fungsi fagosit mereka sendiri

ke daerah injuri, sementara limfosit membawa kemampuan immunologik untuk

berespons terhadap agen asing dengan fenomen humoral dan seluler spesifik.

 makrofag, limfosit dan sel plasma yang memberikan gambaran patologik dari

inflamasi kronik.

 Dalam inflamasi kronik, monosit dan makrofag mempunyai 2 peranan penting sebagai

berikut:

-Memakan dan mencerna mikroba


-Modulasi respon imun dan fungsi sel T melalui presentasi antigen dan sekresi sitokin

 Bila patogen persisten dalam tubuh, makrofag akan mengalihkan respons berupa

reaksi hipersensitivitas lambat yang melibatkan limfosit penuh.

 Jadi inflamasi akut ini dapat dianggap sebagai titik membaliknya respons inflamasi ke

arah respons monosit-makrofag.

9 .Akibat Radang Akut Dan Kronik

Akibat utama radang adalah perubahan jaringan, dapat berupa degenerasi, lisis

jaringan, dan proliferasi jaringan. Dipengaruhi antara lain oleh faktor-faktor host dan

faktor-faktor penyebab. :

 Keuntungan Radang

• Pengenceran toxin

• Antibodi masuk jaringan ekstravaskular

• Transportasi obat

• Pembentukan fibrin

• Penyaluran nutrien

• Stimulasi respons imun

• Lokasi jaringan yang rusak

• Persiapan untuk pemulihan jaringan

 Kerugian Pada Radang

• Jaringan normal dirusak

• Sembab: epiglotis, rongga

• Nyeri: gangguan fungsi

• Ruptura organ

• Fistula

• Reaksi imun kurang tepat

37 | L a p o r a n P r a k e r i n S M K P r a j n a p a r a m i t a M a l a n g
• Akibat penyakit: Glomerulonefritis, arthritis, bronchitis

• Fibrosis berlebihan: keloid, obstruksi usus, steril.

10.Proses Penyembuhan Dan Perbaikan Jaringan

Proses Penyembuhan dan perbaikan jaringan terjadi dalam 4 tahap yaitu:

 Resolusi

Resolusi adalah hasil penyembuhan ideal & terjadi pada respons radang akut hingga

cedera minor atau cedera dengan nekrosis sel parenkim minimal. Jaringan dipulihkan ke

keadaan sebelum cedera. Proses resolusi meliputi :

 Pembuluh darah kecil di daerah peradangan kembali ke Pembuluh darah kecil di

daerah peradangan kembali ke

 Permeabilitas normalnya

 Aliran cairan yang keluar pembuluh darah berhenti

 Cairan yang sudah dikeluarkan dari pembuluh darah diabsorpsi oleh limfatik

 Sel-sel eksudat mengalami disintegrasi keluar melalui limfatik atau benar-benar

dihilangkan dari tubuh

 Namun, apabila jumlah jaringan yang dihancurkan cukup banyak maka resolusi

tidak terjadi

 Regenerisasi

Regenerasi adalah penggantian sel parenkim yang hilang dengan pembelahan sel

parenkim yang bertahan di sekitarnya. Hasil akhirnya adalah penggantian unsur-unsur yang

hilang dengan jenis sel-sel yang sama. Faktor-faktor penentu regenerasi :

 kemampuan regenerasi sel yang terkena cedera (kemampuan untuk membelah)

 Jumlah sel viabel yang bertahan

 Keberadaan/keutuhan kerangka jaringan ikat yang cedera, atau keutuhan arsitektur

stroma
 Perbaikan / pemulihan dengan pembentukan jaringan ikat

o Pertumbuhan jaringan ikat muda ke arah dalam daerah peradangan disebut

organisasi.Jaringan ikat yang tumbuh itu disebut jaringan granulasi

o Secara mikroskopik jaringan Granulasi terdiridari pembuluh-pembuluh darah kecil

yang baru terbentuk (angioblas), fibroblas, sisa sel radang (berbagai jenis leukosit ;

makrofag, limosit, eosinofil, basofil, & neutrofil) , bagian cairan eksudat dan zat

dasar jaringan ikat longgar setengah cair. Fibroblas & angioblas pada jaringan

granulasi yang berasal dari fibroblas dan kapiler di sekelilingnya yang sebelumnya

ada

o Organisasi terjadi jika

 Banyak sekali jaringan yang menjadi nekrotik

 Eksudat peradangan menetap & tidak menghilang

 Masa darah (hematom) atau bekuan-bekuan darah tidak cepat menghilang

Bukti organisasi yang paling awal biasanya terjadi beberapa hari setelah dimulainya

Reaksi peradangan. Setelah kurang lebih 1 minggu, jaringan granulasi masih cukup

longgar & selular. Pada saatini, fibroblas jaringan granulasi sedikit demi sedikit mulai

menyekresikan prekursor protein kolagen yang larut, saat ini sedikit demi sedikit akan

mengendap sebagai fibril-fibril di dalam ruang intersisial jaringan granulasi. Setelah

beberapa waktu,semakin banyak kolagen yang tertimbun didalam jaringan

granulasi,yang sekarang secara bertahap semakin matang menjadi jaringan ikat kolagen

yang agak padat atau jaringan parut..Walaupun jaringan parut telah cukup kuat setelah

kira-kira 2 minggu, proses remodeling masih terus berlanjut,serta densitas & kekuatan

jaringan parut ini juga meningkat. Jaringan granulasi,yang pada awalnya cukup selular

& vaskula, lambat laun kurang selular & kurang vaskular serta menjadi kolagen yang

lebih padat

39 | L a p o r a n P r a k e r i n S M K P r a j n a p a r a m i t a M a l a n g
 Penyembuhan luka

 Proses penyembuhan luka yang mudah dipahami adalah proses penyembuhan pada

luka kulit. Proses penyembuhan luka terbagi menjadi 2 macam yaitu :

 Penyembuhan primer ( healing by first intention)

 Penyembuhan Sekunder ( healing by secondintention )

 Hari pertama pasca bedah.Setelah luka disambung & dijahit,garis insisi segera

 Terisi oleh bekuan darah yang membentuk kerak yang menutupi luka. Reaksi radang

akut terlihat pada tepi luka. Dan tampak infiltrat polimorfonuklear yang mencolok

 Hari kedua, terjadi Reepitelialisasi permukaan & pembentukan jembatan yang terdiri

dari jaringan fibrosa yang menghubungkan kedua tepi celah subepitel. Keduanya

sangat tergantung pada anyaman fibrin pada bekuan darah., karena ini memberikan

kerangka bagi sel epitel, fibroblas, dan tunas kapiler yang bermigrasi. Jalur-jalur tipis

sel menonjol di bawah permukan kerak, dari tepi epitel menuju ke arah sentral.

Tonjolan ini berhubungan satu sam lain, dengan demikian luka telah tertutup oleh

epitel.

 Hari ketiga, respon radang akut mulai berkurang, neutrofil digantikan oleh makrofag

yang membersihkan tepi luka dari sel-sel yang rusak dan pecahan fibrin

 Hari kelima, celah insisi biasanya terdiri dari jaringan granulasi yang kaya pembuluh

darah dan longgar. Dapat dilihat adanya serabut-serabut kolagen dimana-mana

 Akhir minggu pertama, luka telah tertutup oleh epidermis dengan ketebalan yang lebih

kurang normal, dan celah subepitel yang telah terisi jaringan ikat kaya pembuluh darah

ini mulai membentuk serabut-serabut kolagen

 Minggu kedua, fibroblas & pembuluh darah berploriferasi terus menerus, dan tampak

adanya timbunan progresif serabut kolagen. Kerangka fibrin sudah lenyap. Jaringan
parut masih tetap berwarna merah cerah sebagai akibat peningkatan vaskularisasai.

Luka belum memiliki daya rentang yang cukup berarti. Reksi radang hampir

seluruhnya hilang.

 Akhir minggu kedua, struktur jaringan dasar parut telah mantap. Jaringan parut

berwarna lebih muda akibat tekanan pada pembuluh darah, timbunan kolagen dan

peningkatan daya rentang luka.Luka bedah yang sembuh sempurna tidak akan

mencapai

 Kembali daya rentang, ekstensibilitas dan elastisitas yang dimiliki oleh kulit normal

11. Obat – obat penyembuhan Inflamasi

Ibuprofen dan aspirin sebenarnya bagian dari jenis obat anti inflamasi non steroid atau

dikenal pula dengan sebutanNon Steroidal Anti-Inflammation Drugs atau NSAID. Obat

jenis NSAID termasuk jenis yang heterogen, bahkan setiap jenisnya memiliki susunan

kimia yang berbeda satu dengan yang lain. Kesamaan dari jenis obat ini adalah fungsinya

sebagai anti inflamasi untuk mengatasi peradangan, anti piretik untuk menormalkan suhu

tubuh, dan fungsi analgesik untuk pereda nyeri.

12. Cara Alami Mengatasi Peradangan Atau Inflamasi

1. Hindari stres, Stres dapat memperburuk kondisi peradangan, oleh karena itu pentingnya

untuk menghindari stres dalam kehidupan kita. Selain dapat memperburuk kondisi

peradangan, stres juga bisa memicu munculnya beberapa gangguan penyakit pada tubuh

kita.

2. Vitamin. Dari semua vitamin, vitamin K2 ( menaquinone) sangat berperan penting dalam

melindungi tubuh terhadap peradangan. Penelitian telah menemukan bahwa vitamin K2

manfaat termasuk melindungi sel-sel saraf dari stres oksidatif dan mungkin mengurangi

kerusakan saraf (perkembangan memperlambat demensia). Vitamin K2 ditemukan untuk

mengurangi kanker hati pada wanita dan kanker prostat pada pria sambil menjaga fungsi

41 | L a p o r a n P r a k e r i n S M K P r a j n a p a r a m i t a M a l a n g
arteri (untuk mencegah pembekuan, serangan jantung dan stroke) dan memberikan

kepadatan pada jaringan tulang. Vitamin K2 ini merupakan vitamin K bentukan bakteri

yang terdapat dalam usus kita.

3. Zinc, Zinc merupakan bagian dari mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.

Kekurangan zinc dapat menyebabkan peningkatan peradangan seiring dengan

bertambahnya usia. Pada usia tua, tubuh akan mengalami kemunduran dalam menyerap

mineral Zinc sehingga pada usia tua, tubuh akan kekurangan pasokan dalam

memproduksi asam lambung.

Dalam usaha meningkatkan mineral seng, zat besi, magnesium, kalsium dan mineral

lainnya, pastikan untuk mengonsumsi vitamin C terlebih dahulu atau mengkonsumsi

makanan asam untuk membantu meningkatkan penyerapan mineral diatas.

Sumber utama vitamin vitamin C adalah tomat yang dimasak, buah jeruk dan cuka,

sementara makanan yang kaya zinc termasuk biji labu, daging herbivora dan seafood.

4. Paprika merah, bawang putih mentah dan bawang mentah harus dimasukkan dalam diet

anda karena suber tersebut sangat efektif dalam membantu mengurangi peradangan

dalam tubuh.

5. Banyak orang yang intoleransi gluten seperti gandum, roti dan kasein (susu). Individu

yang intoleransi gluten akan mengalami masalah auto imun. Selain itu pada individu

tersebut memiliki sistem sel kekebalan tubuh yang menganggap makanan tersebut diatas

sebagai penyerbu asing sehingga menimbulkan peradangan.

6. Meningkatkan konsumsi makanan dari kacang-kacangan juga sangat berperan dalam

mengatasi masalah peradangan dalam tubuh kita.

7. Paparan sinar matahari pagi sangat baik dalam meningkatkan kadar vitamin D,

sementara vitamin D ini dibutuhkan tubuh dalam mengurangi peradangan. Kekurangan

vitamin D dapat meningkatkan kerentanan tubuh terhadap peradangan kronis


43 | L a p o r a n P r a k e r i n S M K P r a j n a p a r a m i t a M a l a n g
Contoh Resep

Tentang Meloxicam

Meloxicam adalah salah satu obat antiinflamasi nonsteroid. Obat ini umumnya

digunakan untuk meredakan gejala-gejala arthritis , misalnya peradangan, pembengkakan,

serta kaku dan nyeri otot . Contoh penyakit radang persendian yang biasanya ditangani

dengan meloxicam adalah osteoartritis, rheumatoid arthritis , dan ankylosing spondylitis

Merek dagang : Arimed, Atrocox 7,7 / Atrocox 15, Flamoxi, Flasicox, Futamel, Melet,

Melogra, Meloxin, Movi-Cox, Movix, Moxam, Moxic / Moxic Forte, Ostelox, Relox,

Velcox, X-Cam

Golongan : Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Kategori : Obat resep

Manfaat : Meredakan gejala-gejala artritis

Dikonsumsi oleh : Dewasa dan anak-anak di atas 2 tahun

Bentuk : Tablet

45 | L a p o r a n P r a k e r i n S M K P r a j n a p a r a m i t a M a l a n g
Dosis meloxicam yang umumnya diberikan untuk dewasa adalah 7,5-15 mg per hari.

Dosis maksimal obat ini adalah 15 mg per hari.

Efek Samping dan Bahaya Meloxicam

Semua obat berpotensi menyebabkan efek samping, termasuk meloxicam. Beberapa efek

samping yang umum terjadi saat mengonsumsi obat ini adalah:

 Mual.

 Muntah.

 Gangguan pencernaan, seperti konstipasi atau diare.

 Nyeri ulu hati.

 Sakit kepala.

 Sulit tidur.

 Perut kembung.

Efek samping ini biasanya akan berkurang seiring penyesuaian tubuh terhadap obat. Segera

hentikan pemakaian obat dan temui dokter jika Anda mengalami efek samping yang serius,

seperti kesulitan bernapas, urine berwarna gelap, perubahan emosional, pembengkakan

pada tangan, kaki, wajah, tenggorokan, lidah, pingsan, linglung, detak jantung tidak

beraturan, tidak nafsu makan, kejang, nyeri dada, tinja berwarna hitam atau berdarah,

muntah darah, kulit dan mata yang menguning, serta telinga yang berdenging.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dilihat dari kegiatan prakerin dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Pengelolaan perbekalan farmasi di lapangan kerja yang bergerak

dibidang kefarmasian seperti apotek, meliputi: perencanaan atau

pengadaan, pemesananm penerimaan dan penyimpanan barang.

2) Prakerin di Apotek Nayu Farma menambah wawasan dan

pengetahuan dibidang kefarmasian bagi siswa-siswi.

3) Prakerin ini memberikan pengalaman bagi para siswa siswi dalam

menerapkan pelajaran yang didapat dari sekolah ke tempat lapangan kerja.

5.2 Saran

a. Saran untuk pihak apotek:

1) Penyimpanan barang di Apotek Nayu Farma sebaiknya ditata lebih

rapi kembali agar mempermudah dalam pengambilan.

2) Para siswa siswi lebih diterapkan sistem pembelajaran dalam ruang

3) lingkup lapangan kerja.

b. Saran untuk pihak sekolah:

Pembelajaran dalam teori dan praktek dalam bidang farmasi lebih ditingkatkan

kembali, agar siswa siswi paham mengenai pengelolaan apotek.

47 | L a p o r a n P r a k e r i n S M K P r a j n a p a r a m i t a M a l a n g
DAFTAR PUSTAKA

1. Anief, Moch. 1996. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Gajdah Mada Univercity

Press. Yogyakarta.

2. Buku Undang-undang Kesehatan Cetakan Kedua. 1997. Jakarta.

3. Buku Ilmu Resep Cetakan Kedua. Jakarta. 1997.

4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2002 Tentang Definisi Apotek.

5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 1981 Tentang Persyaratan Apotek.

6. “Farmakope Indonesia edisi III” Tahun 1979

7. Permenkes No.73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dan
aturan aturan terkait lainnya.

8. Informasi spesialite obat Indonesia” Volume 50, Tahun 2016

Anda mungkin juga menyukai