Anda di halaman 1dari 26

TEKNIK PEMERIKSAAN CT-SCAN KEPALA KONTRAS DENGAN

KLINIS MENINGIOMA DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT


UMUM DAERAH DR. R. KOESMA TUBAN

Disusun Oleh:

DICKY PRATAMA
151610383021

PRODI D-IV TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan sebagai laporan guna
memenuhi tugas Praktek Lapangan Kerja Program Studi Diploma IV Teknologi Radiologi
Pencitraan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga.

Nama : Dicky Pratama

NIM : 151610383021

Waktu Pelaksanaan : 15 April-15 Juni 2019

Tempat Pelaksanaan : Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma, Tuban

Judul Laporan Kasus: “Teknik Pemeriksaan CT-Scan Kepala Kontras dengan Klinis
Meningioma di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah dr. R.
Koesma Tuban”

Tuban,25 Mei 2019

Menyetujui,

Kepala Ruang Instalasi Radiologi


RSUD dr. R. Koesma Tuban Instruktur Klinis,

Ratna Yuli Yeti. Amd, Rad. Mohammad Sugiantoko, Amd, Rad_


NIP. 19700714 199703 2 006 NIN. 12.11.1.0002
Koordinator Program Studi
D-IV Teknologi Radiogi Pencitraan
Fakultas Vokasi Universitas Airlangga

Lailatul Muqmiroh, dr. Sp. Rad(K)


NIK. 19760720 201504 3 201

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan berkah yang dilimpahkan-
Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan studi kasus “Teknik Pemeriksaan CT-
Scan Kepala Kontras dengan Klinis Meningioma di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum
Daerah dr. R. Koesma Tuban”
Laporan Kasus ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan
(PKL) Semester VI Program Studi D-IV Teknologi Radiologi Pencitraan Fakultas Vokasi
Universitas Airlangga Surabaya
Dalam penyusunan laporan studi kasus ini tidak akan berhasil tanpa segenap bantuan,
saran, dan bimbingan dari berbagai pihak yang berpengaruh di sekitar penyusun. Untuk itu,
penyusun juga mengucapkan terimakasih sebesar – besarnya kepada:
1. Orang tua penyusun
2. Lailatul Muqmiroh, dr. Sp. Rad(K) selaku Ketua Prodi D-IV Teknologi Radiologi
Fakultas Vokasi Universitas Airlangga
3. Ratna Yuli Yeti ,Amd. Rad. selaku Kepala Ruang di Instalasi Radiologi Rumah Sakit
Umum Daerah dr. R. Koesma Tuban
4. Mohammad Sugiantoko ,Amd. Rad. selaku Klinis Praktek Kerja Lapangan Rumah Sakit
Umum Daerah dr. R. Koesma Tuban
5. Seluruh Radiografer dan Staf Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah dr. R.
Koesma Tuban
6. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan Laporan Kasus ini
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan studi
kasus ini. Oleh karena itu, penyusun sangat berharap adanya kritik dan saran yang membangun
dari pembaca, guna memperbaiki penulisan laporan kasus selanjutnya. Penyusun juga berharap
dengan penyusunan laporan kasus ini bisa bermanfaat bagi penyusun maupun para pembaca.

Tuban, 25 Mei 2019

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah............................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3. Tujuan Penulisan .......................................................................... 2
1.4. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 2
1.5. Manfaat Penulisan ........................................................................ 3
BAB II DASAR TEORI ....................................................................................... 4
2.1. Anatomi ......................................................................................... 4
2.2. Patologi Meningioma .................................................................... 6
2.3. Teknik CT-Scan Kepala Kontras .................................................. 9
2.4. Proteksi Radiasi............................................................................. 13
BAB III PEMBAHASAN .................................................................................... 14
3.1. Identitas Pasien ............................................................................. 14
3.2. Riwayat Pasien .............................................................................. 14
3.3. Prosedur Pemeriksaan ................................................................... 14
3.4. Hasil Pembacaan Radiograf .......................................................... 18
3.5. Kelebihan dan Kekurangan CT-Scan Kepala Kontras .................. 19
3.6. Pembahasan Kasus ........................................................................ 19
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 21
4.1. Kesimpulan ................................................................................... 21

4.2. Saran.............................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA. .......................................................................................... 22

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Radiologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah radiasi
pengion untuk tujuan diagnosis maupun terapi. Seiring berjalannya waktu perkembangan
peralatan radiologi semakin maju dan efisien yang menuntu manusia untuk meningkatkan
kemampuan, kinerja, dan kualitas seorang radiographer. Oleh sebab itu, Praktik Kerja
Lapangan (PKL) merupakan salah satu program yang dapat meningkatkan kemampuan,
keterampilan, dan wawasan mahasiswa D-IV Teknologi Radiologi Pencitraan dalam
bidang pemeriksaan radiologi untuk menghasilkan citra guna mengevaluasi suatu diagnosa
atau penyakit.
Berbagai jenis penyakit dapat menyerang bagian tubuh yang mana terdapat organ
yang cukup vital pada tubuh kita, salah satunya adalah kepala yang terdapat organ otak
didalamnya. Kepala sangat rentan mengalami benturan maupun masalah kesehatan
lainnya, oleh karenanya harus ada penanganan yang cepat dan serius jika terjadi gangguan
pada kepala. Management trauma serta penanganan terhadapat pasien haruslah sangat
diperhatikan apalagi jika pasien sudah mulai kehilangan kesadaran. Maka proses
pemeriksaan radiologi sangat dibutuhkan untuk proses diagnose guna penanganan lebih
lanjut.
Pemeriksaan CT-Scan Kepala mungkin dilakukan karena beberapa alasan berikut,
yaitu untuk mendiagnosa apakah ada perdarahan, sinusitis, fraktur akibat benturan, tumor,
kehilangan kesadaran, dan penyakit yang timbul sejak lahir seperti hydrocephalus, untuk
mengevaluasi penyempitan dan pembesaran pembuluh darah pada otak atau trauma
lainnya.
Pada kasus diagnosa Meningioma ini pemeriksaan CT-Scan dengan penggunaan
media kontras sangat efisien untuk dilakukan karena bisa mengevaluasi bagaimana
jalannya sistem aliran darah pada pembuluh darah di otak dengan baik apakah terdapat
suplai pembuluh darah menuju tumor pada daerah meningen tersebut. Maka dari itu
permintaan dokter pengirim dari Poli Bedah Syaraf RSUD dr. R. Koesma Tuban untuk
menggunakan teknik CT-Scan Kepala dengan Kontras. Hal inilah yang menarik penyusun
untuk mengangkat kasus pemeriksaan CT-Scan Kepala Kontras menjadi laporan studi
kasus, karena intensitas pemeriksaan dengan klinis tersebut cukup banyak sehingga perlu
adanya sebuah parameter untuk dijadikan sebuah acuan guna menghasilkan citra yang
baik.
1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan, maka dapat dirumuskan
data sebagai berikut:
1. Bagaimana teknik pemeriksaan CT-Scan Kepala Kontras dengan klinis
Meningioma di RSUD dr. R. Koesma Tuban?
2. Apakah citra radiograf yang dihasilkan telah cukup memberikan informasi yang
diharapkan?
3. Apakah kelebihan dan kekurangan pada penggunaan teknik pemeriksaan CT-Scan
Kepala Kontas?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan laporan kasus ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan CT-Scan Kepala Kontras dengan klinis
Meningioma di RSUD dr. R. Koesma Tuban
2. Untuk mengetahui informasi anatomi dan patologi kepala
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pada penggunaan teknik pemeriksaan
CT-Scan Kepala Kontras

1.4. Metode Pengumpulan Data


Dalam penulisan laporan kasus ini, penyusun menggunakan metode pengumpulan
data sebagai berikut:
1. Metode Kepustakaan
Metode pengumpulan data pustaka, yaitu membaca dan mencetak serta mengolah
bahan penelitian. Penulis lakukan pada metode ini yaitu mengumpulkan informasi
dari berbagai buku dan media internet yang berhubungan dengan masalah dan kasus
yang dikemukakan untuk mendukung pembahasan studi kasus.
2. Metode Observasi
Metode pengumpulan data yang dilakukan observasi secara langsung mengenai
teknik pemeriksaan CT-Scan Kepala Kontras dengan klinis Meningioma di RSUD
dr. R. Koesma Tuban
3. Metode Dokumentasi
Metode pengumpulan data dengan mengambil data dari dokumen hasil dari
radiograf.

2
1.5. Manfaat Penulisan
Manfaat dari pembuatan laporan kasus ini yakni diharapkan dapat digunakan
sebagai acuan untuk menambah wawasan bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca
pada umumnya mengenai patologi yang dapat terjadi pada kepala yang merupakan bagian
tubuh sangat vital yang rentan terhadap berbagai penyakit dan juga sangat rentan terjadi
trauma serta tata laksana pemeriksaan CT-Scan Kepala.

3
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Anatomi
2.1.1 Anatomi Otak

Gambar 1.1 Anatomi dan Struktur Otak (Subotta)

Bagian-Bagian Otak Otak melaksanakan semua fungsi yang disadari. Otak


bertanggung jawab terhadap pengalaman-pengalaman berbagai macam sensasi atau
rangsangan terhadap kemampuan manusia untuk melakukan gerakan-gerakan yang
menuruti kemauan (disadari), dan kemampuan untuk melaksanakan berbagai macam
proses mental, seperti ingatan atau memori, perasaan emosional, intelegensia,
berkomunikasi, sifat atau kepribadian dan ramalan.

a. Otak besar (serebrum) Otak besar merupakan bagian terbesar dan terdepan dari otak
manusia. Otak besar mempunyai fungsi dalam mengatur semua aktivitas mental,
yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensia), ingatan (memori), kesadaran, dan
pertimbangan. Otak besar terdiri atas Lobus Oksipitalis sebagai pusat penglihatan,
Lobus temporalis yang berfungsi sebagai pusat pendengaran, dan Lobus frontalis
yang berfungsi sebagai pusat kepribadian dan pusat komunikasi.
b. Otak tengah (mesensefalon) Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan
varol. Otak tengah berfungsi penting pada refleks mata, tonus otot serta fungsi posisi
atau kedudukan tubuh.

4
c. Otak depan (diensefalon) Otak depan terdiri atas dua bagian, yaitu thalamus yang
berfungsi menerima semua rangsang dari reseptor kecuali bau, dan hipothalamus yag
berfungsi dalam pengaturan suhu, pengaturan nutrien, penjagaan agar tetap bangun,
dan penumbuhan sikap agresif.
d. Otak kecil (serebelum) mempunyai fungsi utama dalam koordinasi terhadap otot dan
tonus otot, keseimbangan dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau
berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak
mungkin dilaksanakan. Otak kecil juga berfungsi mengkoordinasikan gerakan yang
halus dan luwes.
e. Jembatan varol (pons varoli) Jembatan varol merupakan serabut saraf yang
menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan. Berperan menghantarkan impuls
otot tubuh bagian kanan-kiri. Selain itu, menghubungkan otak besar dan sumsum
tulang belakang.
f. Medula oblongata memiliki fungsi menghubungkan antara otak dengan sumsum
tulang belakang. Batas antara medulla oblongata dengan sumsum tulang belakang
tidaklah jelas, sehingga medulla oblongata sering disebut juga dengan sumsum
lanjutan. Medulla oblongata memiliki peran dalam mengatur pernafasan,denyut
jantung,pelebaran dan penyempitan pembuluh darah, gerak menelan, dan batuk
g. Meninges atau selaput menengia
Meninges adalah jaringan yang memisahkan otak dengan tulang tengkorak dan
membentuk sistem saraf pusat. Meninges terdiri dari beberapa bagian yaitu
duramater, arachnoid, dan piamater. Selain itu, pada meninges terdapat juga cairan
serebrospinal, jaringan saraf, dan pembuluh darah. Duramater adalah lapisan terluar,
arachnoid terletak di tengah, dan piamater terdapat di dalam. Penyakit infeksi yang
menyerang meninges disebut meningitis. Kata meninges berasal dari bahasa Yunani
Kuno μῆνιγξ (mēninx) yang berarti “membran”. Fungsi utama meninges adalah
untuk melindungi sistem saraf pusat.

5
Gambar 1.2 Anatomi Otak (Netter, Frank H. 2011)

2.2. Meningioma
2.2.1 Pengertian Meningioma
Istilah meningioma pertama kali dipopulerkan oleh Harvey Cushing pada tahun
1922. Meningioma merupakan tumor jinak ekstra-aksial atau tumor yang terjadi di luar
jaringan parenkim otak yaitu berasal dari meninges otak. Meningioma tumbuh dari sel-sel
arachnoid cap dengan pertumbuhan yang lambat (Al-Hadidy, 2007).

2.2.2 Edemiologi Meningioma


Meningioma merupakan tumor jinak intrakranial yang paling sering dijumpai.
Meningioma diperkirakan sekitar 15-30% dari seluruh tumor primer intrakranial pada
orang dewasa. Prevalensi meningioma berdasarkan konfirmasi pemeriksaan histopatologi
diperkirakan sekitar 97,5 penderita per 100.000 jiwa di Amerika Serikat. Prevalensi ini
diperkirakan lebih rendah dari yang sebenarnya karena tidak semua meningioma ditangani
secara pembedahan (Wiemels, 2010; Claus, 2005).
Beberapa hal yang memengaruhi insiden adalah usia, jenis kelamin dan ras.
Insiden terjadinya meningioma meningkat dengan pertambahan usia dan mencapai puncak
pada usia di atas 60 tahun. Insiden meningioma pada anakanak sekitar 4% dari seluruh
kejadian tumor intrakranial. Beberapa penelitian melaporkan bahwa insiden meningioma
pada ras hitam Non-hispanics sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan ras putih Non-
Hispanics dan Hispanics. Jenis kelamin juga memengaruhi prevalensi dari meningioma,
yaitu dua kali lebih tinggi pada wanita dibandingkan dengan pria (Wiemels, 2010;
Rockhill, 2007).
6
2.2.3 Klasifikasi Meningioma
Meningioma dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi tumor, pola pertumbuhan
dan histopatologi. Berdasarkan lokasi tumor dan urutan paling sering adalah konveksitas,
parasagital, tuberkulum sella, falks, sphenoid rigde, cerebellopontine angle, frontal base,
petroclival, fosa posterior, tentorium, middle fossa, intraventricular dan foramen magnum.
Meningioma juga dapat timbul secara ekstrakranial walaupun sangat jarang, yaitu pada
medula spinalis, orbita, cavum nasi, glandula parotis, mediastinum dan paru-paru (Al-
Mefty, 2005; Chou, 1991).

Pola pertumbuhan meningioma terbagi dalam bentuk massa (en masse) dan
pertumbuhan memanjang seperti karpet (en plaque). Bentuk en masse adalah meningioma
globular klasik sedangkan bentuk en plaque adalah tumor dengan adanya abnormalitas
tulang dan perlekatan dura yang luas (Talacchi, 2011). Pembagian meningioma secara
histopatologi berdasarkan WHO 2007 terdiri dari 3 grading dengan resiko rekuren yang
meningkat seiring dengan pertambahan grading (Fischer & Bronkikel, 2012).

2.2.4 Faktor-faktor Resiko


 Radiasi Ionisasi
Radiasi ionisasi merupakan salah satu faktor resiko yang telah terbukti menyebabkan tumor
otak. Penelitian-penelitian yang mendukung hubungan antara paparan radiasi dan
meningioma sejak bertahun-tahun telah banyak jumlahnya. Proses neoplastik dan
perkembangan tumor akibat paparan radiasi disebabkan oleh perubahan produksi base-pair
dan kerusakan DNA yang belum diperbaiki sebelum replikasi DNA. Penelitian pada orang

7
yang selamat dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki menemukan bahwa terjadi
peningkatan insiden meningioma yang signifikan (Calvocoressi & Claus, 2010).

 Cedera Kepala
Cedera kepala merupakan salah satu resiko terjadinya meningioma, meskipun
hasil peneltian-penelitian tidak konsisten. Penelitian kohort pada penderita cedera kepala
dan fraktur tulang kepala menunjukkan adanya hubungan dengan terjadinya meningioma
secara signifikan. Resiko meningioma berdasarkan banyaknya kejadian cedera kepala dan
bukan dari tingkat keparahannya (Wiemels, 2010; Phillips, 2002).
 Genetik
Umumnya meningioma merupakan tumor sporadik yaitu tumor yang timbul
pada pasien yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan penderita tumor otak jenis
apapun. Sindroma genetik turunan yang memicu perkembangan meningioma hanya
beberapa dan jarang. Meningioma sering dijumpai pada penderita dengan
Neurofibromatosis type 2 (NF2), yaitu Kelainan gen autosomal dominan yang jarang dan
disebabkan oleh mutasi germline pada kromosom 22q12 (insiden di US: 1 per 30.000-
40.000 jiwa). Selain itu, pada meningioma sporadik dijumpai hilangnya kromosom, seperti
1p, 6q, 10, 14q dan 18q atau tambahan kromosom seperti 1q, 9q, 12q, 15q, 17q dan 20q
(Evans, 2005; Smith, 2011).
 Hormon
Predominan meningioma pada wanita dibandingkan dengan laki-laki memberi
dugaan adanya pengaruh ekspresi hormon seks. Terdapat laporan adanya pengaruh ukuran
tumor dengan kehamilan, siklus menstruasi, dan menopause. Penelitian-penelitian pada
paparan hormon endogen memperlihatkan bahwa resiko meningioma berhubungan dengan
status menopause, paritas, dan usia pertama saat menstruasi, tetapi masih menjadi
kontroversi (Wiemels, 2010; Barnholtz-Sloan, 2007; Taghipour, 2007).

Pemeriksaan penunjang radiologi pada meningioma dapat berupa foto x-ray,


CT-scan kepala baik dengan maupun tanpa kontras dan MRI. Pada foto x-ray dapat
ditemukan gambaran khas, yaitu hiperostosis, peningkatan vaskularisasi dan kalsifikasi.
Pada CT-scan tanpa kontras, meningioma akan memberikan gambaran isodense hingga
sedikit hyperdense dan kalsifikasi. Sedangkan CT-scan dengan kontras akan memberikan
gambaran massa yang menyangat kontras dengan kuat dan homogen. Gambaran
hiperostosis, edema peritumoral dan nekrosis sentral dapat dijumpai pada pencitraan CT-

8
scan kepala. Gambaran khas pada CT-scan kepala adalah adanya dural tail yaitu duramater
yang melekat pada tulang (Osborn, 2004; Mary, 2013).

2.3. Teknik CT-Scan Kepala Kontras


2.3.1 Persiapan Pasien
 Pasien diberikan penjelasan tentang pemeriksaan yang akan diperiksa.
 Pasien dianamnesa apakah apa terdapat alergi (pemeriksaan kontras), untuk
pasien wanita apakah sedang hamil.
 Pasien diminta mengisi inform consent apabila telah selesai anamnase dan
dipastikan tidak terpasang dan dilepaskan benda yang bersifat logam di area
tubuh yang akan dilakukan pemeriksaan.
 Pasien dihimbau untuk mengganti baju dengan baju pasien yang telah
disiapkan di ruang ganti.
 Pasien dihimbau untuk tidak bergerak saat pemeriksaan dilaksanakan.
 Pasien yang non kooperatif, gelisah, diberikan sedari agar tenang.
 Nilai GFR pasien 60 – 120
 Nilai BUN >40 dan Kreatinin >1.5
 Puasa 4 Jam sebelum pemeriksaan.

2.3.2 Indikasi dan Kontra Indikasi CT-Scan Kepala


Indikasi
 Cedera kepala
 Stroke
 Sakit kepala
 Evaluasi awal space occupying lession (SOL)
 Penurunan kesadaran yang tidak dapat dijelaskan
 Kejang
 S. hydrosefalus
 Hematoma Intracranial
 Gangguan Psikiatrik
 Pusing
 Penyakit vaskular oklusif,
 Evaluasi Aneurisma.

9
 Meningioma
 Dan Lainnya
Kontra Indikasi
 Pasien Hamil
 Alergi Obat (pada pmx dengan IVCM)
 Renal Failure

2.3.3 Alat & Bahan


 Media Kontras Iodine (Iopamiro)
 Salin (NaCl) bila diperlukan
 Spet ukuran 50 cc
 Abocath
 Handscoon
 Alkohol Swap
 Fiksasi Kepala
 Obat penenang (bila perlu)
 Peralatan anastesi (bila perlu)
 CT-Scan
 Komputer Concole

2.3.4 Pengaturan Posisi Pasien dan Objek Evaluasi


 Posisikan pasien Supine dengan kepala didahulukan (Head First)
 Kepala hiperfleksi dan diletakkan pada head holder. Agar gambaran simetris
kepala diposisikan sehingga mid sagital plane sejajar dengan lampu indikator
longitudinal dan interpupilary line sejajar dengan lampu indikator horizontal.
 Lengan pasien diletakkan diatas perut atau disamping tubuh.
 Gantry disudutkan paralel dengan supra orbita meatal baseline sebelum
pemeriksaan dilakukan.

2.3.5 Parameter Scanning


Parameter CT-Scan Kepala rutin :
Scanogram : Kepala irisan sagital
Range : Mulai foramen magnum-vertex
Slice thickness : 7-10 mm (kepala), 3-5 mm (tulang facialis)
10
Scan time : 30-40 s
Dellay :3s
Gantry tilt : Paralel dengan supraorbita meatal baseline
Kv : 120
mAS : 350 CTDI vol <60
Kolimasi (mm) : 0,6
Pitch : 0,65-0,95
Scan direction : Craniocaudal
Kernel : Standart

2.3.6 Gambaran Filming CT-Scan Kepala Kontras


Gambaran yang disajikan adalah sebanyak 2 lembar Film. Lembar pertama berisi 1
gambar Topogram, 19 gambar potongan Axial Non-Kontras dan 5 Gambar potongan
Coronal dengan Kontras, untul lembar kedua berisi 20 Gambar potongan Axial dengan
Kontras dan 5 Gambar potongan Sagital dengan Kontras, serta tambahan beberapa irisan
kondisi bone dan gambar 3D bila diperlukan.

Kepala Non Kontras

11
Kepala Kontras

12
 Kriteria radiograf
 Gambaran Axial, Sagital, dan Coronal tervisualisasi baik
 Terlihat Gambaran Rongga Sinus dengan baik
 Gambaran Ventrikel
 Gambaran dari pembuluh darah
 Menampakan kelainan yang dicurigai

2.4. Proteksi Radiasi


2.4.1. Proteksi bagi pasien
 Pemeriksaan dengan CT-Scan hanya dilakukan atas permintaan dokter
dengan klinis dan posisi yang jelas
 Mengatur FOV pemeriksaan sesuai dengan kebutuhan
 Waktu penyinaran sesingkat mungkin
 Pasien menggunakan apron pada bagian krusial dan tidak menutupi
kebutuhan pemeriksaan CT-Scan

2.4.2. Proteksi bagi keluarga pasien yang membantu pelaksanaan radiografi


 Menggunakan apron pada saat pelaksaanan ekspose jika keluarga
dibutuhkan untuk menemani pasien

2.4.3. Proteksi bagi petugas


 Menggunakan alat monitoring radiasi secara continue selama bertugas
(dosimeter saku, tld, dsb)

2.4.3. Proteksi bagi masyarakat umum di sektiar ruang pemeriksaan radiologi


 Pintu pemeriksaan tertutup rapat dan memastikan tidak ada celah yang
terbuka

13
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Identitas Pasien


Nama : Ny. Tursini
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 58 Tahun
No. RM : 020634
Pengirim : Poli Bedah Syaraf RSUD dr. R. Koesma
Tanggal Pemeriksaan : 14 Mei 2019
Permintaan Pemeriksaan : CT-Scan Kepala dengan Kontras
Diagnosa : S. Meningioma

3.2. Riwayat Pasien


Pada tanggal 09 Mei 2019, pasien dirujuk dari Poli Bedah Syaraf untuk melakukan
CT-Scan Kepala dengan Kontras. Pada tanggal 14 April 2019, pasien masuk di Instalasi
Radiologi RSUD dr. R. Koesma untuk dilakukan pemeriksaan CT-Scan Kepala Kontras,
sebelumnya dilakukan pemeriksaan foto Thorax PA terlebih dahulu. Setelah melakukan
pemeriksaan Thorax barulah pasien di pindahkan ke ruang CT-Scan. Sebelum pemeriksaan
dilakukan petugas melihat rekam medis pemeriksaan BUN dan Kreatinin darah pasien,
untuk memastikan pasien aman dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan kontras.
Setelah sudah dipersiapkan segala keperluan dan posisi pasien sudah diatur maka scan bisa
dilakukan. Pemeriksaan CT-Scan sangat efektif untuk mengetahui kelainan patologis dari
pasien, selain karena waktu pemeriksaan yang relatif cukup cepat gambaran hasil dari
pemeriksaan ini sangat informatif bagi dokter radiologi dalam melakukan diagnosa

3.3. Prosedur Pemeriksaan


3.3.1. Persiapan Alat dan Bahan
 CT-Scan Siemens Somatom Emotion 16 Slice siap pakai :
Merk : Siemens
Tipe : M-CT-172
No. Seri : 989351104
kV : 110
mAs : 220
Scan Time : 30-40 s
14
Delay :3s
Slice : 5 mm
Range : 241.0-281.0
Table Position : 441.0
Height : 160.0
Scan Direction : Caudocranial
 Media Kontras Iodine (Iopamiro 370)/ 50 cc
 Salin (NaCl) bila diperlukan
 Spuit ukuran 50 cc lubang pinggir
 Spuit 5 cc
 Handscoon
 Venvlon 18cc/20cc
 Needle 18 cc
 Dexamethason injeksi
 Alkohol Swap
 Fiksasi Kepala
 Obat penenang (bila perlu)
 Peralatan anastesi (bila perlu)

3.3.2. Persiapan Pasien


Pasien dan keluarga pasien diberikan penjelasan tentang pemeriksaan CT-yang
akan dilakukan. Melakukan anamnase kelapada pasien apakah apa terdapat alergi
(pemeriksaan kontras), untuk pasien wanita ditanyakan apakah sedang hamil. Pasien atau
keluarga pasien diminta mengisi inform consent apabila telah selesai anamnase. Lalu
melepaskan benda yang bersifat logam di area tubuh yang akan dilakukan pemeriksaan.
Menghimbau kepada pasien untuk tidak bergerak saat pemeriksaan dilaksanakan. Bila
pasien yang non kooperatif, gelisah, diberikan sedasi atau obat penenang agar tenang. Nilai
GFR pasien 60 – 120 dan pasien diusahakan puasa 4 Jam sebelum pemeriksaan.

3.3.3. Teknik Pemeriksaan


Posisi Pasien dan Objek Evaluasi
 Posisikan pasien Supine dengan kepala didahulukan (Head First)

15
 Kepala hiperfleksi dan diletakkan pada head holder. Agar gambaran simetris
kepala diposisikan sehingga mid sagital plane sejajar dengan lampu indikator
longitudinal dan interpupilary line sejajar dengan lampu indikator horizontal.
 Lengan pasien diletakkan diatas perut atau disamping tubuh.
 Gantry disudutkan paralel dengan supra orbita meatal baseline sebelum
pemeriksaan dilakukan.
 Prosedur pelaksanaan.
Sebelum melakukan Scanning Kepala Non-Kontras pasien terlebih
dahulu dipasang Venvlon pada vena cubitii untuk membuat IV Line, bila memang
pasien tidak koperatif maka diberikan obat penenang dan juga diberikan obat anti
alergi yaitu dexamethason. Sebelumnya dipersiapkan kontras sesuai dengan berat
badan pasien, kontras yang digunakan adalah jenis non-ionik (iodine) dengan
merk iopamiro 370 lalu dimasukan kedalam spuit 50cc. Setelah pasien sudah
diposisikan maka dilakukan scan untuk membuat gambaran CT-Scan Kepala
Non-Kontras terlebih dahulu, sesuai protocol yang sudah diatur. Jika dirasa hasil
CT-Scan Kepala Non-Kontras sudah baik maka dilanjutkan untuk penginjeksian
kontras, penginjeksian kontras dilakukan melalui venvlon yang sudah dibuat,
setelah kontras masuk seluruhnya petugas bergegas kembali ke meja console
untuk melakukan scan kepala dengan kontras. Setelah scan berakhir petugas lalu
merecon hasil scanning, lalu dibuatlah potongan-potongan sesuai prosedur dan
kelainan

3.3.4 Gambaran Filming CT-Scan Kepala Kontras


Gambaran yang disajikan adalah sebanyak 2 lembar Film. Lembar pertama berisi 1
Gambar Topogram, 19 Gambar potongan Axial Non-Kontras dan 5 Gambar potongan
Coronal dengan Kontras, untul lembar kedua berisi 20 Gambar potongan Axial dengan
Kontras dan 5 Gambar potongan Sagital dengan Kontras, serta tambahan beberapa irisan
kondisi bone dan gambar 3D bila diperlukan

16
Kepala Non Kontras

Kepala Kontras

17
3.3.5 Kriteria radiograf
 Gambaran Axial, Sagital, dan Coronal tervisualisasi baik
 Terlihat Gambaran Rongga Sinus dengan baik
 Gambaran Ventrikel
 Gambaran dari pembuluh darah
 Menampakan kelainan yang dicurigai

3.4 Hasil Pembacaan Radiograf


Tampak lesi solid (38 HU) extraaxial batas tegas ukuran sekitar 1,7 x 1,26 x 4,25
cm di lobus fronto-parietal kiri yang pada pemberian kontras tampak contrast enhancement
(121 HU), tampak lesi disertai hyperostosis. Tampak bone exostosis ukuran sekitar 0,84 x
0,7 cm di os frontal kanan. Sulci dan gyri terlihat normal. Sistem ventrikel dan cysterna
normal. Tidak tampak deviasi midline structure. Tidak tampak kalsifikasi abnormal. Pons
dan cerebellum normal. Terlihat penebalan mukosa bentuk dome shape ukuran sekitar 0,77

18
x 0,43 x 0,66 cm di sinus maksilaris kiri. Orbita, mastoid dan sinus paranasalis kanan kiri
di luar lesi tampak normal
Kesimpulan : Enhancing solid extraaxial lesion di lobus fronto-parietal kiri curiga
suatu enplaque meningioma. Bone exostosis ukuran di os frontal kanan curiga suatu
osteoma dd meningioma. Retention cyst dd polip di sinus maksilaris kiri

3.5 Kelebihan dan Kekurangan Teknik CT-Scan Kepala Kontras


Dengan menggunakan pemeriksaan CT-Scan Kepala Kontras maka dapat
mengidentifikasi kelainan pada kepala, utamanya pada bagian otak dengan baik
menggunakan bantuan media kontras. Tetapi ketika melaksanakan pemeriksaan ini,
kondisi pasien harus dalam keadaan baik. Karena menggunakan media kontras tentunya
memerlukan hasil lab seperti BUN dan Kreatinin yang baik, serta nilai GFR. Paseian akan
merasa nyeri saat penginjeksian kontras.

3.6 Pembahasan Kasus


Meningioma merupakan tumor jinak ekstra-aksial atau tumor yang terjadi di luar
jaringan parenkim otak yaitu berasal dari meninges otak. Penyebab terjadinya tumor ini
juga bisa disebabkan oleh banyak faktor, antara lain radiasi ionisasi, cedera kepala, factor
genetic, dan hormon
Pemeriksaan penunjang radiologi pada meningioma dapat berupa foto x-ray, CT-
scan kepala baik dengan maupun tanpa kontras dan MRI. Pada foto x-ray dapat ditemukan
gambaran khas, yaitu hiperostosis, peningkatan vaskularisasi dan kalsifikasi. Pada CT-scan
tanpa kontras, meningioma akan memberikan gambaran isodense hingga sedikit
hyperdense dan kalsifikasi. Sedangkan CT-scan dengan kontras akan memberikan
gambaran massa yang menyangat kontras dengan kuat dan homogen. Gambaran
hiperostosis, edema peritumoral dan nekrosis sentral dapat dijumpai pada pencitraan CT-
scan kepala.
Pada pemeriksaan CT-Scan Kepala Kontras dengan diagnosa S. Meningioma,
sangat dianjurkan oleh dokter untuk dilakukankarena pemeriksaan sangat efektif dilakukan
untuk mengetahui struktur pembuluh darah pada otak dan juga untuk melihat apakah ada
suplai pembuluh darah yang masuk pada tumor/massa sehingga dapat menunjukkan
kelainan secara radiologis dengan jelas dan membantu proses pemilihan tindakan
selanjutnya yang tepat.
Pada pemeriksaan ini pasien diharus telah melakukan pemeriksaan x-ray foto Skull
Ap/Lat dan juga Thorax. Membawa hasil lab BUN dan SC serta memiliki fungsi ginjal
19
yang baik dengan nilai GFR tidak boleh kurang dari 60, pasien diharuskan berpuasa
minimal 4 jam sebelum pemeriksaan. Sebelum pemeriksaan terlebih dahulu pasien
dibuatkan IV Line untuk penginjeksian kontras. Pemeriksaan ini dimulai dengan
melakukan scan kepala non-kontras lalu setelah itu dilakukan penginjeksian kontras lewat
IV Line yang telah dibuat dan secepat mungkin kembali ke meja konsole untuk melakukan
scan karena aliran pembuluh darah menuju otak sangat cepat. Hal ini bertujuan agak proses
scanning dapat menghasilkan gambaran yang baik.
Meskipun pada pemeriksaan ini pasien akan sedikit tidak nyaman dikarenakan
nyeri saat penginjeksain kontras tetapi dengan dilakukannya pemeriksaan CT-Scan Kepala
Kontras dapat memberikan informasi diagnosa kepada dokter untuk melakukan tindakan
selanjutnya.

20
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Teknik pemeriksaan CT-Scan Kepala Kontras sangat tepat untuk mengevaluasi
kelainan di kepala, terutama pada klinis Meningioma. Penggunaan media kontras sangat
membantu proses analisa struktur dari pembuluh darah pada otak, sehingga mempermudah
dokter dalam melakukan diagnose.
Dengan menggunakan pemeriksaan Ct-Scan ini dapat dihasilkan informasi
penegakkan diagnosa bahwa terdapat Meningioma atau tumor pada selaput meninges yang
ditunjukan dengan adanya sebuah massa pada daerah tulang kepala bagian atas sesuai
gejala pusing yang timbul pada pasien, dan dapat dilakukan pemeriksaan selanjutnya untuk
mengangkat ataupun membuat tumor tersebut hilang dan pasien dapat beraktivitas normal
kembali
Pada pemeriksaan ini pasien diharuskan untuk diam dan tidak boleh sama sekali
melakukan pergerakan utamanya pada derah kepala, hal ini dikarenakan akan
mempengaruhi citra gambar yang akan dihasilkan.

4.2. Saran
Pemeriksaan CT-Scan Kepala dengan Kontras sebaiknya dilakukan dengan
kondisi pasien yang benar-benar siap, dengan catatan pasien koperatif ataupun sudah
dilakukan anastesi. Karena pemeriksaan ini menggunakan factor eksposi yang cukup tinggi
dan ditambah dengan media kontras, sehingga pemeriksaan ini diharapkan bisa langsung
selesai tanpa ada pengulangan. Faktor eskposi juga selalu diperhatikan saat penentuan FoV
untuk meminimalisi lama pemeriksaan dan jumlah radiasi agar pasien memperoleh dosis
radiasi yang sesuai dan menghindarkan dari dampak negatif paparan sinar radiasi untuk
memperoleh citra gambar yang dapat dievaluasi dengan baik.

21
DAFTAR PUSTAKA

Eric H. Cudler. 2014. The Coverings of the Brain (Meninges).Faculty Washington

Patrick McCaffrey.2014. The Neuroscience on the Web Series: CMSD 620 Neuroanatomy of
Speech, Swallowing and Language. CSU. Chico

Sobotta.J.1989. Sobotta: Atlas Anatomi Manusia. Jakarta.EGC

Modul Praktikum CT-Scan lanjut D4 Teknologi Radiologi Pencitraan.

Netter, F. H., 2011. Atlas Of Human Anatomy. Sixth ed, USA : Elsevier inc.Team

Netter, Frank H. 2014. ATLAS OF HUMAN ANATOMY 25th Edition. Jakarta: EGC.

Ballinger, Philip W. & Eugene D. Frank: Merrill's Atlas of Radiographic Positions and
Radiologic Procedures, 12th Edition. St. Louis 2013, Mosby,

Whitley, A. S. et al., 2005. Clark's Positioning In Radiography. 12th ed. USA : Hodder
Headline Group.

22

Anda mungkin juga menyukai