Anda di halaman 1dari 22

BAB I

Pendahuluan

Latar Belakang

Gigi geligi marupakan salah satu bagian fisik yang juga mengalami proses

tumbuh kembang. Pertumbuhan dan perkembangan gigi merupakan hal yang

harus diperhatikan, khususnya pada pertumbuhan gigi permanen. Pada tahap

pertumbuhan dan perkembangan gigi, tidak sedikit ditemukan kasus yang

mengalami gangguan erupsi gigi, hal ini dapat menyebabkan kelainan-kelainan

pada pertumbuhan gigi.

Erupsi gigi didefenisikan sebagai pergerakan suatu gigi, terutama dalam

arah sumbu panjang gigi, dari tempat terbentuknya dalam tulang rahang ke posisi

fungsionalnya dalam rongga mulut. Proses munculnya gigi dalam rongga mulut

atau erupsi gigi secara normal merupakan suatu proses yang terencana dan

terlokalisir sehingga gigi dapat erupsi pada waktunya. Proses erupsi gigi

merupakan suatu proses fisiologis berupa proses pergerakan gigi yang dimulai

dari tempat pembentukan gigi didalam tulang alveolar kemudian gigi menembus

gusi sampai akhirnya gigi mencapai dataran oklusal. Proses erupsi gigi dimulai

sebelum tanda pertama mineralisasi dimana proses erupsi gigi terus menerus

berlangsung tidak hanya sampai terjadi kontak dengan gigi antagonisnya, tetapi

juga sesudahnya meskipun gigi telah difungsikan, proses erupsi gigi berakhir bila

gigi telah tanggal. Erupsi gigi geligi ini bertahap seiring dengan bertambahnya

umur. Waktu erupsi gigi permanen pada tiap anak berbeda-beda dan dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor nutrisi, ras, genetik, hormonal, jenis

kelamin, geografis, status ekonomi.

1
BAB II

Tinjauan Pustaka

Erupsi gigi merupakan suatu perubahan posisi gigi yang diawali dengan

pertumbuhan dalam tulang rahang melalui beberapa tahap berturut-turut hingga

mencapai posisi fungsional di dalam rongga mulut. Erupsi gigi dipengaruhi oleh

faktor intrinsik, yaitu ras, genetik, dan jenis kelamin dan ekstrinsik yang meliputi

nutrisi dan tingkat ekonomi. 1,2

2.1 Odontogenesis

Pertumbuhan mandibula dan maksila menurut Sadler dipersiapkan untuk

tumbuhnya gigi geligi. Gigi berasal dari dua jaringan embrional:ektoderm, yang

membentuk enamel, dan mesoderm yang membentuk dentin, sementum, pulpa,

dan juga jaringan-jaringan penunjang.3 Perkembangan gigi geligi pada masa

embrional dimulai pada minggu ke-6 intrauterin ditandai dengan proliferasi epitel

oral yang berasal dari jaringan ektodermal membentuk lembaran epitel yang

disebut dengan primary epithelial band. Primary epithelial band yang sudah

terbentuk ini selanjutnya mengalami invaginasi ke dasar jaringan mesenkimal

membentuk 2 pita pada masing-masing rahang yaitu pita vestibulum yang

berkembang menjadi segmen bukal yang merupakan bakal pipi dan bibir dan pita

lamina dentis yang akan berperan dalam pembentukan benih gigi. Pertumbuhan

dan perkembangan gigi dibagi dalam 3 tahap, yaitu perkembangan, kalsifikasi,

dan erupsi.2

2
2.1.1 Tahap Perkembangan Gigi

Tahap perkembangan adalah sebagai berikut:3

a. Inisiasi (bud stage)

Inisiasi merupakan permulaan terbetuknya benih gigi dari epitel mulut. Sel-

sel tertentu pada lapisan basal dari epitel mulut berproliferasi lebih cepat

daripada sel sekitarnya . Hasilnya adalah lapisan epitel yang menebal di regio

bukal lengkung gigi dan meluas sampai seluruh bagian rahang atas dan bawah.

b. Proliferasi (cap stage)

Lapisan sel-sel mesenkim yang berada pada lapisan dalam mengalami

proliferasi, memadat, dan bervaskularisasi membentuk papil gigi yang

kemudian membentuk dentin dan pulpa pada tahap ini. Sel-sel mesenkim yang

berada disekeliling organ gigi dan papila gigi memadat dan fibrous, disebut

kantong gigi yang akan menjadi sementum, membran periodontal, dan tulang

alveolar.

c. Histodiferensiasi (bell stage)

Pada tahap ini terjadi diferensiasi. Sel-sel epitel enamel dalam (inner email

ephithelium) menjadi semakin panjang dan silindris, disebut sebagai ameloblas

yang akan berdiferensiasi menjadi enamel dan sel-sel bagian tepi dari papila

gigi menjadi odontoblas yang akan berdiferensiasi menjadi dentin.

d. Morfodiferensiasi

Sel pembentuk gigi tersusun sedemikian rupa dan dipersiapkan untuk

menghasilkan bentuk dan ukuran gigi selanjutnya. Proses ini terjadi sebelum

deposisi matriks dimulai. Morfologi gigi dapat ditentukan bila epitel enamel

bagian dalam tersusun sedemikian rupa sehingga batas antara epitel enamel dan

3
odontoblast merupakan gambaran dentinoenamel junction yang akan terbentuk.

Dentinoenamel junction mempunyai sifat khusus yaitu bertindak sebagai pola

pembentuk setiap macam gigi. Terdapat deposit enamel dan matriks dentin

pada daerah tempat sel-sel ameloblas dan odontoblas yang akan

menyempurnakan gigi sesuai dengan bentuk dan ukurannya.

e. Aposisi

Pembentukan matriks keras gigi baik pada enamel, dentin, dan sementum

terjadi pada tahap ini. Matriks enamel terbentuk dari sel-sel ameloblas yang

bergerak ke arah tepi dan telah terjadi proses kalsifikasi sekitar 25 %-30%.

2.1.1 Tahap Kalsifikasi Gigi

Tahap kalsifikasi adalah suatu tahap pengendapan matriks dan garam-

garam. Kalsifikasi akan dimulai di dalam matriks yang sebelumnya telah

mengalami deposisi dengan jalan presipitasi dari satu bagian ke bagian lainnya

dengan penambahan lapis demi lapis.2 Kalsifikasi gigi desidui dimulai pada

minggu ke-14 prenatal, diikuti dengan kalsifikasi gigi molar pertama pada minggu

ke-15. Gigi insisivus lateral mengalami kalsifikasi pada minggu ke-16, gigi

kaninus pada minggu ke-17, sedang gigi molar kedua pada minggu ke-18.1

Tahap kalsifikasi bervariasi dari satu individu dengan individu yang lain,

dipengaruhi oleh faktor keturunan. Demikian juga pola kalsifikasi, bentuk korona,

dan komposisi mineralisasi, dipengaruhi oleh faktor genetik. Perkembangan gigi

kecuali bervariasi juga menunjukkan beda pada jenis kelamin, dan bersifat

bilateral simetris. Perempuan biasanya menunjukkan perkembangan yang

mendahului laki- laki, dan pada rahang bawah lebih dahulu daripada rahang atas.1

4
Kalsifikasi enamel dan dentin tidak sama, tetapi mempunyai karakterisistik

yang bervariasi pada periode perkembangan. Menurut Brauner, pada usia 10 bulan

sampai 2,5 tahun, pembentukan dan kalsifikasi enamel dan dentin baik, namun

relatif rentan karena apabila terjadi gangguan metabolisme pada anak yang sedang

berkembang secara klinis tidak menyebabkan terjadinya hipoplasia enamel, tetapi

dapat mengakibatkan terjadinya gangguan ringan pada kalsifikasi saja. Pada usia

2,5 sampai 5 tahun, kalsifikasi enamel dan dentin biasanya tidak homogen, akan

tetapi sifatnya lebih baik dibandingkan pada masa bayi. Gangguan pada kalsifikasi

terjadi sebagai akibat respon gangguan metabolisme anak yang sedang

berkembang dan gangguan ini disebut hipoplasia kronik. Pada usia 6 sampai 10

tahun, kalsifikasinya baik dan tahan terhadap gangguan pada pembentukan

enamel. Periode ini merupakan periode yang kritis karena pembentukan dan

kalsifikasi gigi sangat rentan terhadap gangguan pada metabolisme anak-anak

yang sedang berkembang, sehingga dapat terjadi hipoplasia enamel. Rensburg

menyatakan bahwa gangguan pada tahap kalsifikasi dapat menyebabkan kelainan

pada kekerasan gigi seperti hipokalsifikasi.3

Sinclair menyatakan bahwa gigi desidui mulai berkalsifikasi pada usia 4

sampai 6 bulan dalam kandungan. Pada saat kelahiran beberapa diantaranya lebih

maju dari gigi lainnya. Pada tahap ini kalsifikasi gigi desidui belum sempurna

hingga mencapai usia 3 tahun. Mahkota dari beberapa gigi molar permanen saat

itu sudah terbentuk sempurna dan sebagian akarnya sudah mulai terbentuk. Pada

usia 6 tahun, mulut telah dipenuhi oleh gigi. Gigi geligi desidui mulai tanggal dan

gigi permanen sudah terbentuk.4

5
2.1.3 Tahap Erupsi Gigi

Banyak pendapat mengenai pengertian erupsi gigi. Menurut Lew, gigi

dinyatakan erupsi jika tonjol gigi atau tepi insisal dari gigi muncul menembus

gingival dan tidak melebihi 3 mm di atas gingival level yang dihitung dari tepi

insisal gigi.5

Proses erupsi gigi adalah suatu proses fisiologis berupa proses pergerakan

gigi yang dimulai dari tempat pembentukan gigi dalam tulang alveolar kemudian

gigi menembus gingiva sampai akhirnya gigi mencapai dataran oklusal.1 Gerakan

dalam proses erupsi gigi adalah ke arah vertikal tetapi selama proses erupsi gigi

berlangsung, gigi juga mengalami pergerakan miring, rotasi dan pergerakan ke

arah mesial. Proses erupsi gigi dimulai sebelum tanda pertama mineralisasi dimana

proses erupsi gigi ini terus-menerus berlangsung tidak hanya sampai terjadi kontak

dengan gigi antagonisnya, tetapi juga sesudahnya, meskipun gigi telah

difungsikan. Proses erupsi gigi berakhir bila gigi telah tanggal.5

Adanya pergerakan pada proses erupsi gigi akan menstimulasi

pertumbuhan tulang rahang dalam arah panjang dan lebar. Hal ini terbukti bila gigi

tanggal pada masa pertumbuhan dan perkembangan tulang rahang maka tulang

rahang di sekitar gigi yang tanggal tersebut mengalami ketertinggalan dalam

pertumbuhannya dibandingkan dengan tulang rahang di sekitar gigi yang tidak

tanggal. Benih-benih gigi desidui dan gigi-gigi permanen mula-mula terhadap

oklusal keduanya sejajar.

6
Dengan pertumbuhan rahang, gigi desidui akan lebih terdorong ke arah

oklusal, makin tertinggal benih gigi permanen dan akhirnya benih gigi permanen

ini menempati lingual akar atau antara akar-akar gigi desidui.1

Proses erupsi gigi dapat dibagi atas tiga tahap, yaitu tahap praerupsi,

prafungsional, dan fungsional.

a.Tahap Praerupsi

Tahap praerupsi dimulai saat pembentukan benih gigi sampai mahkota

selesai dibentuk. Pada tahap praerupsi, rahang mengalami pertumbuhan pesat di

bagian posterior dan permukaan lateral yang mengakibatkan rahang mengalami

peningkatan panjang dan lebar ke arah anterior-posterior. Untuk menjaga

hubungan yang konstan dengan tulang rahang yang mengalami pertumbuhan pesat

ini maka benih gigi bergerak ke arah oklusal.6

Pergerakan benih gigi ke arah oklusal pada tahap praerupsi berhubungan

dengan pertumbuhan tulang rahang pada sisi apikal dan jaringan ikat di sekitar

kantung gigi. Pertumbuhan tulang rahang pada sisi apikal pada tahap praerupsi ini

berlangsung lebih cepat daripada sisi yang lain dari tulang rahang yang

menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan pada sisi apikal tulang rahang

sehingga benih gigi terdorong ke arah oklusal. Selain proliferasi aktif dari tulang

rahang, bergeraknya benih gigi ke arah oklusal pada tahap praerupsi ini juga

dipicu oleh pertumbuhan dari jaringan ikat di sekitar kantung gigi. Proliferasi

jaringan ikat ini berjalan dengan cepat sehingga menghasilkan kekuatan untuk

mendorang gigi ke arah oklusal.1

7
b. Tahap Prafungsional

Tahap prafungsional dimulai dari pembentukan akar sampai gigi mencapai

dataran oklusal. Pada tahap prafungsional gigi bergerak lebih cepat ke arah

vertikal. Selain bergerak ke arah vertikal, pada tahap prafungsional gigi juga

bergerak miring dan rotasi. Gerakan miring dan rotasi dari gigi ini bertujuan untuk

memperbaiki posisi gigi berjejal di dalam tulang rahang yang masih mengalami

pertumbuhan.7

Pergerakan gigi ke arah oklusal pada tahap prafungsional berhubungan

dengan pertumbuhan jaringan ikat di sekitar kantung gigi. Proliferasi aktif dari

jaringan ligamen periodontal ini menghasilkan suatu tekanan di sekitar kantung

gigi yang akan mendorong gigi ke arah oklusal. Tekanan erupsi pada tahap

prafungsional semakin bertambah seiring meningkatnya permeabilitas vaskular di

sekitar ligamen periodontal. Meningkatnya permeabilitas vaskular ini memicu

keluarnya cairan secara difus dari dinding vaskular sehingga terjadi penumpukan

cairan di sekitar ligamen periodontal yang kemudian menghasilkan tekanan erupsi.

Keadaan ini sama dengan kondisi inflamasi dimana jaringan ligamen periodontal

yang membengkak akan mendorong gigi ke luar dari soketnya, tetapi proses

patologis ini tidaklah sama sepenuhnya dengan proses erupsi fisiologis. Faktor lain

yang juga berperan dalam menggerakkan gigi ke arah oklusal pada tahap

prafungsional ini adalah perpanjangan dari pulpa, dimana pulpa yang sedang

berkembang pesat ke arah apikal juga dapat menghasilkan kekuatan untuk

mendorong mahkota ke arah oklusal. Peran pertumbuhan akar dalam proses erupsi

gigi pada tahap prafungsional masih belum diketahui karena gigi yang sudah

dirusak akarnya masih bisa bererupsi, bahkan ada gigi yang masih mengadakan

8
erupsi tanpa terbentuknya akar sama sekali. Proliferasi jaringan ikat, peningkatan

permeabilitas vaskular di sekitar ligamen periodontal dan pertumbuhan pulpa

merupakan tiga faktor yang menyebabkan bergeraknya gigi ke arah oklusal pada

tahap prafungsional.7

c. Tahap Fungsional

Tahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika gigi telah

tanggal. Selama tahap fungsional gigi bergerak ke arah oklusal, mesial, dan

proksimal. Pergerakan gigi pada tahap fungsional ini bertujuan sehingga oklusi

dan titik kontak proksimal dari gigi dapat dipertahankan.7

Pada tahap fungsional tulang alveolar masih mengalami pertumbuhan

terutama pada bagian soket gigi sebelah distal demikian halnya dengan sementum

pada akar gigi. Terjadinya pertumbuhan pada sementum dan tulang di sekitar soket

gigi sebelah distal pada tahap fungsional menimbulkan interpretasi bahwa

bergeraknya gigi ke arah oklusal dan proksimal pada tahap ini berhubungan

dengan pertumbuhan tulang alveolar dan pertumbuhan sementum. Interpretasi ini

tidaklah benar. Pertumbuhan tulang alveolar dan sementum bukanlah penyebab

bergeraknya gigi pada tahap fungsional tetapi pertumbuhan tulang alveolar dan

pertambahan sementum yang terjadi pada tahap fungsional ini merupakan hasil

dari pergerakan gigi selama tahap prafungsional. Adapun penggerak gigi selam

tahap fungsional sama dengan tahap prafungsional yaitu proliferasi ligamen

periodontal, tetapi berjalan lebih lambat.7

9
2.2 Waktu Erupsi Gigi

Waktu erupsi gigi diartikan sebagai waktu munculnya tonjol gigi atau tepi

insisal dari gigi menembus gingiva.7 Berdasarkan penelitian terdahulu terdapat

perbedaan waktu erupsi antara satu populasi dengan populasi lain yang berbeda

Ras bahkan berdasarkan penelitian Hume (1992) pada berbagai etnik di Amerika

dan Eropa Barat didapat data bahwa tidak ada dua individu yang mempunyai

waktu erupsi yang sama.1,7

Gigi yang bererupsi pertama kalinya adalah gigi susu atau gigi desidui.

Beberapa lama gigi desidui akan berada dalam rongga mulut untuk melaksanakan

aktivitas fungsionalnya, sampai akhirnya gigi permanen erupsi untuk

menggantikan gigi desidui tersebut.8

Waktu erupsi gigi permanen dimulai saat anak berusia 6 sampai 7 tahun,

ditandai dengan erupsi gigi molar pertama rahang bawah bersamaan dengan

insisivus pertama rahang bawah dan molar pertama rahang atas.9 Gigi insisivus

sentral rahang atas erupsi umur 7 tahun dilanjutkan dengan gigi insisivus lateral

rahang bawah. Gigi insisivus lateral rahang atas erupsi umur 8 tahun dan gigi

kaninus rahang bawah umur 9 tahun. Gigi premolar pertama rahang atas erupsi

umur 10 tahun, dilanjutkan dengan erupsi gigi premolar kedua rahang atas,

premolar pertama rahang bawah, kaninus rahang atas dan premolar kedua rahang

bawah. Erupsi gigi molar kedua rahang bawah terjadi umur 11 tahun dan molar

kedua rahang atas umur 12 tahun. Erupsi gigi paling akhir adalah molar ketiga

rahang atas dan rahang bawah.8

10
2.3 Gangguan Erupsi

Di luar kondisi normal elemen gigi geligi dapat muncul lebih cepat atau

lebih lambat dari walau rata-rata erupsi gigi yang normal. Selain itu pada saat

pemunculan gigi di rongga mulut adakalanya gigi hanya muncul sebahagian atau

tidak muncul sama sekali. Pemunculan gigi yang terlambat atau lebih cepat dari

rata-rata waktu erupsi gigi yang normal baik pada gigi susu maupun gigi

permanen berhubungan dengan gangguan-gangguan yang terjadi pada faktor-

faktor yang terlibat selama proses erupsi gigi, dimana gangguan ini dapat berasal

dari lokal maupun sistemik. Selain faktor lokal dan faktor sistemik, waktu erupsi

gigi yang lebih cepat atau lebih lambat dari rata-rata waktu erupsi gigi juga

dipengaruhi oleh faktor genetik.8

Untuk gigi permanen, urutan tanggalnya gigi susu merupakan faktor yang

sangat berpengaruh terhadap waktu erupsi. Perubahan waktu tanggalnya gigi susu

dapat menyebabkan perubahan waktu erupsi dan pola erupsi dari gigi permanen.

Kehilangan gigi susu sebelum setengah dari akar gigi permanen terbentuk dapat

menunda erupsi gigi pengganti, sebaliknya penanggalan gigi susu yang tidak

terlalu lama sebelum masa pergantian gigi geligi akan mempercepat erupsi gigi

permanen.

Untuk memudahkan pembahasan mengenai kelainan erupsi gigi ini, maka

bab ini dibagi atas:

a. Erupsi prematur

b. Erupsi terlambat

c. Kegagalan erupsi.

11
a. Erupsi Prematur

Erupsi prematur atau erupsi dini ialah munculnya gigi di rongga mulut

yang lebih cepat dari rata-rata waktu erupsi. Gigi dinyatakan bererupsi prematur

(erupsi dini) bila gigi menembus mukosa mulut sebelum usia tiga bulan untuk

gigi susu dan sebelum umur empat tahun untuk gigi permanen.9

Pada saat bayi lahir adakalanya satu atau dua gigi. insisivus mandibula

sudah bererupsi di rongga mulut, gigi ini disebut dengan gigi. natal sedangkan

gigi yang nenembus mukosa mulut dalam waktu 30 hari setelah kelahiran dikenal

dengan gigi neonatal. Baik gigi natal maupun gigi neonatal merupakan contoh

dari gigi yang bererupsi secara prematur.9

Secara umum erupsi prematur yang terjadi pada seluruh gigi baik pada

gigi susu maupun gigi permanen ada hubungannya dengan hyperthyroidism,

masa puber yang terlalu cepat dan sotos syndrome. Penyakit sistemik yang dapat

menyebabkan terjadinya erupsi prematur pada seluruh gigi baik pada gigi susu

maupun gigi permanen diantaranya adalah hypophosphatasia, acute lymphocyt

leukemia, cychc neutropenia,hystiocytosis, papiloms lifevis syndrome, cherubism

dan periodontitis. 9

Erupsi prematur lokal (pada satu atau beberapa gigi) bisa terjadi pada

penderita lokalizeed angioma, sturge weber syndrome, hemifacial hypertrophy

dan di sekitar tulang yang mengalami resorpsi akibat abses pada gigi. Erupsi gigi

yang lebih cepat yang terjadi pada berbagai kondisi patologis ini disebabkan

terjadinya peningkatan tekanan di atas tekanan erupsi normal di sekitar kantung

dari gigi yang sedang bergerak akibat menumpuknya cairan di sekitar jaringan

12
ligamen periodontal yang sedang mengalami inflamasi. Selanjutnya jaringan yang

rnembengkak ini akan mendorong gigi lebih cepat ke arah oklusal. Erupsi

prematur baik pada gigi susu maupun gigi permanen dapat menyebabkan

gangguan terhadap perkembangan gigi dan jaringan di sekitarnva. Adapun

gangguan yang mungkin muncul akibat erupsi prematur ini adalah impaksi pada

gigi yang belakangan muncul, pergeseran gigi ke arah lingual dan gangguan

pertumbuhan rahang sehingga rahang tidak berkembang secara normal. 9

b. Erupsi Terlambat

Gigi dinyatakan mengalami erupsi terlambat jika gigi menembus mukosa

mulut lebih lambat 1-3 tahun dari waktu rata-rata erupsi gigi. Kondisi ini dapat

terjadi pada gigi susu maupun gigi permanen, tetapi lebih sering pada gigi

permanen. Erupsi yang terlambat pada gigi susu maupun gigi permanen dapat

terjadi secara menyeluruh atau hanya mengenai satu atau beberapa gigi saja. 9

Terlambatnya waktu erupsi gigi susu maupun gigi permanen dipengaruhi

faktor sistemik atau faktor lokaI. Erupsi terlambat yang yang terjadi pada seluruh

gigi pada umumnya disebabkan oleh gangguan sistemik sedangkan, erupsi

terlambat pada satu atau beberapa gigi saja lebih berhubungan dengan gangguan

faktor lokal seperti akar gigi yang bengkak, ankilosis gigi, tanggalnya gigi sulung

secara prematur dan trauma pada gigi sulung. Erupsi terlambat yang terjadi pada

satu atau beberapa gigi lebih sering terjadi pada gigi permanen. Faktor umum atau

faktor sistemik yang menyebabkan terlambatnya pemunculan gigi pada gigi susu

maupun gigi permanen pada umumnya sama. 9

13
Faktor-faktor sistemik yang memperlambat proses erupsi gigi adalah :

1. Gangguan endokrin

Hormon yang mempengaruhi proses erupsi gigi adalah hormon tiroid,

hormon pituitary, growth hormon. Hormon tiroid, hormon paratiroid dan dan

pituitay growth hormon adalah honnon pertumbuhan. Apabila jumlah ketiga

hormone ini lebih sedikit dari jumlah yang normaldapat menyebabkan gangguan

pertumbuhan jaringan gigi dan jaringan di sekitar gigi sehingga proses erupsi

gigi juga mengalami gangguan. 9

2. Fibrosis kistik

Pada kondisi patologis seperti fibrosis kistik, pemunculan gigi yang lebih

lambat dari rata-rata waktu erupsi disebabkan karena gangguan pembentukan

benih gigi yang lebih lambat yang terjadi pada kondisi fibrosis kistik ini. 9

3. Hipovitaminosis D

Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan sangat mempengaruhi proses erupsi

gigi. Vitamin D adalah nutrisi yang sangat berpengaruh pada proses erupsi

gigi. Kurangnya jumlah vitamin D dari jumlah normal yang dibutuhkan oleh

tubuh dapat menyebabkan hipoplasia email dan gangguan pertumbuhan

tulang sehingga gigi bererupsi lebih lambat. 9

4. Faktor keturunan

Pengaruh faktor keturunan pada proses erupsi gigi terlihat pada gigi suku

bantoe yang bererupsi lebih cepat daripada penduduk asli Australia. 9

14
Faktor-faktor lokal yang memperlambat proses erupsi gigi adalah :

1 . Akar gigi yang bengkok

Akar gigi yang bengkok sering timbul bersama-sama dengan

keterlambatan pemunculan gigi namun masih perlu dipertanyakan apakah

terjadinya pembengkokon akar bukan karena tertundanya pemunculan gigi. 9

2. Ankilosis gigi

Ankilosis gigi adalah suatu keadaan dimana sementum dari gigi bersatu

dengan tulang di sekitar gigi tersebut. Keadaan tulang yang bersatu dengan

gigi menyebabkan gigi tidak dapat bergerak walaupun ada tekanan erupsi. 9

3. Kehilangan prematur gigi susu

Hilangnya gigi sulung sebelum setengah dari akar gigi permanen

terbentuk dapat menyebabkan terlambatnya pemunculan gigi pengganti.

Terlambatnya pemunculan gigi permanen pada kondisi gigi sulung yang

tanggal prematur ini ada hubungaannya dengan jaringan gingiva yang sudah

tertutup kembali akibat gigi tang-al terlalu dini sehingga tekanan erupsi

normal tidak mencukupi untuk menembus gingiva yang sudah tertutup

tersebut. 9

4. Trauma pada gigi susu

Trauma pada gigi susu dapat menyebabkan kerusakan pada kantung gigi

permanen. Rusaknya kantung gigi permanen ini mengakibatkan gangguan

selama proses erupsi gigi sehingga gigi bererupsi lebih lambat. Selain faktor

15
umum dan faktor lokal, terlambatnya pemunculan gigi juga dapat dipengaruhi

oleh faktor genetis bahkan pada kasus yang dilaporkan, keterlambatan erupsi

gigi dapat terjadi akibat faktor genetis. Meskipun data ini secara jelas

mengindikasikan bahwa genetis adalah fak-tor etiologi dasar dalam kasus

erupsi gigi yang terlambat tetapi penelitian lebih lanjut membuktikan bahwa

kondisi patologis juga sangat berpengaruh terhadap pemunculan yang lebih

lambat dari gigi. 9

c. Kegagalan Erupsi

Kegagalan erupsi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh sesuatu sebab

sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang

normal di dalam deretan susunan gigi geligi Kegagalan erupsi dapat terjadi pada

gigi susu maupun gigi permanen. 9

Pada umumnya faktor-faktor yang menyebabkan gigi gagal bererupsi

hampir sama dengan faktor-faktor yang menyebabkan erupsi gigi yang terlambat.

Faktor-faktor yang menyebabkan gigi gagal bererupsi dapat berasal dari jaringan

sekitar gigi atau berasal dari gigi itu sendiri. 9

Faktor-faktor kegagalan erupsi yang berasal dari gigi yaitu:

1. Kelainan dalam perkembangan benih gigi

Benih gigi yang sudah terbentuk tidak mengalami perkembangan dengan

sempurna sehingga gigi gagal dalam bererupsi. 9

16
2. Kegagalan dalam pergerakan praerupsi dan prafungsional

Pada kondisi ini, pembentukan gigi berlangsung dengan sempurna tetapi gigi

yang sudah terbentuk tidak mengalami pergerakan selama tahap praerupsi dan pra

fungsional sehingga gigi tetap pada tempatnya di dalam tulang alveolar. 9

3. Letak benih yang abnormal

Letak benih yang abnormal seperti letak benih yang terlalu miring ke arah

lingual / bukal, dapat menyebabkan gigi tersebut mengalami kesulitan dalam

pergerakan erupsi sehingga gigi gagal bererupsi. 9

Faktor-faktor kegagalan erupsi yang berasal dari sekitar gigi yaitu :

1 . Tulang yang tebal dan padat

Gagalnya gigi bererupsi pada kondisi ini disebabkan konsistensi tulang

yang sangat keras dan padat sehingga tekanan erupsi normal tidak mencukupi

untuk menembus tulang yang tebal dan padat tersebut. 9

2. Tempat untuk gigi tersebut kurang.

Kurangnya tempat untuk gigi yang disebabkan oleh berbagai hal seperti

ukuran gigi yang terlalu besar, tulang rahang yang tidak berkembang juga dapat

menyebabkan gigi tidak muncul di rongga mulut. 9

3. Posisi gigi tetangga menghalangi erupsi gigi tersebut.

Posisi gigi tetangga yang menghalangi jalannya erupsi dapat menyebabkan

gigi tidak muncul ke permukaan. 9

17
4. Adanya gigi susu yang persistensi

Gigi susu yang tidak tanggal pada waktunya (persistensi) dapat

menyebabkan kegagalan erupsi pada gigi permanen. Kegagalan erupsi gigi

permanen pada kondisi gigi persistensi ini disebabkan oleh tidak tersedianya

ruangan untuk gigi permanen yang akan erupsi menggantikan gigi susu yang

persistensi tersebut. 9

Gigi permanen yang mempunyai kemungkinan terbesar mengatami

kegagalan erupsi secara berturut-turut adalah gigi molar ketiga, gigi kaninus dan

gigi premolar. Terjadinya kegagalan erupsi pada gigi-gigi ini berhubungan dengan

kekurangan ruang yang sudah terpakai oleh gigi yang telah erupsi lebih dahulu.

Berdasarkan hasil penelitian Schuurs (1989) di Inggris, gigi impaksi lebih sering

terjadi pada maksila dari pada mandibula dimana gejala ini juga lebih sering

terjadi di sebelah kiri daripada kanan dan dijumpai lebih banyak pada wanita

daripada pria.9

Kegagalan erupsi yang terjadi pada gigi dapat menimbulkan gangguan atau

keerusakan pada gigi dan jaringan di sekitar gigi. Adapun kelainan yang mungkin

muncul akibat dari kegagalan erupsi gigi ini diantaranya adalah terbentuknya kista

folikular, perikoronitis, odontoma, diastema antara gigi-gigi yang bersebelahan

yang timbul akibat kecendrungan untuk muncul dari gigi yang mengalami

impaksi, maloklusi dan rasa sakit. 9

18
Bab III

Kesimpulan

Pertumbuhan dan perkembangan gigi merupakan hal yang harus

diperhatikan. Pada tahap pertumbuhan dan perkembangan gigi, tidak sedikit

ditemukan kasus yang mengalami gangguan erupsi gigi, hal ini dapat

menyebabkan kelainan-kelainan pada pertumbuhan gigi. Erupsi gigi didefenisikan

sebagai pergerakan suatu gigi, terutama dalam arah sumbu panjang gigi, dari

tempat terbentuknya dalam tulang rahang ke posisi fungsionalnya dalam rongga

mulut. Erupsi gigi geligi ini bertahap seiring dengan bertambahnya umur.

Terdapat tiga tahapan dalam proses erupsi gigi, yaitu tahap praerupsi,

prafungsional dan fungsional. Waktu erupsi gigi permanen pada tiap anak

berbeda-beda dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor nutrisi,

ras, genetik, hormonal, jenis kelamin, geografis, status ekonomi.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Andlaw, R.J. 1993. A Manual of Paedodontics. London: Churchill


Livingstone. 122-131. Bagley, J. 2006. Your Child. Available at
http://www.banffdentalcare.com. (diakses 17 September 2019).
2. Chiego, D. J. 2006. Oral Histology. Available at
http://crse.dent.umich.edu. (diakses 17 September 2019).
3. Clark, D. H. 1994. Practical Forensic Odontology. Oxford: Wrigth.
4. Djoharnas, H. 2000. Rata-rata Umur Erupsi Gigi Geligi Permanen Anak di
Indonesia Dibandingkan Dengan Anak di Negara Maju. J. Ked. Gigi
Universitas Indonesia., 7, 37-43.
5. Finn, S.B. 2003. Clinical Pedodontics. Philadelphia: Saunders Company,
Inc. 45-51. Grayson, C. E. 2003. Dental Health: Your Teeth From Birth To
Adulthood. Available at http://www.webmd.com. (diakses diakses 17
September 2019).
6. Gustafson, M. 1996. Teeth Eruption Charts. Available at
http://www.medicineNet.com. (diakses 17 September 2019).
7. Hanny. 2001. Kebiasaan Buruk Sebabkan Gigi Berjejal. Available at
http://www.gizi.net. (diakses 17 September 2019).
8. Koch, G.; T. Modeer.; et al. 1991. Pedodontics a Clinical Aproach.
Copenhagen: Munksgraad. 20-28, 47-60.
9. Moyers, R. E. 2001. Handbook of Orthodontics. Chicago: Year Book
Medical Publisher, Inc. 111-121.

20

Anda mungkin juga menyukai