Pendahuluan
Latar Belakang
Gigi geligi marupakan salah satu bagian fisik yang juga mengalami proses
arah sumbu panjang gigi, dari tempat terbentuknya dalam tulang rahang ke posisi
fungsionalnya dalam rongga mulut. Proses munculnya gigi dalam rongga mulut
atau erupsi gigi secara normal merupakan suatu proses yang terencana dan
terlokalisir sehingga gigi dapat erupsi pada waktunya. Proses erupsi gigi
merupakan suatu proses fisiologis berupa proses pergerakan gigi yang dimulai
dari tempat pembentukan gigi didalam tulang alveolar kemudian gigi menembus
gusi sampai akhirnya gigi mencapai dataran oklusal. Proses erupsi gigi dimulai
sebelum tanda pertama mineralisasi dimana proses erupsi gigi terus menerus
berlangsung tidak hanya sampai terjadi kontak dengan gigi antagonisnya, tetapi
juga sesudahnya meskipun gigi telah difungsikan, proses erupsi gigi berakhir bila
gigi telah tanggal. Erupsi gigi geligi ini bertahap seiring dengan bertambahnya
umur. Waktu erupsi gigi permanen pada tiap anak berbeda-beda dan dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor nutrisi, ras, genetik, hormonal, jenis
1
BAB II
Tinjauan Pustaka
Erupsi gigi merupakan suatu perubahan posisi gigi yang diawali dengan
mencapai posisi fungsional di dalam rongga mulut. Erupsi gigi dipengaruhi oleh
faktor intrinsik, yaitu ras, genetik, dan jenis kelamin dan ekstrinsik yang meliputi
2.1 Odontogenesis
tumbuhnya gigi geligi. Gigi berasal dari dua jaringan embrional:ektoderm, yang
embrional dimulai pada minggu ke-6 intrauterin ditandai dengan proliferasi epitel
oral yang berasal dari jaringan ektodermal membentuk lembaran epitel yang
disebut dengan primary epithelial band. Primary epithelial band yang sudah
berkembang menjadi segmen bukal yang merupakan bakal pipi dan bibir dan pita
lamina dentis yang akan berperan dalam pembentukan benih gigi. Pertumbuhan
dan erupsi.2
2
2.1.1 Tahap Perkembangan Gigi
Inisiasi merupakan permulaan terbetuknya benih gigi dari epitel mulut. Sel-
sel tertentu pada lapisan basal dari epitel mulut berproliferasi lebih cepat
daripada sel sekitarnya . Hasilnya adalah lapisan epitel yang menebal di regio
bukal lengkung gigi dan meluas sampai seluruh bagian rahang atas dan bawah.
kemudian membentuk dentin dan pulpa pada tahap ini. Sel-sel mesenkim yang
berada disekeliling organ gigi dan papila gigi memadat dan fibrous, disebut
kantong gigi yang akan menjadi sementum, membran periodontal, dan tulang
alveolar.
Pada tahap ini terjadi diferensiasi. Sel-sel epitel enamel dalam (inner email
yang akan berdiferensiasi menjadi enamel dan sel-sel bagian tepi dari papila
d. Morfodiferensiasi
menghasilkan bentuk dan ukuran gigi selanjutnya. Proses ini terjadi sebelum
deposisi matriks dimulai. Morfologi gigi dapat ditentukan bila epitel enamel
bagian dalam tersusun sedemikian rupa sehingga batas antara epitel enamel dan
3
odontoblast merupakan gambaran dentinoenamel junction yang akan terbentuk.
pembentuk setiap macam gigi. Terdapat deposit enamel dan matriks dentin
e. Aposisi
Pembentukan matriks keras gigi baik pada enamel, dentin, dan sementum
terjadi pada tahap ini. Matriks enamel terbentuk dari sel-sel ameloblas yang
bergerak ke arah tepi dan telah terjadi proses kalsifikasi sekitar 25 %-30%.
mengalami deposisi dengan jalan presipitasi dari satu bagian ke bagian lainnya
dengan penambahan lapis demi lapis.2 Kalsifikasi gigi desidui dimulai pada
minggu ke-14 prenatal, diikuti dengan kalsifikasi gigi molar pertama pada minggu
ke-15. Gigi insisivus lateral mengalami kalsifikasi pada minggu ke-16, gigi
kaninus pada minggu ke-17, sedang gigi molar kedua pada minggu ke-18.1
Tahap kalsifikasi bervariasi dari satu individu dengan individu yang lain,
dipengaruhi oleh faktor keturunan. Demikian juga pola kalsifikasi, bentuk korona,
kecuali bervariasi juga menunjukkan beda pada jenis kelamin, dan bersifat
mendahului laki- laki, dan pada rahang bawah lebih dahulu daripada rahang atas.1
4
Kalsifikasi enamel dan dentin tidak sama, tetapi mempunyai karakterisistik
yang bervariasi pada periode perkembangan. Menurut Brauner, pada usia 10 bulan
sampai 2,5 tahun, pembentukan dan kalsifikasi enamel dan dentin baik, namun
relatif rentan karena apabila terjadi gangguan metabolisme pada anak yang sedang
dapat mengakibatkan terjadinya gangguan ringan pada kalsifikasi saja. Pada usia
2,5 sampai 5 tahun, kalsifikasi enamel dan dentin biasanya tidak homogen, akan
tetapi sifatnya lebih baik dibandingkan pada masa bayi. Gangguan pada kalsifikasi
berkembang dan gangguan ini disebut hipoplasia kronik. Pada usia 6 sampai 10
enamel. Periode ini merupakan periode yang kritis karena pembentukan dan
sampai 6 bulan dalam kandungan. Pada saat kelahiran beberapa diantaranya lebih
maju dari gigi lainnya. Pada tahap ini kalsifikasi gigi desidui belum sempurna
hingga mencapai usia 3 tahun. Mahkota dari beberapa gigi molar permanen saat
itu sudah terbentuk sempurna dan sebagian akarnya sudah mulai terbentuk. Pada
usia 6 tahun, mulut telah dipenuhi oleh gigi. Gigi geligi desidui mulai tanggal dan
5
2.1.3 Tahap Erupsi Gigi
dinyatakan erupsi jika tonjol gigi atau tepi insisal dari gigi muncul menembus
gingival dan tidak melebihi 3 mm di atas gingival level yang dihitung dari tepi
insisal gigi.5
Proses erupsi gigi adalah suatu proses fisiologis berupa proses pergerakan
gigi yang dimulai dari tempat pembentukan gigi dalam tulang alveolar kemudian
gigi menembus gingiva sampai akhirnya gigi mencapai dataran oklusal.1 Gerakan
dalam proses erupsi gigi adalah ke arah vertikal tetapi selama proses erupsi gigi
arah mesial. Proses erupsi gigi dimulai sebelum tanda pertama mineralisasi dimana
proses erupsi gigi ini terus-menerus berlangsung tidak hanya sampai terjadi kontak
pertumbuhan tulang rahang dalam arah panjang dan lebar. Hal ini terbukti bila gigi
tanggal pada masa pertumbuhan dan perkembangan tulang rahang maka tulang
6
Dengan pertumbuhan rahang, gigi desidui akan lebih terdorong ke arah
oklusal, makin tertinggal benih gigi permanen dan akhirnya benih gigi permanen
Proses erupsi gigi dapat dibagi atas tiga tahap, yaitu tahap praerupsi,
a.Tahap Praerupsi
hubungan yang konstan dengan tulang rahang yang mengalami pertumbuhan pesat
dengan pertumbuhan tulang rahang pada sisi apikal dan jaringan ikat di sekitar
kantung gigi. Pertumbuhan tulang rahang pada sisi apikal pada tahap praerupsi ini
berlangsung lebih cepat daripada sisi yang lain dari tulang rahang yang
sehingga benih gigi terdorong ke arah oklusal. Selain proliferasi aktif dari tulang
rahang, bergeraknya benih gigi ke arah oklusal pada tahap praerupsi ini juga
dipicu oleh pertumbuhan dari jaringan ikat di sekitar kantung gigi. Proliferasi
jaringan ikat ini berjalan dengan cepat sehingga menghasilkan kekuatan untuk
7
b. Tahap Prafungsional
dataran oklusal. Pada tahap prafungsional gigi bergerak lebih cepat ke arah
vertikal. Selain bergerak ke arah vertikal, pada tahap prafungsional gigi juga
bergerak miring dan rotasi. Gerakan miring dan rotasi dari gigi ini bertujuan untuk
memperbaiki posisi gigi berjejal di dalam tulang rahang yang masih mengalami
pertumbuhan.7
dengan pertumbuhan jaringan ikat di sekitar kantung gigi. Proliferasi aktif dari
gigi yang akan mendorong gigi ke arah oklusal. Tekanan erupsi pada tahap
keluarnya cairan secara difus dari dinding vaskular sehingga terjadi penumpukan
Keadaan ini sama dengan kondisi inflamasi dimana jaringan ligamen periodontal
yang membengkak akan mendorong gigi ke luar dari soketnya, tetapi proses
patologis ini tidaklah sama sepenuhnya dengan proses erupsi fisiologis. Faktor lain
yang juga berperan dalam menggerakkan gigi ke arah oklusal pada tahap
prafungsional ini adalah perpanjangan dari pulpa, dimana pulpa yang sedang
mendorong mahkota ke arah oklusal. Peran pertumbuhan akar dalam proses erupsi
gigi pada tahap prafungsional masih belum diketahui karena gigi yang sudah
dirusak akarnya masih bisa bererupsi, bahkan ada gigi yang masih mengadakan
8
erupsi tanpa terbentuknya akar sama sekali. Proliferasi jaringan ikat, peningkatan
merupakan tiga faktor yang menyebabkan bergeraknya gigi ke arah oklusal pada
tahap prafungsional.7
c. Tahap Fungsional
Tahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika gigi telah
tanggal. Selama tahap fungsional gigi bergerak ke arah oklusal, mesial, dan
proksimal. Pergerakan gigi pada tahap fungsional ini bertujuan sehingga oklusi
terutama pada bagian soket gigi sebelah distal demikian halnya dengan sementum
pada akar gigi. Terjadinya pertumbuhan pada sementum dan tulang di sekitar soket
bergeraknya gigi ke arah oklusal dan proksimal pada tahap ini berhubungan
bergeraknya gigi pada tahap fungsional tetapi pertumbuhan tulang alveolar dan
pertambahan sementum yang terjadi pada tahap fungsional ini merupakan hasil
dari pergerakan gigi selama tahap prafungsional. Adapun penggerak gigi selam
9
2.2 Waktu Erupsi Gigi
Waktu erupsi gigi diartikan sebagai waktu munculnya tonjol gigi atau tepi
perbedaan waktu erupsi antara satu populasi dengan populasi lain yang berbeda
Ras bahkan berdasarkan penelitian Hume (1992) pada berbagai etnik di Amerika
dan Eropa Barat didapat data bahwa tidak ada dua individu yang mempunyai
Gigi yang bererupsi pertama kalinya adalah gigi susu atau gigi desidui.
Beberapa lama gigi desidui akan berada dalam rongga mulut untuk melaksanakan
Waktu erupsi gigi permanen dimulai saat anak berusia 6 sampai 7 tahun,
ditandai dengan erupsi gigi molar pertama rahang bawah bersamaan dengan
insisivus pertama rahang bawah dan molar pertama rahang atas.9 Gigi insisivus
sentral rahang atas erupsi umur 7 tahun dilanjutkan dengan gigi insisivus lateral
rahang bawah. Gigi insisivus lateral rahang atas erupsi umur 8 tahun dan gigi
kaninus rahang bawah umur 9 tahun. Gigi premolar pertama rahang atas erupsi
umur 10 tahun, dilanjutkan dengan erupsi gigi premolar kedua rahang atas,
premolar pertama rahang bawah, kaninus rahang atas dan premolar kedua rahang
bawah. Erupsi gigi molar kedua rahang bawah terjadi umur 11 tahun dan molar
kedua rahang atas umur 12 tahun. Erupsi gigi paling akhir adalah molar ketiga
10
2.3 Gangguan Erupsi
Di luar kondisi normal elemen gigi geligi dapat muncul lebih cepat atau
lebih lambat dari walau rata-rata erupsi gigi yang normal. Selain itu pada saat
pemunculan gigi di rongga mulut adakalanya gigi hanya muncul sebahagian atau
tidak muncul sama sekali. Pemunculan gigi yang terlambat atau lebih cepat dari
rata-rata waktu erupsi gigi yang normal baik pada gigi susu maupun gigi
faktor yang terlibat selama proses erupsi gigi, dimana gangguan ini dapat berasal
dari lokal maupun sistemik. Selain faktor lokal dan faktor sistemik, waktu erupsi
gigi yang lebih cepat atau lebih lambat dari rata-rata waktu erupsi gigi juga
Untuk gigi permanen, urutan tanggalnya gigi susu merupakan faktor yang
sangat berpengaruh terhadap waktu erupsi. Perubahan waktu tanggalnya gigi susu
dapat menyebabkan perubahan waktu erupsi dan pola erupsi dari gigi permanen.
Kehilangan gigi susu sebelum setengah dari akar gigi permanen terbentuk dapat
menunda erupsi gigi pengganti, sebaliknya penanggalan gigi susu yang tidak
terlalu lama sebelum masa pergantian gigi geligi akan mempercepat erupsi gigi
permanen.
a. Erupsi prematur
b. Erupsi terlambat
c. Kegagalan erupsi.
11
a. Erupsi Prematur
Erupsi prematur atau erupsi dini ialah munculnya gigi di rongga mulut
yang lebih cepat dari rata-rata waktu erupsi. Gigi dinyatakan bererupsi prematur
(erupsi dini) bila gigi menembus mukosa mulut sebelum usia tiga bulan untuk
gigi susu dan sebelum umur empat tahun untuk gigi permanen.9
Pada saat bayi lahir adakalanya satu atau dua gigi. insisivus mandibula
sudah bererupsi di rongga mulut, gigi ini disebut dengan gigi. natal sedangkan
gigi yang nenembus mukosa mulut dalam waktu 30 hari setelah kelahiran dikenal
dengan gigi neonatal. Baik gigi natal maupun gigi neonatal merupakan contoh
Secara umum erupsi prematur yang terjadi pada seluruh gigi baik pada
masa puber yang terlalu cepat dan sotos syndrome. Penyakit sistemik yang dapat
menyebabkan terjadinya erupsi prematur pada seluruh gigi baik pada gigi susu
dan periodontitis. 9
Erupsi prematur lokal (pada satu atau beberapa gigi) bisa terjadi pada
dan di sekitar tulang yang mengalami resorpsi akibat abses pada gigi. Erupsi gigi
yang lebih cepat yang terjadi pada berbagai kondisi patologis ini disebabkan
dari gigi yang sedang bergerak akibat menumpuknya cairan di sekitar jaringan
12
ligamen periodontal yang sedang mengalami inflamasi. Selanjutnya jaringan yang
rnembengkak ini akan mendorong gigi lebih cepat ke arah oklusal. Erupsi
prematur baik pada gigi susu maupun gigi permanen dapat menyebabkan
gangguan yang mungkin muncul akibat erupsi prematur ini adalah impaksi pada
gigi yang belakangan muncul, pergeseran gigi ke arah lingual dan gangguan
b. Erupsi Terlambat
mulut lebih lambat 1-3 tahun dari waktu rata-rata erupsi gigi. Kondisi ini dapat
terjadi pada gigi susu maupun gigi permanen, tetapi lebih sering pada gigi
permanen. Erupsi yang terlambat pada gigi susu maupun gigi permanen dapat
terjadi secara menyeluruh atau hanya mengenai satu atau beberapa gigi saja. 9
faktor sistemik atau faktor lokaI. Erupsi terlambat yang yang terjadi pada seluruh
terlambat pada satu atau beberapa gigi saja lebih berhubungan dengan gangguan
faktor lokal seperti akar gigi yang bengkak, ankilosis gigi, tanggalnya gigi sulung
secara prematur dan trauma pada gigi sulung. Erupsi terlambat yang terjadi pada
satu atau beberapa gigi lebih sering terjadi pada gigi permanen. Faktor umum atau
faktor sistemik yang menyebabkan terlambatnya pemunculan gigi pada gigi susu
13
Faktor-faktor sistemik yang memperlambat proses erupsi gigi adalah :
1. Gangguan endokrin
hormon pituitary, growth hormon. Hormon tiroid, hormon paratiroid dan dan
hormone ini lebih sedikit dari jumlah yang normaldapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan jaringan gigi dan jaringan di sekitar gigi sehingga proses erupsi
2. Fibrosis kistik
Pada kondisi patologis seperti fibrosis kistik, pemunculan gigi yang lebih
benih gigi yang lebih lambat yang terjadi pada kondisi fibrosis kistik ini. 9
3. Hipovitaminosis D
gigi. Vitamin D adalah nutrisi yang sangat berpengaruh pada proses erupsi
gigi. Kurangnya jumlah vitamin D dari jumlah normal yang dibutuhkan oleh
4. Faktor keturunan
Pengaruh faktor keturunan pada proses erupsi gigi terlihat pada gigi suku
14
Faktor-faktor lokal yang memperlambat proses erupsi gigi adalah :
2. Ankilosis gigi
Ankilosis gigi adalah suatu keadaan dimana sementum dari gigi bersatu
dengan tulang di sekitar gigi tersebut. Keadaan tulang yang bersatu dengan
gigi menyebabkan gigi tidak dapat bergerak walaupun ada tekanan erupsi. 9
tanggal prematur ini ada hubungaannya dengan jaringan gingiva yang sudah
tertutup kembali akibat gigi tang-al terlalu dini sehingga tekanan erupsi
tersebut. 9
Trauma pada gigi susu dapat menyebabkan kerusakan pada kantung gigi
selama proses erupsi gigi sehingga gigi bererupsi lebih lambat. Selain faktor
15
umum dan faktor lokal, terlambatnya pemunculan gigi juga dapat dipengaruhi
oleh faktor genetis bahkan pada kasus yang dilaporkan, keterlambatan erupsi
gigi dapat terjadi akibat faktor genetis. Meskipun data ini secara jelas
erupsi gigi yang terlambat tetapi penelitian lebih lanjut membuktikan bahwa
c. Kegagalan Erupsi
Kegagalan erupsi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh sesuatu sebab
sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang
normal di dalam deretan susunan gigi geligi Kegagalan erupsi dapat terjadi pada
hampir sama dengan faktor-faktor yang menyebabkan erupsi gigi yang terlambat.
Faktor-faktor yang menyebabkan gigi gagal bererupsi dapat berasal dari jaringan
16
2. Kegagalan dalam pergerakan praerupsi dan prafungsional
Pada kondisi ini, pembentukan gigi berlangsung dengan sempurna tetapi gigi
yang sudah terbentuk tidak mengalami pergerakan selama tahap praerupsi dan pra
Letak benih yang abnormal seperti letak benih yang terlalu miring ke arah
yang sangat keras dan padat sehingga tekanan erupsi normal tidak mencukupi
Kurangnya tempat untuk gigi yang disebabkan oleh berbagai hal seperti
ukuran gigi yang terlalu besar, tulang rahang yang tidak berkembang juga dapat
17
4. Adanya gigi susu yang persistensi
permanen pada kondisi gigi persistensi ini disebabkan oleh tidak tersedianya
ruangan untuk gigi permanen yang akan erupsi menggantikan gigi susu yang
persistensi tersebut. 9
kegagalan erupsi secara berturut-turut adalah gigi molar ketiga, gigi kaninus dan
gigi premolar. Terjadinya kegagalan erupsi pada gigi-gigi ini berhubungan dengan
kekurangan ruang yang sudah terpakai oleh gigi yang telah erupsi lebih dahulu.
Berdasarkan hasil penelitian Schuurs (1989) di Inggris, gigi impaksi lebih sering
terjadi pada maksila dari pada mandibula dimana gejala ini juga lebih sering
terjadi di sebelah kiri daripada kanan dan dijumpai lebih banyak pada wanita
daripada pria.9
Kegagalan erupsi yang terjadi pada gigi dapat menimbulkan gangguan atau
keerusakan pada gigi dan jaringan di sekitar gigi. Adapun kelainan yang mungkin
muncul akibat dari kegagalan erupsi gigi ini diantaranya adalah terbentuknya kista
yang timbul akibat kecendrungan untuk muncul dari gigi yang mengalami
18
Bab III
Kesimpulan
ditemukan kasus yang mengalami gangguan erupsi gigi, hal ini dapat
sebagai pergerakan suatu gigi, terutama dalam arah sumbu panjang gigi, dari
mulut. Erupsi gigi geligi ini bertahap seiring dengan bertambahnya umur.
Terdapat tiga tahapan dalam proses erupsi gigi, yaitu tahap praerupsi,
prafungsional dan fungsional. Waktu erupsi gigi permanen pada tiap anak
berbeda-beda dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor nutrisi,
19
DAFTAR PUSTAKA
20