Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH


(PDT 1209)
ACARA 3
DERAJAT KERUT TANAH

Oleh :
Erlin Widyastuti
A0B017023

PJ Asisten : Dea Johana


NIM : A1D016230

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan

organik. Hampir seluruh bagian bumi tersusun oleh tanah. Tanah sangat penting

peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan

tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang

akar.Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi

akar untuk bernafas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai

mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk

hidup dan bergerak. Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi

yang lain.

Di dalam tanah terkandung air dan udara.Kadar air dalam tanah berbeda-

beda tergantung dari jenis tanah.Tanah mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi

oleh iklim, serta jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam jangka

waktu tertentu. Tanah dalam pertanian mempunyai peranan sebagai media

tumbuh tanaman dalam hal tempat akar memenuhi cadangan makanan, cadangan

nutrisi (hara) baik yang berupa ion-ion organik maupun anorganik.

Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik,

bahan organic, udara, dan air.Bahan anorganik secara garis besar terdiri dari

golongan fraksi tanah yaitu pasir, debu dan liat.Tanah yang mengandung pasir

sifatnnya sukar diolah sedangkan semakin berat tanahnya (liat tinggi) semakin
besar derajat kerutnya. Mengetahui derajat kerut suatu jenis tanah akan

mempermudah untuk mengetahui kandungan bahan organic dalam tanah tersebut.

Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan

sesuai dengan kemampuan yang dibebankan kepadanya, seperti kemampuan untuk

menjadi keras dan penyangga, kapasitas drainase dan menyimpan air, plastisitas,

kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan menahan retensi unsur-

unsur hara tanaman, semuanya erat hubungannya dengan kondisi fisik tanah.

Kondisi meliputi warna tanah, tekstur tanah, konsistensi dan struktur tanah.

Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah.

Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah.Selain itu, bahan

organik tanah berpengaruh sebaliknya.Semakin tinggi kandungan bahan organik

tanah maka derajat kerut tanah makin kecil.

Selain itu tanah juga mempunyai tiga dimensi ruang yaitu panjang, lebar

dan kedalaman. Setiap tanah mempunyai sifat-sifat yang khas yang merupakan

hasil karya faktor-faktor pembentuk tanah ini, maka setiap jenis tanah akan

menampakkan profil yang berbeda.

Mengetahui bentuk fisik tanah dari berbagai jenis, kandungan mineral di

dalamnya, derajat kerut tanah, adanya kandungan air tanah serta pengetahuan

tentang profil tanah merupakan suatu cara untuk mendapatkan tanah yang cocok

untuk budidaya komoditi pertanian. Sebab faktor-faktor tersebut di atas adalah

faktor utama dalam budidaya pertanian. Tanah mineral disusun oleh empat bahan

penyusun tanah yaitu bahan organik, bahan anorganik, air dan udara. Kondisi
ideal suatu tanah hampir tidak terjadi di lapang dan umumnya bervariasi

tergantung jenis tanah dan kondisi tanah.

Bahan anorganik ini terbagi atas tiga golongan faraksi yaitu pasir, debu,

dan liat.Setiap fraksi ini mempunyai ukuran dan sifat-sifat yang berbeda.Dalam

praktikum acara tiga ini meneliti tentang derajat kerut tanah.Derajat kerut suatu

tanah dilihat dari kandungan fraksi liatnya, karena semakin tinggi kandungan

liatnya maka semakin besar derajat kerut suatu tanah.Sedangkan bahan organik

tinggi, maka derajat kerutnya semakin kecil.Tanah vertisol merupakan salah satu

jenis tanah yang cepat mengkerut.

B. Tujuan

Untuk mengetahui derajat kerut tanah dari beberapa jenis tanah dan

membandingkan besarnya derajat kerut antar jenis tanah yang diamati.

C. Manfaat

Dapat mengitung dan menetapkan nilai derajat kerut tanah.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah merupakan suatu system mekanik yang kompleks terdiri dari tiga

fase yakni bahan-bahan padat, cair dan gas. Fase padat yang hampir menempati

50% volume tanah sebagian besar terdiri dari bahan mineral dan sebagian lainnya

bahan organic. Yang terakhir ini dijumpai dalam jumlah yang besar pada tanah

organic (orgonosol). Sisa volume selebihnya merupakan ruang pori yang

ditempati sebagian oleh fase cair dan gas yang perbandingannya selalu bervariasi

menurut musim dan pengolahan tanah (Henry, 1988).

Tanah merupakan hasil evolusi dan mempunyai susunan teratur yang

unik yang terdiri dari lapisan-lapisan yang berkembang secara genetik. Proses-

proses pembentukan tanah atau perkembangan tanah dapat dilihat sebagai

penambahan, pengurangan, perubahan atau translokasi (Rizki, 2012).

Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik,

organik, udara dan air. Bahan anorganik secara garis besar dibagi atas golongan

fraksi tanah yaitu:

1. Pasir (0,05 mm – 2,00 mm) bersifat tidak plastis dantidak liat,daya

menahan air rendah,ukurannya yang menyebabkan pori makro lebih

banyak, perkolasi cepat,sehingga aerasi dan draianse tanh pasiran relatif

lebih baik.

2. Debu (0,002mm – 0,05mm) sebenarnya merupakan pasir mikrodan

sebagian besar adalah kuarsa. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis

dan kohesi yang baik.


3. Liat (<0,002 mm) berbentuk mika atau lempeng, bila dibasahi amat

lengket dan sangat plastis, sofat mengembang dan mengerut yang besar.

Bila kering menciut banyak menyerap energi panas, bila dibasahi terjadi

pengembangan volume dan terjadi pelepasan yang disebut sebagai panas

pembasahan (Hardjowigeno, 1987).

Terdapat perbedaan penting lainnya antara pasir dan liat pada beberapa

tanah yang dihubungkan dengan kemampuan tanah tertentu untuk menyediakan

elemen-elemen tanaman yang esensial (kesuburan tanah). Bahan-bahan induk

tanah dari tanah-tanah daratan yang luas cenderung berisi sejumlah kuarsa.

Partikel kuarsa sangat resisten terhadap pelapukan dan menjadi komponen-

komponen terbesar pasir dari beberapa bahan induk dan tanah. Mineral-mineral

seperti Feldspar dan mika menngandung elemen-elemen tanaman yang esensial

dan dapat tersedia sebagai pasir. Pada umumnya unsure hara yang lebih besar

berisi partikel-partikel debu, area permukaannya per gram lebih besar, dn tingkat

pelapukannya lebih cepat daripada pasir yang menyebabkan tanah berdebu lebih

subur dari pada tanah berpasir (Hardjowigeno, 1987)

Tanah mempunyai ciri khas dan sifat-sifat yang berbeda-beda diantara

tanah di suatu tempat dengan tempat yang lain. Sifat-sifat tanah itu meliputi fisika

dan sifat kimia. Beberapa sifat fisika tanah antara lain tekstur, struktur, dan kadar

lengas tanah. Untuk sifat kimia menunjukan sifat yang dipengaruhi oleh adanya

unsur maupun senyawa yang terdapat di dalam tanah tersebut. Beberapa contoh

sifat kimia yaitu pH, kadar bahan organik dan Kapasitas Pertukaran Kation

(KPK). Setiap tanah memiliki sifat mengembang dan mengkerut (Aji, 2012).
Beberapa tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut

(bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka menjadi

pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh

kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi (Hardjowigeno,1987). Derajat

kerut tanah adalah kemapuan tanah untuk mengembang dan mengerut. Tanah

mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering).Tanah

yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah

diolah, mudah merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan. Sebaliknya

tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi jelek,

lengket dan sukar pengolahannya sehingga disebut tanah berat (Sarief, 1986).
III. METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

Kegiatan praktikum dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

Pertanian Universitas Jenderal Soedirman. Praktikum berlangsung pada tanggal

15, 16, dan 17 Maret 2018.

B. Alat dan Bahan

Kegiatan praktikum kali ini menggunakan beberapa alat-alat laboratorium.

Alat-alat yang digunakan antara lain adalah botol semprot, cawan porselin, colet,

cawan dakhil, jangka sorong dan serbet/lap pembersih. Bahan-bahan yang

digunakan adalah menggunakan contoh tanah halus (<0,5 mm) dan air yang

digunakan sebagai pelarut.

C. Prosedur Praktikum

1. Mengambil tanah halus secukupnya, memasukkan ke dalam cawan

porselin, menambah air dengan menggunakan botol semprot, lalu

mengaduk secara merata dengan colet sampai pasta tanah menjadi

homogen.
2. Memasukkan pasta tanah yang sudah homogeny tadi ke dalam cawan

dakhil yang telah diketahui diameternya dengan menggunakan jangka

sorong (diameter awal).

3. Menjemur cawan dakhil yang telah berisi pasta tanah tersebut di bawah

terik matahari, kemudian melakukan pengukuran besarnya

pengkerutan setiap 2 jam sekali sampai diameternya konstan

(diameter akhir).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pengamata
No Jenis Tanah n ke
1 2 3 4 5 6 7
1. Ø1 0,23 31,10 30,92 29,64 30,76 30,28 30,15
ULTISOL Ø2 0,18 30,83 30,53 28,76 30,92 30,14 30,09
X 0,205 30,81 30,72 29,2 30,84 30,21 30,12

2. Ø1 0,07 34,21 35,26 33,37 84,41 33,33 33,00


ENTISOL Ø2 0,10 34,69 35,52 33,52 32,82 32,57 32,47
X 0,085 34,45 35,39 33,44 33,61 32,95 32,73
3. Ø1 35,87 33,92 33,57 32,37 33,33 32,26 32,08
INCEPTISOL Ø2 35,60 32,04 31,37 30,55 32,23 32,06 32,02
X 35,73 32,98 32,47 31,46 32,78 32,16 32,02
4. Ø1 0,10 29,81 26,85 26,13 25,97 25,76 25,52
VERTISOL Ø2 0,16 28,29 27,36 25,40 25,91 25,46 25,27
X 0,0925 29,05 27,10 25,76 25,94 25,61 25,39
5. Ø1 0,19 33,95 33,45 32,52 33,52 33,15 33,14
ANDISOL Ø2 0,12 34,27 34,10 33,48 34,16 33,23 33,12
X 0,155 34,1 33,77 33 33,84 33,19 33,13

1. Entisol

𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟


Derajat kerut tanah = × 100%
𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙

0,085−32,51
= × 100%
0,085
−32,425
= × 100%
0,085

= −381,470 × 100%

= −381470 %

2. Ultisol

𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟


Derajat kerut tanah = × 100%
𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙

0,205−30,12
= × 100%
0,205

−29,915
= × 100%
0,205

= −145,926 × 100%

= −14592%

3. Inceptisol

𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟


Derajat kerut tanah = × 100%
𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙

35,73 −32,05
= × 100%
35,73

3,68
= × 100%
35,73

= 0,102 × 100%

= 10,2%
4. Vertisol

𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟


Derajat kerut tanah = × 100%
𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙

0,0925 −25,395
= × 100%
0,0925

−273,5
= × 100%
0,0925

= −2956,756 × 100%

= −295675,6%

5. Andisol

𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟


Derajat kerut tanah = × 100%
𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙

0,155 −33,13
= × 100%
0,155

−32,975
= × 100%
0,155

= −212,741 × 100%

= −21274,1%

B. Pembahasan

Derajat kerut tanah adalah kemampuan tanah untuk mengembang dan

mengerut. Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila

kering). Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang
kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan.

Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi

jelek, lengket dan sukar pengolahannya sehingga disebut tanah berat (Sarief,

1986).

Derajat kerut tanah adalah suatu ukuran besarnya pengerutan suatu tanah

yang ditentukan oleh kandungan dari tanah itu sendiri (Notohadiprawiro, 1998).

Menurut Ruswahyuni dan William (2008), setiap tanah memiliki derajat

kerut yang berbeda. Ada yang memiliki derajat kerut tanah besar maupun

kecil.Hal ini disebabkan oleh adanya faktor-faktor yang mempengaruhi derajat

kerut tanah. Adapun aktor – faktor yang mempengaruhi derajat kerut tanah adalah

sebagai berikut :

1. Kandungan Liat

Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah.

Semakin tinggi kandungan liat, akan semakin besar derajat kerut tanah.

2. Bahan Organik

Bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya.Semakin tinggi kandungan

bahan organiknya maka derajat kerut tanah semakin kecil.

3. Cahaya Matahari

Semakin banyak cahaya matahari yang mengenai tanah maka akan

semakin cepat terjadi pengkerutan tanah.

4. Kandungan Air

Semakin tinggi kandungan air tanah maka derajat kerut tanah semakin

kecil.
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi derajat kerut pada tanah

adalah berat ringannya tanah akan menentukan derajat kerut tanah. Semakin tinggi

kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah

berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka

derajat kerut tanah semakin kecil (Notohadiprawiro, 1998).

Beberapa tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut

(bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengkerut maka

menjadi pecah – pecah. Sifat mengembang dan mengkerutnya tanah disebabkan

oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi. Besarnya pengembangan

dari pengerutan dinyatakan dalam nilai COLE (Coefisient Of Linier Extensibility)

atau PVC (Potential Volume Change = Swell Index = indeks pengembangan).

Istilah COLE banyak digunakan dalam bidang engineering (pembuatan jalan,

gedung-gedung dan sebagainya) (Hardjowigeno, 2015).

Mengetahui derajat kerut tanah suatu jenis tanah akan mempermudah

untuk mengetahui kandungan bahan organik dalam tanah tersebut. Bahan organik

dalam tanah adalah bahan terpenting dalam pembentukan kesuburan tanah baik

secara fisika, kimia maupun biologi. Bahan organik adalah bahan pemantap

agregat yang ada didalam tanah tersebut. Sekitar setengah dari kapasitas tukar

kation berasal dari bahan organik (Hakim et al, 1986).

Tanah terdiri dari tiga fraksi. Yaitu fraksi pasir, fraksi liat dan fraksi

debu. Setiap fraksi ini memiliki ciri dan sifat yang berbeda-beda.

1. Fraksi pasir
Fraksi pasir akan menyebabkan terbentuknya sedikit pori-pori makro,

sehingga luas permukaan yang disentuh bahan menjadi sangat sempit, dan daya

pegangnya terhadap air dan udara mudah keluar masuk tanah, hanya sedikit air

yang tertahan. Pada kondisii lapang, sebagian besar ruang pori terisis oleh udara,

sehingga pori-pori makro disebut juga pori aerasi. Atau dari segi kemudahannya

dilalui air (permabilitas) disebut juga sebagai pori drainase. Namun persoalan

pada fenomena satu ini, meskipun ketersediaan air dan udaranya baik,

ketersediaan nutrisinya rendah (Kohnke, H., 2010).

2. Fraksi liat

Fraksi liat akan menyebabkan terbentuknya banyak pori-pori mikro,

sehingga luas permukaan sentuhan menjadi luas, dan daya pegang taerhadapp air

sangat kuat. Kondisi ini menyebabkan air yang masuk ke pori-pori segera

tertangkap dan udara sulit masuk. Pada kondisi lapang, sebagian besar ruang pori

terisi oleh air, sehingga pori-pori mikro ini disebut juga pori kapiler. Pada

fenomena ini meskipun meskipun ketersediaan air dan nutrisi baik, namun

ketersediaan udara yang menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman dan

mikroba tanah.

3. Fraksi debu

Fraksi debu akan menyebabkan terbentuknya pori-pori meso dalam

jumlah sedang, sehingga luas situs sentuhannya menjadi cukup luas.

Menghasilkan daya pegang terhadap air yang cukup kuat. Hal ini menyebabkan

air dan udara cukup mudah masuk keluar dari tanah, sebagian air akan tertahan. Di

lapangan, sebagian besar ruang pori terisi oleh udara dan air dalam jumlah yang
seimbang, sehingga pori-pori meso termasuk juga pori drainas, sehingga cukup

permeabel. Namun persoalan dan masalah dari fraksi ini meskipun air dan udara

ketersediaanya baik, tapi untuk nutrisinya rendah.

Dalam klasifikasi tanah (Taksonomi Tanah) tingkat family, kasar

halusnya tanah ditunjukkan dalam kelas sebaran besar butir (particle size

distribution) yang mencakup seluruh tanah (fragmen batuan dan fraksi tanah

halus). Kelas besar butir merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah tetapi

dengan memperhatikan pula banyaknya fragmen batuan atau fraksi tanah yang

lebih kasar dari pasir ( 2 mm). Kelas besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm

(fraksi tanah halus) meliputi : berpasir, berlempung kasar, berlempung halus,

berdebu kasar, berdebu halus, (berliat) halus, (berliat) sangat halus. Bila fraksi

tanah halus (kurang dari 2 mm) sedikit sekali (<10%) dan tanah terdiri dari kerikil,

batu-batu dan lain-lain (≥ 90% volume) disebut fragmental. Bila tanah halus

termasuk kelas berpasir, berlempung atau berliat, tetapi mengandung 35% - 90%

(volume) fragmen batuan (kerikil, batu-batu) maka kelas sebaran besar butirnya

disebut berpasir skeletal, berlempung skeletal, dan berliat skeletal

(Hardjowigeno, 2015).

Butiran pasir terdiri dari kuarsa, pecahan felspar, mika dan kadang juga

sirkon, turmalin dan horn blende. Butiran pasir mempunyai matra kurang lebih

seragam dan mempunyai bentuk membulat walaupun permukaan luarnya tidak

selalu halus, serta mempunyai jenjang kekasaran tertentu yang terkait erat dengan

keabrasifanya.Pisahan debu terdiri dari kumpulan zarah berukuran garis tengah

antara pisahan lempung dan pisahan pasir. Secara meneralogis dan fisis, zarah
debu in I mendekati zarah pasir, hanya berukuran lebih kecil dan luas permukaan

per satuan massa yang lebih besar, serta seringkali terlapisi lempung yang terjerap

kuat. Pada kasus tertentu zarah debu memperlihatkan perangai fisiko kimiawi

lempung. Pisahan lempung dibedakan secara mineralogis dari pisahan debu oleh

karena lebih dirajai oleh pelikan – pelikan hasil pelapukan dan tidak dijumpai

pada batuan yang tidak lapuk. Pisahan lempung lebih tanah pelapukan lanjut

daripada pelikan dalam batuan dan lebih menunjukkan watak fisis dan kimiawi

pisahan lempung. Pisahan lempung dengan ukuran zarah < 2 mikron, merupakan

pisahan koloid. Pelikan ini jarang dijumpai dalam bentuk zarah berukuran > 2

mikron, dan umumnya dijumpai dengan ukuran < 2 mikron. Pisahan lempung

kasar, terutama berukuran > 0.5 mikron, dapat mengandung sejumlah kuarsa, dan

kadang mika, sedangkan pisahan lempung ukuran < 0.1 mikron, hampir

seluruhnya terdiri dari pelican lempung atau hasil pelapukan lain (Poerwowidodo,

1991).

Tekstur tanah menunjukan komposisi partikel penyusun tanah (separate)

yang dinyatakan dalam perbandingan proposi (%) relative antara fraksi pasir

(sand)(berdiameter 2,00 – 0,20 mm / 2000 – 200 mikrometer, debu (slit)

(berdiameter 0,20 – 0,002 mikrometer atau 200 – 2 mikrometer dan liat (clay)(< 2

mikrometer). Partikel berukuran diatas 2 mm seperti kerikil dan bebatuan kecil

tidak tergolong sebagai tanah fraksi, tetapi menurut Lal(1979) harus

diperhitungankan dalam evaluasi tekstur tanah. Fraksi pasir umumnya didominasi

oleh mineral kuarsa (SiO2) yang sangat tahan terhadap pelapukan, sedangkan

fraksi debu biasanya berasal dari mineral feldspar dan mika yang cepat lapuk,
pada saat pelapukannya akan membebaskan sejumlah hara, sehingga tanah

bertestur debu umumnya lebih subur ketimbang tanah bertekstur pasir (Hanafiah,

2007).

Tanah ringan adalah tanah yang mengandung banyak pasir, akan

mempunyai tekstur kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air. Sedangkan,

tanah berat adalah tanah yang mengandung banyak liat, mudah diolah, sulit

meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan sulit dalam pengolahannya

(Notohadiprawiro, 1998).

Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang

kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan.

Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi

jelek, lengket dan sukar pengolahannya sehingga disebut tanah berat (Sarief,

1986).

Berdasarkan hasil dari pengukuran derajat kerut tanah untuk tanah entisol

-384,05%; ultisol -145,93%; inceptisol 0,10%, vertisol -273,5%; dan andisol -

212,74%. Dari hasil tersebut dapat diketahui adanya kesalahan dalam

penghitungan derajat kerut tanah. Nilai derajat kerut yang benar seharusnya tidak

bernilai minus. Namun, dari hasil pengukuran tersebut ada beberapa yang bernilai

minus. Hal tersebut disebabkan oleh kurang telitinya praktikan dalam mengukur

derajat kerut menggunakan jangka sorong. Selain itu, diameter awal yang lebih

kecil daripada diameter akhir. Sehingga pada saat melakukan penghitungan nilai

derajat kerutnya menjadi minus. Dari data yang dihasilkan selama pengamatan
juga terdapat beberapa jenis tanah yang mengalami pengembangan, bukan

pengerutan.

Vertisol merupakan tanah dengan kandungan air tinggi (lebih dari 30%)

diseluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengerut. Kalau kering

tanah mengerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras, kalau basah mengembang

dan lengket (Hardjowigeno, 1987). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tanah

vertisol lebih cepat mengkerut daripada tanah yang lainnya, sehingga tanah ini

termausk dalam tanah berat karena mengandung liat yang cukup tinggi sehingga

lengket jika dalam keadaan basah. Kandungan bahan organik pada tanah ini relatif

sedikit dan kandungan kandungan liat relatif tinggi karena memiliki derajat kerut

yang tinggi. Hasil pengamatan sesuai dengan literature hanya saja dalam

pengukuran ada kesalahan sehingga hasil yang didapatankan bernilai – (min). Hal

ini menunjukkan bahwa derajat kerut yang terbesar ada pada tanah Vertisol.

Tanah Vertisol mempunyai kandungan liat yang mengembang tinggi, retakan

dalam dan lebar yang berkembang selama periode kering (Hamzah, 2007).

Sedangkan pada tanah andisol memiliki derajat kerut hampir setara dengan

Entisol. Bedanya kandungan bahan organik pada andisol masih lumayan banyak,

sehingga biasa di pakai untuk bahan baku pupuk terutama pada penanaman

strawberry (Triana,2006).
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan tanah andisol merupakan tanah yang memiliki derajat

kerut paling besar. Sedangkan tanah yang memiliki derajat kerut paling kecil adalah

tanah entisol.

B. Saran

Dalam melakukan pengukuran derajat kerut sebaiknya praktikan lebih teliti

dan melakukan pengukuran tepat waktu selama 2 jam sekali.


DAFTAR PUSTAKA

Henry, D. Foth. 1988. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press:

Yogyakarta

Hardjowigeno. Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Sarief, Saifuddin.1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana : Bandung.

Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah Dan Lingkungan. Direktorat

Hakim. N. Et al. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung : Penerbit Universitas

Lampung.

Kohnke, H. 1968. Soil Physic. Tata Mc Graw- Hill Publishing. Company Ltd,

Bombay.

Poerwowidodo.1991. Ganesa Tanah. Rajawali Press: Jakarta.

Hanafiah, A. K. 2007. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta.
LAMPIRAN

Contoh tanah halus Botol semprot

Pembuatan pasta tanah Jangka sorong

Anda mungkin juga menyukai