Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH


(PDT 1209)
ACARA 4
PENGAMATAN TANAH DENGAN INDERA

Oleh :
Erlin Widyastuti
A0B017023

PJ Asisten :
Dea Johana
A1D016230

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi,

yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan

dan hewan, dan mempunyai tiga dimensi ruang, yaitu panjang, lebar dan

kedalaman.Tanah adalah kumpulan tubuh alam yang menduduki sebagian besar

daratan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan sebagai tempat

mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya. Pengamatan tanah

dengan indra merupakan pengamatn yang paling mudah dilakukan untuk

menetapkan suatu jenis contoh tanah. Dengan indra ini praktikan dapat menetukan

dan mengidentifikasi suatu tanah yang sedang diamati atau yang akan diamati.

Dalam dunia pertanian, tanah mempunyai peranan yang penting, tanah

sangat dibutuhkan tanaman. Dengan bertambah majunya peradaban manusia yang

sejalan dengan perkembangan pertanian dan disertai perkembangan penduduk

yang begitu pesat, memaksa manusia mulai menghadapi masalah-masalah tentang

tanah, terutama untuk pertanian sebagai mata pencaharian pokok pada waktu

itu.Tanah mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi oleh iklim dan jasad hidup

yang bertindak terhadap bahan induk dalam jangka waktu tertentu.Tanah dalam

pertanian mempunyai peranan sebagai media tumbuh tanaman dalam hal tempat

akar memenuhi cadangan makanan, cadangan nutrisi (hara) baik yang berupa ion-

ion organik maupun anorganik.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan


pengetahuan dalam mengetahui sifat fisik tanah seperti warna tanah, tekstur tanah,

struktur tanah, konsistensi tanah dan lain-lain.

Dengan pengetahuan ini, praktikan dapat menetukan tanah apa dan lahan

yang mengandung tanah jenis apa, yang baik dan cocok untuk ditanami suatu

tanaman budidaya. Sehingga, tidak ada kesalahan yang mengakibatkan tanaman

yang ditanam tumbuhnya menjadi tidak maksimal atau bahkan tidak dapat tumbuh

sama sekali. Apalagi untuk orang yang akan membangun suatu gedung atau

rumah harus mengetahui tekstur lahannya dan struktur tanahnya. Hal ini dilakukan

dengan cara pengenalan tanah dengan indra. Setiap tanah akan bertekstur berbeda

tergantung fraksi-fraksi yang terkandung di dalamnya. Tekstur tanah berbeda di

setiap daerah.

B. Tujuan

Tujuan dari kegiatan praktikum ini yaitu sebagai berikut.

1. Menetapkan warna dasar beberapa jenis tanah dengan menggunakan

buku Munsell Soil Color Chart dan tekstur tanah.

2. Menetapkan struktur tanah berdasarkan bentuk struktur, kelas struktur

dan derajat struktur tanah yang diamati.

3. Menetapkan konsistensi berbagai jenis tanah tanah dalam keadaan

basah, lembab dan kering.

C. Manfaat

Dapat menganalisis sifat fisik tanah menggunakan indera.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah secara Edhapologi adalah tubuh alam yang disintesiskan dalam

bentuk penampang (ada horizon-horizon), terdiri dari berbagai hancuran mineral

dan bahan organik yang menyelimuti bumi dan dapat memberi atau menyediakan

makanan, air udara bagi tumbuhan.Tanah mempunyai sifat yang mudah

dipengaruhi oleh iklim, serta jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk

dalam jangka waktu tertentu.Tanah dalam pertanian mempunyai peranan sebagai

media tumbuh tanaman dalam hal tempat akar memenuhi cadangan makanan,

cadangan nutrisi (hara) baik yang berupa ion-ion organik maupun

anorganik.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan pengetahuan dalam

mengetahui sifat fisik tanah seperti warna tanah, tekstur tanah, struktur tanah,

konsistensi tanah dan lain-lain (Dariah dan Nurida, 2010).

Warna tanah merupakan ciri tanah yang paling jelas dan mudah

ditentukan dilapang. Warna tanah mencerminkan beberapa sifat tanah. Kandungan

bahan organik yang tinggi pada tanah akan menimbulkan warna lebih gelap.

Tanah dengan drainase yang jelek atau sering jenuh air berwarna kelabu. Tanah

yang mengalami dehidratasi senyawa besi akan berwarna merah. Warna tanah

akan berpengaruh pada keseimbangan panas dan kelembaban tanah. Hal ini secara

tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman, aktivitas organisme dan

struktur tanah.Penetapan warna tanah digunakan Munsell Soil Colour Chart

(Rahayu et al, 2014).

Warna tanah merupakan komposit dari warna-warna komponen

penyusunnya. Efek komponen-komponen terhadap warna komposit ini secara


langsung terhadap total permukaan tanah yang setara dengan luas permukaan

spesifik dikali proporsi volumetrik masing-masingnya terhadap tanah. Warna

tanah sangat membantu para petani dan ahli-ahli tanah.Warna tanah yang

bervariasi dapat digambarkan sebagai bahan organik, kondisi drainase dan aerasi

adalah sifat-sifat tanah yang berkaitan dengan warna tanah (Nurhajati Hakim et al,

1986).

Struktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah satu sama

lain. Ikatan tanah berbentuk sebagai agregat tanah. Apabila syarat agregat

tanah terpenuhi maka dengan sendirinya tanpa sebab dari luar disebut ped,

sedangkan ikatan yang merupakan gumpalan tanah yang sudah terbentuk

akibat penggarapan tanah disebut clod. Untuk mendapatkan struktur tanah

yang baik dan valid harus dengan melakukan kegiatan dilapangan, sedang

laboratorium elatif sukar terutama dalam mempertahankan keasliannya dari

bentuk agregatnya (Hardjowigeno, 1993).

Tekstur tanah ialah perbandingan relatif fraksi-fraksi pasir, debu dan

liat.Partikel-partikel debu terasa licin sebagai tepung dan kurang melekat.Tanah-

tanah yang memiliki kemampuan besar dalam memegang air adalah fraksi

liat.Sedangkan tnah-tanah yang mengandung debu yang tinggi dapat memegang

air tersedia untuk tanaman. Fraksi liat pada kebanyakan tanah terdiri dari mineral-

mineral yang berbeda-beda komposisi kimianya dan sifat-sifat lainnya

dibandingkan pasir dan debu ( Lubis, A.M., 1998).

Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu,

dan liat dalam suatu massa tanah. Tekstur penting dalam penentuan sifat fisika,
kimia, dan fisika-kimia tanah. Ada 3 macam tekstur utama tanah, yaitu : tekstur

pasir (sand) yaitu tanah mengandung pasir, presentasinya > 70%, lempung (loam)

yaitu bila tidak ada kandungan pasir dan liat, dan liat (clay) yaitu kandungan liat >

35% (Djunaedi et al, 1999).

Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi

butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain.

Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan

tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan

bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik

antara partikel dan air) dengan berbagai kelembaban tanah. Konsistensi tanah

adalah suatu sifat tanah yang menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara

partikel – parkikel tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk

yang disebabkan oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengarui bentuk

tanah (Kohnke, 2010).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

Kegiatan praktikum dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

Pertanian Universitas Jenderal Soedirman pada tanggal 16 Maret 2018 pukul

15.00 WIB s/d 17.00 WIB.

B. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum acara ini yaitu menggunakan

beberapa jenis tanah, diantaranya ada tanah ultisol, vertisol, andisol, inceptisol dan

sebagainya. Selain itu juga menggunakan air sebagai pelarut. Alat yang digunakan

adalah buku Munshell Soil Color Chart.

C. Prosedur Kerja

1. Penetapan Warna
Diambil sedikit tanah gumpal yang lembab secukupnya ( permukaannya
tidak mengkilap), diletakkan dibawah lubang kertas buku Munsell Soil
Color Chart. Dicatat notasi warna ( Hue, Value, Chroma) dan nama warna.
Pengamatan warna tanah tidak boleh terkena cahaya matahari langsung.

2. Penetapan Tekstur Tanah


Penetapan tekstur tanah di lapang dilakukan dengan cara merasakan atau
meremas tanah antara ibujari dan jari telunjuk. Diambil sebongkah tanah
kira-kira sebesar kelereng, basahi dengan air hingga tanah dapat ditekan.
Contoh tanah dipijit kemudian dibuat benang dan sambil dirasakan kasar
halusnya tanah.

3. Penetapan Struktur Tanah

Sebongkah tanah diambil dari horizon tanah, kemudian dipecah dengan


cara menekan dengan jari atau dengan dijatuhkan dari ketinggian
tertentu, sehingga bongkah tanah akan pecah secara alami. Pecahan
tersebut menjadi agregat mikro (ped) yang merupakan kelas struktur tanah.

4. Derajat Struktur
Derajat struktur tanah diamati berdasarkan kuat/lemahnya
agregat yang terbentuk.

5. Konsistensi Tanah

Contoh tanah dalam berbagai kandungan air diamati dengan cara dipijit
dengan ibu jari dan telunjuk. Pengamatan dimulai pada kondisi kering,
lembab dan basah dengan cara menambah air pada contoh tanahnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

a. Warna tanah

Tabel 4.1

WarnaTanah
No Jenis Tanah TeksturTanah
Notasi Warna NamaWarna

1 Entisol 10 YR 6⁄3 Pale Brown Lempung berliat


(CL)
2 Ultisol 7,5 YR 4⁄6 Strong Brown Lempung berpasir
(CS)
3 Inceptisol 2,5 YR 2,5⁄4 Dark Reddish Pasir (S)
Brown
4 Vertisol 2,5 YR 3⁄8 Very Dark Grey Lempung berliat
(CL)
5 Andisol WYR 3⁄4 Dark Yellowish Lempung berdebu
Brown (SIL)
b. Struktur tanah

Tabel 4.2

StrukturTanah
No Jenis Tanah
Tipe Klas Derajat

1 Entisol Kersai Sangat halus 2 = cukupan


(VF)
2 Ultisol Gumpal Halus (F) 2 = cukupan

3 Inceptisol Remah Halus (F) 1 = lemah

4 Vertisol Gumpal Kasar (C) 3 = kuat

5 Andisol Kersai Halus (F) 2 = cukupan

c. Konsistensi

Tabel 4.3

KonsistensiBasah
No Jenis Tanah Konsistensi Konsistensi
Lembab Kering
Kelekatan Keliatan

1 Entisol ss (tidak p0 (tidak Vf (sangat I (lepas)


lekat) plastis) gembur)

2 Ultisol ss (tidak Ps (agak T (teguh) vh (sangat


lekat ) plastis) keras)
3 Inceptisol ss (tidak Ps (agak F (gembur) H (keras)
lekat) plastis)

4 Vertisol ss (tidak p0 (tidak et (sangat teguh eh (sangat


lekat) plastis) sekali) keras sekali)

5 Andisol s0 ( tak p0 (tidak Vf (sangat H (keras)


lekat) plastis) gembur)

B. Pembahasan

Di bidang pertanian, mengetahui berbagai jenis tanah sangatlah bermanfaat.

Karena warna adalah salah satu sifat fisik tanah yang nyata dan mudah dikenali

untuk digunakan sebagai pendeskripsian karakter tanah. Warna tanah tidak

mempunyai efek langsung terhadap penanaman tetapi secara tidak langsung

berpengaruh lewat dampaknya terhadap temperatur dan kelembapan tanah.Dengan

mengetahui warna tanah, dapat mengetahui kelembapan tanah sehingga dapat

menjadi pertimbangan ketika menanam tanaman.Warna tanah dapat meliputi putih,

merah, coklat, kelabu, kuning dan hitam, kadangkala dapat pula kebiruan atau

kehijauan.Kebanyakan tanah mempunyai warna yang tidak murni, tetapi campuran

kelabu, coklat dan bercak, kerapkali 2-3 warna terjadi dalam bentuk spot-spot,

disebut karatan (Zainabun et al, 2012).

Warna tanah merupakan ciri tanah yang paling jelas dan mudah ditentukan

dilapang. Warna tanah mencerminkan beberapa sifat tanah. Kandungan bahan


organik yang tinggi pada tanah akan menimbulkan warna lebih gelap. Tanah dengan

drainase yang jelek atau sering jenuh air berwarna kelabu. Tanah yang mengalami

dehidratasi senyawa besi akan berwarna merah. Warna tanah akan berpengaruh pada

keseimbangan panas dan kelembaban tanah. Hal ini secara tidak langsung

mempengaruhi pertumbuhan tanaman, aktivitas organisme dan struktur

tanah.Penetapan warna tanah digunakan Munsell Soil Colour Chart (Rahayu et al,

2014).

Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan

ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang

menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi

(tarik menarik antara partikel dan air) dengan berbagai kelembaban tanah (Suriadi

dan aryupti, 2010). Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa tanah-tanah yang

mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat

pengolah tanah. Konsistensi tanah dipengaruhi oleh tekstur tanah, terutama

kandungan lempung, kadar air serta pengertian deskriptif tentang konsistensi.

Tekstur penting dalam penentuan sifat fisika, kimia, dan fisika-kimia tanah.

Ada 3 macam tekstur utama tanah, yaitu : tekstur pasir (sand) yaitu tanah

mengandung pasir, presentasinya > 70%, lempung (loam) yaitu bila tidak ada

kandungan pasir dan liat, dan liat (clay) yaitu kandungan liat > 35% (Djunaedi et al,

1999).

Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang paling sering

ditetapkan. Hal ini disebabkan karena tekstur tanah berhubungan erat dengan
pergerakan air dan zat terlarut, udara, pergerakan panas, berat volume tanah, luas

permukaan spesifik (Specific surface), kemudahan tanah memadat (compressibility)

dan lain-lain (Hillel, 1982).

Penelitian mengenai sifat tanah bertujuan untuk meneliti sifat-sifat tanah di

lapangan dan mengklasifikasikannya ke dalam suatu ordo, maka kita dapat

melakukan suatu pengamatan melalui profil tanah. Dengan mengamati profil tanah,

kita dapat menganalisa tekstur, struktur, konsistensi, warna tanah, bahan organik,

aktivitas fauna, perakaran yang terdapat dalam tanah, dan sebagainya pada suatu

wilayah. Tentunya pengamatan pada profil tanah tidak dapat dilakukan secara

individual. Dikarenakan dalam suatu pengamatan, setiap orang akan berbeda dalam

mengkelaskan (misal tekstur dan struktur), dibutuhkan sensitivitas/kejelian setiap

orang dalam menginterpretasikan suatu sifat tanah (Pipit, 2011).

Dalam pengklasifikasian warna tanah, metode yang telah dikenal luas oleh

banyak Soil Specialist adalah “Sistem Munsell”, yang membedakan warna tanah

secara langsung dengan bantuan kolom-kolom warna standar. Warna ini dibedakan

berdasarkan tiga faktor basal (basic) berupa komponen warna, yaitu Hue, Value dan

Chroma, yang mendasari penyusunan variasi warna pada kartu-kartu Munshell. Hue

merujuk pada spectral atau kualitas warna ang dominan, yang merupakan pembeda

antara merah dari kuning, dan lainnya. Value atau brilliance (kecemerlangan) yang

mengekspresikan variasi berkas sinar yang terjadi jika dibandingkan warna putih

absolute. Value ini merujuk pada gradasi warna dari putih (skala 10) ke hitam (skala

0). Chroma didefinisikan sebagai gradasi kemurnian dari warna, atau derajat pembeda
adanya perubahan warna dari kelabu atau putih netral (skala 0) ke warna lainnya

(skala 19) (Hanafiah, 2004).

Tekstur tanah dapat dinilai secara kualitatif dan kuantitatif. Cara kualitatif

biasa digunakan para surveyor tanah dalam menetapkan kelas tekstur tanah di

lapangan. Penetapan tekstur contoh tanah secara kuantitatif dilakukan melalui proses

analisis mekanis. Proses ini terdiri atas pendispersian agregat tanah menjadi butir-

butir tunggal dan kemudian diikuti dengan sedimentasi (Agus et al, 2008 )

Kedalaman dan sifat lapisan tanah menentukan laju dan jumlah air yang

dapat meresap, yang akhirnya akan berpengaruh pula terhadap besarnya aliran

permukaan. Adanya horizon bawah permukaan yang dicirikan oleh penimbunan

(illuviasi) liat (horizon B1) pada tanah merupakan faktor penentu kepekaan tanah

terhadap erosi, yaitu sangat berpengaruh pada proses peresapan air ke dalam tanah,

karena horizon Bt merupakan lapisan yang relative kedap. Terhambatnya proses

peresapan air ke dalam tanah menyebabkan curah hujan yang menjadi aliran

permukaan menjadi relative lebih besar, sehingga peluang terjadinya erosi juga

menjadi lebih besar. Potensi laju dan jumlah peresapan air ke dalam tanah juga

ditunjukkan oleh besarnya presentase pori drainase cepat dan permeabilitas tanah

pada berbagai kedalaman tanah. Bahan organic tanah merupakan salah satu faktor

yang sangat menentukan kondisi fisik suatu tanah,, di antaranya dalam hal kapasitas

tanah menahan air, menghambat kehilangan air, dan dalam pembentukan agregat

tanah (Dariah et al, 2003).


Tanah yang memiliki konsistensi baik biasanya mudah diolah dan tidak

melekat pada alat pengolah tanah. Penentuan sifat tanah harus disesuaikan dengan

keadaan tanah tersebut karena tanah dapat ditemukan dalam keadaaan lembab, basah ,

kering. Dalam keadaan basah, tanah dibedakan kedalam konsistensi gembur (mudah

diolah) sampai tengah (agak sulit dicangkul). Dalam keadaan kering tanah dibedakan

ke dalam konsistensi lunak sampai kering. Dalam keadaan basah dibedakan

plastisitasnya yaitu dari plastis sampai tidak plastis atau kelekatannya yaitu dari tidak

lekat sampai lekat (Hardjowigeno, 1992).

Jenis tanah yang diamati dengan indera pada praktikum acara ini antara lain

yaitu tanah inceptisol, tanah andisol, tanah ultisol, tanah entisol dan tanah vertisol.

Pengamatan warna pada jenis-jenis tanah tersebut menggunakan buku Munshell Soil

Color Chart. Notasi warna pada tanah inceptisol 2,5 YR 2,5/4 yang berwarna Dark

Reddish Brown. Tekstur pada tanah inceptisol yaitu pasir (S). Tanah andisol

berwarna Dark Yellow Wish Brown dengan notasi warna WYR ¾ dengan tekstur

tanah lempung berdebu (SIL). Tanah ultisol berwarna Strong Brown dengan notasi

warna 7,5 YR 4/6. Tanah tersebut memiliki tekstur tanah lempung berpasir (SL).

Tanah entisol berwarna Pale Brown dengan notasi warna 10 YR 6/3. Tanah entisol

memiliki tekstur tanah lempung berliat (CL). Pada tanah vertisol memiliki warna

Very Dark Grey dengan notasi warna 2,5 YR 3/8. Tekstur tanah vertisol adalah

lempung berliat (CL).


Tanah Ultisol bertekstur liat berpasir dan memiliki ciri-ciri licin agak kasar ,

membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung serta melekat

sekali. Tanah ini dikembangkan dari bahan bahan induk liat di hutan dalam iklim

humid untuk waktu yang sangat lama (Indrasari dan Abdul, 2006).

Tanah Vertisol memilki tekstur liat karena cirinya rasa agak licin ,

membentuk bola dalam keadaan dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung

serta melekat. Karena tanah ini dikembangkan dari bahan induk liat dimana ilkim

musim basah dan kering jelas. Vertisol adalah tanah yang berwarna abu-abu gelap

hingga kehitaman, bertektur liat, mempunyai slickenside dan rekahan yang secara

periodik dapat membuka dan menutup (Prasetyo, 2007). Tanah Inceptisol memiliki

tekstur lempung berpasir dengan ciri-ciri agak kasar, bola agak keras tetapi mudah

hancur, melekat. Tanah ini mengandung pisah-pisah lempung lebih besar atau sama

dengan 35% dan pasir lebih besar atau sama dengan 45 %. Inseptisol termasuk dalam

tanah Andosol karena teksturnya lempung berpasir sebenarnya sudah sangat

menyulitkan pertumbuhan padi sebab suhunya rendah sehingga mengakibatkan

proses pelapukan terhambat (Junaidi et al, 2013). Tanah Entisol mempunyai ciri

solumnya berkisar dari dangkal sampai dalam, berwarna kelabu hingga kuning,

mempunyai horison (A)-C tetapi batasannya sangat tegas, bertekstur pasir hingga

debu ( > 60% ), berstruktur butir tunggal, dan konsistensi gembur serta lepas

(Wardoyo, 2008).

Tanah Andisol merupakan tanah yang memiliki kemampuan menyerap

fosfat yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan tanah ini kaya akan bahan mineral amorf
seperti alofan, imogolit, ferihidrit dan oksida-oksida hidrat Al dan Fe dengan

permukaan spesifik yang luas. Oleh karena itu, pengelolaan Andisol perlu diarahkan

untuk menurunkan kemampuan jerapan dan meningkatkan ketersediaan P antara lain

dengan menggunakan asam humat dan asam silikat (Sukmawati, 2011). Tanah

Andisol di Indonesia terletak pada daerah yang mempunyai ketinggian 0 (pantai)

hingga 3500 meter (puncak gunung) di atas permukaan laut, dengan bentuk wilayah

datar sampai bergunung serta di bawah kondisi iklim tropika basah dan pada

landscape vulkanik muda. Bahan induk andisol adalah berupa abu vulkanik yang

dapat tersusun atas andesito-desitik, andesit , basalto andesitik dan basaltic (Iskandar,

2014).

Struktur tanah pada masing-masing jenis tanah hampir memiliki struktur

yang berbeda. Pada tanah inceptisol memiliki tipe struktur remah dan termasuk kelas

halus dengan derajat struktur 2/cukupan. Karena sudah terbentuk ped yang jelas dan

masih dapat dipecahkan. Pada tanah ultisol memiliki tipe struktur gumpal dan kelas

struktur halus dengan derajat struktur 2/cukupan. Tanah entisol memiliki tipe struktur

kersai sama seperti pada tanah andisol. Yang membedakan dari kedua tanah tersebut

terletak pada kelas struktur dan derajat strukturnya. Tanah entisol memiliki kelas

struktur sangat halus, sedangkan pada tanah andisol memiliki kelas struktur yang

halus. Derajat struktur pada tanah entisol 1/lemah, karena ped mudah hancur menjadi

pecahan yang lebih kecil. Tanah andisol derajat strukturnya 2/cukupan seperti pada

tanah inceptisol dan ultisol. Tanah vertisol memiliki tipe gumpal dengan kelas
struktur kasar. Derajat struktur vertisol 3/kuat, karena pada tanah vertisol telah

terbentuk ped yang tahan lama dan ada adhesi lemah satu sama lain.

Berdasarkan hasil pengamatan tanah inceptisol memiliki sifat tidak lekat,

agak plastis, gembur dan keras. Tanah vertisol, ultisol dan entisol sama seperti tanah

inceptisol yaitu memiliki sifat yang tidak lekat (ss). Pada tanah vertisol memiliki sifat

keliatan yang tidak plastis (pO). Begitu juga dengan tanah entisol dan andisol yaitu

memiliki sifat yang tidak plastis (pO). Tanah andisol dan entisol memiliki konsistensi

sangat gambur (Vh). Berbeda dengan tanah inseptisol yang memiliki konsistensi

lembab gembur (F). Pada tanah vertisol konsistensi lembabnya sangat teguh sekali

(et). Sedangkan pada tanah ultisol konsistensi lembabnya hanya teguh (T).

Konsistensi kering dari kelima tanah tersebut berbeda semua. Kecuali pada tanah

inseptisol dan andisol yang memiliki konsistensi kering yang keras (H). Sedangkan

pada konsistensi kering vertisol memiliki sifat sangat keras sekali (eh). Tanah ultisol

konsistensi keringnya sangat keras (Vh). Namun pada tanah entisol memiliki

konsistensi kering yang lepas (I).


V. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pada tanah inceptisol memiliki warna Dark Reddish Brown dengan notasi

warna 2,5 YR 2,5/4 bertekstur pasir. Tanah andisol berwarna Dark Yellow

With Brown dengan notasi warna WYR ¾ bertekstur lempung berdebu.

Pada tanah ultisol berwarna Strong Brown dengan notasi warna 7,5 YR 4/6

bertekstur lempung berpasir. Tanah entisol berwarna Pale Brown dengan

notasi warna 10 YR 6/3 bertekstur lempung berliat. Tanah vertisol berwarna

Very Dark Grey dengan notasi warna 2,5 YR 3/8 bertekstur lempung berliat.

2. Tanah inceptisol memiliki struktur yang remah, halus dan memiliki derajat

struktur yang cukupan. Pada tanah ultisol memiliki struktur gumpal, halus

dan derajat struktur yang cukupan. Tanah entisol memiliki struktur yang

kersai, sangat halus dan lemah. Tanah vertisol memiliki struktur gumpal,

kasar dan derajat struktur yang kuat. Pada tanah andisol memiliki struktur

kersai, halus dan derajat struktur yang cukupan.

3. Tanah inceptisol memiliki sifat tidak lekat, agak plastis, gembur dan keras.

Tanah vertisol juga memiliki sifta tidak lekat, tidak plastis, sangat teguh

sekali, dan sangat keras sekali. Sama dengan tanah inceptisol dan tanah
vertisol, pada tanah ultisol juga entisol memiliki sifat yang tidak plastis.

Tanah ultisol memiliki sifat agak plastis, teguh, dan sangat keras. Tanah

entisol bersifat tidak plastis, sangat gembur, dan lepas. Pada tanah andisol

memiliki sifat tidak lepas, tidak plastis, sangat gembur dan keras.

B. Saran

Dalam melakukan praktikum sebaiknya praktikan menaati peraturan dalam

kegiatan praktikum agar praktikum berjalan dengan lancar.


DAFTAR PUSTAKA

B.H.Prasetyo.2007. “Perbedaan Sifat-Sifat Tanah Vertisol Dari Berbagai Bahan

Indok”. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Vol.9 No. 1,2007: 20-31

Dariah, A., Sutono, dan N.L. Nurida. 2010. Penggunaan pembenah tanah organik dan

mineral untuk perbaikan kualitas tanah Typic Kanhapludults, Taman Bogo,

Lampung. Jurnal dan Iklim Tanah No. 3.

Djunaedi.dkk. 1999. “Pengaruh Pengeringan Contoh Tanah Terhadap Beberapa Sifat

Fisik Dan Kimja Tanah Bersifat Vertik Serta Klasifikasinya Menurut

Taksonomi Tanah”. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Vol. 2 : 17-24

Hanafiah, K.A. 2004. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Rajawali Pers.

Hardjowigeno, S. 1992. Klasisfikasi Tanah dan Pedogenesis. Edisi pertama .

Akademi Press indo : Jakarta Suriadikusumah, Abraham dan Aryupti Pratama.

2010. “Penetapan Kelembaban, Tekstur Tanah dan Kesesuaian Lahan”. Jurnal

Agrikultura. Vol.21.No.1, Hlm 85-92.

Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta : Akademika

Pressindo.

Iskandar, Yetti. 2014. “Kandungan Inulin dari Umbi Dahlia sp yang Ditanam pada

Jenis Tanah Vertisol, Inceptisol, dan Andisol”. JKTI. Vol. 16 : 25-31.

Kohnke, H. 2010. Soil Physics.TMH ed. Tata McGraw-Hill Publ. Co. Ltd, New

Delhi.
Lubis, A. M. 1998. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Nurhajati, Hakim et al. 1986. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.

Lampung.

Rahayu, Ayyu, Sri Rahayu Utami, Mochtar Luthfi Rayes. 2014. “Karakteristik dan

Klasifikasi Tanah Pada Lahan Kering dan Lahan yang Disawahkan di

Kecamatan Perak Kabupaten Jombang”. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan.

Vol.1.No.2, Hlm 79-87.

Wardoyo, Setyo. 2008. “Aplikasi Olah Tanah Konservasi dan Pupuk N pada Entisol

serta Pengaruhnya terhadap Serapan Npk Tanaman Jagung”. Agrin. Vol. 12,

ISSN: 1410-0029

Zainabun.dkk. “Karakteristik Tanah Salin Krueng Raya Kecamatan Mesjid Raya

Kabupaten Aceh Besar”. Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan. Vol. 1 : 32-42


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai