Anda di halaman 1dari 13

Epidemiologi Penyakit TBC

ANGGOTA KELOMPOK 4 :

Ade Titin Diantina 211117080

Elis Maemunah 211117081

Wulan Nurtari 211117093

Puzy Agustiani 211117098

Annisa Destiani N 211117105

Andika Pratama P 211117096

Prodi D3 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi

2019
1. FREKUENSI KASUS PENYAKIT TUBERKULOSIS MENURUT
PROVINSI TAHUN 2018
Penemuan Kasus Case Notification Rate
Jumlah Perkiraan Case Detection Rate
No Provinsi Jumlah penduduk Laki-laki + per 100.000 penduduk
Kasus Laki-laki Perempuan (CDR%)
Perempuan (CNR)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Aceh 5.281.314 20.125 5.230 2.915 8.145 40,5 154
2 Sumatera Utara 14.415.391 62.745 20.907 11.744 32.651 52,0 227
3 Sumatera Barat 5.382.077 22.944 6.779 3.975 10.754 46,9 200
4 Riau 6.814.909 27.601 7.009 4.126 11.135 40,3 163
5 Jambi 3.570.272 13.665 2.648 1.649 4.297 31,4 120
6 Sumatera Selatan 8.370.320 33.733 11.130 6.984 18.114 53,7 216
7 Bengkulu 1.963.300 7.750 1.987 1.296 3.283 42,4 167
8 Lampung 8.370.485 29.473 9.027 6.543 15.570 52,8 186
9 Kepulauan Bangka Belitung 1.459.873 5.916 1.452 901 2.353 39,8 161
10 Kepulauan Riau 2.136.521 10.827 3.358 2.335 5.693 52,6 266
11 DKI Jakarta 10.467.629 47.375 20.645 15.596 36.241 76,5 346
12 Jawa Barat 48.683.861 127.906 54.424 44.974 99.398 77,7 204
13 Jawa Tengah 34.490.835 82.978 36.503 30.560 67.063 80,8 194
14 DI Yogyakarta 3.802.872 9.064 2.133 1.643 3.776 41,7 99
15 Jawa Timur 39.500.851 95.811 31.211 25.234 56.445 58,9 143
16 Banten 12.689.736 33.058 16.497 12.300 28.797 87,1 227
17 Bali 4.292.154 12.391 2.443 1.671 4.114 33,2 96
18 Nusa Tenggara Barat 5.013.687 17.715 3.980 2.457 6.437 36,3 128
19 Nusa Tenggara Timur 5.371.519 18.833 3.875 2.871 6.746 35,8 126
20 Kalimantan Barat 5.001.664 17.212 4.141 2.429 6.570 38,2 131
21 Kalimantan Tengah 2.660.209 9.369 2.277 1.271 3.548 37,9 133
22 Kalimantan Selatan 4.182.695 15.069 5.021 3.188 8.209 54,5 196
23 Kalimantan Timur 3.648.835 14.442 3.748 2.639 6.387 44,2 175
24 Kalimantan Utara 716.407 2.768 916 633 1.549 56,0 216
25 Sulawesi Utara 2.484.392 9.521 4.237 2.549 6.786 71,3 273
26 Sulawesi Tengah 3.010.443 10.207 4.222 2.679 6.901 67,6 229
27 Sulawesi Selatan 8.771.970 30.985 13.573 9.854 23.427 75,6 267
28 Sulawesi Tenggara 2.653.654 8.992 2.434 1.659 4.093 45,5 154
29 Gorontalo 1.185.492 4.301 1.998 1.523 3.521 81,9 297
30 Sulawesi Barat 1.355.554 4.440 1.245 852 2.097 47,2 155
31 Maluku 1.773.776 6.579 1.993 1.663 3.656 55,6 206
32 Maluku Utara 1.232.632 4.188 1.133 750 1.883 45,0 153
33 Papua Barat 937.458 6.509 745 676 1.421 21,8 152
34 Papua 3.322.526 18.508 5.836 4.977 10.813 58,4 325
Indonesia 265.015.313 843.000 294.757 217.116 511.873 60,7 193
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, Data per 31 Januari 2019
Menurut data di atas Penyakit TBC di Indonesia sebanyak :
- Laki-laki : 294.757 orang
- Perempuan : 217.116 orang
- Total Keseluruhan : 511.873 orang

2. Distribusi Masalah Berdasarkan Ciri-ciri Manusia, Tempat dan Waktu


a. Distribusi Menurut Waktu
1) Menurut Bulan
Distribusi penderita tuberkulosis menurut waktu (bulan) di Puskesmas
Pampang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3
Distribusi Penyakit Tuberkulosis Berdasarkan Bulan
di Puskesmas Pampang Kecamatan Tamalanrea
Makassar Tahun 2013-2015
Tahun
Waktu
2013 2014 2015
(Bulan)
N % N % n %
Januari 5 2.6 5 2.6 6 3.1
Februari 4 2.1 4 2.1 3 1.6
Maret 2 1.0 3 1.6 12 6.2
April 7 3.6 7 3.6 6 3.1
Mei 6 3.1 8 4.1 1 0.5
Juni 7 3.6 6 3.1 5 2.6
Juli 6 3.1 1 0.5 5 2.6
Agustus 3 1.6 7 3.6 8 4.1
September 7 3.6 1 0.5 6 3.1
Oktober 5 2.6 7 3.6 2 1.0
November 4 2.1 2 1.0 3 1.6
Desember 7 3.6 5 2.6 4 2.1
Jumlah 63 100.0 56 100.0 67 100.0
Sumber: Data Sekunder Puskesmas Pampang, 2013 - 2015
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa pada tahun 2013 distribusi
penyakit tuberkulosis dengan persentase terbesar terjadi pada bulan April,
September dan Desember sebesar 3,6%, sedangkan persentase terendah terjadi
pada bulan Maret sebesar 1,0% atau sebanyak 2 penderita. Pada tahun 2014
distribusi penyakit dengan persentase terbesar terjadi pada bulan Mei sebesar 4,1%
atau sebanyak 8 penderita, sedangkan persentase terendah terjadi pada bulan Juli
dan September sebesar 0,5% atau 1 penderita. Pada tahun 2015 persentase terbesar
terjadi pada bulan Maret sebesar 6,2% atau 12 penderita, sedangkan persentase
terendah terjadi pada bulan Mei dengan persentase 0,5% atau 1 penderita.
Pengamat berasumsi bahwa dibulan-bulan tertentu di tahun 2013-2015 pada
saat kasus Tb sedang banyak terjadi, adalah musim penghujan karena musim
sekarang ini tidk bisa lagi di prediksi dan sangat sering berubah-ubah sehingga,
pada musim hujan di bulan tertentu tersebut menyebabkan kelembaban dalam
rumah yang tiunggi dibandingkan dengan musim kemarau. Asumsi ini sesuai
dengan hasil penelitian Rosiana (2012) yang menyatakan bahwa kelembaban
dalam rumah mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian TB Paru dengan
risiko kelembaban ruangan yang tidak baik terkena tuberkulosis paru 84,3 kali dan
4,033 kali lebih besar menderita TB daripada responden yang kelembabannya
memenuhi syarat. Kuman TB Paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup selama beberapa jam di tempat yang gelap
dan lembab (Depkes, 1999).
2) Menurut Tahun
Distribusi penderita tuberkulosis menurut waktu (tahun) di Puskesmas
Pampang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4
Distribusi Penyakit Tuberkulosis Berdasarkan Tahun
di Puskesmas Pampang Kecamatan Panakukkang
Makassar Tahun 2013-2015
Jumlah Penderita
Tahun
N %
2013 63 33.9
2014 56 30.1
2015 67 36.0

Jumlah 186 100


Sumber: Data Sekunder Puskesmas Pampang, 2013 - 2015
Tabel 4 menunjukkan bahwa kejadian tuberkulosis mengalami fluktuasi
setiap tahunnya. Pada tahun 2013 terdapat 63 penderita (33,9%), kemudian pada
tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 56 penderita (30,1%). Namun pada
tahun 2014 meningkat menjadi 67 penderita (36,0%).

Berdasarkan hasil pengamatan, pengamat berasumsi bahwa terjadinya


fluktuasi kasus tuberkulosis disetiap tahunnya dikarenakan beberapa alasan
misalnya, pada tahun 2014 sudah berhasil diturunkan mungkin karena pada tahun
2013 telah dilakukan intervensi yang membuat angka kejadian tuberculosis
menurun sedangkan pada tahun 2015 kembali terjadi peningkatan, ini bisa saja
dikarenakan sudah banyaknya penderita yang mau memeriksakan dirinya ke
pelayanan kesehatan karena menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional.

b. Distribusi Menurut Tempat


Gambaran distribusi penyakit tuberkulosis di Puskesmas Pampang berdasarkan
Kelurahan tempat tinggal dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Penderita Tuberkulosis di Puskesmas Pampang
Berdasarkan Kelurahan Tempat Tinggal
Tahun 2013-2015

Tahun
Kelurahan 2013 2014 2015
N % n % n %
Pampang 36 57.1 25 44.6 39 21.0
Panaikang 20 31.7 21 37.5 20 10.8
Karampuang 6 9.5 4 7.1 7 3.8
Luar Wilayah
1 1.6 6 10.7 1 0.5
Kerja
Jumlah 63 100.0 56 100.0 67 100.0
Sumber: Data Sekunder Puskesmas Pampang, 2013 - 2015
Tabel 5 menunjukkan bahwa pada tahun 2013 persentase penderita penyakit
tuberkulosis yang datang melakukan pemeriksaan di Puskesmas Pampang dari tahun
ke tahun kebanyakan oleh penderita yang bertempat tinggal di Kelurahan Pampang
yaitu sebesar 57,1% atau 36 orang pada tahun 2013, sebesar 44,6% atau 25 orang
pada tahun 2014, dan sebesar 21% atau 39 orang pada tahun 2015. Persentase yang
paling rendah dari tahun 2013 – 2015 adalah pada penderita yang bertempat tinggal di
Kelurahan Luar Wilayah Kerja.
Asumsi dari pengamat menyatakan bahwa kebanyakan penderita tuberkulosis
berasal dari Kelurahan Pampang karena letak Puskesmas Pampang bertempat di
Kelurahan Pampang sehingga lebih mudah diakses oleh masyarakat setempat. Adanya
masyarakat yang bertempat tinggal di luar wilayah kerja Puskesmas Pampang dan
berobat di Puskesmas tersebut dikarenakan puskesmas ini mudah dijangkau oleh
masyarakat yang berada di sekitar wilayah kerja puskesmas tersebut dan bisa saja
merupakan pasien rujukan dari puskesmas lain ataupun dari rumah sakit tertentu.

c. Distribusi Menurut Orang


1) Menurut Umur
Gambaran distribusi penderita penyakit tuberkulosis di Puskesmas
Pampang berdasarkan kelompok umur ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 6
Distribusi Penyakit Tuberkulosis Berdasarkan Kelompok Umur di Puskesmas Pampang
Kecamatan Panakukkang
Kota Makassar Tahun 2013-2015
Tahun
Kelompok
2013 2014 2015
Umur
(Tahun)
n % N % n %
0-14 0 0.00 4 7.1 3 4.5
15-24 15 23.8 12 21.4 12 17.9
25-34 14 22.2 8 14.3 15 22.4
35-44 12 19.0 12 21.4 14 20.9
45-54 12 19.0 10 17.9 15 22.4
55-64 8 12.7 6 10.7 7 10.4
65-74 2 3.2 1 1.8 1 1.5
≥75 0 0.00 3 5.8 0 0
Jumlah 63 100.0 56 100.0 67 100.0
Sumber: Data Sekunder Puskesmas Pampang, 2013 - 2015

Tabel 6 menunjukkan bahwa persentase jumlah penderita penyakit


tuberkulosis pada tahun 2013 paling banyak terdapat pada kelompok umur 15-24
tahun yaitu sebesar 23,8% atau 15 orang dan paling sedikit pada kelompok umur 0-
14 tahun dan ≥75 tahun dengan persentase masing-masing sebesar 0%. Pada tahun
2014 persentase jumlah penderita tuberkulosis paling banyak terdapat pada
kelompok umur 15-24 tahun dan 35-44 tahun yaitu sebanyak 21,4% atau 12 orang
dan paling sedikit pada kelompok umur 65-74 tahun yaitu sebanyak 1,8% atau 1
orang. Pada tahun 2015 persentase jumlah penderita tuberkulosis paling banyak
terdapat pada kelompok umur 25-34 tahun dan 45-54 tahun yaitu sebanyak 22,4%
atau 15 orang dan paling sedikit pada kelompok umur ≥75 tahun dengan persentase
sebesar 0%.
Pada masa prediksi yaitu tahun 2016 - 2020, diprediksikan bahwa kasus TB
Paru BTA Positif akan terus meningkat dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah
kasus tertinggi terdapat pada kelompok umur 15-64 tahun sebesar 749 kasus,
kemudian kelompok umur ≥ 65 tahun yaitu sebesar 35 kasus, dan terakhir pada
kelompok umur 0-14 tahun sebesar 50 kasus. Hasil yang serupa juga dikemukakan
oleh Pujianti (2014) bahwa hasil peramalan (forecasting) menunjukkan kelompok
umur produktif lebih banyak mengalami kejadian TB Paru dan jumlah angka
morbiditas TB Paru berdasarkan spesifikasi usia dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan (Pujianti.,dkk, 2014).
Prevalensi tinggi infeksi di kelompok usia 15- 49 tahun ini juga bisa
dikaitkan dengan peningkatan kegiatan diluar ruangan, kepadatan penduduk di
sebagian besar pemukiman dan kurangnya higiene personal (Kurniawan.,dkk,
2015).
2) Menurut Jenis Kelamin
Gambaran distribusi penyakit tuberkulosis di Puskesmas Pampang
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 7
Distribusi Penyakit Tuberkulosis Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas
Pampang Kecamatan Panakukkang
Kota Makassar Tahun 2013-2015
Tahun

Jenis 2013 2014 2015


Kelamin

n % n % n %
Laki-laki 36 57,1 35 62.5 40 21.5
Perempuan 27 42,9 21 37.5 27 14.5
Jumlah 63 100 56 100 67 100
Sumber: Data Sekunder Puskesmas Pampang, 2013 – 2015
Tabel 7 menunjukkan bahwa distribusi penderita penyakit tuberkulosis dari tahun
2013-2015 paling banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 57,1% atau
36 orang pada tahun 2013, 62,5% atau 35 orang pada tahun 2014 dan 21,5% atau 40
orang pada tahun 2015.
Banyaknya jumlah kejadian TB paru yang terjadi pada laki-laki disebabkan
karena laki-laki memiliki mobilitas yang tinggi daripada perempuan sehingga
kemungkinan untuk terpapar lebih besar, selain itu kebiasaan seperti merokok dan
mengkonsumsi alkohol dapat memudahkan laki-laki terinfeksi TB paru. Hal ini
didukung dalam data yaitu antara tahun 1985-1987 penderita tuberkulosis paru pada
laki-laki cenderung meningkat sebanyak 2,5%, sedangkan pada wanita menurun
0,7% (Mahfuznah, 2014).
3. Riwayat Alamiah Penyakit Tuberkulosis

1. Fase Prepatogenesis
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal / sehat tetapi mereka pada
dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit (stage of susceptibility).
Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antarapenjamu
dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit
penyakit masih ada diluar tubuh penjamu dimana para kuman mengembangkan potensi
infektifitas, siap menyerang penjamu.

2. Fase pathogenesis
a. Tahap inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang diwaktu antara masuknya bibit penyakit
ke dalamtubuh yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala
penyakit. Masa inkubasi dari penyakit TBC yaitu mulai terinfeksi samapi menjadi
sakitdiperkirakan 4-12 minggu.
b. Tahap penyakit dini
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang kelihatannya ringan.
Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan
patologis, walaupunpenyakit masih dalam masa subklinis. Pada tahap
ini, diharapkan diagnosis dapat ditegakkan secara dini . Gejalanya seperti :
 Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
haridisertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza
dan bersifathilang timbul
 Penurunan nafsu makan dan berat badan
 Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)
 Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
c. Tahap penyakit lanjut
Pada tahap ini penyakit bertambah jelas dan mungkin bertambah berat dengan segala
kelainan klinik yang jelas, sehingga diagnosis sudah relatif mudah ditegakkan.
Saatnya pula,setelah diagnosis ditegakkan, diperlukan pengobatan yang tepat untuk
menghindari akibat lanjut yang kurang baik dengan gejala :

 Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagianbronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar
getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas
melemah yang disertai sesak.
 Ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhansakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti
infeksi tulang yangpada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada
kulit di atasnya, padamuara ini akan keluar cairan nanah
 Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
Meningitis radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunankesadaran dan kejang-kejang.
3. Fase Pasca Patogenesis
Tahap pasca patogenesis/ tahap akhir yaitu berakhirnya perjalanan penyakit TBC yang diderita
oleh sesorang dimana seseorang berada dalam pilihan keadaan, yaitu sembuh sempurna,
sembuh dengan cacat, karier, penyakit berlangsung secara kronik, atau berakhir dengan
kematian setelah melalui berbagai macam tahap pencegahan dan pengobatan yang rutin.

 Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih, sehat
kembali
 Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada,tetapi tubuh
tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang permanenberupa cacat
 Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih tetap ada
dalamtubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit
 Penyakit tetap berlangsung secara kronik
 Berakhir dengan kematian

4. Triad Epidemiologi
1. Host :
 Manusia. Semua umur bisa tertular TB Paru.
 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak menderita TB Paru.
Hal ini disebabkan laki-laki lebih banyak melakukan mobilisasi dan mengkonsumsi
alkohol dan rokok
 Kelompok resiko tertinggi : kelompuk usia produkstif, penderita HIV, perilaku
merokok, dan penderita yang merusak sistem kekebalan tubuh seperti DM.
2. Agent :
 Mycobacterium tuberculosis, bakteri berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 µm
dan tebal 0,3-0,6 µm dan digolongkan dalam basil asam (BTA).
3. Environment (Lingkungan)
 Kondisi lingkungan rumah seperti yang memiliki :
a. Ventilasi yang buruk, karena fungsi ventilasi adalah untuk membebaskan udara
ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen seperti tuberkulosis, karena
di situ selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh
udara akan selalu mengalir. Luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan
akan mengakibatkan terhalangngya proses pertukaran aliran udara dan sinar
matahari yang masuk ke dalam rumah, akibatnya kuman tuberkulosis yang ada di
dalam rumah tidak dapat keluar dan ikut terhisap bersama udara pernafasan

b. Pencahayaan
c. Suhu Rumah. Penghawaan yang kurang atau tidak lancar akan menjadikan
ruangan terasa pengap atau sumpek dan akan menimbulkan kelembaban tinggi
dalam ruangan.
d. Kepadatan penghuni rumah. Luas rumah yang tidak sebanding dengan jumlah
penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak sehat
karena disamping menyebabakan kurangnya konsumsi oksigen, juga bila salah satu
anggota keluarga terkena penyakit infeksi, terutama tuberkulosis akan mudah
menular kepada anggota keluarga yang lain.

5. Determinan (Faktor-faktor yang mempengaruhi)


Menurut Hiswani (2009) mengatakan terjadinya masalah kesehatan TBC dipnegaruhi oleh
beberapa faktor seperti :
a. Faktor Sosial Ekonomi
Disini sangat erat dengan rumah,kepadatam hunia, lingkungan perumahan,
lingkungan dan sanitasi tempat kerja yang buruk dapat memudahkan penularan TBC.
Pendapatan keluarga sangat erat juga dengan penularan TBC, karena pendapatan yang
kecil membuat orang tidak dapat layak dengan memenuhi syarat-syarat kesehatan.
b. Status Gizi
Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi dan lain-lain,
akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang sehingga rentan terhadap penyakit
termasuk TBC. Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh di negara
berkembang, baik pada orang dewasa maupun anak-anak.
c. Umur
Penyakit TBC paling sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif 15-50
tahun.
d. Faktor jenis kelamin
Selain faktor umur, jenis kelamin uga sangat mempengaruhi penyakit tuberkulosis.
Berdasarkan beberapa penelitian, penderita tertinggi penderita tuberkulosis adalah laki-laki
di bandingkan dengan perempuan karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan
merokok sehingga memudahkan terjangkitnya penyakit tuberkulosis.
e. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan
seseorang di antaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan
pentakit TBC, sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba
untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu, tingkat pendidikan seseorang
akan mempengaruhi terhadap jenis pekerjaanya.
f. Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor resiko apa yang harus di hadapi setiap individu.
Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel debu di daerah terpapar
akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran pernapasan. Paparan kronis udara
yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran
pernapasan dan umumnya TBC. Jenis pekerjaan sesorang juga mempengaruhi terhadap
pendapatan keluarga yang akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari di
antara kondisi makanan, pemeliharaan kesehatan selain itu juga akan mempengaruhi
terhadap kepemilikan rumah (kontruksi rumah). Kepala keluarga yang mempunyai
pendapatan di bawah UMR akan mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak
sesuai dengan kebutuhan bagi anggota keluarga sehingga mempunyai status gizi yang
kurang dan akan memudahkan untuk terkena penyakit infeksi di antaranya TB paru. Dalam
hal jenis kontruksi rumah dengan mempunyai pendapatan yang kurang maka kontruksi
rumahyang dimiliki tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga akan mempengaruhi
terjadinya penularan penyakit TBC.
g. Kebiasaan merokok
Merokok di ketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko untuk
mendapatkan kanker paru-paru, penykit jantun koroner, brinchhitis kronik dan kanker
kandung kemih. Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terjadi infeksi TBC.
h. Kondisi rumah
Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit TBC.
Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembangbiakan kuman. Lantai dan
dinding yang sulit di bersihkan akan memyebabkan penumpukan debu, sehingga akan di
jadikan sebagai media yang baik bagi berkembang biakan kuman mycobacterium
tuberkulosis.

6. Peran, Fungsi, dan Tugas Perawat Dalam Pencegahan TBC

a. Sebagai Pembela (Advocacy)


Perawat berperan dalam membela keluarga saat mereka membutuhkan pertolongan
membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan sebagi informasi dari pemberian
pelayanan khususnya pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan.
Contoh : Persetujuan inform consent saat pasien akan di berikan obat atau persetujuan
kepulangan.
b. Sabagai Pendidik (Educator)
Perawat baik secara langsung atau tidak langsung memberikan
penyuluhan/pendidikan kesehatan pada masyarakat tentang Penyakit TBC.
Menjelaskan :
1) Pengertian TBC
2) Proses penularan TBC
3) Tanda dan Gejala TBC
4) Pengobatan TBC
5) Cara mendiagnosa TBC
c. Sebagai Konselor
Pada kasus TBC perawat berperan mendengarkan keluhan-keluhan terkait masalah
penyakit TBC.
d. Sebagai Koordinator
Pada kasus TBC perawat sebagai koordinator tidak selalu berada disamping pasien
mengawasi pasien maka, keluarga dilibatkan untuk menjaga pasien dan mnegawasi pasien
maka, keluarga dilibatkan untuk menjaga pasien dan mengawasi lalu melaporkan kepada
perawat apabila membutuhkan sesuatu
e. Perawat memngingatkan pasien untuk selalu memakai masker agar tidak cepat terjadi
penyebarannya.

Anda mungkin juga menyukai