Disusun oleh:
Kelompok 5
Dosen Pembimbing :
Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunianya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah protein. Salawat dan salam semoga selamanya tercurah dan terlimpah kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya serta seluruh umatnya termasuk kita yang
akan melanjutkan perjuangan dakwahnya semoga kita akan mendapatkan safa’atnya nanti
diakhirat, amin.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada teman-teman dan
Ibu Dr.Delima Engga Maretha, M.Kes selaku dosen pembimbing mata pelajaran Dasar
biokimia gizi yang telah yang telah mendukung terselesaikanya makalah ini.
Kami menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan walaupun penulis
sudah membuatnya dengan maksimal. Untuk kesempurnaannya kami sangat mengharapkan
bantuan/masukan dari semua pihak yang terkait. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang berkenan memberikan kritik dan saran dalam rangka
penyempurnaan makalah ini di kemudian hari.
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian protein
2.2 Sumber protein
2.3 Sifat protein
2.4 Fungsi protein
2.5 Klasifikasi protein
2.6 Struktur protein
2.7 Metabolisme protein
2.8 Defisiensi protein
2.9 Keracunan protein
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah gizi masih cukup rawan dibeberapa wilayah Indonesia, terutama di wilayah
pemukiman kumuh daerah perkotaan, wilayah yang sering dilanda musim kering (NTB dan
NTT). Dimana kondisi masyarakat tersebut banyak yang kekurangan gizi, banyak balita yang
terkena gizi buruk. Gizi buruk / gizi kurang sering terjadi karena makanan yang tidak
seimbang, terutama dalam hal protein.
Protein sangat penting untuk membantu pertumbuhan anak-anak, dan meningkatkan
daya tahan tubuh mereka. Dan juga kelebihan protein juga akan menimbulkan penyakit,
seperti kwashiorkor, marasmus, dan obesitas.
Oleh karena itu, selain untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah “Dasar biokimia gizi”
ini, penulis mengangkat judul tentang Protein, karena protein merupakan zat paling penting
yang harus ada dalam tubuh manusia. Tapi masih banyak juga kasus kekurangan energi
protein (KEP). Disini penulis tertarik untuk lebih mendalami tentang protein.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian protein ?
2. Apa saja sumber protein ?
3. Bagaimana sifat protein ?
4. Apa saja fungsi protein ?
5. Bagaimana klasifikasi protein ?
6. Bagaimana struktur protein ?
7. Bagaimana metabolisme protein ?
8. Apa itu Defisiensi protein ?
9. Bagaimana bisa terjadinya keracunan protein ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian protein
2. Mengetahui sumber-sumber protein
3. Mengetahui bagaimana sifat protein
4. Untuk mengetahui apa saja fungsi protein
5. Mengetahui klasifikasi protein
6. Mengetahui bagaimana struktur protein
7. Mengetahui bagaimana metabolisme protein
8. Mengetahui defisiensi protein
9. Mengetahui terjadinya keracunan protein
BAB II
PEMBAHASAN
Protein adalah makromolekul polipeptida yang tersusun dari sejumlah L-asam amino
yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Suatu molekul protein disusun oleh sejumlah asam
amino dengan susunan tertentu dan bersifat turunan. Asam amino terdiri atas unsur-unsur
karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Unsur nitrogen adalah unsur utama protein sebanyak
16% dari berat protein. Molekul protein juga mengandung fosfor, belerang, dan ada jenis
protein yang mengandung unsur logam seperti tembaga dan besi.
Suatu asam amino lazimnya diklasifikasikan sebagai suatu molekul yang memiliki
gugusan α-karboksil maupun α-amino dan secara kimiawi suatu rantai samping khas
(gugusan R) yang melekat dengan α-karbon. Kualitas protein dapat didefinisikansebagai
efisiensi penggunaan protein oleh tubuh. Kualitas protein ditentukan oleh jenis dan proporsi
asam amino yang dikandungnya. Pada prinsipnya suatu protein yang dapat menyediakanasam
amino esensial dalam suatu perbandingan yang menyamai kebutuhan manusia, mempunyai
kualitas yang tinggi. Sebaliknya protein yang kekurangan satu atau lebih asam-asam amino
esensial mempunyai kualitas yang rendah.
Klasifikasi protein berdasarkan pada fungsi biologinya terdiri atas: enzim, protein
pembangun, protein kontraktil, protein pengangkut, protein hormon, protein bersifat racun,
protein pelindung, dan protein cadangan. Klasifikasi protein terdapat dalam bentuk serabut
(fibrosa), globular, dan konjugasi. Protein bentuk serabut terdiri atas beberapa rantai peptida
berbentuk spiral yang terjalin satu sama lain sehingga menyerupai batang yang kaku.
Karakteristik protein bentuk serabut adalah memiliki daya larut yang rendah, kekuatan
mekanis yang tinggi, dan tahan terhadap enzim pencernaan. Kolagen, elastin, keratin, dan
miosin termasuk dalam protein bentuk serabut. Protein globular berbentuk bola dan terdapat
pada cairan jaringan tubuh. Protein jenis ini larut dalam larutan garam dan asam, mudah
berubah di bawah pengaruh suhu, konsentrasi garam serta mudah mengalami denaturasi.
Albumin, globulin, dan histon termasuk dalam protein globular. Protein konjugasi adalah
protein sederhana yang terikat dengan bahan-bahan non asam amino. Gugus non asam amino
ini dinamakan gugus prostetik. Nukleoprotein, lipoprotein, fosfoprotein, metaloprotein,
hemoprotein, dan flavoprotein termasuk dalam protein konjugasi.
2.2 Sumber Protein
Protein merupakan suatu senyawa karbonil yang banyak melimpah dalam sistem
biologi. Protein terdapat dihampir semua bahan pangan yang biasa dikonsumsi orang
Indonesia. Sumber protein dapat diperoleh pada bahan pangan yang berasal dari nabati dan
hewani, baik dalam bentuk olahan maupun dalam bentuk non olahan. Beberapa sumber
protein yang kaya akan kandungan protein ditampilkan pada tabel berikut ini.
Protein murni tidak berwarna dan tidak berbau. Jika protein tersebut dipanaskan,
warnanya berubah menjadi coklat dan baunya seperti bau bulu-bulu atau bau rambu tterbakar.
Keratin, misalnya, yaitu protein yang monomernya banyak mengandung asam amino sistein.
Jika keratin dibakar, timbul bau yang tidak enak.
Protein alam yang murni juga tidak memiliki rasa, tetapi hasil hidrolisis protein, yaitu
proteosa, pepton, dan peptide, mempunyai rasa pahit.
Pada umumnya, protein terdapat dalam bentuk amorf dan hanya sedikit sekali yang
terdapat dalam bentuk kristal. Protein nabati umumnya lebih mudah membentuk Kristal
dibandingkan dengan protein hewani. Protein hewani seperti hemoglobin mudah membentuk
suatu kristal, sedangkan albumin sukar. Beberapa protein enzim, seperti tripsin, pepsin,
urease, dan katalase juga dapat membentuk kristal.
Viskositas larutan protein dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi protein. Pada
konsentrasi yang sama, larutan protein fibrosa mempunyai viskositas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan protein globular. Jadi, juga pada konsentrasi yang sama, larutan protein
bermolekul besar mempunyai vikositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan larutan
protein bermolekul kecil. Viskositas protein rendah yaitu pada titik isoelektriknya.
Kelarutan protein dalam berbagai pelarut (air, alcohol dan garam encer) berlainan.
Protein yang kaya akan radikal-radikal nonpolar bebas lebih mudah larut dalam campuran
alkohol-air dari pada dalam air. Protein yang miskin akan radikal-radikal polar bebas
cenderung untuk mengendap dengan penambahan sedikit alkohol atau aseton. Protein tidak
larut dalam air, tetapi kaya akan radikal-radikal yang bermuatan, dan mudah larut dalam
garam-garam netral.
Tinggi rendahnya suhu dapat memengaruhi kelarutan protein dalam larutan garam.
Dalam larutan garam fosfat misalnya karboksi hemoglobin kuda pada suhu 0oC mempunyai
kelarutan sepuluh kali lebih besar dari pada suhu 25oC. Protein yang terdapat pada biji-biji
tanaman lebih mudah larut dalam larutan garam pada suhu tinggi dibandingkan dengan suhu
rendah. Namun, kenaikan suhu tidak banyak memengaruhi kelarutan albumin telur dalam
larutan garam.
Protein transport di dalam plasma darah mengikat dan membawa molekul atau ion
spesifik dari satu organ ke organ lain. Hemoglobin pada sel darah merah mengikat oksigen
ketika darah melalui paru-paru, dan membawa oksigen ini ke jaringan periferi. Di sini
oksigen dilepaskan untuk melangsungkan oksidasi nutrien yang menghasilkan energi. Plasma
darah mengandung lipoprotein, yang membawa lipid dari hati ke organ lain. Protein transport
lain terdapat di dalam membran sel dan menyesuaikan strukturnya untuk mengikat dan
membawa glukosa, asam amino, dan nutrien lain melalui membran menuju ke dalam sel.
5. Protein Struktural
Banyak protein yang berperan sebagai filamen, kabel, atau lembaran penyanggah
untuk memberikan struktur biologi kekuatan atau proteksi. Hampir semua komponen kulit
adalah kolagen murni. Persendian mengandung elastin, suatu protein struktural yang mampu
meregang ke dua dimensi. Rambut, kuku, dan bulu burung/ayam terdiri terutama protein
tidak larut, yang liat, keratin. Komponen utama dari serat sutra dan jaring labah-labah adalah
protein fibroin.
6. Protein Pertahanan
7. Protein Pengatur
Beberapa protein membantu mengatur aktivitas seluler atau fisiologi. Di antara jenis
ini terdapat sejumlah hormon, seperti insulin, yang mengatur metabolisme gula, dan
kekurangannya, menyebabkan penyakit diabetes, hormon pertumbuhandari pituitary dan
hormon paratiroid, yang mengatur transport Ca2+ dan fosfat. Protein pengatur lain, yang
disebut represor mengatur biosintesa enzim oleh sel bakteri.
8. Protein Motorik
Memiliki kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik dan terlibat
dalam pergerakan. Protein ini memiliki aktivitas ATPaseyang mengatalisis penguraian ATP
sebagai sumber energi bagi pergerakan. Contoh protein motorik antara lain aktin, miosin,
dynein, dan tubulin.
9. Protein Reseptor
Protein ini berfungsi untuk menerima rangsangan dari luar (baik rangsangan kimia,
maupun rangsangan fisik seperti cahaya) sebelum diteruskan dalam sel untuk mengubah atau
mengaktifkan reaksi biokimia yang menjadi targetnya. Umumnya protein-protein ini berada
di membran dan bekerja secara spesifik. Contonya reseptor LDL (Low Density Lipoprotein)
disintesis oleh sel pada saat sel membutuhkan kolesterol.
Terdapat banyak protein lain yang fungsinya agak eksotik dan tidak mudah
diklasifikasikan. Monelin, suatu protein tanaman dari Afrika mempunyai rasa yang amat
manis. Protein ini sedang dipelajari sebagai pemanis makanan yang tidak menggemukkan dan
tidak beracun, untuk manusia. Plasma darah beberapa ikan Antartika mengandung protein
antibekuyabg melindungi darah ikan dari pembekuan. Persendian sayap beberapa insekta
dibuat dari protein resilin, yang bersifat hampir sempurna elastis.
5. Pembentukan Antibodi
Kemampuan tubuh untuk melakukan detoksifikasi terhadap bahan-bahan racun
dikontril oleh enzim-enzin yang terapat di dalam hati. Dalam keadaan kekurangan protein
kemampuan tubuh untuk menghalangi pengaruh toksik bahan-bahan racun ini berkurang.
Seseorang yang menderita kekurangan protein rentan terhadap bahan racun dan obat-obatan.
7. Sumber Energi
Protein ekivalen dengan karbohidrat, karena menghasilkan 4 kkal/gr protein.
Namun, protein sebagai sumber energi relatif lebih mahal, baik dalam harga maupun dalam
jumlah energi yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh.
Klasifikasi protein tidak terperinci, seperti halnya klasifikasi karbohidrat atau lipida,
karena jumlahmya yang banyak dan susunannya yang unik serta sifatnya yang beragam. Pada
dasarnya, protein dapat diklasifikasikan berdasarkan atas bentuj molekul, komponen
penyusun, tingkat degradasi, dan fungsi biologisnya.
Protein globular mempunyai bentuk bulat atau hampir bulat, dengan perbandingan
memoros kurang dari sepuluh (umumnya mempunyai perbandingan memoros 4:1 atau
3:1). Rantai polipetidanya melipat dengan sangat kompak sehingga sedikit sekali atau
tidak ada rongga interior yang tersedia untuk molekul air. Hampir semua radikal R
hidrofobik berada didalam molekul (terlindung dari medium air), sedangkan
kebanyakan radikal R ionik berada di luar dan bersinggungan dengan medium air.
Umumnya, protein globular mudah membentuk kristal dan bobot molekulnya ralatif
mudah ditentukan dibandingkan dengan protein fibrosa. Protein globular larut dalam
air dan larutan garam. Albumin plasma, globulin plasma, beberapa hormon, antibodi
dan hampir semua enzim merupakan protein globular.
Protein fibrosa
Bentuk molekul protein fibrosa seperti serat atau serabut dengan perbandingan
memoros lebih dari sepuluh. Rantai polipeptidanya tidak membentuk bulatan agau
elips, tetapi memanjang dan banyak rantai yang saling berikatan dalam berkas paralel
bersilangan. Protein fibrosa mempunyai bentuk amorf, sukar dimumikan, dan bobot
molekulnya yang tinggi sukar untuk ditentukan. Umumnya, protein ini tidak larut
dalam air dan larutan garam. Protein fibrosa banyak berperan sebagai protein
pembangun. Beberapa protein yang termasuk dalam golongan ini adalah miosin otot,
keratin rambut, fibroin sutera dan kolagen tulang.
Keratin
Protein fibrosa ini merupakan batu-batu bangunan oada rambut, wol, bulu, tanduk,
dan kuku. Residu sisteinnya sangat tinggi sehingga menimbulkan bau yang tidak enak
jika keratin dibakar. Keratin tahan terhadap pengaruh enzim. Zat ini dibentuk oleh sel
hidup dalam lapisan kulit terluar.
Kolagen
Protein bentuk serat ini merupakan penyusun jaringan ikat, tetapi terdapat pula
didalam tulang, tulang rawan, dan kulit. Kolagen larut bila dihangatkan dengan air
untuk jangka waktu yang lama. Rantai polipeptidanya kaya akan asam amini
hidroksiprolin, prolin dan glisin, tetapi tidak mengandung residu sistein, triptifan dan
sistin.
Fibroin
Dua pertiga baguan sutera alam dibangun oleh protein ini. Asam amino
penyusunnya adalah glisin, alanin, serin dan tirosin dan beberaoa asam amino lain.
Kadar tirosindakam fibroin sutera alam ini sangat tinggi, sehingga fibroin dipakai
sebagai sumber untuk memperoleh asam amino ini. Menurut Drucker, struktur kimia
fibroin tersusun oleh 3 rantai peptida yang ketiganya terikat satu sama lain dengan 2
buah cabang. Ketiga rantai utama dibentuk oleh alanin, serin dan gliserin, sedangkan
rantai-rantai cabangnya terdapat tirosin dan asam amino lain.
Protein sederhana
a. Euglobulin
Tidak larut dalam air tetapi cepat larut dalam larutan garam encer, misalnya
larutan 5% natrium klorida. Larutannya akan mengumpal apabila dipanaskan dan
mengendap apabila ditambahkan dengan larutan amonium sulfat setengah jenuh,
protein ini terdapat pada hewan dan tanaman. Contohnya adalah miosinogen
dalam otot, globulin dalam serum darah,elgumin dalam kacang-kacangan dan
arakin dalam biji kacang tanah.
b. Glutelin
Protein nabati ini selain tidak larut dalam air ,juga tidak dapat larut dalam pelarut
netral tetapi larut dalam asam dan basa yang sangat encer. Larrutannya
menggumpal apabila dipanaskan. Contohnya orizenin dalam beras dan glutenin
dalam biji gandum.
c. Prolamin
Protein ini terdapat pada biji-bijian tanaman, yang tidak larut di dalam alkohol
absolut, pelarut netral dan air, serta larut dalam alkohol 70-80%. Larutannya tidak
menggumpal apabila dipanaskan. Protein ini kaya akan residu prolin dan asam
glutamat, tetapi miskin residu lisin. Protein yang termasuk dalam golongan ini
adalah gliadin dalam gandum.
Protein majemuk
Protein ini tersusun atas protein sederhana dan zat non protein lainnya. Zat
nonprotein ini disebut radikal prostetik. Berdasarkan radikal prostetiknya, protein
majemuk dibedakan atas :
a. Glikoprotein
Protein ini terdapat dalam jaringan dan membran sel. Radikal prostetiknya adalah
karbohidrat, yaitu oligosakarida rantai pendek atau rantai panjang. Hubungan
antara oligosakarida dan protein sederhana penyusunnya adalah secara kovalen.
Glikoprotein memiliki banyak peran di dalam tubuh antara lain sebagai protein
trasnpor vitamin dan lipida, sebagai pelumas misalnya lendir dan musin,
kemudian protein ini sebagai antibodi mislnya imunoglobulin
b. Lipoprotein
Radikal prostetiknya adalah lipida, seperti fosfolipida (lesitin,sefalin), asam
lemak, kolesterol dan lain lain.
c. Nukleoprotein
Protein sederhana penyusunnya adalah histon dan protamin, sedangkan radikal
prostetiknya adalah asam nukleat, yaitu suatu polinukleotida. Nukleotida itu
sendiri tersusun atas basa nitrogen, pentosa dan asam fosfat. Interaksi ionik
menghubungkan antara protein sederhana yang bermuatan positif dan asam
nukleat penyusunnya yang bermuatan negatif. Nukleoprotein yang mempunyai
residu ribosa berperan untuk biosintesis protein, sedangkan nukleo protein yang
mempunyai residu2-deoksiribosa merupakan unsur utama gen.
d. Fosfoprotein
Radikal prostetiknya adalah asam fosfat, yang berikat dalam bentuk ester pada
radikal hidroksil residu asam amino serin atau treonin, protein sederhana
penyusunnya. Protein ini tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan basa.
e. Kromoprotein
Radikal prostetiknya adalah suatu senyawa yang berwarna. Beberpa radikal
prostetiknya mengandung logam. beberapa contoh protein yang termasuk
golongan ini mempunyai peranan biologis penting, misalnya hemoglobin berperan
dalm pengangkutan oksigen dan sebagai emzim katalase dan peroksidase yang
berpearn dalam penguraian hidrogen peroksidaserta sitokrom yang berperan
dalam proses reduksi dan oksidasi dalam sel.
Protein derivate
Derivat protein Derivat sekunder
Protean Proteosa
Metaprotein Pepton
Koagulasi protein Peptida
α HELIKS
Pada suatu α heliks, terbentuk ikatan hidrogen antara masing-masing atom
oksigen karbonil pada suatu ikatan peptida dengan hidrogen yang melekat ke atom
nitrogen amida pada suatu ikatan peptida 4 residu asam amino di sepanjang rantai
polipeptida.
Jika tulang punggung polipeptida ini terpilin dengan jumlah yang sama akan
terbentuk struktur coil atau heliks (ulir) reguler di mana masing-masing ikatan
peptida dihubungkan dengan ikatan hidrogen ke ikatan residu asam amino di
depannya dan 4 asam amino dibelakangnya dalam urutan primer.
Berbagai tipe heliks yang terbentuk lewat pemilinan denagn taraf dan arah
yang berbeda digambarkan oleh jumlah (n) residu aminoasil perputaran dan jumlah
tonjolan / pitch (p) atau jarak perputaran yang dibentuk heliks sepanjang sumbunya.
Heliks polipeptida yang terbentuk dari asam amino kiral (chiral ) akan
memperlihatkan kiralitas, yaitu helisk tersebut bisa dominan kanan atau kiri.
Prolin Dapat Menekuk α Heliks
Rantai sisi residu asam amino pada heliks mengarah ke luar dari sumbu
sentral. Rantai sisi yang berukuran besar atau rantai yang sisi dengan muatan yang
saling tolak menolak dapat mencegah terbentuknya α heliks. Residu prolin
menghambat struktur α heliks pada protein karena residu prolin menimbulkan
hambatan geometrik akibat adanya struktur cincin dan karena pada ikatan peptida,
nitrogen tidak mengandung atom hidrogen yang diperlukan untuk membentuk
ikatan hidrogen Prolin hanya pas untuk putaran pertama α heliks. Pada bagian lain,
residu prolin akan menimbulkan tekukan (bend). Namun tidak semua tekukan dalam
α heliks disebabkan prolin. Tekukan kerap terjadi pula pada residu Gly. 2,3
Ikatan Hidrogen dan Kekuatan Van Der Waals Menstabilkan α heliks. Mengingat α
heliks memiliki energi yang paling rendah dan merupakan konformasi yang paling
stabil bagi rantai polipeptida, susunan spasial ini akan terbentuk secara spontan.
Stabilitas α heliks terutama terjadi akibat pembentukan ikatan hidrogen
dengan jumlah semaksimal mungkin. Nitrogen peptida bekerja sebagai sebagai
donor hidrogen,dan oksigen karbonil residu yang dalam barisan letaknya nomer
empat dari belakang di dalam pengertian struktur primer bekerja sebagai aseptor
hidrogen Interaksi Van derWaals juga memberikan stabilitas tambahan. Atom yang
dikemas kuat pada initi α heliks mengadakan kontak vander Waals antara satu sama
lain melintasi sumbu heliks tersebut 2,4,5.
Kekurangan protein dan gizi buruk dapat menyebabkan berbagai penyakit termasuk
keterbelakangan mental dan kwashiorkor. Gejala kwashiokor termasuk apatis, diare, kurang
aktif, kegagalan tumbuh, kulit terkelupas, hati berlemak, dan edema dari perut dan kaki.
Kurangnya protein memiliki tanda dan gejala yang digambarkan dalam perubahan
tubuh. Berikut beberapa gejala akibat kekurangan protein yang umum terjadi: Lemah otot dan
sakit, formasi garis dalam di sekitar jari-jari kaki dan kuku, peningkatan retensi air luka keras
kepala yang tidak kunjung sembuh, kepipihan, kulit kering dan ruam, kelesuan, berat badan,
kegelisahan, sakit kepala konstan, mual, ulkus kulit insomnia, depresi dan perubahan warna
kulit.
2.8 Keracunan / Toksisitas Protein
Ketika asupan protein yang dikonsumsi dalam jumlah tinggi maka akan timbul
peningkatan ekskresi urea. Peningkatan ekskresi urea tersebut menunjukkan bahwa oksidasi
asam amino meningkat. Tingginya kadar asupan protein meningkatkan aktivitas rantai
cabang dari asam keton dehidrogenase. Peningkatan aktivitas rantai cabang dari asam keton
dehidrigenase berakibat terfasilitasinya reaksi oksidasi, dan gugus amino dari asam amino
diekskresikan ke hati. Proses ini menunjukkan bahwa hasil konsumsi protein berlebih dalam
oksidasi protein dan protein yang diekskresikan. Padahal, tubuh tidak dapat menyimpan
kelebihan protein. Protein dicerna menjadi asam amino, yang memasuki aliran darah. Asam
amino kelebihan dikonversi ke molekul lainnya yang dapat digunakan oleh hati dalam proses
yang disebut deaminasi. Deaminasi mengubah nitrogen dari asam amino menjadi amonia,
yang dikonversi oleh hati menjadi urea dalam siklus urea. Ekskresi urea dilakukan oleh
ginjal.
Ketika ada asupan protein berlebih maka asam amino selain teroksidasi menjadi
energi, protein juga dapat dikonversi menjadi glukosa atau keton. Namun, ketika jumlah
asupan protein berfluktuatif (tinggi atau rendah secara berkala) maka tubuh akan mencoba
untuk menjaga kestabilan jumlah protein pada kesetimbangan dengan menggunakan
cadangan protein labil, yang berfugsi sebagai protein jangka pendek yang akan digunakan
untuk keadaan darurat atau variasi harian asupan protein.
Toksisitas protein terjadi ketika tubuh tidak mampu untuk menyingkirkan limbah
beracun yang dihasilkan sebagai akibat dari metabolisme protein. Toksisitas protein terjadi
ketika seseorang melalui gangguan fungsi ginjal mengkonsumsi makanan yang kaya protein.
Secara khusus protein dari sumber hewani yang cepat diserap kedalam aliran darah dan
dengan cepat dimetabolisme menyebabkan pelepasan konsentrasi tinggi bahan limbah
nitrogen beracun.
Konsumsi protein dengan jumlah tinggi dapat memunculkan masalah kesehatan bagi
mereka yang menderita penyakit ginjal. Asupan protein yang tinggi dapat meningkatkan
kerusakan ginjal bahkan dapat menyebabkan keracunan protein. Perubahan fisiologis yang
disebabkan oleh asupan protein meningkat, seperti tekanan glomerulus dan hiperfiltrasi
meningkat, mempercepat kerusakan pada ginjal yang sudah rusak. Ketegangan ini dapat
menyebabkan ginjal tidak mampu memetabolisme protein secara memadai dan selanjutnya
dapat terjadi toksisitas.
BAB III
KESIMPULAN
Protein adalah makromolekul polipeptida yang tersusun dari sejumlah L-asam amino
yang dihubungkan oleh ikatan peptida, tersusun oleh sejumlah asam amino dengan susunan
tertentu dan bersifat turunan. Protein bersifat ionisasi, denaturasi, viskositas, kristalisasi, serta
sistem koloid. Terdapat begitu banyak fungsi dari protein dan fungsi-fungsi tersebut sangat
berguna bagi tubuh. Protein mempunyai empat tingkatan struktur yaitu primer, sekunder,
tersier, dan kuartener. Adapun proses metabolisme yang terjadi dalam protein seperti
pencernaan dan absorbsi, ekskresi, serta sintesis dan pemecahan protein.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Probosari, Enny. 2019. Pengaruh Protein Diet terhadap Indeks Glikemik. JNH (Journal of
Nutrition and Health). Vol 7 No.1. Hal 33. Diakses dari
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/actanutrica/article/download/21944/14658 pada
tanggal 24 September 2019
Suprayitno, Eddy dan Titik Dwi Sulistiyah. 2017. Metabolisme Protein. Diakses dari
https://books.google.co.id pada tanggal 24 September 2019.
Wijayanti, Novita. 2017. Fisiologi Manusia dan Metabolisme Zat Gizi. Diakses dari
https://books.google.co.id pada tanggal 24 September 2019.