Regulasi SK Dan Spo Penempatan Pasien Dengan Penyakit Menular
Regulasi SK Dan Spo Penempatan Pasien Dengan Penyakit Menular
KEPUTUSAN
DIREKTUR RSUD BUTON SELATAN
NOMOR:
TENTANG
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD KABUPATEN
BUTON SELATAN TENTANG PENEMPATAN
PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR DAN
PASIEN YANG MENGALAMI IMMUNITAS
RENDAH;
KESATU : Menetapkan Kebijakan Pemberlakuan Panduan
Penempatan Pasien dengan Penyakit Menulardan
Pasien Dengan Immunitas Rendah
KEDUA : Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan dengan ketentuan bahwa segala
sesuatunya akan diatur kembali sebagaimana
mestinya, apabila ternyata terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini.
Ditetapkan di : Batauga
Pada tanggal : 10 Juni 2019
R
NO DOKUMEN NO REVISI HALAMAN
SUD BUTON
1/2
SELATAN
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Frederik Tangke Allo. Sp.B
NIP 19690911 200112 1 003
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
secara kontak langsung ataupun tidak langsung, penularan tersebut dapat melalui
universal merupakan salah satu strategi yang telah direkomendasikan oleh Centers for
Desease Control and Prevention (CDC) dalam upaya pengendalian infeksi dan
penularan penyakit di sarana kesehatan, seperti rumah sakit, poliklinik , dan pusat
atau tanpa tanda dan gejala sehingga tingkat pencegahan seragam harus digunakan
dalam merawat semua pasien (Smeltzer, dkk, 2009).Penularan agen infeksius melalui
airborne adalah penularan penyakit yang disebabkan oleh penyebaran droplet nuklei
yang tetap infeksius saat melayang di udara dalam jarak jauh dan waktu yang
utama sebagian besar ISPA adalah melalui droplet, tapi penularan melalui kontak
(termasuk kontaminasi tangan yang diikuti oleh inokulasi tak sengaja) dan aerosol
pernapasan infeksius berbagai ukuran dan dalam jarak dekat bisa juga terjadi untuk
pemeriksaan diagnosis cepat tidak selalu dapat dilakukan, penyebabnya sering tidak
untuk ISPA mungkin tidak tersedia.Maka dari itu perlu diadakan panduan
B. Landasan Hukum
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Selatan
2. Tujuan Khusus
antara pasien dengan penyakit menular, dari pasien lain yang berrisiko
tidak tersedia
menular
BAB II
I. Kebijakan Umum
a. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk mengurangi risiko infeksi
penyakit menular pada petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang
harus menerapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari dua lapis yaitu
Wajah.
Gunakan masker dan pelindung mata atau wajah untuk
ekskresi.
v. Gaun.
Gunakan gaun (bersih dan tidak perlu steril) untuk melindungi
selayaknya
vii. Pengendalian Lingkungan.
Lakukan prosedur untuk perawatan rutin, pembersihan, dan
(BloodbornePathogens )
a. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala terhadap
dibutuhkan.
Transmisi Airborne
ukurran 5 µm atau lebih kecil) atau partikel debu yang berisi agen
i. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang isolasi.Pintu harus selalu
pasien jenis infeksi lain. Bila tidak tersedia kamar tersendiri dan
medik/bedah.
memungkinkan.
Transmisi Droplet.
i. Penempatan Pasien
memungkinkan.
Transmisi kontak
Kewaspadaan terhadap penularan melalui kontak digunakan untuk
kulit ke kulit) yang terjadi selama perawatan rutin, atau kontak tak
i. Penempatan Pasien
iii. Gaun : Pakailah gaun (bersih dan tidak perlu steril) saat
BAB III
RUANG LINGKUP
A. Tata Ruang
1. Sistem ventilasi
a. Ruang Isolasi
kembali ke ruangan.
Aliran udara harus selalu berasal dari ruangan yang bersih ke ruangan
yang kurang bersih. Sistem ventilasi dan pengatur udara (AC) harus
filter 0,3 µm dengan efisiensi 99,7% untuk hasil sangat bersih seperti
menjadi positif.
menular. Alat pelindung diri harus digunakan sesuai prosedur dan dipantau
terkait kepatuhannya.
Mikroba dengan cepat akan menyebar luas karena kontak antar orang dengan
orang, namun sulit sekali bahkan tidak mungkin dapat mencari orang yang
mengatur alur pasien, lalu lintas di rumah sakit yang akan membantu
dibatasi seminimal mungkin dan harus berdasarkan ijin petugas, ruangan tersebut
adalah :
1. Ruang NICU
3. Kamar operasi
4. Ruang isolasi
BAB IV
TATA LAKSANA
a. Tujuan
Untuk menurunkan penularan penyakit melalui udara, baik yang berupa bintik
percikan di udara (airborne droplet nuclei, ukuran 5 µm atau lebih kecil) atau
b. Tata laksana
3) Pembuangan udara keluar yang memadai, atau bila tidak terpasang pada
4) Jagalah agar pintu tetap tertutup dan pasien tetap dalam ruangan
Bila tidak ada tempat tersendiri, tempatkan pasien dalam ruangan dengan
pasien lain yang dugaan terinfeksi mikroorganisme yang sama tetapi tidak
5) Gunakan alat pelindung diri waktu masuk ke ruang pasien yang diketahui
campak atau varisela bagi orang yang rentan terhadap infeksi tersebut
masker bedah
2. Penempatan Pasien dengan Penularan Melalui Percikan
a. Tujuan
percikan besar tidak dapat bertahan lama di udara dan hanya dapat berpindah
b. Tata laksana
infeksi aktif organisme yang sama dan tidak ada infeksi lain
2) Bila tidak ada kamar tersendiri, tempatkan dalam ruangan secara kohort,
dan bila ruang untuk kohort tidak memungkinkan, buatlah jarak pemisah
pengunjung.
3) Pakai masker N95 dan atau masker bedah 2 rangkap bila berada/bekerja
untuk pasien.
a. Tujuan
b. Tata laksana
konsentrasi tinggi (misalnya tinja atau cairan luka). Segera buka sarung
3) Gunakan gaun pelindung yang bersih dan non steril bila diduga terjadi
kontak yang cukup rapat dengan pasien. Segera lepas gaun sebelum
meninggalkan ruangan.
untuk hal yang penting. Bila terpaksa harus memindahkan keluar kamar,
pelindung
sekitar tempat tidur pasien dan permukaan lain yang sering tersentuh
a. Tujuan
b. Tata laksana
DOKUMENTASI
pasien dengan penyakit menular ini dilakukan secara periodik enam bulan sekali.
Kegiatan monitoring dilaksanakan oleh IPCLN dan IPCN selanjutnya dievaluasi dan
dilaporkan kepada Komite PPIRS. Melalui Komite PPIRS maka akan diteruskan
OLEH