Sistem Indera Penglihatan Dan Peraba
Sistem Indera Penglihatan Dan Peraba
PERTEMUAN V
SISTEM INDERA
(PENGLIHATAN DAN PERABA)
A. Tujuan
1. Untuk dapat melakukan pemeriksaan visus dan buta warna.
2. Untuk dapat mengetahui adanya reseptor tekanan, sakit, sentuhan,
dingin, dan panas pada kulit.
B. Dasar Teori
1. Indera Penglihatan
Mata adalah organ penglihatan yang penting bagi kehidupan
makhluk hidup. Suatu pengurangan fungsi indera penglihatan bahkan
kebutaan akan memyebabkan kerugian yang tak ternilai besarnya bagi
seorang penderita (Nasution, 2013).
Mata adalah organ indera yang memiliki reseptor peka pada cahaya
yang disebut fotoreseptor. Setiap mata mempunyai lapisan reseptor,
sistem lensa untuk memusatkan cahaya pada reseptor dan syarat untuk
menghantarkan impuls dari reseptor ke otak.
Bagian mata yaitu retina, terdapat kurang lebih 125 juta sel batang (sel
basillus) yang mampu menerima rangsangan sinar kuat dan warna. Sel
batang mengandung pigmen yang peka terhadap cahaya yang disebut
rodopsin, yaitu suatu bentuk senyawa antara vitamin A dengan protein
tertentu. Bila terkena sinar terang, rodopsin terurai dan akan terbentuk
kembali dalam keadaan gelap. Proses pembentukan rodopsin
memerlukan waktu yang disebut waktu adaptasi rodopsin. Dalam waktu
adaptasi mata kurang melihat.
(Gibson, 2003)
Sel kerucut mengandung pigmen iodopsin, yaitu senyawa ritinin
dan epsin. Ada tiga macam sel kerucut yang masing-masing peka
terhadap rangsangan warna tertentu yaitu merah, biru dan hijau. Dari
kombinasi tiga warna ini kita dapat menerima spektrum warna ungu
sampai merah. Kerusakan sel konus menyebabkan buta warna merah,
biru atau kuning. Penderita buta warna ada yang disebut dikromat atau
monokromat. Dikromat adalah orang yang mempunyai dua sel kerucut,
mereka menderita buta warna sebagian. Dikromat hanya dapat menerima
spektrum warna dengan campuran dua warna saja. Monokromat
merupakan orang yang hanya dapat membedakan hitam dan putih serta
bayangan kelabu (Pearce, 2007)
Cara kerja mata manusia pada dasarnya sama dengan cara kerja
kamera, kecuali cara mengubah fokus lensa. Sinar yang masuk ke mata
sebelum sampai di retina mengalami pembiasan lima kali yaitu waktu
melalui konjungtiva, kornea, aqueus humor, lensa, dan vitreous humor.
Pembiasan terbesar terjadi di kornea. Bagi mata normal, bayang-bayang
benda akan jatuh pada bintik kuning, yaitu bagian yang paling peka
terhadap sinar.
Dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel konus)
dan sel batang (sel basilus). Sel konus berisi pigmen lembayung dan sel
batang berisi pigmen ungu. Kedua macam pigmen akan terurai bila
terkena sinar, terutama pigmen ungu yang terdapat pada sel batang. Oleh
karena itu, pigmen pada sel basilus berfungsi untuk situasi kurang terang,
sedangkan pigmen dari sel konus berfungsi lebih pada suasana terang
yaitu untuk membedakan warna, makin ke tengah maka jumlah sel
batang makin berkurang sehingga di daerah bintik kuning hanya ada sel
konus saja.
Pigmen ungu yang terdapat pada sel basilus disebut rodopsin, yaitu
suatu senyawa protein dan vitamin A. Apabila terkena sinar, misalnya
sinar matahari, maka rodopsin akan terurai menjadi protein dan vitamin
A. Pembentukan kembali pigmen terjadi dalam keadaan gelap. Untuk
pembentukan kembali memerlukan waktu yang disebut adaptasi gelap
(disebut juga adaptasi rodopsin). Pada waktu adaptasi, mata sulit untuk
melihat.
Pigmen lembayung dari sel konus merupakan senyawa iodopsin
yang merupakan gabungan antara retinin dan opsin. Ada tiga macam sel
konus, yaitu sel yang peka terhadap warna merah, hijau, dan biru.
Dengan ketiga macam sel konus tersebut, mata dapat menangkap
spektrum warna. Kerusakan salah satu sel konus akan menyebabkan buta
warna.
(Lessons, 1993)
2. Indera Peraba
Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus
untuk sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan. Reseptor untuk rasa
sakit ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk
tekanan, ujungnya berada di dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor
untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di dekat
epidermis. Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam,
misalnya otot dan tulang.
Pada kulit mamalia termasuk manusia terdapat beberapa reseptor
yang memiliki fungsi berbeda. Kulit manusia tersusun atas dua lapisan
utama, yaitu epidermis dan dermis. Pada epidermis terdapat reseptor
untuk rasa sakit dan tekanan lemah reseptor umtuk tekanan disebut
mekanoreseptor.
(Irianto, 2004)
Masing-masing reseptor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Korpuskula pacini, merupakan ujung saraf perasa tekanan kuat.
b. Ujung saraf sekeliling rambut, merupakan ujung saraf peraba.
c. Korpuskula Ruffini, merupakan ujung saraf peraba.
d. Ujung Saraf Krause, merupakan ujung saraf perasa dingin.
e. Korpuskula Meisner, merupakan ujung saraf peraba.
f. Ujung Saraf tanpa selaput, merupakan perasa nyeri
g. Lempeng Merkel, merupakan ujung saraf perasa sentuhan dan
tekanan ringan.
(Gibson, 2003)
a. Indra Penglihatan
1) Visus
Nama Hitung
VOD VOS HM
Sukarelawan jari
Sukarelawan I - - + -
Sukarelawan
- -
II
Sukarelawan
- -
III
b. Indera Peraba
Nama Air Balsem
Air Dingin Etanol
Sukarelawan Hangat Otot
Sukarelawan
Dingin Panas Biasa Dingin
I
Sukarelawan
Dingin Panas Biasa Dingin
II
Sukarelawan
Dingin Panas Biasa Biasa
III
F. Pembahasan
Percobaan ini bertujuan agar dapat melakukan pemeriksaan visus dan buta
warna serta mengetahui adanya reseptor tekanan sakit, sentuhan dingin dan
panas pada kulit.
Visus adalah ketajaman penglihatan. Pemeriksaan visus merupakan
pemeriksaan fungsi mata. Gangguan penglihatan pemeriksaan untuk
mengetahui tekanan mata yang mengakibatkan turunnya visus. Pemeriksaan
visus ada tiga cara yaitu dengan menggunakan chart, hitungan jari dan hand
movement. Cara Chart merupakan cara membaca Chart dari jarak yang
ditentukan (5-6 meter). Di gunakan jarak sepanjang itu karena pada jarak
tersebut mata normal akan berelaksasi dan tidak berakomodasi. Kartu yang di
gunakan ada beberapa macam yaitu Snellen Chart, E – Chart dan Cincin
Landolt. Namun yang digunakan dalam pemeriksaan visus pada percobaan kali
ini adalah Snellen Chart. Snellen Chart terdiri atas sederetan huruf dengan
ukuran yang berbeda dan bertingkat serta disusun dalam baris mendatar. Huruf
yang paling diatas besar dan makin kebawah huruf semakin kecil. Pemeriksaan
visus dilakukan pda tempat yang cukup terang. Kartu Snellen di gantung
sejajar dengan mata sukarelawan atau lebih tinggi dari mata sukarelawan.
Pemeriksaan di mulai dengan menggunakan mata kanan dan mata kiri ditutup
dengan telapak tangan terlebih dahulu tanpa menekan bola mata. Sukarelawan
disuruh menyebutkan huruf dari kiri ke kanan setiap baris kartu Snellen atau
memperagakan posisi huruf E dari kartu Snellen dimulai baris teratas atau
huruf yang paling besar sampai huruf yang terkecil (baris yang tertera angka ).
Bila dalam baris tersebut sukarelawan dapat membaca huruf atau
memperagakan posisi huruf kurang dari setengah baris maka yang dicatat ialah
baris yang tertera diatasnya.
Bila sukarelawan belum dapat melihat huruf teratas atau terbesar dari kartu
Snellen maka mulai dilakukan perhitungan jari pada sukarelawan dengan jarak
3 meter. Jika pada jarak 3 meter sukarelawan masih belum dapat menyebutkan
nya maka maju 2 meter, bila masih belum bisa maju hinga jarak 1 meter di
depan sukarelawan dan ditulis . Bila belum juga bisa maka dapat dilakukan
hitungan jari pada jarak 1 meter dan dapat ditulis .
Cara menilai visus dari hasil membaca kartu adalah bila sukarelawan dapat
membaca kartu pada baris visus atau maka tidak perlu lagi membaca pada
baris selanjut nya dan dapat dinyatakan bahwa visus sukarelawan normal. Pada
hasil pengamatan pada pemeriksaan visus mata menunjukkan pada
sukarelawan II dan sukarelawan III memiliki nilai visus pada mata sebelah
kanan dan pada mata sebelah kiri. Sedangkan pada sukarelawan I
menggunakan hitungan jari karena visis mata pada sukarelawan I tidak normal.
Hal ini menunjukkan bahwa sukarelawan telah mengalami penurunan visus
mata. Arti dari yaitu 6 meter merupakan jarak berdirinya sukarelawan,
sedangkan 60 jarak mata orang normal dapat melihat kartu snellen. Pada orang
normal hasil yang di dapatkan adalah .
Gibson, John. 2003. Fisiologi Anatomi Modern Untuk Perawat Edisi 2. EGC :
Jakarta
Irianto, Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Unuk Paramedis. Yrama
Widya : Bandung
Pearce, C Velyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT. Gramedia
Pustaka Utama : Jakarta