Anda di halaman 1dari 19

Kamis, 26 September 2019

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PANGAN

PEMERIKSAAN JUMLAH MIKROBA TOTAL DALAM BAHAN MAKANAN


MENGGUNAKAN METODE HITUNGAN CAWAN (TOTAL PLATE COUNT)

Disusun Oleh :

Kelompok 6

1. Qathrin Qusyairiyah PO.62.31.3.18.227


2. Rada Wati PO.62.31.3.18.228
3. Rusnida Shopia PO.62.31.3.18.229
4. Ruth Cynthia Kasih PO.62.31.3.18.230
5. Septri Winta PO.62.31.3.18.231

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGEMBANGAN PANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA


MANUSIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYA

PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI

2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah mikroba pada suatu bahan dapat ditentukan dengan bermacam-macam
cara, tergantung pada bahan dan jenis mikrobia yang ditentukan. Jenis populasi
mikrobia dalam tanah, air, bahan makanan dan lain-lainnya berbeda-bedatergantung
pada susunan bahan tersebut.
Berbagai macam metode tersedia untuk perhitungan mikroorganisme.
Pemilihan metode akan tergantung pada sejumlah faktor diantaranya yaitu jenis
sampel, organisme spesifik yang dicari, karakteristik media tertentu, batas bawahdari
perhitungan yang diperlukan, tujuan dari pemeriksaan dan waktu yangtersedia.
Pengukuran kuantitatif populasi mikroba dalam suatu sampel dilakukan untuk
mengetahui kualitas bahan atau tujuan lain berdasarkan jumlah mikroba yang ada
dalam sampel tersebut (Waluyo, 2008).
Beberapa cara dapat dilakukan untuk menentukan jumlah bakteri yang
terdapat pada bahan pemeriksaan. Cara yang paling sering digunakan adalah cara
perhitungan koloni pada lempeng biakan (plate count). Disamping itu dapat juga
diadakan perhitungan langsung secara mikroskopis. Pertumbuhan mikroorganisme
yang membentuk koloni dapat dianggap bahwa setiap koloni yang tumbuh berasal
dari satu sel maka dengan menghitung jumlah koloni dapat diketahui penyebaran
bakteri yang ada pada bahan. Jumlah mikroba pada suatu bahan dapat dihitung
dengan berbagai macam cara tergantung pada bahan dan jenis mikrobanya. Ada 2
macam cara perhitungan jumlah mikroba/bakteri yaitu perhitungan secara langsung
dan tidak langsung.
Untuk mempermudah penghitungan jumlah koloni bakteri digunakan alatyang
biasa disebut colony counter. Pada alat colony counter, penghitungan jumlah koloni
bakteri dipermudah dengan adanya counter electronic. Denganadanya counter tersebut
peneliti tinggal menandai koloni bakteri yang dihitungdengan menggunakan pen yang
terhubung dengan counter. Setiap koloni yangditandai maka counter akan
menghitung. Penghitungan suatu koloni denganmetode pour plate masih
memungkinkan terjadinya kesalahan dikarenakan faktorhuman error akibat bentuk
koloni yang relatif kecil dan banyaknya koloni yangakan dihitung (Waluyo, 2008).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini ialah, sebagai berikut :
1. Mahasiswa terampil melakukan pengenceran pada sampel.
2. Mahasiswa terampil menentukan jumlah koloni mikroba dalam cawan petri.
3. Mahasiswa terampil menghitung jumlah mikroba dalam bahan pangan
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Perhitungan Koloni
Perhitungan bakteri merupakan suatu cara atau metode yang digunakan untuk
menghitung jumlah koloni sel bakteri yang tumbuh pada media pembiakkan. terdapat
dua cara yang biasa digunakan dalam penghitungan bakteri, yaitu penghitungan
bakterisecara langsung dan penghitungan secara tidak langsung. Ada beberapa cara
perhitungan secara langsung, antara lain adalah dengan membuat preparat dari suatu
bahan (preparat sederhana yang kemudian diwarnai atau tidak diwarnai) dan
penggunaan ruang hitung atau disebut dengan sebutan sebagai (counting chamber).
sedangkan perhitungan secara tidak langsung hanya mengetahui jumlah
mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja (viable count). dalam
pelaksanaannya ada beberapa cara yaitu perhitungan pada cawan petri disebut (viable
plate count method), serta perhitungan melalui pegenceran, dan perhitungan jumlah
terkecil atau jumlah yang terdekat (MPN methode), dan cara kekeruhan atau
turbidimetri yaitu yang dengan menggunakan alat spektrofotometer (wheeler, 1993).
Perhitungan bakteri adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengetahui
berapa banyak sebaran bakteri yang tumbuh pada suatu media. secara kuantitatif
koloni sel bakteri dapat dihitung dengan cara menghitung populasinya secara umum
atau juga dengan kata lain menghitung seluruh sel bakteri yang ada dalam media
termasuk juga sel yang mati, dan menghitung sel bakteri hidup dengan menggunakan
suatu teori pendekatan (stainer,1986)
Perhitungan bakteri merupakan salah satu cara yang juga dilakukan dengan
tujuan untuk bisa mengetahui berapa banyak koloni bakteri yang terdapat pada suatu
media, baik itu koloni sel bakteri yang hidup maupun koloni sel bakteri yang mati.
Ada dua cara perhitungan bakteri, secara langsung dan perhitungan bakteri secara
tidak langsung. Perhitungan jumlah suatu bakteri secara langsung, biasa dipakai untuk
menentukan jumlah bakteri keseluruhan baik yang mati maupun yang hidup.
sedangkan perhitungan jumlah bakteri secara tidak langsung biasa dipakai untuk bisa
menentukan jumlah bakteri yang hidup saja. Untuk menentukan jumlah bakteri yang
hidup dapat dilakukan setelah suspensi bahan atau biakan bakteri diencerkan dengan
beberapa kali dan ditumbuhkan dalam medium dengan suatu cara tertentu tergantung
dari macam bahan dan sifat bakterinya. (Bibiana) viable count method adalah cara
penghitungan bakteri secara tidak langsung yang dilakukan dengan menghitung
koloni sel bakteri yang terdapat di media secara langsung. tidak semua jumlah bakteri
dapat dihitung. Ada juga beberapa syarat perhitungan yang harus untuk bisa dipenuhi
seperti jumlah koloni tiap petridish antara 30-300 koloni, jika memang tidak ada yang
memenuhi syarat, maka dipilih yang jumlahnya mendekati 300 tidak ada koloni
bakteri yang menutup lebih besar dari setengah luas petridish, koloni tersebut dikenal
sebagai spreader. Perbandingan jumlah bakteri dari hasil pengenceran yang bertururt-
turut antara pengenceran yang lebih besar dengan suatu pengenceran yang
sebelumnya, jika sama atau lebih kecil dari 2 hasilnya dirata-rata, tetapi jika lebih
besar dari 2 yang dipakai jumlah mikrobia dari hasil pengenceran yang sebelumnya.
jika dengan ulangan setelah memenuhi syarat maka hasilnya juga dirata-rata
(schlegel, 1994).
Penghitungan jumlah bakteri hidup (secara tidak langsung) yaitu dengan
menggunakan suatu metode Plate count (hitungan pada cawan). Plate count viable
count meupakan suatu metode yang didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel-sel
mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni bakteri
setelah ditumbuhkan dalam suatu media pertumbuhan dan lingkungan yang sesuai.
Setelah diinkubasi, jumlah koloni yang bisa tumbuh tersebut dihitung dan merupakan
perkiraan atau juga dugaan dari suatu jumlah mikroorganisme yang ada didalam
suspense. Koloni-koloni bakteri yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel
mikroorganisme karena beberapa mikroorganisme tertentu cenderung membentuk
kelompok atau berantai. berdasarkan hal tersebut digunakan, maka biasa disebut
dengan istilah Coloni Forming Units (CFU’s) per ml (Fardiaz, 1993)
B. Prinsip Metode
Prinsip dari metode hitungan cawan ini adalah jika sel mikroba yang masih
hidup ditambahkan pada medium agar maka sel mikroba tersebut akan berkembang
biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa
menggunakan mikroskop. Metode hitunga cawan (viable count method) ini dapat
dibedakan atas dua cara yaitu: cara pertama yaitu metode tuang (pour plate) dan cara
kedua yaitu dengan menggunakan metode Permukaan/sebar atau biasa disebut
(surface/spread plate) (volk, 1989).
Metode hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitif untuk
menentukan jumlah mikroba karena (1) hanya sel yang masih hidup yang dihitung (2)
beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus (3) dapat digunakan untuk isolasi dan
identifikasi mikroba karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari satu sel
mikroba dengan penampakan pertumbuhan yang spesifik.
Pada metode tuang, sejumlah sampel (1 ml atau 0,1 ml) dari pengenceran yang
dikehendaki dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian ditambah agar-agar cair
steril yang telah didinginkan (47-50C). Sebanyak 15-20 ml dan digoyangkan supaya
sampelnya menyebar.
C. Pengenceran
Pengenceran merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mengurangi
kepadatan atau sebaran bakteri yang terdapat disuatu media, Pada metode perhitungan
cawan (plate method) dilakukan suatu pengenceran yang juga bertingkat yang
ditujukan untuk membentuk konsentrasi dari suatu suspense bakteri, sampel yang
telah di encerkan ini di hitung ke dalam cawan baru dan kemudian di tuang kedalam
mediumnya (metode tuang, kemudian setelah diinkubasi selama waktu 24 – 48 jam
amati koloni yang tumbuh dan koloni yanng diamati hanyalah koloni yang berjumlah
25 – 250 koloni ( Pelczar,J,1986).
Prinsip pengeceran bakteri adalah untuk menurunkan jumlah bakteri,sehingga
semakin banyak jumlah pengenceran yang dilakukan, makin sedikit sedikit jumlah
suatu bakteri, dimana suatu saat didapat hanya satu bakteri pada satu tabung.
Diinkubasi dilakukan selama 2 x 24 jam karena jumlah bakteri maksimal yang dapat
dihitung. selama masa inkubasi sel yang masih hidup akan membentuk koloni yang
dapat dilihat langsung oleh mata (Dwidjoseputra,1978)
D. Plate Count Agar (PCA)
Plate Count Agar (PCA) atau yang juga sering disebut dengan Standard
Methods Agar (SMA) merupakan sebuah media pertumbuhan mikroorganisme yang
umum digunakan untuk menghitung jumlah bakteri total (semua jenis bakteri) yang
terdapat pada setiap sampel seperti makanan, produk susu, air limbah dan
sampelsampel lainnya yang juga biasanya menggunakan metode Total Plate Count
(TPC). Plate Count Agar (PCA) merupakan media padat, yaitu media yang
mengandung agar sehingga setelah dingin media tersebut akan menjadi padat. Plate
Count Agar (PCA) pertama kali dikembangkan oleh Buchbinder, Baris, dan Goldstein
pada tahun 1953 atas permintaan dari American Public Health Association (APHA).
Penggunaan Plate Count Agar (PCA) sebagai media untuk menghitungjumlah
total dari bakteri sudah dilakukan sejak lama. Sekarang industri-industri seperti
makanan, produk susu dan juga pengolahan limbah sudah menerapkan perhitungan
jumlah total bakteri pada sampel mereka sesuai dengan standar yang ada
menggunakan Plate Count Agar (PCA). Plate Count Agar (PCA) dibuat dengan
melarutkan semua bahan hingga membentuk suspensi 23,5 g/L kemudian disterilisasi
pada autoklaf.
Komposisi Plate Count Agar (PCA) dapat bervariasi, tetapi biasanya
mengandung : 0,5% trypton, 0,25% ekstrak ragi, 0,1% glukosa, 1,5% agar-agar. Plate
Count Agar (PCA) mengandung glukosa dan ekstrak ragi yang digunakan untuk
menumbuhkan semua jenis bakteri. Plate Count Agar (PCA) mengandung nutrisi
yang disediakan oleh trypton, vitamin dari ekstrak ragi, dan glukosa yang digunakan
sebagai sumber energi bagi mikroorganisme sehingga mendukung pertumbuhan dari
bakteri. Plate Count Agar (PCA) bukan merupakan media selektif karena media ini
tidak hanya ditumbuhi oleh satu jenis mikroorganisme tertentu (Syamsuri, 1992).
E. Penampakan Koloni yang Tumbuh
a. Bentuk :
1) Titik-titik 4) Tak teratur
2) Bulat 5) Serupa akar
3) Benang 6) Serupa kumparan
b. Permukaan :
1) Datar 4) Timbul cembung
2) Timbul mendatar 5) Timbul membukit
3) Timbul melengkung 6) Timbul berkawah
c. Tepi
1) Utuh 4) Bergerigi
2) Berombak 5) Berbenang-benang
3) Berbelah-belah 6) Keriting
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah, sebagai berikut :
 Cawan petri  Inkubator
 Mortar dan alu  Hot plate
 Erlenmayer  Colony counter
 Tabung reaksi  Spritus
 Pipet

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini ialah, sebagai berikut :
 Media PCA  Es Teh
 Aquades  Es Doger
 Es Kelapa  Es Dawet
B. Prosedur
1. Sterilkan semua alat-alat ayang digunakan
2. Cairan media PCA dan pertahankan suhunya sekita 40°C
3. Hancurkan atau haluskan pangan yang akan diperiksa ( khusus pangan padat ),
pangan cair dikocok sampai homogen
4. Panaskan aquades 90 ml
5. Setelah dipanaskan tunggu sampai dingin dan masukkan sampel
6. Ambil 1 ml sampel yang suda dicampurkan tadi dan masukkan ke dalam tabung
reaksi satu
7. Sari tabung reaksi satu ambil 1 ml lagi dan masukkan ke dalam tabung reaksi dua
8. Lakukan sampai pengenceran ke tujuh
9. Dari enam pengenceran ambil masing-masing 1 ml dari tiga pengenceran terakhir
dan masukkan ke dalam cawan petri
10. Tuang media PCA dan homogenkan dengan membentuk angka delapan, dan
biarkan sampai mengeras
11. Inkubasikan pada posisi terbalik selama 24-48 jam
12. Amati penampakan koloni yang tumbuh
13. Hitung jumlah koloni yang tumbuh
C. Diagram Alir

Cairkan media PCA

Haluskan sampel

Campurkan 10 ml sampel dan 90 ml aquades

Sampel homogenkan
( kocok )

Pipet 1 ml dipindahkan ke 9 ml aquades


( 10-2)

Pipet 1 ml (10-2) pindahkan ke 9 ml aquades


(10-3) lakukan sampai pengenceran 10-7

Pengenceran 10-5 sampai 10-7 pindahkan kecawan petri

Tuangkan PCA (10 – 15 ml)

Biarkan mengeras

Inkubasikan 24-48 jam

Amati dan hitung jumlah koloni


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Adapun hasil perhitungan yang didapat dari praktikum ini setelah 24 jam
inkubasi ialah, sebagai berikut :
Kel. Sampel Pengenceran SPC Keterangan
10-5 10-6 10-7
1 Es teh 0 6 0 < 3,0 x 106 Hitung pengenceran 10-6
(6,0 x 106)
2 Es kelapa 114 179 91 9,1 x 108 Hitung pengenceran 10-7
karena
179000000/910000000
= 5,08 = 5,1 > 2
3 Es dawet TBUD TBUD 2,7 x 108 TBUD > 300
(335) 267 (755)
4 Es doger TBUD TBUD TBUD > 3,0 x 109 Hitung pengenceran 10-7
(1032) (632) (595) (5,9 x 109)
5 Es dawet TBUD 1,6 x 109 Hitung pengenceran 10-7
(828) 234 162 karena
1620000000/234000000
= 6,9 > 2
6 Es kelapa TBUD 266 58 5,8 x 108 Hitung pengenceran 10-7
(350) karena
266000000/580000000
= 2,1 > 2
7 Es teh 1 3 2 < 3,0 x 106 Hitung pengenceran 10-6
(3,0 x106)
8 Es doger TBUD TBUD 2,4 x 109 TBUD > 300
(959) (946) 240
Adapun hasil yang didapatkan dari praktikum ini setelah 24 jam inkubasi ialah, sebagai
berikut :
Kel. Sampel Hasil Pengenceran Keterangan
10-5 10-6 10-7
1 Es teh Penampakan koloni yang
tumbuh pada sampel :
 Bentuk : bulat & titik
 Tepi : utuh
 Permukaan : timbul
mendatar
2 Es kelapa Penampakan koloni yang
tumbuh pada sampel :
 Bentuk : bulat & titik
 Tepi : utuh
 Permukaan : timbul
mendatar
3 Es dawet Penampakan koloni yang
tumbuh pada sampel :
 Bentuk : bulat & titik
 Tepi : utuh
 Permukaan : timbul
mendatar

4 Es doger Penampakan koloni yang


tumbuh pada sampel :
 Bentuk : bulat & titik
 Tepi : utuh
 Permukaan : timbul
mendatar
5 Es dawet Penampakan koloni yang
tumbuh pada sampel :
 Bentuk : bulat & titik
 Tepi : utuh
 Permukaan : timbul
mendatar
6 Es kelapa Penampakan koloni yang
tumbuh pada sampel :
 Bentuk : bulat & titik
 Tepi : utuh
 Permukaan : timbul
mendatar
7 Es teh Penampakan koloni yang
tumbuh pada sampel :
 Bentuk : bulat & titik
 Tepi : utuh
 Permukaan : timbul
mendatar
8 Es doger Penampakan koloni yang
tumbuh pada sampel :
 Bentuk : bulat & titik
 Tepi : utuh
 Permukaan : timbul
mendatar

B. Pembahasan
Metode penghitungan yang digunakan adalah penghitungan tidak langsung
dengan hitungan cawan. Metode ini ada dua jenis, yaitu cawan sebar dan cawan tuang,
namun dalam praktikum kali ini hanya menggunakan metode cawan tuang. Sebelum
bakteri ditanam pada media, harus dilakukan pengenceran dahulu terhadap suspensi
bakteri sampelnya. Maka diambillah sampel dari berbagai jenis minuman dingin yang
beredar di pasaran yaitu; es teh, es kelapa, es doger, dan es dawet. Yang mana masing-
masing sampel dikerjakan oleh 2 kelompok untuk pembanding hasil.
Bakteri pada tabung pengencer terakhir jumlahnya akan lebih sedikit dari
tabung pengencer sebelumnya. Pengenceran dilakukan agar setelah inkubasi, koloni
yang terbentuk pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung. Dimana jumlah
terbaik adalah antara 30 sampai 300 sel mikrobia /ml, /gr, atau /cm permukaan
(Fardiaz, 1992). Prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin
banyak jumlah pengenceran yang dilakukan, makin sedikit-sedikit jumlah mikroba,
dimana suatu saat didapat hanya satu mikrobia pada satu tabung (Waluyo, 2004).
Sampel es teh oleh kelompok 1 tidak terlihat pertumbuhan bakteri pada
pengenceran 10-5 dan 10-7, namun terlihat pertumbuhan bakteri pada pengenceran 10-6
dengan jumlah koloni 6. Maka didapatkan hasil perhitungan 6,0 x 106. Tapi hasil
pertumbuhan koloni tidak sesuai dengan prinsip yang ada, hal ini mungkin terjadi
karena kesalahan dari praktikan.
Sampel es kelapa oleh kelompok 2 terlihat pertumbuhan bakteri pada setiap
pengencerannya. Pengenceran 10-5 dengan jumlah koloni 114, pengenceran 10-6 dengan
jumlah koloni 179, dan pengenceran 10-7 dengan jumlah koloni 91. Maka didapatkan
hasil perhitungan 9,1 x 108. Tapi hasil pertumbuhan koloni tidak sesuai dengan prinsip
yang ada, hal ini mungkin terjadi karena kesalahan dari praktikan.
Sampel es dawet oleh kelompok 3 terlihat pertumbuhan bakteri pada setiap
pengencerannya, namun pada pengenceran 10-5 dan 10-7 jumlah koloni bakteri terlalu
banyak untuk dihitung, sehingga didapatkan hasil perhitungan 2,7 x 108 dari
pengenceran 10-6 yang memiliki jumlah koloni 267. Tapi hasil pertumbuhan koloni
tidak sesuai dengan prinsip yang ada, hal ini mungkin terjadi karena kesalahan dari
praktikan.
Sampel es doger oleh kelompok 4 terlihat pertumbuhan bakteri pada setiap
pengencerannya, namun jumlah koloni bakteri terlalu banyak untuk dihitung, sehingga
didapatkan hasil perhitungan 5,9 x 109 dari pengenceran 10-7 karena memiliki koloni
bakteri paling sedikit diantara pengenceran lainnya.
Sampel es dawet oleh kelompok 5 terlihat pertumbuhan bakteri pada setiap
pengencerannya. Pengenceran 10-5 dengan jumlah koloni yang terlalu banyak untuk
dihitung, pengenceran 10-6 dengan jumlah koloni 234, dan pengenceran 10-7 dengan
jumlah koloni 162. Maka didapatkan hasil perhitungan 1,6 x 109 dari pengenceran 10-7
karena memiliki koloni bakteri paling sedikit diantara pengenceran lainnya.
Sampel es kelapa oleh kelompok 6 terlihat pertumbuhan bakteri pada setiap
pengencerannya. Pengenceran 10-5 dengan jumlah koloni yang terlalu banyak untuk
dihitung, pengenceran 10-6 dengan jumlah koloni 266, dan pengenceran 10-7 dengan
jumlah koloni 58. Maka didapatkan hasil perhitungan 5,8 x 108 dari pengenceran 10-7
karena memiliki koloni bakteri paling sedikit diantara pengenceran lainnya.
Sampel es teh oleh kelompok 7 terlihat pertumbuhan bakteri pada setiap
pengencerannya. Pengenceran 10-5 dengan jumlah koloni 1, pengenceran 10-6 dengan
jumlah koloni 3, dan pengenceran 10-7 dengan jumlah koloni 2. Maka didapatkan hasil
perhitungan 3,0 x106. Namun, hasil pertumbuhan koloni tidak sesuai dengan prinsip
yang ada, hal ini mungkin terjadi karena kesalahan dari praktikan.
Sampel es doger oleh kelompok 8 terlihat pertumbuhan bakteri pada setiap
pengencerannya. Pengenceran 10-5 dan 10-6 dengan jumlah koloni yang terlalu banyak
untuk dihitung, serta pengenceran 10-7 dengan jumlah koloni 240. Maka didapatkan
hasil perhitungan 2,4 x 109.
Penampakan koloni yang tumbuh pada semua sampel memiliki bentuk bulat
dan titik-titik dengan permukaan timbul mendatar, serta tepi yang utuh.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak jumlah
pengenceran yang dilakukan, makin sedikit jumlah mikroba.
2. Terdapat pertumbuhan koloni bakteri pada sampel es teh, es kelapa, es dawet,
dan es doger.
3. Penampakan koloni yang tumbuh pada semua sampel memiliki bentuk bulat
dan titik-titik dengan permukaan timbul mendatar, serta tepi yang utuh.
4. Perlu lingkungan aseptis agar meminimalisir kegagalan dalam penentuan hasil
B. Saran
Perlu ketelitian serta kehati-hatian dalam praktikum agar bakteri dapat
hidup dengan baik dan dapat dihitung koloni sesuai yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Firmansyah, Andree. 2015. Perhitungan Jumlah Bakteri.


https://www.academia.edu/17546484/PERHITUNGAN_JUMLAH_BAKTERI_Andree_Firma
nsyah. Diakses 02 Oktober 2019.

Rijoly, Stefanno. 2014. Metode Hitung Cawan.


https://www.academia.edu/34663631/Metode_hitung_cawan.docx. Diakses 02 Oktober 2019.
LAMPIRAN

Gambar 1 : Proses pencairan media Gambar 2 : Proses pengambilan


PCA sampel

Gambar 3 : Proses homogenisasi Gambar 4 : Proses pengenceran 10-2


sampel (10-1) sampai 10-7
Gambar 5 : Proses pemindahan hasil Gambar 6 : Proses inkubasi
pengenceran 3 terakhir ke cawan petri

Gambar 7 : Proses pengamatan dan Gambar 8 : Hasil dari sampel es kelapa


perhitungan koloni kelompok 6
Gambar 9 : Hasil dari sampel es teh Gambar 10 : Hasil dari sampel es
kelompok 1 dawet kelompok 3

Gambar 11 : Hasil dari sampel es Gambar 12 : Hasil dari sampel es


kelapa kelompok 2 doger kelompok 8
Gambar 13 : Hasil dari sampel es Gambar 14 : Hasil dari sampel es teh
doger kelompok 4 kelompok 7

Gambar 15 : Hasil dari sampel es dawet


kelompok 5

Anda mungkin juga menyukai