Anda di halaman 1dari 34

PT United Biscuit Manyfactory (PT.

UBM)

1. Lokasi, Tenaga Kerja, dan Struktur Organisasi Perusahaan


1.1 Lokasi Perusahaan
PT. United Biscuit Manufactory (PT. UBM) merupakan pabrik biskuit yang berlokasi
di Jalan Raya Waru Nomor 29, Sidoarjo. Pembangunan pabrik ini dilakukan di atas lahan
seluas 19.995 m2 dengan luas bangunan 15.885 m2 yang meliputi bangunan kantor,
laboratorium, ruang produksi, gudang, kantin, ruang generator, bengkel, Unit Pengolahan
Limbah (UPL), klinik, koperasi dan mushola. Perusahaan ini berbentuk Perseroan Terbatas
(PT) yang didirikan dengan izin usaha industri No. 774/DJ/MM/ANIN/76 tanggal 24 April
1976 dengan persetujuan BPKM No. 919/CP.PMDN/1976 tanggal 20 Juni 1976. Saat ini, PT.
United Biscuit Manufactory (PT. UBM) memiliki 72 jenis produk biskuit untuk memenuhi
permintaan pasar domestik dan internasional.
Pabrik PT. UBM berbatasan dengan pemukiman penduduk di sebelah utara dan barat,
PT. ICS di sebelah selatan, dan jalan Raya Waru di sebelah timur. Denah lokasi PT. UBM
dapat terlihat seperti gambar sebagai berikut :

UTARA
JALAN RAYA WARU

PT
UBM

PT ICS

KANTOR
IMIGRASI
KOTA
SURABAYA

Gambar 1. Lokasi Perusahaan

1.2 Struktur Organisasi Perusahaan


Struktur organisasi merupakan faktor yang memegang peranan cukup penting dalam
suatu organisasi. Bagi perusahaan sendiri, struktur ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
pengambilan keputusan dan pengawasan. Bagi karyawan dengan adanya struktur organisasi ini
maka akan lebih dipahami sistem kerja sehingga pekerja dapat mengetahui kedudukan,

1
wewnang, dan tanggung jawab tiap bagian secara jelas. Adapun bagan dari struktur organisasi
pada PT. United Biscuit Manufactory secara umum dapat dilihat pada gambar berikut ini :

DIREKTUR UTAMA

DEPUTY MANAJER
MANAJER UTAMA
UMUM

MANAJER
MANAJER MANAJER MANAJER
PERSONALIA DAN MANAJER PRODUKSI
PEMBELIAN KEUANGAN PEMASARAN
UMUM

ASISTEN MANAJER ASISTEN MANAJER ASISTEN MANAJER ASISTEN MANAJER


KESEKERTARIATAN PEMBELIAN PRODUKSI KEUANGAN PEMASARAN

MANAJER
KEPEGAWAIAN STAFF STAFF EKSEKUTIF KORDINATOR PENJUALAN EKSPOR DAN
DISTRIBUSI
PRODUK ADMINISTRASI WILAYAH PROMOSI
JATIM

GUDANG ADMINISTRASI DISTRIBUSI


UMUM BARANG JADI DAN RETAIL
SUPERVISOR
RETAIL

GUDANG SALES
BAHAN BAKU KABAG
KENDARAAN KABAG KABAG
KABAG OVEN
KABAG KABAG
BISKUIT
KABAG
MIXING CUTTING WAFER CREAMING PACKING
KALENG
QA

KEBERSIHAN SUPERVISOR SUPERVISOR SUPERVISOR SUPERVISOR SUPERVISOR SUPERVISOR SUPERVISOR


LABORATORIUM

KEAMANAN MANDOR MANDOR MANDOR MANDOR MANDOR MANDOR MANDOR


(SATPAM) MAINTENANCE
AND REPAIR

OPERATOR OPERATOR OPERATOR OPERATOR OPERATOR OPERATOR OPERATOR


LIMBAH

Gambar 2. Struktur Organisasi Perusahaan

1.3 Tenaga Kerja


Klasifikasi tenaga kerja pada PT. UBM dibedakan menjadi enam golongan antara lain:
a. Karyawan Tetap Bulanan
b. Sistem PKWT (Pekerja Kontrak Waktu Tertentu)
c. Harian tetap
d. Harian kontrak.
e. Borongan tetap
f. Borongan tidak tetap
Jumlah karyawan yang dipekerjakan sebanyak 1300 karyawan dengan perbandingan
25% pria dan 75% wanita yaitu sekitar 325 pekerja pria dan 975 pekerja wanita

2
2. Proses Operasi Produk dari Bahan Baku Menjadi Produk Jadi
2.1 Bahan Penyusun Produk
2.1.1 Bahan Baku
Bahan baku utama yang digunakan untuk membuat biskuit adalah tepung terigu yang
terdiri dari tepung terigu merek Unique dan merek BRGH. Tepung terigu yang digunakan dari
dua merek, yaitu tepung Unique dan tepung BRGH ini memiliki perbandingan tertentu dalam
penggunaannya, yaitu tepung Unique dan tepung BRGH memiliki perbandingan 4:5 yang
mempunyai arti digunakan 4 sak tepung Unique dan 5 sak tepung BRGH yang mana setiap sak
berisi 25 kg. Kedua tepung ini digunakan untuk membuat adonan biskuit Square Puff.

2.1.2 Bahan Penunjang


a. Pengembang (sho)
b. Susu whey powder
c. Minyak Goreng
d. Air
e. Ragi
f. Garam sebanyak
g. Sodium Bicarbonate
h. Enzim alphamalt BK 5020
i. Gula Pasir

2.1.3 Bahan Pengemas


Bahan pengemas digunakan adalah plastik bening untuk berat produk 280 gram dan
400 gram yaitu untuk melindungi biskuit dari kerusakan dan kontaminasi agar tidak mengalami
penurunan kualitas hingga sampai ke tangan konsumen. Selain itu untuk mempermudah dalam
penyimpanan, handling, dan transportasi nantinya. Bahan pengemas yang digunakan terdiri
dari dua lapis, yaitu:
a. Kemasan primer
b. Kemasan sekunder
c. Kemasan tersier

2.2 Proses Produksi


Proses produksi adalah proses pengubahan input (bahan baku, bahan penunjang dan
bahan kemasan) menjadi output (produk jadi). Proses pembuatan biskuit Square Puff

3
menggunakan sistem batch. Sistem batch yang dimaksud yaitu sistem produksi yang dihitung
berdasarkan banyaknya batch per adonan biskuit. Proses produksi biskuit Square Puff dapat
dilihat pada peta proses operasi (PPO) sebagai berikut :

Gambar 3. Peta Proses Operasi Biskuit Square Puff

4
Adapun tahapan pembuatan biskuit Square Puff adalah sebagai berikut :
1. Penimbangan Bahan Baku
Sebelum dilakukan proses pembuatan biskuit Square Puff diperlukan persiapan bahan
baku yang akan digunakan. Bahan baku yang digunakan adalah adonan sho (adonan
pengembang) dan adonan biskuit Square Puff. Adapun komposisi bahan baku yang digunakan
untuk sekali proses produksi biskuit Square Puff adalah sebagai berikut :
a. Komposisi Adonan Biskuit Square Puff
a) Tepung terigu 9 sak (tepung pakindo : BRGH = 4:5)
b) Air bersih 71 liter
c) Minyak goreng 45 liter
d) Susu whey powder 4 kg
e) Garam 4 kg
f) Sodium Bicarbonate 0,5 kg
g) Ragi 2 kg
h) Enzim alphamalt BK 5020 100 gram
b. Adonan Sho (Pengembang)
2. Mixing (Pencampuran)
Dalam proses mixing ini dilakukan pencampuran adonan sho dan adonan biskuit Square
Puff. Alat berupa mixer yang digunakan berjumlah 7. Waktu yang digunakan untuk mixing
adonan biskuit Square Puff selama 15 menit.
3. Fermentasi
Proses fermentasi ini dilakukan untuk adonan biskuit Square Puff. Hal ini dilakukan
agar adonan mengembang sehingga adonan menjadi elastis. Proses fermentasi ini dilakukan
untuk adonan yang mana diletakkan di dalam lori. Fermentasi berlangsung selama 30 menit.
Fermentasi dikatakan baik apabila adonan memenuhi lori (tidak lebih maupun kurang dari lori).
4. Moulding (Pencetakan)
Proses cetak ini diawali dengan proses membuat adonan menjadi 8 lembaran adonan
dan kemudian diberi adonan sho dengan menggunakan laminator sho. Dalam membuat adonan
menjadi 8 lapisan ini digunakan 3 sheeter yang mana adonan yang dari tidak beraturan
dipipihkan dan menjadi lembaran dengan ditumpuk menjadi 8 lapisan. Setelah itu, adonan
dipipihkan dengan melewati 3 roller yang berfungsi untuk mempipihkan adonan. Pada
keseluruhan proses ini digunakan alat yang mana untuk memindahkan adonan dari satu bagian
ke bagian lain dengan menggunakan conveyor, yaitu selama proses produksi dari cetak hingga
pengemasan. Pada proses pemipihan yang ke-3 ini ketebalan lembaran adonan adalah 2 mm.

5
Setelah adonan dipipihkan ke-3 maka pada lembaran diberi angin (sprat) agar adonan tidak
lengket. Kemudian adonan dicetak sesuai dengan produknya. Setelah dicetak, cetakan adonan
masuk ke dalam oven. Waktu yang diperlukan untuk proses pencetakan ini adalah 25 menit.
Mesin cetak yang digunakan mempunyai karakteristik tertentu, yaitu memiliki
kecepatan sheeter bawah 39,5 Hz, kecepatan sheeter atas 28,6 Hz, kecepatan roll press 36,97
Hz, untuk konveyor susun memiliki kecepatan lembaran 29,8 Hz dan untuk Sho 13,2 Hz.
5. Baking (Pengovenan)
Proses pengovenan untuk biskuit Square Puff memiliki standar tersendiri, yaitu sebagai
berikut :
Tabel 1. Standar Oven Square Puff
Suhu (celcius) Kecepatan Berat / 20 Tebal (cm)
(rpm) kpg
Atas : 265, 290, 40 -41 180 – 181 13,5
285, 285
Bawah : 280, 40 -41 180 - 181 13,5
220, 300, 295

Waktu yang digunakan dalam pengovenan untuk satu lori adonan adalah sekitar 30
menit. Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali proses gerakan adonan di atas konveyor yang
berada di dalam oven adalah 5 menit. Proses pengapian (pengovenan) untuk produk Square
Puff menggunakan bahan bakar gas dengan jumlah kompor 8 buah yang terletak di bagian atas
(4 buah) dan bagian bawah (4 buah). Maksimal suhu kompor atas dan bawah telah disetting
per hari yaitu sebesar 295°C.
6. Cooling
Proses cooling merupakan tahap pendinginan biskuit setelah pengovenan yaitu mulai
dari keluar oven sampai sebelum dikemas. Waktu cooling untuk satu lori adonan adalah 60
menit. Biskuit dipindahkan menggunakan belt conveyor sekaligus dilakukan proses cooling
agar biskuit yang akan dikemas dapat bertahan lama dan tidak mudah melempem, karena jika
masih dalam keadaan panas, maka dapat menurunkan daya tahan biskuit.
7. Packaging (Pengemasan)
Sebelum pengemasan dilakukan, telah dilakukan operasi penyiapan kemasan plastik
dan pemberian tanggal kadaluarsa pada kemasan. Mesin tersebut meliputi serangkaian mesin
untuk mengemas biskuit dalam plastik hingga mengemas ke dalam kardus. Proses pengemasan
ini membutuhkan waktu 60 menit untuk sekali produksi. Dalam shift selama 7 jam biasanya
produk yang dihasilkan dalam kemasan adalah sejumlah 400 karton atau 400x24 kemasan.

6
Pada kemasan plastik sekunder terdapat kode produksi dan tanggal kadaluarsa, contoh kode
produk : D.1527 dengan keterangan sebagai berikut :
D : line yang digunakan adalah oven D
1 : shift 1
5 : hari ke-5 (Jumat)
27 : tanggal produksi tanggal 27
Pada kemasan primer yang digunakan ini adalah plastik polos. Untuk kemasan
sekunder terdapat desain kemasan yang berisi kode produk, masa kadaluarsa, logo halal MUI,
dan logo ISO 22000. Pada kardus terdapat kode produksi dan kode mandor, contoh : Kode
produksi 757 dan kode mandor LP.

3. Spesifikasi Produk dan Pengendalian Mutu


3.1 Spesifikasi Produk
Biskuit Square Puff merupakan produk unggulan yang diproduksi oleh PT.
United Biscuit ManufactoryBiskuit Square Puff ini juga merupakan jenis biskuit
crackers yang tergolong dalam gabin manis dengan brand yaitu “Arrow Brand “.
Biskuit Square Puff dikemas dalam 1 pack berisi 44 keping biskuit dengan 2
kategori berat bersih yaitu 400 gram dan 280 gram. Kepingan biskuit dikemas dalam
2 lapis, yaitu kemasan plastik primer berupa plastik polos dan plastik sekunder
berupa plastik yang telah didesain yang berisi masa kadaluarsa, kode produk, logo
ISO 22000 serta logo Halal. Setiap kemasan plastik primer berisi 22 keping sehingga
terdapat 2 buah plastik primer lalu dikemas lagi dalam plastik sekunder. Kemasan
terakhir yang digunakan adalah kemasan karton yang berisi 24 pack tiap kartonnya.
Masa kadaluarsa biskuit ini adalah selama 18 bulan atau 1,5 tahun.
Produk biskuit Square Puff dapat dilihat seperti pada gambar berikut :

Gambar 4. Biskuit Square Puff

7
Tabel 2. Spesifikasi Produk Biskuit Square Puff
Spesifikasi Parameter Ukur
Nama Produk Biskuit Square Puff
Merk Dagang Arrow Brand
Bahan Baku 1. tepung terigu (9 sak @25 kg)
2. air PDAM (71-72 liter)
3. minyak (45 liter)
4. susu whey powder ( 4 kg)
5. garam (4 kg)
6. sodium bicarbonate (1/2 kg)
7. ragi (2kg, 4 pack @1/2 kg
8. enzim (100 gram, dalam tabung
kecil yang sudah ditakar).
Produk Akhir Biskuit
Bahan Tambahan Adonan Sho ( Pengembang )
Tahap Pengolahan 1. Penimbangan bahan baku
2. Mixing
3. Fermentasi
4. Moulding (Pencetakan) :
5. Pengovenan
6. Cooling
7. Packaging
Karakteristik Kimia : kadar air maksimal 5%
Fisik : warna kuning kecoklatan, gula
merata, tekstur renyah, dan rasa gurih
asin manis
Penyimpanan Dalam gudang bahan jadi dengan suhu
ruang
Daya Awet 1,5 tahun
Label / Spesifikasi Konsumsi langsung
Penggunaan Produk Masyarakat umum
Persyaratan yang berlaku Sesuai ISO 22000:2005 dan Halal MUI
Sumber : PT. UBM (2012)

3.2 Pengendalian Mutu


3.2.1 Pengendalian Mutu Bahan Baku
Bahan baku yang dapat diterima oleh PT. UBM harus sesuai dengan persyaratan ISO
22000 (2005) dan Halal MUI. Bahan baku yang diterima merupakan bahan baku yang memiliki
COA (Certificate Of Analysis), halal, dan ISO 22000 (2005). Berikut spesifikasi mutu bahan
baku yang digunakan, yaitu :
1. Tepung terigu
Pengendalian mutu yang dilakukan terhadap tepung terigu adalah dengan cara
melakukan pengecekan terhadap kemasan tepung terigu apakah rusak atau tidak, pengecekan

8
dokumen COA, halal, berat sesuai atau tidak, serta pengecekan terhadap kadar air dan wet
gluten pada tepung. Berikut Tabel COA tepung terigu yang digunakan.
a. Tepung Unique
Tabel 3. COA Tepung Unique
Parameter Product Result
Analysis Specification
Moisture Max 13,80 % 13,65 %
Protein 11,00 % - 12,00 % 11,03 %
Ash Max 0,58 % 0,56 %
Gluten 31,00 % - 33,00 % 32,69 %
Sumber : PT. UBM (2012)

b. Tepung BRGH
Tabel 4. COA Tepung BRGH
Analysis Parameter Result
Moisture Moisture % 14,10 %
Protein Protein % 12,81 %
Ash (flavor) Ash (flavor) % 0,63%
Wet Gluten Wet Gluten % 32,4 %
Sumber : PT. UBM (2012)
2. Air bersih
Pengendalian mutu terhadap air ini dilakukan dengan melihat air yang digunakan sesuai
dengan standar atau tidak. Pengecekan dilakukan terhadap warna, bau, komposisi, dan tekstur
dari air. Dari segi warna, air yang digunakan merupakan air yang bening (tidak kotor). Dari
segi bau, air tidak berbau pekat atau tidak enak. Dari segi komposisi, air tidak mengandung
komponen berbahaya. Dari segi tekstur, air yang digunakan seperti tekstur air pada umumnya
atau dapat dikatakan tidak lengket atau pekat.
3. Minyak goreng
Untuk minyak goreng ini dilakukan pengendalian mutu terhadap kandungan FFA (Free
Fatty Acid dan PV (Peroxide Value). Standar FFA yang digunakan memilliki standar kurang
lebih 0,03% dan PV sebesar 1 %.
4. Susu whey powder
Kadar keasaman yang diperbolehkan pada bahan ini adalah tidak lebih dari 0,99%,
kemudian kadar abu maksimal 7,06%. Untuk kadar air standarnya 1,4%, nitrat 18,34 ppm, nitrit
0,6 ppm, pH netral (6,67), dan protein yang terkandung standarnya 12,36%.

9
5. Garam
Bahan ini memiliki standar kandungan NaCl 97-99,9%. Selain itu, jumlah minimal
senyawa KIO3 adalah 30 ppm, kadar H2O kurang dari 0,5%, ukuran partikel 95-100% dan
cemaran logam maksimal 20 partikel/20 gram.
6. Sodium Bicarbonate
Kandungan dalam sodium bikarbonat yang penting untuk diperhatikan adalah NaHCO3
dengan standar 99,5%, As 0,0001%, Pb 0,0005, loss on drying 0,18% dan pH sebesar 8,5.
7. Ragi
Produk ragi ini memiliki komposisi umum Saccharomyces cerevisiae sebanyak 94,5%,
emulsifier ± 1,5%, air ± 4%. Standar aktivitas CO2 per jam nya adalah 300-400 CO2/hr.
Kandungan protein standar 38-45%, phospate 2,10-2,30%. Sedangkan untuk kandungan
mikrobiologisnya standar adanya bakteri E.coli dan coliform yaitu < 10 gram, bakteri laktat 10
e5, dan wild yeast 10 e3.
8. Enzim
Pengendalian mutu yang dilakukan pada enzim ini adalah pada masa kadaluarsa dan
karakteristik luar sesuai atau tidak (menggumpal atau tidak). Selain itu, perlu diperhatikan
mengenai bakteri yang terkandung, yaitu Bacillus subtilis. Standar Casein hydrolysis 90-110
TU/g, loss on drying < 14g/100g, dan pH nya 8,0.
9. Gula Pasir
Adapun standar kandungan untuk gula adalah sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) yaitu standar susut pengeringan maksimal 0,1 %, besar jenis butir antara 0,8-
1,2 mm, konduktivitas abu maksimal 0,10 %, serta kandungan belerang dioksida (SO2)
maksimal 30 mg/kg.

3.2.1 Pengendalian Mutu Bahan Pengemas


Untuk bahan pengemas yang digunakan juga perlu dilakukan pengendalian mutu, yaitu:
1. Kemasan primer
Kemasan primer berupa plastik polos yang terdiri dari 2 lapisan, dari yang terluar yaitu
OPP 20µ (Oriented polyprophylen) dan PP 30µ (Polypropylene). Berat kemasan ini adalah 2,7
gram untuk ukuran produk 400 gram dan seberat 2,1 gram untuk ukuran produk 280 gram.
Kemasan plastik primer berukuran 420 x 1000 m untuk 12 bal (1 bal=25 kg). Sedangkan ukuran
rollnya yaitu 0,42 m x 1000 m x 50µ. Plastik polos ini memiliki ukuran dimensi 0,4 mm x 13,5
cm x 26 cm untuk berat produk 400 gram dimana setiap 1 kg terdapat sekitar 170 lembar, lalu
untuk berat produk 280 gram ukuran dimensinya 0,4 mm x 13,5 cm x 22 cm dimana setiap 1

10
kg terdapat sekitar 160 lembar. Kemasan berupa bal yang terdiri dari gulungan roll plastik,
beratnya 25 kg tiap 1 bal, disimpan pada suhu ruang, tempat kering, harus ada sertifikat COA.
2. Kemasan sekunder
Kemasan sekunder berupa plastik sebagai media printing dan metalize yang terdiri dari
2 lapisan, dari yang terluar yaitu OPP 20µ (Oriented polyprophylen) dan PP 30µ
(Polypropylene). Berat kemasan ini adalah 2,7 gram untuk ukuran produk 400 gram dan seberat
2,1 gram untuk ukuran produk 280 gram. Plastik kemasan ini memiliki ukuran dimensi 19,5
cm x 24,5 cm untuk berat produk 400 gram, lalu untuk berat produk 280 gram ukuran
dimensinya 17,9 cm x 23,5 cm. Kemasan berupa bal yang terdiri dari gulungan roll plastik,
beratnya 25 kg tiap 1 bal, disimpan pada suhu ruang, tempat kering, harus ada sertifikat COA.
Pada kemasan sekunder ini memiliki nomor BPOM, yaitu BPOM RI MD. 227113014131.
3. Kemasan tersier
Kemasan ini tidak kontak langsung dengan produk. Kemasan sekunder berupa karton
double wall yang tahan banting dan sukar menyerap air. Urutan bahan penyusun double wall
dengan Substansi 150 k/ 150 M/ 125 k dan C-Flute. Setiap karton berisi 24 pak biskuit. Ukuran
dimensi karton sekitar 55,4 x 32,2 x 21,5 cm dengan berat 454 gram.

3.2.2 Pengendalian Mutu Proses


Pada setiap tahapan proses pembuatan biskuit Square Puff dilakukan pengendalian
mutu untuk menjaga kualitas. Tahapan-tahapan tersebut adalah :
1. Penimbangan Bahan Baku
Sebelum bahan baku ditimbang dilakukan pengecekan terhadap bahan baku terlebih
dahulu. Pengecekan tersebut meliputi keadaan bahan baku, komposisi bahan baku, dan keadaan
kemasan bahan baku.
2. Mixing
Pengendalian mutu yang dilakukan saat mixing, yaitu melakukan pengecekan yang
dilakukan setiap selesai masak atau dengan kata lain setiap selesai membuat satu adonan.
Adapun yang dicek meliputi jenis tepung dan wet gluten, waktu mixing, adonan kalis atau tidak,
adonan homogen atau tidak, ada bahaya fisik atau tidak, dan suhu adonan. Untuk suhu adonan
Square Puff memiliki standar + 34,8 oC.
3. Moulding
Pengendalian mutu yang dilakukan saat moulding, yaitu setiap jam melakukan
pengecekan terhadap hasil cetakan biskuit. Hal-hal tersebut meliputi :
a. Kecepatan pengisian adonan sho

11
Standar kecepatan yang digunakan adalah 13,6 Hz.
b. Suhu adonan
Standar suhu adonan yang digunakan adalah maksimal 44oC
c. Suhu ruang cutting
Suhu ruang ini standarnya adalah suhu ruangan pada umumnya, yaitu tidak terlalu
dingin dan tidak terlalu panas.
d. Pemipihan setelah masuk ke Hooper
a) Sheeter 1
Ketebalan adonan : 16 mm
Kecepatan sheeter : 28,8 Hz
b) Sheeter 2
Ketebalan adonan : 7mm
Kecepatan shilter : 39,6 Hz
c) Sheeter 3
Ketebalan adonan : 2 mm
Kecepatan shilter : 39,6 Hz
e. Setelah pemipihan
a) Jumlah layer : 8
b) Ketebalan adonan : 23 mm
c) Panjang adonan : 81 mm
d) Lebar adonan : 82 mm
f.Roller press 1
Ketebalan adonan : 12 mm
g. Roller press 2
Ketebalan adonan : 5 mm
h. Roller press 3
Ketebalan : 2 mm
Kecepatan roller press : 36,6 Hz
i. Pencetakan
Kecepatan cetak : 10,6 Hz
Banyaknya cetakan : 106x12
Ketebalan adonan : 2 mm
4. Baking (Pengovenan)
Inspeksi yang dilakukan antara lain :

12
a. Kecepatan cetak per menit : 121 buah
b. Berat per 20 biji (mentah) : + 179 gram
c. Berat per 20 biji (matang) : + 220 gram
d. Ukuran tebal : 13 mm
e. Jumlah biji per 500 gram : + 57
f. Berat per pack 1 : + 280 gram
g. Berat per pack 2 : + 290 gram
5. Pengemasan
Setiap ¼ jam hingga ½ jam sekali dilakukan pengecekan oleh QC. Pengecekan ini
terdiri dari kekuatan seal apakah kuat atau tidak, kemasan ada gelembung atau tidak, serta
kemasan terdapat kebocoran atau tidak. Untuk biskuit Square Puff ini harus memiliki seal harus
kuat, kemasan tidak boleh terdapat gelembung, dan tidak bocor.

3.2.3 Pengendalian Mutu Produk Jadi


Inspeksi terhadap produk jadi Square Puff adalah sebagai berikut :
a. Berat per kemasan : 400 gram
b. Ketebalan biskuit : 14,5 cm
c. Lebar biskuit : 6 cm
d. Panjang biskuit : 6,5 cm
e. Kadar air : + 3 %
f. Jumlah biskuit dalam kemasan : 44 keping
g. Suhu biskuit : 38 oC
Untuk karton juga dilakukan inspeksi sebagai berikut :
a. Lapisan : 3
b. Jumlah kemasan dalam 1 lapisan : 8
c. Isi kemasan : 24
d. Berat : 10,3 kg
e. Panjang karton : 550 cm
f. Tinggi karton : 207 cm
g. Lebar karton : 315 cm
Setelah dikemas produk disimpan dalam gudang bahan jadi. Gudang bahan jadi ini
terdapat dua, yaitu pada lantai satu dan lantai dua. Pengendalian yang dilakukan di gudang
bahan jadi adalah dalam menyusun tumpukan karton. Standarnya 8 tumpukan dengan 8x6 =
48, 2 karton paling atas, per tumpukan ada 6 karton sehingga total 50 karton per palet.

13
4. Mesin dan Peralatan Produksi
Mesin dan peralatan industri ini merupakan mesin untuk membantu proses produksi.
Mesin dan peralatan yang digunakan dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini dan
keseluruhan gambar mesin dan peralatan diperoleh dari sumber PT. UBM. Mesin dan peralatan
yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Timbangan
a. Fungsi : Untuk menimbang bahan baku digunakan alat berupa timbangan.
b. Prinsip Kerja : Meletakkan bahan pada wadah yang berada di timbangan. Lalu
melihat hasil berat bahan pada skala timbangan.

Gambar 5. Timbangan
a. Prinsip kerja : Prinsip kerja mesin ini hampir sama dengan mixer biasa, hanya
bentuknya saja yang sedikit berbeda, yaitu motor penggerak menggerakkan baling-
baling yang berada dalam mixer. Perputaran baling-baling ini akan mendorong
bahan-bahan penunjang yang ada di dalam mixer agar tercampur dengan rata dan
menyatu.
2. Mixer
Mixer yang digunakan untuk membuat adonan biskuit sebagai berikut :

Gambar 6. Mixer Pembuat Adonan Biskuit

14
Keterangan : Mesin mixer line D berasal dari Singapura yang terdiri dari baling-baling
yaitu terdapat penahannya yang tegak lurus 360° oleh cetakan wadah. Spesifikasi
mesin mixer sebesar 25 HP (horse power).
a. Fungsi : Mencampurkan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan adonan
biskuit agar tercampur secara merata, homogen, dan membentuk adonan yang
elastis dan mudah mengembang.
b. Prinsip kerja : Motor penggerak menggerakkan baling-baling yang berada dalam
mixer. Perputaran baling-baling ini akan mendorong adonan yang ada di dalam
mixer untuk membuat adonan menjadi homogen.
c. Jumlah : 7 buah
3. Tangki Penampung Minyak
a. Fungsi : Untuk tempat menyimpan minyak yang akan dialirkan ke bagian produksi
dan digunakan sebagai campuran adonan biskuit.
b. Jumlah : 5 buah

Gambar 7. Tangki Penampung Minyak


4. Moulding machine
a. Fungsi : Mencetak lembaran adonan menjadi kepingan biskuit basah dengan bentuk
yang sesuai dengan cetakan.
b. Prinsip Kerja : Adonan masuk ke hooper kemudian masuk ke roll sheeter yang
berfungsi sebagai pembentuk lembaran adonan yang padat dan tipis sehingga ketika
melalui roll moulding adonan dapat menempel dan dapat tercetak dengan sempurna.
c. Jumlah : 1 buah
Mesin yang membantu proses moulding disebut sheeter.
a) Fungsi : Membentuk adonan menjadi lembaran dan siap untuk masuk ke moulding
machine.

15
b) Prinsip Kerja : Motor penggerak berputar menggerakkan sheeter sehingga berputar
membuat adonan tertarik dan mengikuti bentuk sheeter hingga menjadi lembaran
panjang.
c) Jumlah : 1 buah
d) Spesifikasi mesin sheeter :
1) Sheeter 1
Merupakan awal tempat adonan masuk.
Kecepatan ± 37,4 Hz
VF-S11; 3PH-380/500V-2,2kW/3HP
2) Sheeter 2
Posisi berada sebelum adonan ditaburi sho.
Kecepatan ± 26,1 Hz
VF-S11; 3PH-380/500V-2,2kW/3HP
3) Sheeter 3
Pembentuk lembaran yang ketiga sehingga adonan yang tadinya tidak beraturan
menjadi lembaran panjang.
Merek : Toshiba
Sheeter : ransistor inventer
Kode mesin : VFSII-4022PLS-WN(R5)
2,2kW-4,2 kVA-3 HP V(V)

Gambar 8. Moulding Machine


5. Mesin Cutting Sheet
a. Fungsi : Memotong adonan panjang menjadi bentuk adonan lembaran persegi
empat dan siap untuk masuk ke moulding machine.

16
b. Prinsip Kerja : Motor penggerak berputar menggerakkan sheeter sehingga berputar
membuat adonan tertarik dan mengikuti bentuk sheeter hingga menjadi lembaran
panjang.
c. Jumlah : 1 buah
1) Mesin inventer (pengatur keluarnya sho)
Kecepatan 17,5 Hz
Spesifikasi VF-S11; 3PH-380/500V-1,5kW/2HP
2) Mesin inventer konveyor susun
Untuk mengatur jalannya konveyor.
Kecepatan ± 27,8 Hz.
Spesifikasi VF-S11; 3PH-380/500V-2,2kW/3HP

Gambar 9 Mesin Cutting


6. Mesin pemipihan (Roll Press)
a. Fungsi : Membentuk adonan menjadi lembaran dan siap untuk masuk ke moulding
machine.
b. Prinsip Kerja : Motor penggerak berputar menggerakkan sheeter sehingga berputar
membuat adonan tertarik dan mengikuti bentuk sheeter hingga menjadi lembaran
panjang.
c. Jumlah : 1 buah
1. Roll press 1
Kecepatan ± 33,22 Hz
Spesifikasi VF-S11; 3PH-380/500V-4,0kW/5HP
2. Transistor inventer (roll press 2)
Kecepatan ± 33,22 Hz
3. Roll press 3
Kecepatan ± 33,3 Hz

17
Gambar 10. Roll Press
7. Mesin Pencetakan (Stamping)
a. Fungsi : Mencetak adonan sebanyak 7-8 lapis hingga stamping bentuk biskuit.
b. Prinsip Kerja : Alat cetak dipasang pada moulding machine dan digerakkan oleh
penggerak dari bagian atas sehingga dapat menyetak.
c. Jumlah : 1 buah
1) Inventer cetak (merek Toshiba)
Kecepatan ± 10,1 Hz
Spesifikasi VF-S11; 3PH-380/500V-11kW/15HP
1 menit ± 25 cetakan
2) Konveyor masuk oven
Kecepatan ± 38,1 Hz
VF-S11; 3PH-380/500V-1,5kW/2HP
3) Mesin keluarnya gula (sugar sprinkle)
Kecepatan ± 36,4 Hz

Gambar 11. Stamping Machine

8. Blower
a. Fungsi : Diatas roller 2 terdapat blower yang berfungsi agar pada saat di roll
adonan tidak lengket. Lalu setelah dari roll press 3 tedapat blower dari bawah dan
atas yang berfungsi agar gelombang yang dihasilkan pada adonan teratur.

18
b. Prinsip Kerja : Motor penggerak akan befungsi memutar baling-baling yang
terpasang pada blower sehingga akan menghasilkan udara dan menghembuskan
udara.
c. Jumlah : 2 buah

Gambar 12. Blower


9. Penabur Gula (Sugar Sprinkle)
a. Fungsi : Memberikan gula pada adonan biskuit dengan alat penabur yang
terpasang di bagian atas belt conveyor setelah melalui moulding machine.
b. Prinsip Kerja : Motor penggerak akan memutar roll pada mesin penabur sehingga
gula yang dimasukkan akan ikut berputar dan didorong keluar menjadi butiran-
butiran halus.
c. Jumlah : 1 buah

Gambar 13. Sugar Sprinkle


10. Fan Cooling
a. Fungsi : Menurunkan suhu biskuit setelah keluar dari oven sehingga biskuit
menjadi dingin.
b. Prinsip Kerja : Motor penggerak akan befungsi memutar baling-baling yang
terpasang pada kipas sehingga kipas akan menghasilkan putaran udara dan
menghembuskan udara dingin untuk menurunkan suhu biskuit.
c. Jumlah : 4 buah

19
Gambar 14 Fan Cooling
11. Metal Detector
a. Fungsi : Mendeteksi adanya benda asing khususnya logam berat dan benda-benda
berbahaya lainnya yang terdapat pada biskuit agar tidak diteruskan ke area
packaging.
b. Prinsip Kerja : Conveyor jenis roll berputar dan melewatkan biskuit pada
rangkaian elektromagnet yang akan mendeteksi adanya komponen logam. Pada
saat terdeteksi logam, pneumatic angin akan mendorong angin untuk membuka
conveyor sehingga biskuit akan jatuh.
c. Jumlah : 2

Gambar 15 Metal Detector


12. Cartoning Machine
a. Fungsi : Menempelkan perekat pada karton yang berisi 24 pack biskuit yang telah
dibungkus plastik.
b. Prinsip Kerja : Saat karton masuk ke mesin, conveyor berjalan atau bergerak
sehingga mendorong karton menuju bagian tengah yang terdapat dua buah roll
sebagai penggerak laksban yang terletak di atas dan di bawah. Kemudian laksban
akan dipotong oleh pisau secara otomatis berdasarkan ukuran karton.
c. Jumlah : 2 buah

20
Gambar 16. Cortoning Machine
13. Oven
Oven untuk memproduksi biskuit Square Puff menggunakan oven line D. Oven
yang digunakan menggunakan batu api (radiasi panas) yang dapat menyerap panas
hingga 1700°C.
Fungsi : Mematangkan biskuit basah menjadi biskuit kering.
a. Prinsip Kerja : LPG liquid dan udara yang berasal dari cerobong menjadi sumber
energi bagi oven. Saat LPG dan udara bercampur akan menghasilkan api untuk
memanaskan batu api yang bisa diatur suhunya menggunakan panel pengatur. Alat
oven berasal dari Singapura (Merek Khong Guan seri 54) dengan panjang oven 54
meter.
b. Jumlah : 1 buah

Gambar 17 Oven
14. Mesin Packaging
a. Fungsi : Mengemas biskuit untuk melindungi dari kemungkinan tercemar benda
asing dan untuk memperpanjang umur simpan biskuit.
b. Prinsip Kerja : Conveyor finger berputar dimana biskuit diatur dalam finger hingga
memasuki corong. Saat memasuki corong bersamaan dengan roll etiket sehingga
biskuit akan berada dalam etiket. Kemudian etiket akan direkatkan dengan long
sealer, lalu dipotong oleh pisau serta direkatkan dengan end sealer up dan end
sealer down.
c. Jumlah : 1 buah

21
d. Spesifikasi : Model sealer untuk Square puff menggunakan KM 2500 CR
(horizontal wrapper packaging machine).
Alat untuk mendeteksi benda logam terdapat pada saat setelah dikemas yaitu
metal detektor jenis Thermo Scientific Apex 100.

Gambar 18 Mesin Pengemas


Adapun peralatan penunjang lainnya yang digunakan adalah :
1. Hand Pallet
Hand pallet merupakan alat pemindahan bahan yang mempunyai dua landasan
dengan dua roda di sisi kanan dan kiri, satu roda di bagian tengah dan satu
pegangan. Pada hand lift terdapat katrol yang dapat menaikkan landasan sehingga
dapat menempel pada pallet yang berisi kardus dan/atau produk jadi untuk
kemudian dipindahkan. Alat ini digunakan di gudang bahan baku dan gudang
bahan jadi untuk memindahkan bahan yang tidak terlalu jauh dan hanya
menempatkan di dasar lantai saja. Masing-masing gudang bahan baku dan bahan
jadi memiliki kurang lebih 7 buah hand pallet. Hand pallet yang digunakan
memiliki merek Crown. Ada satu buah yang merupakan hand pallet electric.
Kapasitas hand pallet sebesar 1500 kg, namun penggunaannya maksimal 1.250
kg karena jika full kapasitas akan cepat merusak alat.

Gambar 19 Hand Pallet


2. Forklift Electric
Forklift electric merupakan alat pemindah bahan yang dijalankan oleh mesin dan
energi diperoleh dari baterai, yaitu apabila baterai habis maka dilakukan charging

22
agar baterai terisi dan dapat digunakan kembali. Cara kerja alat ini hampir sama
dengan forklift biasa, hanya saja jangkauan ketinggian dan jenis mesin yang
digunakan berbeda. Ketinggian yang dapat dijangkau maksimal adalah 15 meter.
Alat yang hanya satu-satunya ini mampu berputar 360° dan hanya digunakan di
gudang bahan jadi bagian belakang karena sistem penyimpanannya yang
menggunakan rak-rak serta lahannya yang luas dan sudah disesuaikan dengan
alat.

Gambar 20 Forklift Electric


3. Pallet
Pallet merupakan landasan yang digunakan untuk meletakkan bahan baku, kardus
dan produk jadi yang akan dipindahkan menggunakan hand pallet. Penggunaan
pallet ini ditujukan untuk memudahkan dalam memindahkan agar mampu
memindahkan dengan jumlah yang banyak sekaligus serta memaksimalkan
kuantitas pemindahan barang agar dapat menghemat waktu pemindahan. Pallet
terdiri dari 2 macam yaitu pallet kayu dan pallet plastik. Pallet kayu biasanya
digunakan untuk menyimpan bahan jadi, sedangkan pallet plastik digunakan
untuk menyimpan bahan baku.

Gambar 21 Pallet Plastik


4. Rak-rak
Rak-rak terdapat pada gudang bahan jadi bagian belakang yang terdiri dari plat
besi yang tersusun ke atas dan digunakan untuk menempatkan pallet yang berisi
tumpukan karton bahan jadi. Rak ini khusus didesain untuk menyimpan bahan

23
jadi yang bersifat ringan dan tidak terlalu berat. Rak ini juga telah disesuaikan
dengan alat pemindah bahannya yaitu forklift electric.

Gambar 22. Rak

5. Tata Letak
Bangunan serta ruangan pada PT. United Biscuit Manufactory disusun dan
ditempatkan sedemikian rupa dengan melakukan berbagai pertimbangan yang mencakup
semua aspek sehingga akan lebih mudah dalam menjalankan proses produksi.
Bangunan pada industri ini terbagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Ruang kantor
Ruang kantor berada di bagian depan dari pabrik. Ruangan kantor ini letaknya terpisah
dari ruang produksi agar proses produksi yang berlangsung tidak terganggu. Ruangan
kantor berada di atas ruang produksi (lantai 2 dan 3) yang dipisahkan oleh dinding,
meskipun terdapat beberapa pintu yang dapat langsung berhubungan ke ruang produksi
untuk memudahkan pengawasan dari karyawan yang bertugas di kantor.
2. Ruang produksi
Ruang produksi merupakan area yang digunakan untuk proses produksi. Bagian-bagian
dari ruang produksi meliputi mulai dari penerimaan bahan baku, gudang bahan baku,
ruang penimbangan, ruang mixing, ruang pencetakan dan pengovenan, ruang
pengemasan hingga ruang penyimpanan.
Dalam penyusunan tata letak ruang produksi dari PT. UBM menggunakan jenis
product layout yang berarti mesin produksi diletakkan berdasarkan urutan produksi
pembuatan biskuit. Jenis product layout digunakan dengan tujuan untuk mengurangi
adanya kegiatan pemindahan bahan, efisiensi produksi, dan kemudahan dalam
pengawasan proses produksi. Layout proses produksi dapat dilihat pada gambar sebagai
berikut :

24
Gambar 23 Layout Proses PT. UBM
Tata letak di atas memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
a. Kelebihan
1. Layout sesuai dengan urutan operasi, sehingga proses berbentuk garis
2. Pekerjaan dari satu proses secara langsung dikerjakan pada proses berikutnya,
sebagai akibat inventori barang setengah jadi menjadi kecil
3. Total waktu produksi per unti menjadi pendek
4. Mesin dapat ditempatkan dengan jarak yang minimal, sehingga jarak material
handling dapat dikurangi

25
5. Lokasi yang tidak begitu luas dapat digunakan untuk transit dan penyimpan barang
sementara
b. Kekurangan :
1. Kerusakan dari satu mesin akan mengakibatkan terhentinya proses produksi
2. Layout ditentukan oleh produk yang diproses, perubahan desain produk
memerlukan penyusunan layout ulang
3. Kecepatan produksi ditentukan oleh mesin yang beroperasi paling lambat
4. Membutuhkan supervisi secara umum yang tidak terspesialisasi
5. Membutuhkan investasi yang besar karena mesin yang sejenis akan dipasang lagi
kalau proses yang sejenis diperlukan

6. Sanitasi dan Hygiene Perusahaan


PT. UBM menyusun suatu manajemen mutu dan pengendalian sanitasi yang baik untuk
menjamin kualitas produk yang dihasilkan dengan menerapkan program 5R. 5R adalah
kegiatan harian yang mendasar dalam menciptakan kondisi kerja yang baik, bersih, sehat,
aman, dan menyenangkan serta dapat menghasilkan produk dengan biaya hemat dan
berkualitas tinggi.
5R merupakan sistem yang harus dijalankan sebagai budaya perusahaan. Tahapan
5R meliputi :
1. Ringkas (Seiri) yaitu memisahkan barang yang diperlukan dengan barang-barang yang
tidak diperlukan. Barang yang tidak diperlukan disingkirkan dari area kerja.
2. Rapi (Seiton) yaitu menempatkan barang-barang secara teratur, diberi label yang jelas
agar mudah dilihat, diambil, dan dikembalikan.
3. Resik (Seiso) yaitu membersihkan area kerja, mesin dan peralatan dari kotoran seperti
sampah, debu, serbuk, dan kotoran lain agar mudah mengetahui bila ada kelainan pada
mesin, peralatan, dan area kerja sekitarnya.
4. Rawat (Seiketsu) yaitu menjaga tempat kerja agar tetap ringkas, rapi, resik, dan selalu
berpegang pada prinsip :
a. Tidak ada barang yang tidak diperlukan.
b. Tidak berserakan.
c. Tidak kotor.
5. Rajin (Shitsuke) yaitu melakukan 4R di atas, menaati peraturan dan ketentuan yang
berlaku di perusahaan.

26
6.1 Sanitasi Karyawan
Sanitasi karyawan dilakukan agar menjamin produk tidak terkontaminasi yang berasal
dari karyawan. Selain itu, sanitasi dilakukan agar produk yang dihasilkan memiliki kualitas
yang baik dan memenuhi standar keamanan pangan. Hal ini dikarenakan PT. UBM telah
menerapkan ISO 22000 (2005) dan halal dari MUI. Untuk mencegah kontaminasi dan dalam
rangka memenuhi standar keamanan pangan maka dilakukan upaya-upaya pencegahan serta
upaya yang mendukung tercapainya tujuan, yaitu dengan memberi perlengkapan sanitasi
kepada karyawan, memberi pengetahuan mengenai sanitasi, dan pelayanan kesehatan.
Hal-hal yang dilakukan oleh karyawan dalam rangka menjaga kebersihan
dan kesehatan (sanitasi) antara lain :
a. Karyawan diwajibkan memakai seragam, masker, celemek, dan penutup kepala
selama menjalankan pekerjaannya agar produk bebas kontaminan
b. Karyawan diwajibkan selalu menyemprot tangan sampai lengan dengan klorin
sebelum aktivitas
c. Karyawan diwajibkan mencuci tangan sampai lengan dengan klorin setiap 2 jam
sekali
d. Karyawan dilarang menaruh barang sembarangan di area produksi
e. Karyawan yang sedang menderita sakit dan menderita penyakit menular
(penyakit kulit) tidak diperbolehkan masuk kerja hingga kondisinya telah baik
karena untuk menjaga produk agar tetap berkualitas.
f. Apabila terjadi kecelakaan kerja dan ada karyawan yang kurang sehat maka
diberi pelayanan kesehatan, yaitu segera ditangani oleh pihak perusahaan di
dalam pabrik. Namun jika parah maka segera dibawa ke rumah sakit dan biaya
ditanggung perusahaan. Hal ini dikarenakan semua karyawan diikutsertakan
Jamsostek.

6.2 Sanitasi Mesin dan Peralatan


Sanitasi mesin dan peralatan produksi dilakukan dalam rangka agar mesin peralatan
produksi terhindar dari kontaminan. Selain itu, sanitasi ini dilakukan untuk menjaga mesin dan
perlatan produksi agar tetap terjaga dan awet serta mengurangi tingkat kerusakan mesin dan
peralatan produksi.
Sanitasi mesin dan peralatan produksi dilakukan setiap hari, yaitu dengan cara
menyemprotkan udara dari kompressor ke mesin untuk membersihkan mesin dan peralatan
agar tetap bersih dan steril. Selain itu, ada pula pembersihan peralatan dan mesin yang

27
dilakukan dengan mengelap dan kemudian disemprotkan udara. Perlakuan ini diterapkan setiap
saat agar mesin dan peralatan tidak terkontaminasi.
Perawatan mesin (maintenance) mesin dilakukan setiap satu minggu sekali.
Maintenance ini dilakukan oleh teknisi mesin dan karyawan di bagian mesin. Untuk mesin
yang mengalami kerusakan sedang dan masih dapat dipergunakan dalam proses produksi
dibiarkan terlebih dahulu dan pada saat hari Minggu baru dilakukan perbaikan. Hal ini
dikarenakan perbaikan mesin membutuhkan waktu lama dan jika langsung diperbaiki maka
akan mengganggu proses produksi dan kapasitas produksi pun tidak maksimal sehingga
keuntungan perusahaan juga tidak maksimal. Jika kerusakan telah berat maka perbaikan
langsung dilakukan dan proses produksi dihentikan pada area mesin tersebut. Dipilih hari
Minggu untuk maintenance karena pada hari Minggu libur tidak ada produksi banyak dan yang
produksi hanya beberapa produk yang permintaannya banyak. Dalam maintenance ini pihak
teknisi mesin meminta 1 shift untuk melakukan maintenance.
Maintenance dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
a. Mencuci body mesin dengan air dan mengelapnya hingga bersih
b. Memberikan udara dari kompressor kepada mesin untuk membersihkan
kotoran-kotoran yang menempel
c. Memperbaiki mesin-mesin yang telah mengalami kerusakan sedang
d. Mencegah dan mengurangi kerusakan mesin-mesin yang dimungkinkan akan
mengalami kerusakan
e. Mengecek mesin apakah mesin berfungsi dengan baik atau tidak
f. Mengganti spare part yang dibutuhkan oleh mesin apabila sudah tidak
berfungsi dengan baik

6.3 Sanitasi Gedung dan Bangunan Pabrik


Gedung dan bangunan pabrik merupakan suatu tempat yang mana digunakan untuk
menjaga semua komponen yang berada di dalam pabrik agar tetap terjaga dengan baik, tidak
terkena panas terik matahari, hujan, dan hal-hal di luar pabrik yang dapat mengganggu
keberlangsungan kegiatan pabrik. Komponen tersebut meliputi karyawan, peralatan dan mesin,
dan perlengkapan pendukung lainnya yang berada di dalam pabrik.
Di dalam pabrik terdapat beberapa ruangan yang mana di setiap ruang dilakukan
sanitasi dalam rangka menjaga kebersihan. Ruang-ruang tersebut antara lain ruang gudang
bahan baku; ruang penimbangan; ruang mixing; ruang cutting, cetak, dan oven; ruang

28
pengemasan; ruang gudang produk jadi; laboratorium; ruang wafer; ruang krim-kriman; serta
ruang pendukung lainnya. Sanitasi yang dilakukan antara lain :
a. Lantai
Sanitasi yang dilakukan agar lantai tetap bersih adalah dengan cara
disapu dan dilakukan pengepelan. Penyapuan dan pengepelan dilakukan setiap
saat apabila lantai kotor. Hal ini dilakukan dalam rangka menjaga kebersihan.
Tindakan penyapuan dan pengepelan ini dilakukan secara spontan apabila lantai
kotor. Pembersihan lantai ini dilakukan oleh cleaning service.
b. Dinding
Dinding bangunan pabrik terbuat dari semen yang mana dilapisi oleh cat
dinding biasa, bukan cat anti air sehingga apabila terkena air dapat lembab, cat
pudar, serta dapat ditumbuhi jamur. Selain itu, pada dinding juga kadang
terdapat “sawang” yang merupakan kotoran yang terbawa oleh udara terkumpul
jadi satu. Untuk menanggulangi masalah tersebut maka dilakukan sanitasi yang
merupakan upaya untuk mencegah terjadinya akibat tersebut dan untuk menjaga
kebersihan dinding.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk menjaga kebersihan tersebut antara
lain dengan membersihkan dinding dari kotoran seperti “sawang” dan
melakukan pengecatan tembok apabila tembok terdapat jamur ataupun cat
memudar. Pembersihan dinding dari kotoran dilakukan seminggu sekali
biasanya pada hari Minggu sedangkan pengecatan dilakukan apabila
diperlukan.
c. Atap
Atap bangunan pabrik terbagi menjadi 2, yaitu untuk bangunan yang
lama menggunakan atap asbes sedangkan bangunan yang baru menggunakan
seng dengan diberi pelapis dari kapuk agar dapat menyerap panas sehingga
ruangan tidak panas.
Untuk menjaga kebersihan atap maka dilakukan sanitasi. Adapun
sanitasi yang dilakukan adalah dengan melakukan pembersihan kotoran-kotoran
yang berada di langit-langit atap. Pembersihan ini dilakukan setiap seminggu
sekali dan biasanya dilakukan hari Minggu. Dipilih hari Minggu karena pada
hari ini produksi tidak dilakukan keseluruhan, hanya beberapa jenis saja dan
pabrik tidak banyak melakukan aktivitas.
d. Penerangan

29
Penerangan berupa lampu neon dan lampu bolam dengan ketinggian
lampu dari permukaan tanah setinggi ± 7 meter untuk mendapatkan penerangan
yang optimal dan tidak mengganggu proses produksi. Akan tetapi, pada sing
hari lampu tidak dinyalakan semuanya dan ada lampu yang dimatikan. Hal ini
dilakukan agar ruangan tidak terasa panas.
e. Selokan
Selokan yang dibangun di sekitar bangunan pabrik mengalirkan air dari
2 sumber, yaitu air industri dan air domestik. Air industri merupakan air hasil
proses produksi atau disebut limbah cair sedangkan air domestik merupakan air
berasal dari alam, seperti hujan, air bekas cucian, air kamaar mandi, dan lain
sebagainya.
Untuk menjaga kebersihan selokan ini dilakukan sanitasi. Adpaun cara-
cara yang dapat dilakukan antara lain dengan melakukan pembersihan selokan
secara berkala agar selokan tidak bau, tidak terdapat jentik-jentik, kotoran, dan
tetap bersih.
f. Ventilasi
Ventilasi berfungsi untuk sirkulasi udara sehingga udara di dalam
lingkungan produksi tidak terlalu panas dan menghilangkan debu, asap, uap,
dan bau. Pada ventilasi ini terdapat kaca sehingga kaca sewaktu-waktu dapat
kotor. Oleh karena itu perlu dilakukan pembersihan kaca. Pembersihan ini
dilakukan setiap saat apabila kaca kotor. Pembersihan dilakukan dengan
menggunakan air sabun kemudian dilap dengan kain kering.
g. Pintu
Pintu yang terdapat di pabrik sewaktu-waktu dapat kotor dan cat
memudar serta kayunya dapat rapuh. Oleh karena itu diperlukan kegiatan
sanitasi dalam rangka menjaga kebersihan dan keawetan pintu. Adapun hal
yang dilakukan adalah dengan melakukan pembersihan pintu secara berkala
serta pengecatan pintu jika diperlukan.

6.4 Sanitasi Bahan Baku dan Produk


Sanitasi bahan baku sangat menentukan kualitas produk yang dihasilkan. Bahan baku
diletakkan di atas palet dengan ketinggian 20 cm dari lantai. Dalam 1 susun tumpukan bahan
baku terdiri dari 50 sak yang mana diletakkan di atas palet dengan mendatar 5 sak dan vertikal
10 sak. Pada penyimpanan bahan baku diberi jarak dari lantai dan jarak dinding untuk

30
mencegah kontaminasi yang berasal dari lantai maupun dinding. Pembersihan dilakukan setiap
waktu jika terlihat terdapat kotoran. Pembersihan dilakukan oleh cleaning service dan pekerja.
Cara pembersihannya dapat dilakukan dengan menyapu lantai, membersihkan dinding, dan
membersihkan bagian atap gudang bahan baku.
Bahan pengemas diletakkan di gudang bahan kemas. Pada gudang ini, etiket yang
berupa roll ditumpuk di atas rak-rak ditata secara rapi. Untuk karton ditumpuk dan diikat
dengan tali rafia yang kemudian ditumpuk dengan ikatan karton lainnya dan diletakkan di atas
pada rak. Pembersihan gudang dilakukan setiap hari oleh cleaning service.
Untuk produk jadi disimpan pada gudang bahan jadi. Pada gudang ini juga dilakukan
sanitasi dengan cara sama seperti pada gudang bahan baku. Penataan produk yang dikemas
dengan karton adalah dengan cara menumpuknya pada palet. Setiap palet berisi 6x8 tumpukan,
yang berarti setiap palet berisi 6 karton dan ditumpuk menjadi 8 tumpukan serta pada bagian
atas diberi 2 karton. Adapun cara penataan jarak dinding ke palet dan jarak ketinggian palet
dari lantai seperti pada gudang bahan baku.

6.5 Fasilitas Sanitasi


Fasilitas sanitasi merupakan fasilitas yang mendukung program sanitasi. Fasilitas
sanitasi yang disediakan oleh PT. UBM antara lain :
a. Wastafel
Sebagai sarana mencuci tangan disediakan di suatu tempat yang terletak di dalam
area produksi. Lokasi wastafel diletakkan pada tempat yang strategis dan berada
di tengah-tengah area produksi agar semua pekerja dapat mencuci tangan
sebelum menjalankan aktivitas dan selama menjalankan aktivitasnya.
Penyediaan wastafel dilengkapi dengan sabun dan cairan klorin agar tangan steril
dan bersih dari kotoran sehingga produk tidak terkontaminasi.
b. Alat kebersihan
Alat kebersihan yang digunakan antara lain sapu, lap, pel, sekop, kemoceng, dan
alat pendukung lainnya. Alat kebersihan ini digunakan dalam rangka melakukan
sanitasi terhadap bangunan pabrik.
c. Kompressor
Kompressor merupakan alat yang digunakan dalam melakukan sanitasi mesin
dan peralatan industri. Untuk melakukan pembersihan mesin dan alat digunakan
kompressor yang mana kompressor akan menyemprotkan udara untuk
membersihkan mesin.

31
d. Peralatan spare part
Peralatan spare part ini digunakan untuk melakukan perbaikan terhadap mesin
dan peralatan industri yang mengalami kerusakan.
e. Peralatan bangunan
Peralatan bangunan ini digunakan untuk melakukan sanitasi terhadap bangunan
pabrik yang mana telah mengalami kerusakan atau masalah yang ada kaitannya
dengan sanitasi bangunan.

7. Limbah dan Penanganannya


Secara garis besar proses pengolahan limbah PT. UBM adalah sebagai berikut,
yaitu air limbah yang sudah bebas dari padatan dengan kandungan minyak yang terikut
masuk ke dalam bak pemisah minyak yang didesain secar khusus, kemudian mengalir
ke bak equalisasi yang bertujuan untuk penyeragaman beban pencemar sehingga tidak
terjadi fluktuasi beban cemaran. Untuk selanjutnya air limbah masuk ke bak asidifikasi
yang bertujuan untuk penyeragaman pH dengan bentuk bak yang telah diperhitungkan
waktu tinggalnya. Kemudian limbah yang keluar dinetralkan dengan larutan sampai
pada pH yang diinginkan (pH netral). Lalu mengalir ke bak pre kondisi dan untuk
selanjutnya masuk ke bak tertutup untuk proses anaerob. Dalam proses ini akan terjadi
perombakan bahan-bahan organik oleh bakteri yang bersifat anaerob (tanpa adanya
oksigen) dengan demikian akan terjadi penurunan angka COD (Chemical Oxygen
Demand). Sebagai over flow akan masuk ke bak aerob, dimana akan terjadi proses
aerasi (penambahan oksigen) untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada bakteri agar
dapat mencerna sisa bahan organik dalam limbah.
Untuk selanjutnya masuk ke bak pengendapan dan outlet yang keluar akan
jernih. Sedangkan hasil endapan yang terjadi sebagian akan direcycle. Sedangkan
endapan yang dihasilkan akan dikeringkan dan dikemas dalam kantong plastik sebagai
limbah padat. Instalasi Penanganan Air Limbah (IPAL) PT. UBM dapat terlihat sebagai
berikut :

32
Skala 1 : 10
Gambar 24 IPAL PT. UBM
Keterangan gambar :
A. Bak Asidifikasi ( panjang = 6,25 m, lebar = 2,5 m, tinggi = 2,25 m, volume = 35
m3 )
B. Bak Netralisasi ( panjang = 2,25 m, lebar = 2 m, tinggi = 2,5 m, volume = 11,25
m3 )
C. Bak Equalisasi ( panjang = 1 m, lebar = 1 m, tinggi = 2 m, volume = 2 m3)
D. Bak Pemisah Minyak
E. Bak Penampung Minyak ( panjang = 1 m, lebar = 1 m, tinggi = 2 m, volume = 2
m3 )
F. Kolam Ikan
G. Bak Penampung Sampah Padat Pabrik
H. Bak Penampung Sampah Padat Pabrik
I. Bak Pengendapan ( panjang = 1 m, lebar = 4 m, tinggi = 1,9 m, volume = 7,6 m3)
J. Bak Aerob ( panjang = 1,6 m, lebar = 4 m, tinggi = 2,5 m, volume = 16 m3)
K. Bak Anaerob ( panjang = 2 m, lebar = 4 m, tinggi = 2,6 m, volume = 20,8 m3)
Keterangan aliran (garis) :

33
: Pipa Limbah 1 Inchi
: Pompa : Arah Aliran Air
Inchi
: Pipa Aliran Limbah Awal
: Kompresor
LimbahAAAWalawAwal
: Pipa Hasil Olahan Limbah 1 Inchi
: Arah Aliran Hasil Olahan
Limbah

34

Anda mungkin juga menyukai