UBM)
UTARA
JALAN RAYA WARU
PT
UBM
PT ICS
KANTOR
IMIGRASI
KOTA
SURABAYA
1
wewnang, dan tanggung jawab tiap bagian secara jelas. Adapun bagan dari struktur organisasi
pada PT. United Biscuit Manufactory secara umum dapat dilihat pada gambar berikut ini :
DIREKTUR UTAMA
DEPUTY MANAJER
MANAJER UTAMA
UMUM
MANAJER
MANAJER MANAJER MANAJER
PERSONALIA DAN MANAJER PRODUKSI
PEMBELIAN KEUANGAN PEMASARAN
UMUM
MANAJER
KEPEGAWAIAN STAFF STAFF EKSEKUTIF KORDINATOR PENJUALAN EKSPOR DAN
DISTRIBUSI
PRODUK ADMINISTRASI WILAYAH PROMOSI
JATIM
GUDANG SALES
BAHAN BAKU KABAG
KENDARAAN KABAG KABAG
KABAG OVEN
KABAG KABAG
BISKUIT
KABAG
MIXING CUTTING WAFER CREAMING PACKING
KALENG
QA
2
2. Proses Operasi Produk dari Bahan Baku Menjadi Produk Jadi
2.1 Bahan Penyusun Produk
2.1.1 Bahan Baku
Bahan baku utama yang digunakan untuk membuat biskuit adalah tepung terigu yang
terdiri dari tepung terigu merek Unique dan merek BRGH. Tepung terigu yang digunakan dari
dua merek, yaitu tepung Unique dan tepung BRGH ini memiliki perbandingan tertentu dalam
penggunaannya, yaitu tepung Unique dan tepung BRGH memiliki perbandingan 4:5 yang
mempunyai arti digunakan 4 sak tepung Unique dan 5 sak tepung BRGH yang mana setiap sak
berisi 25 kg. Kedua tepung ini digunakan untuk membuat adonan biskuit Square Puff.
3
menggunakan sistem batch. Sistem batch yang dimaksud yaitu sistem produksi yang dihitung
berdasarkan banyaknya batch per adonan biskuit. Proses produksi biskuit Square Puff dapat
dilihat pada peta proses operasi (PPO) sebagai berikut :
4
Adapun tahapan pembuatan biskuit Square Puff adalah sebagai berikut :
1. Penimbangan Bahan Baku
Sebelum dilakukan proses pembuatan biskuit Square Puff diperlukan persiapan bahan
baku yang akan digunakan. Bahan baku yang digunakan adalah adonan sho (adonan
pengembang) dan adonan biskuit Square Puff. Adapun komposisi bahan baku yang digunakan
untuk sekali proses produksi biskuit Square Puff adalah sebagai berikut :
a. Komposisi Adonan Biskuit Square Puff
a) Tepung terigu 9 sak (tepung pakindo : BRGH = 4:5)
b) Air bersih 71 liter
c) Minyak goreng 45 liter
d) Susu whey powder 4 kg
e) Garam 4 kg
f) Sodium Bicarbonate 0,5 kg
g) Ragi 2 kg
h) Enzim alphamalt BK 5020 100 gram
b. Adonan Sho (Pengembang)
2. Mixing (Pencampuran)
Dalam proses mixing ini dilakukan pencampuran adonan sho dan adonan biskuit Square
Puff. Alat berupa mixer yang digunakan berjumlah 7. Waktu yang digunakan untuk mixing
adonan biskuit Square Puff selama 15 menit.
3. Fermentasi
Proses fermentasi ini dilakukan untuk adonan biskuit Square Puff. Hal ini dilakukan
agar adonan mengembang sehingga adonan menjadi elastis. Proses fermentasi ini dilakukan
untuk adonan yang mana diletakkan di dalam lori. Fermentasi berlangsung selama 30 menit.
Fermentasi dikatakan baik apabila adonan memenuhi lori (tidak lebih maupun kurang dari lori).
4. Moulding (Pencetakan)
Proses cetak ini diawali dengan proses membuat adonan menjadi 8 lembaran adonan
dan kemudian diberi adonan sho dengan menggunakan laminator sho. Dalam membuat adonan
menjadi 8 lapisan ini digunakan 3 sheeter yang mana adonan yang dari tidak beraturan
dipipihkan dan menjadi lembaran dengan ditumpuk menjadi 8 lapisan. Setelah itu, adonan
dipipihkan dengan melewati 3 roller yang berfungsi untuk mempipihkan adonan. Pada
keseluruhan proses ini digunakan alat yang mana untuk memindahkan adonan dari satu bagian
ke bagian lain dengan menggunakan conveyor, yaitu selama proses produksi dari cetak hingga
pengemasan. Pada proses pemipihan yang ke-3 ini ketebalan lembaran adonan adalah 2 mm.
5
Setelah adonan dipipihkan ke-3 maka pada lembaran diberi angin (sprat) agar adonan tidak
lengket. Kemudian adonan dicetak sesuai dengan produknya. Setelah dicetak, cetakan adonan
masuk ke dalam oven. Waktu yang diperlukan untuk proses pencetakan ini adalah 25 menit.
Mesin cetak yang digunakan mempunyai karakteristik tertentu, yaitu memiliki
kecepatan sheeter bawah 39,5 Hz, kecepatan sheeter atas 28,6 Hz, kecepatan roll press 36,97
Hz, untuk konveyor susun memiliki kecepatan lembaran 29,8 Hz dan untuk Sho 13,2 Hz.
5. Baking (Pengovenan)
Proses pengovenan untuk biskuit Square Puff memiliki standar tersendiri, yaitu sebagai
berikut :
Tabel 1. Standar Oven Square Puff
Suhu (celcius) Kecepatan Berat / 20 Tebal (cm)
(rpm) kpg
Atas : 265, 290, 40 -41 180 – 181 13,5
285, 285
Bawah : 280, 40 -41 180 - 181 13,5
220, 300, 295
Waktu yang digunakan dalam pengovenan untuk satu lori adonan adalah sekitar 30
menit. Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali proses gerakan adonan di atas konveyor yang
berada di dalam oven adalah 5 menit. Proses pengapian (pengovenan) untuk produk Square
Puff menggunakan bahan bakar gas dengan jumlah kompor 8 buah yang terletak di bagian atas
(4 buah) dan bagian bawah (4 buah). Maksimal suhu kompor atas dan bawah telah disetting
per hari yaitu sebesar 295°C.
6. Cooling
Proses cooling merupakan tahap pendinginan biskuit setelah pengovenan yaitu mulai
dari keluar oven sampai sebelum dikemas. Waktu cooling untuk satu lori adonan adalah 60
menit. Biskuit dipindahkan menggunakan belt conveyor sekaligus dilakukan proses cooling
agar biskuit yang akan dikemas dapat bertahan lama dan tidak mudah melempem, karena jika
masih dalam keadaan panas, maka dapat menurunkan daya tahan biskuit.
7. Packaging (Pengemasan)
Sebelum pengemasan dilakukan, telah dilakukan operasi penyiapan kemasan plastik
dan pemberian tanggal kadaluarsa pada kemasan. Mesin tersebut meliputi serangkaian mesin
untuk mengemas biskuit dalam plastik hingga mengemas ke dalam kardus. Proses pengemasan
ini membutuhkan waktu 60 menit untuk sekali produksi. Dalam shift selama 7 jam biasanya
produk yang dihasilkan dalam kemasan adalah sejumlah 400 karton atau 400x24 kemasan.
6
Pada kemasan plastik sekunder terdapat kode produksi dan tanggal kadaluarsa, contoh kode
produk : D.1527 dengan keterangan sebagai berikut :
D : line yang digunakan adalah oven D
1 : shift 1
5 : hari ke-5 (Jumat)
27 : tanggal produksi tanggal 27
Pada kemasan primer yang digunakan ini adalah plastik polos. Untuk kemasan
sekunder terdapat desain kemasan yang berisi kode produk, masa kadaluarsa, logo halal MUI,
dan logo ISO 22000. Pada kardus terdapat kode produksi dan kode mandor, contoh : Kode
produksi 757 dan kode mandor LP.
7
Tabel 2. Spesifikasi Produk Biskuit Square Puff
Spesifikasi Parameter Ukur
Nama Produk Biskuit Square Puff
Merk Dagang Arrow Brand
Bahan Baku 1. tepung terigu (9 sak @25 kg)
2. air PDAM (71-72 liter)
3. minyak (45 liter)
4. susu whey powder ( 4 kg)
5. garam (4 kg)
6. sodium bicarbonate (1/2 kg)
7. ragi (2kg, 4 pack @1/2 kg
8. enzim (100 gram, dalam tabung
kecil yang sudah ditakar).
Produk Akhir Biskuit
Bahan Tambahan Adonan Sho ( Pengembang )
Tahap Pengolahan 1. Penimbangan bahan baku
2. Mixing
3. Fermentasi
4. Moulding (Pencetakan) :
5. Pengovenan
6. Cooling
7. Packaging
Karakteristik Kimia : kadar air maksimal 5%
Fisik : warna kuning kecoklatan, gula
merata, tekstur renyah, dan rasa gurih
asin manis
Penyimpanan Dalam gudang bahan jadi dengan suhu
ruang
Daya Awet 1,5 tahun
Label / Spesifikasi Konsumsi langsung
Penggunaan Produk Masyarakat umum
Persyaratan yang berlaku Sesuai ISO 22000:2005 dan Halal MUI
Sumber : PT. UBM (2012)
8
dokumen COA, halal, berat sesuai atau tidak, serta pengecekan terhadap kadar air dan wet
gluten pada tepung. Berikut Tabel COA tepung terigu yang digunakan.
a. Tepung Unique
Tabel 3. COA Tepung Unique
Parameter Product Result
Analysis Specification
Moisture Max 13,80 % 13,65 %
Protein 11,00 % - 12,00 % 11,03 %
Ash Max 0,58 % 0,56 %
Gluten 31,00 % - 33,00 % 32,69 %
Sumber : PT. UBM (2012)
b. Tepung BRGH
Tabel 4. COA Tepung BRGH
Analysis Parameter Result
Moisture Moisture % 14,10 %
Protein Protein % 12,81 %
Ash (flavor) Ash (flavor) % 0,63%
Wet Gluten Wet Gluten % 32,4 %
Sumber : PT. UBM (2012)
2. Air bersih
Pengendalian mutu terhadap air ini dilakukan dengan melihat air yang digunakan sesuai
dengan standar atau tidak. Pengecekan dilakukan terhadap warna, bau, komposisi, dan tekstur
dari air. Dari segi warna, air yang digunakan merupakan air yang bening (tidak kotor). Dari
segi bau, air tidak berbau pekat atau tidak enak. Dari segi komposisi, air tidak mengandung
komponen berbahaya. Dari segi tekstur, air yang digunakan seperti tekstur air pada umumnya
atau dapat dikatakan tidak lengket atau pekat.
3. Minyak goreng
Untuk minyak goreng ini dilakukan pengendalian mutu terhadap kandungan FFA (Free
Fatty Acid dan PV (Peroxide Value). Standar FFA yang digunakan memilliki standar kurang
lebih 0,03% dan PV sebesar 1 %.
4. Susu whey powder
Kadar keasaman yang diperbolehkan pada bahan ini adalah tidak lebih dari 0,99%,
kemudian kadar abu maksimal 7,06%. Untuk kadar air standarnya 1,4%, nitrat 18,34 ppm, nitrit
0,6 ppm, pH netral (6,67), dan protein yang terkandung standarnya 12,36%.
9
5. Garam
Bahan ini memiliki standar kandungan NaCl 97-99,9%. Selain itu, jumlah minimal
senyawa KIO3 adalah 30 ppm, kadar H2O kurang dari 0,5%, ukuran partikel 95-100% dan
cemaran logam maksimal 20 partikel/20 gram.
6. Sodium Bicarbonate
Kandungan dalam sodium bikarbonat yang penting untuk diperhatikan adalah NaHCO3
dengan standar 99,5%, As 0,0001%, Pb 0,0005, loss on drying 0,18% dan pH sebesar 8,5.
7. Ragi
Produk ragi ini memiliki komposisi umum Saccharomyces cerevisiae sebanyak 94,5%,
emulsifier ± 1,5%, air ± 4%. Standar aktivitas CO2 per jam nya adalah 300-400 CO2/hr.
Kandungan protein standar 38-45%, phospate 2,10-2,30%. Sedangkan untuk kandungan
mikrobiologisnya standar adanya bakteri E.coli dan coliform yaitu < 10 gram, bakteri laktat 10
e5, dan wild yeast 10 e3.
8. Enzim
Pengendalian mutu yang dilakukan pada enzim ini adalah pada masa kadaluarsa dan
karakteristik luar sesuai atau tidak (menggumpal atau tidak). Selain itu, perlu diperhatikan
mengenai bakteri yang terkandung, yaitu Bacillus subtilis. Standar Casein hydrolysis 90-110
TU/g, loss on drying < 14g/100g, dan pH nya 8,0.
9. Gula Pasir
Adapun standar kandungan untuk gula adalah sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) yaitu standar susut pengeringan maksimal 0,1 %, besar jenis butir antara 0,8-
1,2 mm, konduktivitas abu maksimal 0,10 %, serta kandungan belerang dioksida (SO2)
maksimal 30 mg/kg.
10
kg terdapat sekitar 160 lembar. Kemasan berupa bal yang terdiri dari gulungan roll plastik,
beratnya 25 kg tiap 1 bal, disimpan pada suhu ruang, tempat kering, harus ada sertifikat COA.
2. Kemasan sekunder
Kemasan sekunder berupa plastik sebagai media printing dan metalize yang terdiri dari
2 lapisan, dari yang terluar yaitu OPP 20µ (Oriented polyprophylen) dan PP 30µ
(Polypropylene). Berat kemasan ini adalah 2,7 gram untuk ukuran produk 400 gram dan seberat
2,1 gram untuk ukuran produk 280 gram. Plastik kemasan ini memiliki ukuran dimensi 19,5
cm x 24,5 cm untuk berat produk 400 gram, lalu untuk berat produk 280 gram ukuran
dimensinya 17,9 cm x 23,5 cm. Kemasan berupa bal yang terdiri dari gulungan roll plastik,
beratnya 25 kg tiap 1 bal, disimpan pada suhu ruang, tempat kering, harus ada sertifikat COA.
Pada kemasan sekunder ini memiliki nomor BPOM, yaitu BPOM RI MD. 227113014131.
3. Kemasan tersier
Kemasan ini tidak kontak langsung dengan produk. Kemasan sekunder berupa karton
double wall yang tahan banting dan sukar menyerap air. Urutan bahan penyusun double wall
dengan Substansi 150 k/ 150 M/ 125 k dan C-Flute. Setiap karton berisi 24 pak biskuit. Ukuran
dimensi karton sekitar 55,4 x 32,2 x 21,5 cm dengan berat 454 gram.
11
Standar kecepatan yang digunakan adalah 13,6 Hz.
b. Suhu adonan
Standar suhu adonan yang digunakan adalah maksimal 44oC
c. Suhu ruang cutting
Suhu ruang ini standarnya adalah suhu ruangan pada umumnya, yaitu tidak terlalu
dingin dan tidak terlalu panas.
d. Pemipihan setelah masuk ke Hooper
a) Sheeter 1
Ketebalan adonan : 16 mm
Kecepatan sheeter : 28,8 Hz
b) Sheeter 2
Ketebalan adonan : 7mm
Kecepatan shilter : 39,6 Hz
c) Sheeter 3
Ketebalan adonan : 2 mm
Kecepatan shilter : 39,6 Hz
e. Setelah pemipihan
a) Jumlah layer : 8
b) Ketebalan adonan : 23 mm
c) Panjang adonan : 81 mm
d) Lebar adonan : 82 mm
f.Roller press 1
Ketebalan adonan : 12 mm
g. Roller press 2
Ketebalan adonan : 5 mm
h. Roller press 3
Ketebalan : 2 mm
Kecepatan roller press : 36,6 Hz
i. Pencetakan
Kecepatan cetak : 10,6 Hz
Banyaknya cetakan : 106x12
Ketebalan adonan : 2 mm
4. Baking (Pengovenan)
Inspeksi yang dilakukan antara lain :
12
a. Kecepatan cetak per menit : 121 buah
b. Berat per 20 biji (mentah) : + 179 gram
c. Berat per 20 biji (matang) : + 220 gram
d. Ukuran tebal : 13 mm
e. Jumlah biji per 500 gram : + 57
f. Berat per pack 1 : + 280 gram
g. Berat per pack 2 : + 290 gram
5. Pengemasan
Setiap ¼ jam hingga ½ jam sekali dilakukan pengecekan oleh QC. Pengecekan ini
terdiri dari kekuatan seal apakah kuat atau tidak, kemasan ada gelembung atau tidak, serta
kemasan terdapat kebocoran atau tidak. Untuk biskuit Square Puff ini harus memiliki seal harus
kuat, kemasan tidak boleh terdapat gelembung, dan tidak bocor.
13
4. Mesin dan Peralatan Produksi
Mesin dan peralatan industri ini merupakan mesin untuk membantu proses produksi.
Mesin dan peralatan yang digunakan dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini dan
keseluruhan gambar mesin dan peralatan diperoleh dari sumber PT. UBM. Mesin dan peralatan
yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Timbangan
a. Fungsi : Untuk menimbang bahan baku digunakan alat berupa timbangan.
b. Prinsip Kerja : Meletakkan bahan pada wadah yang berada di timbangan. Lalu
melihat hasil berat bahan pada skala timbangan.
Gambar 5. Timbangan
a. Prinsip kerja : Prinsip kerja mesin ini hampir sama dengan mixer biasa, hanya
bentuknya saja yang sedikit berbeda, yaitu motor penggerak menggerakkan baling-
baling yang berada dalam mixer. Perputaran baling-baling ini akan mendorong
bahan-bahan penunjang yang ada di dalam mixer agar tercampur dengan rata dan
menyatu.
2. Mixer
Mixer yang digunakan untuk membuat adonan biskuit sebagai berikut :
14
Keterangan : Mesin mixer line D berasal dari Singapura yang terdiri dari baling-baling
yaitu terdapat penahannya yang tegak lurus 360° oleh cetakan wadah. Spesifikasi
mesin mixer sebesar 25 HP (horse power).
a. Fungsi : Mencampurkan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan adonan
biskuit agar tercampur secara merata, homogen, dan membentuk adonan yang
elastis dan mudah mengembang.
b. Prinsip kerja : Motor penggerak menggerakkan baling-baling yang berada dalam
mixer. Perputaran baling-baling ini akan mendorong adonan yang ada di dalam
mixer untuk membuat adonan menjadi homogen.
c. Jumlah : 7 buah
3. Tangki Penampung Minyak
a. Fungsi : Untuk tempat menyimpan minyak yang akan dialirkan ke bagian produksi
dan digunakan sebagai campuran adonan biskuit.
b. Jumlah : 5 buah
15
b) Prinsip Kerja : Motor penggerak berputar menggerakkan sheeter sehingga berputar
membuat adonan tertarik dan mengikuti bentuk sheeter hingga menjadi lembaran
panjang.
c) Jumlah : 1 buah
d) Spesifikasi mesin sheeter :
1) Sheeter 1
Merupakan awal tempat adonan masuk.
Kecepatan ± 37,4 Hz
VF-S11; 3PH-380/500V-2,2kW/3HP
2) Sheeter 2
Posisi berada sebelum adonan ditaburi sho.
Kecepatan ± 26,1 Hz
VF-S11; 3PH-380/500V-2,2kW/3HP
3) Sheeter 3
Pembentuk lembaran yang ketiga sehingga adonan yang tadinya tidak beraturan
menjadi lembaran panjang.
Merek : Toshiba
Sheeter : ransistor inventer
Kode mesin : VFSII-4022PLS-WN(R5)
2,2kW-4,2 kVA-3 HP V(V)
16
b. Prinsip Kerja : Motor penggerak berputar menggerakkan sheeter sehingga berputar
membuat adonan tertarik dan mengikuti bentuk sheeter hingga menjadi lembaran
panjang.
c. Jumlah : 1 buah
1) Mesin inventer (pengatur keluarnya sho)
Kecepatan 17,5 Hz
Spesifikasi VF-S11; 3PH-380/500V-1,5kW/2HP
2) Mesin inventer konveyor susun
Untuk mengatur jalannya konveyor.
Kecepatan ± 27,8 Hz.
Spesifikasi VF-S11; 3PH-380/500V-2,2kW/3HP
17
Gambar 10. Roll Press
7. Mesin Pencetakan (Stamping)
a. Fungsi : Mencetak adonan sebanyak 7-8 lapis hingga stamping bentuk biskuit.
b. Prinsip Kerja : Alat cetak dipasang pada moulding machine dan digerakkan oleh
penggerak dari bagian atas sehingga dapat menyetak.
c. Jumlah : 1 buah
1) Inventer cetak (merek Toshiba)
Kecepatan ± 10,1 Hz
Spesifikasi VF-S11; 3PH-380/500V-11kW/15HP
1 menit ± 25 cetakan
2) Konveyor masuk oven
Kecepatan ± 38,1 Hz
VF-S11; 3PH-380/500V-1,5kW/2HP
3) Mesin keluarnya gula (sugar sprinkle)
Kecepatan ± 36,4 Hz
8. Blower
a. Fungsi : Diatas roller 2 terdapat blower yang berfungsi agar pada saat di roll
adonan tidak lengket. Lalu setelah dari roll press 3 tedapat blower dari bawah dan
atas yang berfungsi agar gelombang yang dihasilkan pada adonan teratur.
18
b. Prinsip Kerja : Motor penggerak akan befungsi memutar baling-baling yang
terpasang pada blower sehingga akan menghasilkan udara dan menghembuskan
udara.
c. Jumlah : 2 buah
19
Gambar 14 Fan Cooling
11. Metal Detector
a. Fungsi : Mendeteksi adanya benda asing khususnya logam berat dan benda-benda
berbahaya lainnya yang terdapat pada biskuit agar tidak diteruskan ke area
packaging.
b. Prinsip Kerja : Conveyor jenis roll berputar dan melewatkan biskuit pada
rangkaian elektromagnet yang akan mendeteksi adanya komponen logam. Pada
saat terdeteksi logam, pneumatic angin akan mendorong angin untuk membuka
conveyor sehingga biskuit akan jatuh.
c. Jumlah : 2
20
Gambar 16. Cortoning Machine
13. Oven
Oven untuk memproduksi biskuit Square Puff menggunakan oven line D. Oven
yang digunakan menggunakan batu api (radiasi panas) yang dapat menyerap panas
hingga 1700°C.
Fungsi : Mematangkan biskuit basah menjadi biskuit kering.
a. Prinsip Kerja : LPG liquid dan udara yang berasal dari cerobong menjadi sumber
energi bagi oven. Saat LPG dan udara bercampur akan menghasilkan api untuk
memanaskan batu api yang bisa diatur suhunya menggunakan panel pengatur. Alat
oven berasal dari Singapura (Merek Khong Guan seri 54) dengan panjang oven 54
meter.
b. Jumlah : 1 buah
Gambar 17 Oven
14. Mesin Packaging
a. Fungsi : Mengemas biskuit untuk melindungi dari kemungkinan tercemar benda
asing dan untuk memperpanjang umur simpan biskuit.
b. Prinsip Kerja : Conveyor finger berputar dimana biskuit diatur dalam finger hingga
memasuki corong. Saat memasuki corong bersamaan dengan roll etiket sehingga
biskuit akan berada dalam etiket. Kemudian etiket akan direkatkan dengan long
sealer, lalu dipotong oleh pisau serta direkatkan dengan end sealer up dan end
sealer down.
c. Jumlah : 1 buah
21
d. Spesifikasi : Model sealer untuk Square puff menggunakan KM 2500 CR
(horizontal wrapper packaging machine).
Alat untuk mendeteksi benda logam terdapat pada saat setelah dikemas yaitu
metal detektor jenis Thermo Scientific Apex 100.
22
agar baterai terisi dan dapat digunakan kembali. Cara kerja alat ini hampir sama
dengan forklift biasa, hanya saja jangkauan ketinggian dan jenis mesin yang
digunakan berbeda. Ketinggian yang dapat dijangkau maksimal adalah 15 meter.
Alat yang hanya satu-satunya ini mampu berputar 360° dan hanya digunakan di
gudang bahan jadi bagian belakang karena sistem penyimpanannya yang
menggunakan rak-rak serta lahannya yang luas dan sudah disesuaikan dengan
alat.
23
jadi yang bersifat ringan dan tidak terlalu berat. Rak ini juga telah disesuaikan
dengan alat pemindah bahannya yaitu forklift electric.
5. Tata Letak
Bangunan serta ruangan pada PT. United Biscuit Manufactory disusun dan
ditempatkan sedemikian rupa dengan melakukan berbagai pertimbangan yang mencakup
semua aspek sehingga akan lebih mudah dalam menjalankan proses produksi.
Bangunan pada industri ini terbagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Ruang kantor
Ruang kantor berada di bagian depan dari pabrik. Ruangan kantor ini letaknya terpisah
dari ruang produksi agar proses produksi yang berlangsung tidak terganggu. Ruangan
kantor berada di atas ruang produksi (lantai 2 dan 3) yang dipisahkan oleh dinding,
meskipun terdapat beberapa pintu yang dapat langsung berhubungan ke ruang produksi
untuk memudahkan pengawasan dari karyawan yang bertugas di kantor.
2. Ruang produksi
Ruang produksi merupakan area yang digunakan untuk proses produksi. Bagian-bagian
dari ruang produksi meliputi mulai dari penerimaan bahan baku, gudang bahan baku,
ruang penimbangan, ruang mixing, ruang pencetakan dan pengovenan, ruang
pengemasan hingga ruang penyimpanan.
Dalam penyusunan tata letak ruang produksi dari PT. UBM menggunakan jenis
product layout yang berarti mesin produksi diletakkan berdasarkan urutan produksi
pembuatan biskuit. Jenis product layout digunakan dengan tujuan untuk mengurangi
adanya kegiatan pemindahan bahan, efisiensi produksi, dan kemudahan dalam
pengawasan proses produksi. Layout proses produksi dapat dilihat pada gambar sebagai
berikut :
24
Gambar 23 Layout Proses PT. UBM
Tata letak di atas memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
a. Kelebihan
1. Layout sesuai dengan urutan operasi, sehingga proses berbentuk garis
2. Pekerjaan dari satu proses secara langsung dikerjakan pada proses berikutnya,
sebagai akibat inventori barang setengah jadi menjadi kecil
3. Total waktu produksi per unti menjadi pendek
4. Mesin dapat ditempatkan dengan jarak yang minimal, sehingga jarak material
handling dapat dikurangi
25
5. Lokasi yang tidak begitu luas dapat digunakan untuk transit dan penyimpan barang
sementara
b. Kekurangan :
1. Kerusakan dari satu mesin akan mengakibatkan terhentinya proses produksi
2. Layout ditentukan oleh produk yang diproses, perubahan desain produk
memerlukan penyusunan layout ulang
3. Kecepatan produksi ditentukan oleh mesin yang beroperasi paling lambat
4. Membutuhkan supervisi secara umum yang tidak terspesialisasi
5. Membutuhkan investasi yang besar karena mesin yang sejenis akan dipasang lagi
kalau proses yang sejenis diperlukan
26
6.1 Sanitasi Karyawan
Sanitasi karyawan dilakukan agar menjamin produk tidak terkontaminasi yang berasal
dari karyawan. Selain itu, sanitasi dilakukan agar produk yang dihasilkan memiliki kualitas
yang baik dan memenuhi standar keamanan pangan. Hal ini dikarenakan PT. UBM telah
menerapkan ISO 22000 (2005) dan halal dari MUI. Untuk mencegah kontaminasi dan dalam
rangka memenuhi standar keamanan pangan maka dilakukan upaya-upaya pencegahan serta
upaya yang mendukung tercapainya tujuan, yaitu dengan memberi perlengkapan sanitasi
kepada karyawan, memberi pengetahuan mengenai sanitasi, dan pelayanan kesehatan.
Hal-hal yang dilakukan oleh karyawan dalam rangka menjaga kebersihan
dan kesehatan (sanitasi) antara lain :
a. Karyawan diwajibkan memakai seragam, masker, celemek, dan penutup kepala
selama menjalankan pekerjaannya agar produk bebas kontaminan
b. Karyawan diwajibkan selalu menyemprot tangan sampai lengan dengan klorin
sebelum aktivitas
c. Karyawan diwajibkan mencuci tangan sampai lengan dengan klorin setiap 2 jam
sekali
d. Karyawan dilarang menaruh barang sembarangan di area produksi
e. Karyawan yang sedang menderita sakit dan menderita penyakit menular
(penyakit kulit) tidak diperbolehkan masuk kerja hingga kondisinya telah baik
karena untuk menjaga produk agar tetap berkualitas.
f. Apabila terjadi kecelakaan kerja dan ada karyawan yang kurang sehat maka
diberi pelayanan kesehatan, yaitu segera ditangani oleh pihak perusahaan di
dalam pabrik. Namun jika parah maka segera dibawa ke rumah sakit dan biaya
ditanggung perusahaan. Hal ini dikarenakan semua karyawan diikutsertakan
Jamsostek.
27
dilakukan dengan mengelap dan kemudian disemprotkan udara. Perlakuan ini diterapkan setiap
saat agar mesin dan peralatan tidak terkontaminasi.
Perawatan mesin (maintenance) mesin dilakukan setiap satu minggu sekali.
Maintenance ini dilakukan oleh teknisi mesin dan karyawan di bagian mesin. Untuk mesin
yang mengalami kerusakan sedang dan masih dapat dipergunakan dalam proses produksi
dibiarkan terlebih dahulu dan pada saat hari Minggu baru dilakukan perbaikan. Hal ini
dikarenakan perbaikan mesin membutuhkan waktu lama dan jika langsung diperbaiki maka
akan mengganggu proses produksi dan kapasitas produksi pun tidak maksimal sehingga
keuntungan perusahaan juga tidak maksimal. Jika kerusakan telah berat maka perbaikan
langsung dilakukan dan proses produksi dihentikan pada area mesin tersebut. Dipilih hari
Minggu untuk maintenance karena pada hari Minggu libur tidak ada produksi banyak dan yang
produksi hanya beberapa produk yang permintaannya banyak. Dalam maintenance ini pihak
teknisi mesin meminta 1 shift untuk melakukan maintenance.
Maintenance dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
a. Mencuci body mesin dengan air dan mengelapnya hingga bersih
b. Memberikan udara dari kompressor kepada mesin untuk membersihkan
kotoran-kotoran yang menempel
c. Memperbaiki mesin-mesin yang telah mengalami kerusakan sedang
d. Mencegah dan mengurangi kerusakan mesin-mesin yang dimungkinkan akan
mengalami kerusakan
e. Mengecek mesin apakah mesin berfungsi dengan baik atau tidak
f. Mengganti spare part yang dibutuhkan oleh mesin apabila sudah tidak
berfungsi dengan baik
28
pengemasan; ruang gudang produk jadi; laboratorium; ruang wafer; ruang krim-kriman; serta
ruang pendukung lainnya. Sanitasi yang dilakukan antara lain :
a. Lantai
Sanitasi yang dilakukan agar lantai tetap bersih adalah dengan cara
disapu dan dilakukan pengepelan. Penyapuan dan pengepelan dilakukan setiap
saat apabila lantai kotor. Hal ini dilakukan dalam rangka menjaga kebersihan.
Tindakan penyapuan dan pengepelan ini dilakukan secara spontan apabila lantai
kotor. Pembersihan lantai ini dilakukan oleh cleaning service.
b. Dinding
Dinding bangunan pabrik terbuat dari semen yang mana dilapisi oleh cat
dinding biasa, bukan cat anti air sehingga apabila terkena air dapat lembab, cat
pudar, serta dapat ditumbuhi jamur. Selain itu, pada dinding juga kadang
terdapat “sawang” yang merupakan kotoran yang terbawa oleh udara terkumpul
jadi satu. Untuk menanggulangi masalah tersebut maka dilakukan sanitasi yang
merupakan upaya untuk mencegah terjadinya akibat tersebut dan untuk menjaga
kebersihan dinding.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk menjaga kebersihan tersebut antara
lain dengan membersihkan dinding dari kotoran seperti “sawang” dan
melakukan pengecatan tembok apabila tembok terdapat jamur ataupun cat
memudar. Pembersihan dinding dari kotoran dilakukan seminggu sekali
biasanya pada hari Minggu sedangkan pengecatan dilakukan apabila
diperlukan.
c. Atap
Atap bangunan pabrik terbagi menjadi 2, yaitu untuk bangunan yang
lama menggunakan atap asbes sedangkan bangunan yang baru menggunakan
seng dengan diberi pelapis dari kapuk agar dapat menyerap panas sehingga
ruangan tidak panas.
Untuk menjaga kebersihan atap maka dilakukan sanitasi. Adapun
sanitasi yang dilakukan adalah dengan melakukan pembersihan kotoran-kotoran
yang berada di langit-langit atap. Pembersihan ini dilakukan setiap seminggu
sekali dan biasanya dilakukan hari Minggu. Dipilih hari Minggu karena pada
hari ini produksi tidak dilakukan keseluruhan, hanya beberapa jenis saja dan
pabrik tidak banyak melakukan aktivitas.
d. Penerangan
29
Penerangan berupa lampu neon dan lampu bolam dengan ketinggian
lampu dari permukaan tanah setinggi ± 7 meter untuk mendapatkan penerangan
yang optimal dan tidak mengganggu proses produksi. Akan tetapi, pada sing
hari lampu tidak dinyalakan semuanya dan ada lampu yang dimatikan. Hal ini
dilakukan agar ruangan tidak terasa panas.
e. Selokan
Selokan yang dibangun di sekitar bangunan pabrik mengalirkan air dari
2 sumber, yaitu air industri dan air domestik. Air industri merupakan air hasil
proses produksi atau disebut limbah cair sedangkan air domestik merupakan air
berasal dari alam, seperti hujan, air bekas cucian, air kamaar mandi, dan lain
sebagainya.
Untuk menjaga kebersihan selokan ini dilakukan sanitasi. Adpaun cara-
cara yang dapat dilakukan antara lain dengan melakukan pembersihan selokan
secara berkala agar selokan tidak bau, tidak terdapat jentik-jentik, kotoran, dan
tetap bersih.
f. Ventilasi
Ventilasi berfungsi untuk sirkulasi udara sehingga udara di dalam
lingkungan produksi tidak terlalu panas dan menghilangkan debu, asap, uap,
dan bau. Pada ventilasi ini terdapat kaca sehingga kaca sewaktu-waktu dapat
kotor. Oleh karena itu perlu dilakukan pembersihan kaca. Pembersihan ini
dilakukan setiap saat apabila kaca kotor. Pembersihan dilakukan dengan
menggunakan air sabun kemudian dilap dengan kain kering.
g. Pintu
Pintu yang terdapat di pabrik sewaktu-waktu dapat kotor dan cat
memudar serta kayunya dapat rapuh. Oleh karena itu diperlukan kegiatan
sanitasi dalam rangka menjaga kebersihan dan keawetan pintu. Adapun hal
yang dilakukan adalah dengan melakukan pembersihan pintu secara berkala
serta pengecatan pintu jika diperlukan.
30
mencegah kontaminasi yang berasal dari lantai maupun dinding. Pembersihan dilakukan setiap
waktu jika terlihat terdapat kotoran. Pembersihan dilakukan oleh cleaning service dan pekerja.
Cara pembersihannya dapat dilakukan dengan menyapu lantai, membersihkan dinding, dan
membersihkan bagian atap gudang bahan baku.
Bahan pengemas diletakkan di gudang bahan kemas. Pada gudang ini, etiket yang
berupa roll ditumpuk di atas rak-rak ditata secara rapi. Untuk karton ditumpuk dan diikat
dengan tali rafia yang kemudian ditumpuk dengan ikatan karton lainnya dan diletakkan di atas
pada rak. Pembersihan gudang dilakukan setiap hari oleh cleaning service.
Untuk produk jadi disimpan pada gudang bahan jadi. Pada gudang ini juga dilakukan
sanitasi dengan cara sama seperti pada gudang bahan baku. Penataan produk yang dikemas
dengan karton adalah dengan cara menumpuknya pada palet. Setiap palet berisi 6x8 tumpukan,
yang berarti setiap palet berisi 6 karton dan ditumpuk menjadi 8 tumpukan serta pada bagian
atas diberi 2 karton. Adapun cara penataan jarak dinding ke palet dan jarak ketinggian palet
dari lantai seperti pada gudang bahan baku.
31
d. Peralatan spare part
Peralatan spare part ini digunakan untuk melakukan perbaikan terhadap mesin
dan peralatan industri yang mengalami kerusakan.
e. Peralatan bangunan
Peralatan bangunan ini digunakan untuk melakukan sanitasi terhadap bangunan
pabrik yang mana telah mengalami kerusakan atau masalah yang ada kaitannya
dengan sanitasi bangunan.
32
Skala 1 : 10
Gambar 24 IPAL PT. UBM
Keterangan gambar :
A. Bak Asidifikasi ( panjang = 6,25 m, lebar = 2,5 m, tinggi = 2,25 m, volume = 35
m3 )
B. Bak Netralisasi ( panjang = 2,25 m, lebar = 2 m, tinggi = 2,5 m, volume = 11,25
m3 )
C. Bak Equalisasi ( panjang = 1 m, lebar = 1 m, tinggi = 2 m, volume = 2 m3)
D. Bak Pemisah Minyak
E. Bak Penampung Minyak ( panjang = 1 m, lebar = 1 m, tinggi = 2 m, volume = 2
m3 )
F. Kolam Ikan
G. Bak Penampung Sampah Padat Pabrik
H. Bak Penampung Sampah Padat Pabrik
I. Bak Pengendapan ( panjang = 1 m, lebar = 4 m, tinggi = 1,9 m, volume = 7,6 m3)
J. Bak Aerob ( panjang = 1,6 m, lebar = 4 m, tinggi = 2,5 m, volume = 16 m3)
K. Bak Anaerob ( panjang = 2 m, lebar = 4 m, tinggi = 2,6 m, volume = 20,8 m3)
Keterangan aliran (garis) :
33
: Pipa Limbah 1 Inchi
: Pompa : Arah Aliran Air
Inchi
: Pipa Aliran Limbah Awal
: Kompresor
LimbahAAAWalawAwal
: Pipa Hasil Olahan Limbah 1 Inchi
: Arah Aliran Hasil Olahan
Limbah
34