Penetapan Dan Penegasan Batas Wilayah Karangrejo, Jatim PDF
Penetapan Dan Penegasan Batas Wilayah Karangrejo, Jatim PDF
ABSTRAK
I. PENGANTAR
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal usul dan adat istiadat yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Permendagri No.27/2006 : Pasal 1,
ayat 3). Berdasarkan pengertian ini, desa terdiri dari tiga unsur, yaitu (1) penduduk atau
kesatuan masyarakat yang mempunyai kewajiban dan hak di dalam hukum, (2) wilayah
desa yang ditandai dengan batas-batas yang memisahkan secara administratif dengan
wilayah lain dan (3) pemerintahan desa yang berfungsi untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat. Wilayah merupakan unsur yang sangat penting bagi
desa, oleh karena itu batas-batas wilayahnya harus jelas dan tegas. Ketidakjelasan dan
ketidaktegasan batas sering menimbulkan konflik karena tidak ada kepastian hukum
akan batas-batas desa.
Batas desa merupakan batas wilayah yurisdiksi pemisah wilayah
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan suatu desa dengan
desa lain (Permendagri No. 27/2006 : Pasal 1, ayat 9). Untuk memberikan kepastian
hukum yang bersifat tegas terhadap batas-batas desa diperlukan penetapan dan
penegasan batas desa (Permendagri No.27/2006 : Pasal 2). Agar penetapan dan
penegasan batas desa dapat berjalan tertib, terkoordinasi dan benar maka dalam
pelaksanaannya harus mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun
2006.
Desa Kauman yang terletak di Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan,
Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu desa yang memerlukan penetapan dan
penegasan batas desa secepatnya. Hal ini dikarenakan wilayah desa ini terdiri atas dua
wilayah yang berjauhan dan saling terpisah. Disamping itu segmen-segmen batas yang
memisahkan desa ini dengan desa-desa tetangga cukup kompleks. Kekompleksan ini
misalnya ada segmen batas yang berada di sepanjang as jalan, tepat di pinggir jalan, dan
ada segmen batas yang terletak di sepertiga dari lebar jalan, dan lain sebagainya yang
secara spasial didak memungkinkan diselesaikan hanya dengan proses kartometrik di
atas peta dasar yang disepakati. Berdasarkan permasalahan-permasalahan ini dan untuk
menghindari konflik maka diperlukan penetapan dan penegasan batas Desa Kauman ini
secepatnya.
II. TUJUAN
Maksud penelitian ini adalah untuk menetapkan dan penegaskan batas Desa
Kauman, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan Propinsi Jawa Timur. Adapun
tujuan penelitian ini adalah tersedianya data koordinat titik-titik pilar batas Desa
Kauman dalam datum DGN’95 dan tersedianya peta batas wilayah Desa Kauman yang
disepakati oleh desa-desa yang berbatasan.
Desa A
■
P P1
sungai garis batas
□ (PKB)
Pilar Kontrol Batas
Desa B ■P2
Gambar 1. Penentuan batas pada sungai dengan prinsip bagi 2 sama besar lebar
Batas yang berpotongan dengan sungai seperti pada Gambar 1, yaitu P1 dan P2
dipasang pilar untuk mengetahui awal/akhir perpotongan garis batas dengan sungai
tersebut. Pemasangan pilar harus pada lokasi yang stabil. Pilar batas tidak dapat
dipasang tepat di perpotongan garis tengah sungai dengan pinggir sungai karena
umumnya kondisi tanahnya labil. Jarak dari pilar P1 diukur ke tepi sungai terdekat dan
ke tepi sungai terjauh, serta arahnya juga diukur. Demikian pula untuk pilar P2.
Pada watershed, ketentuan-ketentuan penentuan batas adalah
1. Garis batas tidak boleh memotong sungai.
2. Jika terdapat lebih dari satu garis pemisah air maka garis batasnya adalah garis
pemisah air yang terpendek.
Desa C
Desa A
garis perpotongan batas tiga desa
□
PKB ■
Pilar Batas
Desa C
■
Pilar Batas P1=garis perpotongan batas tiga desa
Desa A
IV.3. Aplikasi teknologi GPS dalam penetapan dan penegasan batas desa
Teknologi GPS dalam proses kegiatan penetapan dan penegasan batas wilayah
desa mempunyai manfaat yang cukup penting, yaitu penentuan posisi pilar-pilar batas
desa, dan penentuan titik-titik batas desa. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penentuan posisi pilar batas dengan metode ini, yaitu :
1. Pengamatan GPS harus menggunakan metode diferensial
2. Minimal menggunakan 2 receiver GPS tipe geodetik
3. Lama pengamatan tergantung pada panjang baseline (lihat Tabel 2)
4. Apabila jarak titik referensi nasional cukup jauh dari lokasi batas, maka titik
referensi tambahan dapat diadakan terlebih dahulu. Kemudian titik-titik batas
dapat diikatkan dari titik referensi yang baru (lihat Gambar 5)
Tabel 2. Spesifikasi lama pengamatan pilar batas dengan teknologi GPS
Panjang Baseline GPS satu frekuensi GPS satu frekuensi
1– 3 km 15 menit 10 menit
3– 5 km 20 menit 15 menit
5 – 10 km 30 menit 20 menit
10 – 20 km 2 jam 1 jam
20 – 100 km 4 jam 2 jam
100 – 200 km 6 jam 3 jam
■ PBU 5
Desa B Titik ikat GPS
nasional
▲
pengikatan secara radial (baseline pendek)
PBU 4
■ dari titik ikat GPS
■ PBU 2
Desa A ■ PBU 1
V. METODOLOGI PENELITIAN
V.1. Peralatan dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
1. Tiga unit receiver GPS tipe geodetik satu frekuensi merk Leica system 300
2. Dua unit receiver GPS tipe geodetik frekuensi tunggal merk Leica SR20
3. Tiga unit receiver GPS tipe navigasi merk Garmin
4. Software GPS : SKI 2.3, LGO dan GeoGenius 2.0
5. Satu unit Laptop merk Compaq Pentium 4, 2 unit PC Komputer Pentium 4
6. Kamera digital 3 unit dan 3 buah baterai 60A/12V
7. Dua buah mobil dan 3 buah sepeda motor
8. Software AutoDesk Map 5, ArcView GIS 3.3 dan satu unit plotter
9. Peta Rupabumi Indonesia skala 1 : 25.000, Lembar No. 1508-144 Wilayah
Maospati terbitan Bakosurtanal tahun 2000,
10. Spesifikasi pembuatan pilar batas desa (tipe D), ketelitian posisi pilar batas desa
dan ketelitian peta batas wilayah desa menurut PERMENDAGRI No.27 Tahun
2006,
V.3. Pelaksanaan
Secara skematis pelaksanaan penelitian ini dijelaskan pada Gambar 6.
Mulai
PEMBUATAN PETA
PELACAKAN BATAS
PEMBUATAN &
PEMASANGAN PILAR BATAS
PENGOLAHAN PENGOLAHAN
BASELINE BASELINE
Kontrol Kontrol
Tidak kualitas kualitas Tidak
Ya Ya
Koordinat Koordinat
pilar batas titik batas
PEMBUATAN PETA
BATAS DESA
Analisis hasil
Pada Tabel 3 terlihat bahwa semua koordinat pilar yang dihasilkan mempunyai
ketelitian yang memenuhi syarat yang ditentukan, yaitu kurang dari 5 cm. Ketelitian
yang dihasilkan berkisar antara 7,4 mm - 0,8 mm. Kisaran ketelitian ini jauh lebih
tinggi/baik dibandingkan dengan spesifikasi ketelitian yang disyaratkan. Gambar 7
merupakan lokasi pilar batas PBU 3520.12020 dan PBA 3520.12027.
PBA 3520.12027 PBU 3520.12020
ARAH PANDANG KE BARAT ARAH PANDANG KE SELATAN
VII.2. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini adalah perlu ada
pengkritisan Permendagri Nomor 27 Tahun 2006 tentang penetapan dan penegasan
Batas Desa terutama terkait dengan delineasi garis batas desa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa delineasi garis batas Desa Kauman tidak semuanya dapat
dilakukan secara kartometrik, melainkan harus pengukuran langsung di lapangan. Hal
ini berarti bahwa delineasi secara kartometrik untuk penetapan dan penegasan batas
perlu dikritisi atau dikaji ulang.