OLEH
KELOMPOK 3
ABDUL HARIS I MARSAOLY ( PO714241171001)
HASRIANI MANJE ( PO7142411710
MELISA AMALIA (PO7142411710
NURHAYATI USMAN (PO714241171030 )
NURSYAWATI (PO714241171032 )
NURUL ZASKIA (PO714241171034)
RENI ANDRIANI (PO714241171036 )
KELOMPOK 3
DAFTAR ISI
Kata pengantar ................................................................................................ i
Daftar isi .......................................................................................................... ii
Bab I pendahuluan
a. Latar belakang .......................................................................................... 1
b. Rumusan masalah .................................................................................... 2
c. Tujuan ...................................................................................................... 2
Bab II Pembahasan
a. Persyarafan Extreminitas Superior
b. Pemeriksaan ............................................................................................. 3
Bab III penutup
a. Kesimpulan .............................................................................................. 15
Daftar pustaka ................................................................................................. 17
BAB I
PEENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka menegakkan diagnosis penyakit saraf diperlukan
pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan mental dan
laboratorium (penunjang). Pemeriksaan neurologis meliputi: pemeriksaan
kesadaran, rangsang selaput otak, saraf otak, sistem motorik, sistem sensorik
refleks dan pemeriksaan mental (fungsi luhur).
Selama beberapa dasawarsa ini ilmu serta teknologi kedokteran maju dan
berkembang dengan pesat. Banyak alat dan fasilitas yang tersedia, dan
memberikan bantuan yang sangat penting dalam mendiagnosis penyakit serta
menilai perkembangan atau perjalanan penyakit. Saat ini kita dengan mudah
dapat mendiagnosis perdarahan di otak, atau keganasan di otak melalui
pemeriksaan pencitraan. Kita juga dengan mudah dapat menentukan
polineuropati dan perkembangannya melalui pemeriksaan kelistrikan.
Di samping kemajuan yang pesat ini, pemeriksaan fisik dan mental di
sisi ranjang (bedside) masih tetap memainkan peranan yang penting. Kita
bahkan dapat meningkatkan kemampuan pemeriksaan di sisi ranjang dengan
bantuan alat teknologi yang canggih. Kita dapat mempertajam kemampuan
pemeriksaan fisik dan mental dengan bantuan alat-alat canggih yang kita miliki.
Sampai saat ini kita masih tetap dan harus memupuk kemampuan kita
untuk melihat, mendengar, dan merasa, serta mengobservasi keadaan pasien.
Dengan pemeriksaan anamnesis, fisik dan mental yang cermat, kita dapat
menentukan diagnosis, dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pemeriksan Neurologis pada Ex. Superior
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pemeriksan Neurologis pada Ex. Superior
BAB II
PEMBAHASAN
A. Persyarafan Extreminitas Superior
Persyarafan yang penting pada extreminitas atas ialah N. Musculocutaneus, N.
Medianus, N. ulnaris, N. radialis.
N. ulnaris memasuki lengan bawah dengan dengan lintas antara caput musculus
flexor carpi ulnaris. Lalu nervus ulnaris melintas ke distal antara musculus flexor carpi
ulnaris dan musculus flexor digitorum profundus. N. ulnaris menjadi superficialis di
pergelangan tangan dan mengurus persyarafan kulit sis bagian medial.
B. Pemeriksaan
1. Anamnesis
Dalam memeriksa penyakit saraf, data riwayat penyakit merupakan hal yang
penting. Seorang fisiotera[is tidak mungkin berkesempatan mengikuti penyakit sejak
dari mulanya. Biasanya penderita datang ke dokter pada saat penyakit sedang
berlangsung, bahkan kadang-kadang saat penyakitnya sudah sembuh dan keluhan yang
dideritanya merupakan gejala sisa. Selain itu, ada juga penyakit yang gejalanya timbul
pada waktu-waktu tertentu; jadi, dalam bentuk serangan. Di luar serangan,
penderitanya berada dalam keadaan sehat. Jika penderita datang ke dokter di luar
serangan, sulit bagi dokter untuk menegakkan diagnosis penyakitnya, kecuali dengan
bantuan laporan yang dikemukakan oleh penderita (anamnesis) dan orang yang
menyaksikannya (allo-anamnesis).
Tidak jarang pula suatu penyakit mempunyai perjalanan tertentu. Oleh karena
perjalanan penyakit sering mempunyai pola tertentu, maka dalam menegakkan
diagnosis kita perlu menggali data perjalanan penyakit tersebut. Suatu kelainan fisik
dapat disebabkan oleh bermacam penyakit. Dengan mengetahui perjalanan penyakit,
kita dapat mendekati diagnosisnya, dan pemeriksaan laboratorium yang tidak perlu
dapat dihindari. Tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa: “Anamnesis yang baik
membawa kita menempuh setengah jalan ke ara diagnosa yang tepat”.
A. Anamnesis Umum
Untuk mengetahui data diri pasien.
B. Anamnesis Khusus
Berisi mengenai keluhan yang diderita
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Sensorium (kesadaran)
Tingkat kesadaran dibagi menjadi beberapa yaitu:
Normal : kompos mentis
Somnolen : : Keadaan mengantuk. Kesadaran dapat pulih penuh
bila dirangsang. Somnolen disebut juga sebagai letargi. Tingkat
kesadaran ini ditandai oleh mudahnya pasien dibangungkan,
mampu memberi jawaban verbal dan menangkis rangsang nyeri.
Sopor (stupor) : Kantuk yang dalam. Pasien masih dapat
dibangunkan dengan rangsang yang kuat, namun kesadarannya
segera menurun lagi. Ia masih dapat mengikuti suruhan yang
singkat dan masih terlihat gerakan spontan. Dengan rangsang
nyeri pasien tidak dapat dibangunkan sempurna. Reaksi
terhadap perintah tidak konsisten dan samar. Tidak dapat
diperoleh jawaban verbal dari pasien. Gerak motorik untuk
menangkis rangsang nyeri masih baik.
Koma – ringan (semi-koma) : Pada keadaan ini tidak ada
respons terhadap rangsang verbal. Refleks ( kornea, pupil dsb)
masih baik. Gerakan terutama timbul sebagai respons terhadap
rangsang nyeri. Pasien tidak dapat dibangunkan.
Koma (dalam atau komplit) : Tidak ada gerakan spontan. Tidak
ada jawaban sama sekali terhadap rangsang nyeri yang
bagaimanapun kuatnya.
Skala Koma Glasgow
Membuka mata
Spontan 4
Terhadap bicara 3
Dengan rangsang nyeri 2
Tidak ada reaksi 1
Respon verbal (bicara)
Baik dan tidak ada disorientasi 5
Kacau (“confused”) 4
Tidak tepat 3
Mengerang 2
Tidak ada jawaban 1
Respon motorik (gerakan)
Menurut perintah 6
Mengetahui lokasi nyeri 5
Reaksi menghindar 4
Refleks fleksi (dekortikasi) 3
Refleks ekstensi (deserebrasi) 2
Tidak ada reaksi 1
o Tekanan darah
o Frekuensi nadi
o Frekuensi nafas
o Suhu
3. Pemeriksaan Neurologis
Memeriksa fungsi motorik
a. pengamatan
Gaya berjalan dan tingkah laku
Simetri tubuh dan extermitas
Kelumpuhan badan dab anggota gerak
b. Gerakan volunter Yang di periksa adalah pasien atas pemeriksa, misalnya
Mengangkat kedua tangan dan bahu
Fleksi dan extensi artikulus kubiti
Mengepal dan membuka jari tangan
Mengankat kedua tungkai pada sendi panggul
Fleksi dan ekstansi artikulus genu
Plantar fleksi dan dorsal fleksi plantar kaki
Gerakan jari-jari kaki
b. Palpasi
Pengukuran besar otot
Nyeri tekan
Kontraktur
Konsistensi (kekenyalan)
Konsistensi otot yang meningkat : meningitis, kelumpuhan
Konsitensi otot yanag menurun terdapat pada: kelumpuhan akibat lesi,
kelumpuhan akibat denerfasi otot
b. Menguji sensai panas dan dingin: dengan menggunakan Dua tabung tes, satu
berisi air panas dan satu air dingin, Sentuh kulit dengan tabung tersebut minta
klien untuk mengidentifikasi sensasi panas atau dingin.
c. Sentuhan ringan : dengan menggunakan Bola kapas atau lidi kapas, Beri
sentuhan ringan ujung kapas pada titik-titik berbeda sepanjang permukaan kulit
minta klien untuk bersuara jika merasakan sensasi
Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps
brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku.
- Posisi :dilakukan dengan pasien duduk. dengan Perlahan tarik lengan keluar
dari tubuh pasien, sehingga membentuk sudut kanan di bahu. atau Lengan
bawah harus menjuntai ke bawah langsung di siku
- Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku
dan sedikit pronasi
- Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku
c. Reflek brachiradialis
- Cara : ketukan pada tendon otot brakioradialis (Tendon melintasi (sisi ibu jari
pada lengan bawah) jari-jari sekitar 10 cm proksimal pergelangan tangan. posisi
lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.
- Respons: - flexi pada lengan bawah - supinasi pada siku dan tangan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Nervus pada Ex. Superior terdiri dari N. Musculocutaneus, N.
Medianus, N. Ulnaris, dan N. Radialis.
2. Pemeriksaan Neurologis pada Ex. Superior terdiri dari Pemeriksaan
system otorik, sensorik dan reflex.
Daftar Pustaka
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/CARA_PEMERIKSAAN_NEUROLOGI.pdf
(Diakses pada tanggal 30 oktober 2019)
Anatomi dan persarafan Ex. Superior (Diakses pada tanggal 30 oktober 2019)
Pemeriksaan Neurologis (Diakses pada tanggal 30 oktober 2019)
s