Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PEMERIKSAAN

“PEMERIKSAAN NEUROLOGIS EXTREMITAS ATAS “

OLEH
KELOMPOK 3
ABDUL HARIS I MARSAOLY ( PO714241171001)
HASRIANI MANJE ( PO7142411710
MELISA AMALIA (PO7142411710
NURHAYATI USMAN (PO714241171030 )
NURSYAWATI (PO714241171032 )
NURUL ZASKIA (PO714241171034)
RENI ANDRIANI (PO714241171036 )

POLITEKNIK KEMENKES MAKASSAR


2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan hidaya-Nya sehingga makalah kami yang berjudul“PEMERIKSAAN
NEUROLOGIS EXTREMITAS ATAS“ ini dapat terselesaikan dengan baik.
Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus bagi seluruh
umat manusia.
Disamping itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan juga membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah
ini dan tak lupa pula saya berterima kasih kepada bapak dosen dan ibu dosen yang
telah memberikan kami tugas ini. Adapun penulisan makalah ini ditujukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah pemeriksaan II.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam menambah wawasan
serta pengetahuan.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang penulis buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa ada saran yang
membangun.

Makassar, 29 september 2019

KELOMPOK 3
DAFTAR ISI
Kata pengantar ................................................................................................ i
Daftar isi .......................................................................................................... ii
Bab I pendahuluan
a. Latar belakang .......................................................................................... 1
b. Rumusan masalah .................................................................................... 2
c. Tujuan ...................................................................................................... 2
Bab II Pembahasan
a. Persyarafan Extreminitas Superior
b. Pemeriksaan ............................................................................................. 3
Bab III penutup
a. Kesimpulan .............................................................................................. 15
Daftar pustaka ................................................................................................. 17
BAB I
PEENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka menegakkan diagnosis penyakit saraf diperlukan
pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan mental dan
laboratorium (penunjang). Pemeriksaan neurologis meliputi: pemeriksaan
kesadaran, rangsang selaput otak, saraf otak, sistem motorik, sistem sensorik
refleks dan pemeriksaan mental (fungsi luhur).
Selama beberapa dasawarsa ini ilmu serta teknologi kedokteran maju dan
berkembang dengan pesat. Banyak alat dan fasilitas yang tersedia, dan
memberikan bantuan yang sangat penting dalam mendiagnosis penyakit serta
menilai perkembangan atau perjalanan penyakit. Saat ini kita dengan mudah
dapat mendiagnosis perdarahan di otak, atau keganasan di otak melalui
pemeriksaan pencitraan. Kita juga dengan mudah dapat menentukan
polineuropati dan perkembangannya melalui pemeriksaan kelistrikan.
Di samping kemajuan yang pesat ini, pemeriksaan fisik dan mental di
sisi ranjang (bedside) masih tetap memainkan peranan yang penting. Kita
bahkan dapat meningkatkan kemampuan pemeriksaan di sisi ranjang dengan
bantuan alat teknologi yang canggih. Kita dapat mempertajam kemampuan
pemeriksaan fisik dan mental dengan bantuan alat-alat canggih yang kita miliki.
Sampai saat ini kita masih tetap dan harus memupuk kemampuan kita
untuk melihat, mendengar, dan merasa, serta mengobservasi keadaan pasien.
Dengan pemeriksaan anamnesis, fisik dan mental yang cermat, kita dapat
menentukan diagnosis, dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pemeriksan Neurologis pada Ex. Superior
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pemeriksan Neurologis pada Ex. Superior
BAB II
PEMBAHASAN
A. Persyarafan Extreminitas Superior
Persyarafan yang penting pada extreminitas atas ialah N. Musculocutaneus, N.
Medianus, N. ulnaris, N. radialis.

N.Musculocutaneus mempesyarafi otot-otot flexor lengan atas yaitu M.


coraccobrachialis, M. biceps bracii dan M. brachialis. Nervus ini akan berakhir
sebagai N. cutaneus antebrachii lateralis yang mengurus kulit sisi radialis lengan
bawah.

N. Medianus adalah saraf utama kompartemen anterior. Saraf ini meninggalkan


fossa cubitalis dengan melintas antara caput musculus pronator teres. Lalu nervus
medianus ini melintas di sebelah dalam musculus flexor digitorum superficialis dan
melanjutkab ke distal antara otot ini dan musculcus flexor digitorum profundus

N. ulnaris memasuki lengan bawah dengan dengan lintas antara caput musculus
flexor carpi ulnaris. Lalu nervus ulnaris melintas ke distal antara musculus flexor carpi
ulnaris dan musculus flexor digitorum profundus. N. ulnaris menjadi superficialis di
pergelangan tangan dan mengurus persyarafan kulit sis bagian medial.

N. radialis muncul pada fossa cubiti antara musculus brachialis dan


musculus brachioradialis. Setelah memasuki lengan bawah, nervus radialis
terpecah menjadi ramus profundus dan ramus superficialis. Ramus profundus
dilepaskan anterior terhadap epicondilus lateralis humerus, lalu menembus
musculus supinator.

B. Pemeriksaan
1. Anamnesis
Dalam memeriksa penyakit saraf, data riwayat penyakit merupakan hal yang
penting. Seorang fisiotera[is tidak mungkin berkesempatan mengikuti penyakit sejak
dari mulanya. Biasanya penderita datang ke dokter pada saat penyakit sedang
berlangsung, bahkan kadang-kadang saat penyakitnya sudah sembuh dan keluhan yang
dideritanya merupakan gejala sisa. Selain itu, ada juga penyakit yang gejalanya timbul
pada waktu-waktu tertentu; jadi, dalam bentuk serangan. Di luar serangan,
penderitanya berada dalam keadaan sehat. Jika penderita datang ke dokter di luar
serangan, sulit bagi dokter untuk menegakkan diagnosis penyakitnya, kecuali dengan
bantuan laporan yang dikemukakan oleh penderita (anamnesis) dan orang yang
menyaksikannya (allo-anamnesis).
Tidak jarang pula suatu penyakit mempunyai perjalanan tertentu. Oleh karena
perjalanan penyakit sering mempunyai pola tertentu, maka dalam menegakkan
diagnosis kita perlu menggali data perjalanan penyakit tersebut. Suatu kelainan fisik
dapat disebabkan oleh bermacam penyakit. Dengan mengetahui perjalanan penyakit,
kita dapat mendekati diagnosisnya, dan pemeriksaan laboratorium yang tidak perlu
dapat dihindari. Tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa: “Anamnesis yang baik
membawa kita menempuh setengah jalan ke ara diagnosa yang tepat”.
A. Anamnesis Umum
Untuk mengetahui data diri pasien.
B. Anamnesis Khusus
Berisi mengenai keluhan yang diderita

1. Pasien dibiarkan secara bebas mengemukakan semua keluhan serta kelainan


yang dideritanya.
2. Pemeriksa (dokter) membimbing pasien mengemukakan keluhannya atau
kelainannya dengan jalan mengajukan pertanyaan tertuju.
Pengambilan anamnesa yang baik menggabungkan kedua cara tersebut diatas.
Biasanya wawancara dengan pasien dimulai dengan menanyakan nama, umur,
pekerjaan, alamat. Kemudian ditanyakan keluhan utamanya, yaitu keluhan yang
mendorong pasien datang berobat ke dokter. Pada tiap keluhan atau kelainan perlu
ditelusuri:
1. Sejak kapan mulai
2. Sifat serta beratnya
3. Lokasi serta penjalarannya
4. Hubungannya dengan waktu (pagi, siang, malam, sedang tidur, waktu haid,
sehabis makan dan lain sebagainya)
5. Keluhan lain yang ada hubungannya dengan keluhan tersebut
6. Pengobatan sebelumnya dan bagaimana hasilnya
7. Faktor yang membuat keluhan lebih berat atau lebih ringan
8. Perjalanan keluhan, apakah menetap, bertambah berat, bertambah ringan,
datang dalam bentuk serangan, dan lain sebagainya
Pada tiap penderita penyakit saraf harus pula dijajaki kemungkinan adanya keluhan
atau kelainan dibawah ini dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Nyeri kepala : Apakah anda menderita sakit kepala? Bagaimana sifatnya, dalam
bentuk serangan atau terus menerus? Dimana lokasinya? Apakah progresif,
makin lama makin berat atau makin sering? Apakah sampai mengganggu
aktivitas sehari-hari?
2. Muntah : Apakah disertai rasa mual atau tidak? Apakah muntah ini tiba-tiba,
mendadak, seolah-olah isi perut dicampakkan keluar (proyektil)?
3. Vertigo : Pernahkah anda merasakan seolah sekeliling anda bergerak, berputar
atau anda merasa diri anda yang bergerak atau berputar? Apakah rasa tersebut
ada hubungannya dengan perubahan sikap? Apakah disertai rasa mual atau
muntah? Apakah disertai tinitus (telinga berdenging, berdesis)?
4. Gangguan pemglihatan (visus) : Apakah ketajaman penglihatan anda menurun
pada satu atau kedua mata? Apakah anda melihat dobel (diplopia)?
5. Pendengaran : Adakah perubahan pada pendengaran anda? Adakah tinitus
(bunyi berdenging/berdesis pada telinga)?
6. Saraf otak lainnya : Adakah gangguan pada penciuman, pengecapan, salivasi
(pengeluaran air ludah), lakrimasi (pengeluaran air mata), dan perasaan di
wajah? Adakah kelemahan pada otot wajah? Apakah bicara jadi cadel dan pelo?
Apakah suara anda berubah, jadi serak, atau bindeng (disfonia), atau jadi
mengecil/hilang (afonia)? Apakah bicara jadi cadel dan pelo (disartria)?
Apakah sulit menelan (disfagia)?
7. Fungsi luhur : Bagaimana dengan memori? Apakah anda jadi pelupa? Apakah
anda menjadi sukar mengemukakan isi pikiran anda (disfasia, afasia motorik)
atau memahami pembicaraan orang lain (disfasia, afasia sensorik)? Bagaimana
dengan kemampuan membaca (aleksia)? Apakah menjadi sulit membaca, dan
memahami apa yang anda baca? Bagaimana dengan kemampuan menulis,
apakah kemampuan menulis berubah, bentuk tulisan berubah?
8. Kesadaran : Pernahkah anda mendadak kehilangan kesadaran, tidak
mengetahui apa yang terjadi di sekitar anda? Pernahkah anda mendada merasa
lemah dan seperti mau pingsan (sinkop)?
9. Motorik : Adakah bagian tubuh anda yang menjadi lemah, atau lumpuh (tangan,
lengan, kaki, tungkai)? Bagaimana sifatnya, hilang-timbul, menetap atau
berkurang? Apakah gerakan anda menjadi tidak cekatan? Adakah gerakan pada
bagian tubuh atau ekstremitas badan yang abnormal dan tidak dapat anda
kendalikan (khorea, tremor, tik)?
10. Sensibilitas : Adakah perubahan atau gangguan perasaan pada bagian tubuh
atau ekstremitas? Adakah rasa baal, semutan, seperti ditusuk, seperti dibakar?
Dimana tempatnya? Adakah rasa tersebut menjalar?
11. Saraf otonom : Bagaimana buang air kecil (miksi), buang air besar (defekasi),
dan nafsu seks (libido) anda? Adakah retensio atau inkontinesia urin atau alvi?

2. Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Umum
Sensorium (kesadaran)
Tingkat kesadaran dibagi menjadi beberapa yaitu:
 Normal : kompos mentis
 Somnolen : : Keadaan mengantuk. Kesadaran dapat pulih penuh
bila dirangsang. Somnolen disebut juga sebagai letargi. Tingkat
kesadaran ini ditandai oleh mudahnya pasien dibangungkan,
mampu memberi jawaban verbal dan menangkis rangsang nyeri.
 Sopor (stupor) : Kantuk yang dalam. Pasien masih dapat
dibangunkan dengan rangsang yang kuat, namun kesadarannya
segera menurun lagi. Ia masih dapat mengikuti suruhan yang
singkat dan masih terlihat gerakan spontan. Dengan rangsang
nyeri pasien tidak dapat dibangunkan sempurna. Reaksi
terhadap perintah tidak konsisten dan samar. Tidak dapat
diperoleh jawaban verbal dari pasien. Gerak motorik untuk
menangkis rangsang nyeri masih baik.
 Koma – ringan (semi-koma) : Pada keadaan ini tidak ada
respons terhadap rangsang verbal. Refleks ( kornea, pupil dsb)
masih baik. Gerakan terutama timbul sebagai respons terhadap
rangsang nyeri. Pasien tidak dapat dibangunkan.
 Koma (dalam atau komplit) : Tidak ada gerakan spontan. Tidak
ada jawaban sama sekali terhadap rangsang nyeri yang
bagaimanapun kuatnya.
 Skala Koma Glasgow
Membuka mata
 Spontan 4
 Terhadap bicara 3
 Dengan rangsang nyeri 2
 Tidak ada reaksi 1
Respon verbal (bicara)
 Baik dan tidak ada disorientasi 5
 Kacau (“confused”) 4
 Tidak tepat 3
 Mengerang 2
 Tidak ada jawaban 1
Respon motorik (gerakan)
 Menurut perintah 6
 Mengetahui lokasi nyeri 5
 Reaksi menghindar 4
 Refleks fleksi (dekortikasi) 3
 Refleks ekstensi (deserebrasi) 2
 Tidak ada reaksi 1
o Tekanan darah
o Frekuensi nadi
o Frekuensi nafas
o Suhu

Kepala dan Leher


- Bentuk : simetris atau asimetris
- Fontanella : tertutup atau tidak
- Transiluminasi

3. Pemeriksaan Neurologis
Memeriksa fungsi motorik
a. pengamatan
 Gaya berjalan dan tingkah laku
 Simetri tubuh dan extermitas
 Kelumpuhan badan dab anggota gerak
b. Gerakan volunter Yang di periksa adalah pasien atas pemeriksa, misalnya
 Mengangkat kedua tangan dan bahu
 Fleksi dan extensi artikulus kubiti
 Mengepal dan membuka jari tangan
 Mengankat kedua tungkai pada sendi panggul
 Fleksi dan ekstansi artikulus genu
 Plantar fleksi dan dorsal fleksi plantar kaki
 Gerakan jari-jari kaki
b. Palpasi
 Pengukuran besar otot
 Nyeri tekan
 Kontraktur
 Konsistensi (kekenyalan)
 Konsistensi otot yang meningkat : meningitis, kelumpuhan
 Konsitensi otot yanag menurun terdapat pada: kelumpuhan akibat lesi,
kelumpuhan akibat denerfasi otot

Pemeriksaan fungsi sensorik Kepekaan saraf perifer. klien diminta


memejamkan mata
a. Menguji sensasi nyeri: dengan menggunakan Spatel lidah yang di patahkan
atau ujung kayu aplikator kapasdigoreskan pada beberapa area kulit, Minta
klien untuk bersuara pada saat di rasakan sensasi tumpul atau tajam.

b. Menguji sensai panas dan dingin: dengan menggunakan Dua tabung tes, satu
berisi air panas dan satu air dingin, Sentuh kulit dengan tabung tersebut minta
klien untuk mengidentifikasi sensasi panas atau dingin.

c. Sentuhan ringan : dengan menggunakan Bola kapas atau lidi kapas, Beri
sentuhan ringan ujung kapas pada titik-titik berbeda sepanjang permukaan kulit
minta klien untuk bersuara jika merasakan sensasi

d. Vibrasi/getaran : dengan garputala, Tempelkan batang garpu tala yang


sedang bergetar di bagian distal sendi interfalang darijari dan sendiinterfalang
dari ibu jari kaki, siku, dan pergelangantangan. Minta klien untuk bersuara pada
saat dan tempat di rasakan vibrasi.
Memeriksa reflek kedalaman tendon
1. Reflek fisiologis
a. Reflek bisep:

 Posisi:dilakukan dengan pasien duduk, dengan membiarkan lengan untuk


beristirahat di pangkuan pasien, atau membentuk sudut sedikit lebih dari 90
derajat di siku.

 Identifikasi tendon:minta pasien memflexikan di siku sementara pemeriksa


mengamati dan meraba fossa antecubital. Tendon akan terlihat dan terasa
seperti tali tebal.

 Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps
brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku.

 Respon : fleksi lengan pada sendi siku


b. Reflek trisep :

- Posisi :dilakukan dengan pasien duduk. dengan Perlahan tarik lengan keluar
dari tubuh pasien, sehingga membentuk sudut kanan di bahu. atau Lengan
bawah harus menjuntai ke bawah langsung di siku
- Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku
dan sedikit pronasi
- Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku

c. Reflek brachiradialis

- Posisi: dapat dilakukan dengan duduk. Lengan bawah harus beristirahat


longgar di pangkuan pasien.

- Cara : ketukan pada tendon otot brakioradialis (Tendon melintasi (sisi ibu jari
pada lengan bawah) jari-jari sekitar 10 cm proksimal pergelangan tangan. posisi
lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.
- Respons: - flexi pada lengan bawah - supinasi pada siku dan tangan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Nervus pada Ex. Superior terdiri dari N. Musculocutaneus, N.
Medianus, N. Ulnaris, dan N. Radialis.
2. Pemeriksaan Neurologis pada Ex. Superior terdiri dari Pemeriksaan
system otorik, sensorik dan reflex.
Daftar Pustaka

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/CARA_PEMERIKSAAN_NEUROLOGI.pdf
(Diakses pada tanggal 30 oktober 2019)
Anatomi dan persarafan Ex. Superior (Diakses pada tanggal 30 oktober 2019)
Pemeriksaan Neurologis (Diakses pada tanggal 30 oktober 2019)
s

Anda mungkin juga menyukai