Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pityrosporum Ovale Foliculitis (POF) adalah infeksi kronik folikel

pilosebasea yang disebabkan oleh jamur yaitu Malassezia sp. Malassezia sp.,

adalah jamur lipofilik dimorfik yang dapat ditemukan dalam jumlah kecil di

stratum korneum dan hampir 90% terdapat pada folikel rambut.1,2,3 POF paling

sering terlihat pada remaja atau pria dewasa muda yang ditandai dengan

timbulnya papul eritematosa dan pustul perifolikular yang gatal, terutama di

area badan bagian atas, leher, dan lengan atas.1,2

Malassezia sp. adalah jamur komensal yang ditemukan pada area

sebasea kulit manusia. Studi di Spanyol menunjukkan bahwa sampai 70%

individu normal memiliki Malassezia sp. pada tubuh mereka, sedangkan studi

di Jepang, Inggris, dan Kanada menemukan Malassezia sp. pada daerah kepala

sekitar 40% sampai 80%, sehingga Malassezia sp. harus dianggap sebagai

bagian dari flora normal kulit dan hanya menyebabkan penyakit kulit pada

kondisi tertentu seperti jika pertumbuhannya berlebih, mengenai folikel

rambut, atau mengalami peradangan.7

Insidensi POF di URJ Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya pada tahun 2011 sebanyak 24 pasien baru, dengan jumlah

laki-laki 15 orang dan perempuan sebanyak 9 orang, sedangkan pada tahun

2012 terjadi peningkatan Insidensi POF yaitu sebesar 51 pasien baru dengan
2

jumlah pasien laki-laki sebanyak 27 orang dan wanita sebanyak 24 orang.

Tahun 2013 terjadi peningkatan jumlah pasien baru POF yaitu sebesar 87

orang, dengan jumlah laki-laki tetap dominan yaitu sebanyak 51 orang,

sedangkan pada wanita sebanyak 36 orang.13

Meningkatnya angka POF serta masih kurangnya pemahaman tentang

penyebab munculnya POF menjadikan pemhaman tentang pathogenesis POF

menjadi hal yang penting dalam penanganan kasus POF dan menuntun terhadap

prognosis yang lebih baik.


3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.2 Definisi

Pityrosporum Ovale Folikulitis (POF) atau Malassezia Folikulitis

adalah penyakit kronis pada folikel pilosebasea yang disebabkan oleh jamur

Malassezia spp., berupa papul eritematosa dan pustul perifolikular, yang

biasanya gatal dan terutama berlokasi di batang tubuh, leher, dan lengan bagian

atas namun jarang ada di bagian wajah.10,13

Jamur kulit spesies Malassezia sp. merupakan jenis yang paling sering

diderita oleh remaja yang gambaran klinisnya harus dibedakan dengan akne

vulgaris yang memiliki gambaran klinis mirip sehingga sering mengalami salah

diagnosis yang akan memengaruhi prognosis penyakit.13

1.3 Epidemiologi

Di Amerika Serikat, organisme Malassezia sp. dapat ditemukan pada

kulit dalam 75-98% dari orang sehat. Organisme ini merupakan bagian dari

flora normal kulit dan banyak individu dengan Malassezia sp. yang tidak

memiliki tanda-tanda atau gejala dari folikulitis atau penyakit lainnya.

Kolonisasi oleh Malassezia sp. dimulai segera setelah lahir, dan kehadiran

puncak dari yeast (ragi) terjadi pada akhir masa remaja dan kehidupan dewasa

muda, bertepatan dengan meningkatnya aktivitas kelenjar sebasea dan

konsentrasi lipid di kulit.10


4

POF terdapat pada 90-100% dari permukaan kulit yang sehat, jumlah

terbanyak terdapat pada dada dan punggung. Iklim tertentu mempengaruhi

presentase orang dengan Pityrosporum ovale folikulitis. Masyarakat yang

tinggal di iklim hangat dan lembab memiliki insiden yang lebih tinggi dari

Pityrosporum folikulitis. Salah satu klinik di Filipina mencatat bahwa 16% dari

semua kunjungan pasien adalah kasus Pityrosporum folikulitis.10

Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Nurwulan Pravitasari, Sunarso

Suyoso, dan Evy Ervianti pada tahun 2015 di RSUD dr Sutomo Surabaya

menyatakan bahwa dari 36 pasien (80%) yang didiagnosis dengan POF laki-

laki lebih dominan daripada perempuan dengan hasil laki-laki sebanyak 21

orang (46,7%) dan perempuan sebanyak 15 orang (33,3%). Kelompok umur

terbanyak usia 15-24 tahun sebanyak 23 orang (51,1%). Distribusi pekerjaan

yang terbanyak adalah mahasiswa atau pelajar sebanyak 18 orang (40%),

jenjang pendidikan setara SLTA sebanyak 18 orang (40%). Pasien yang

didiagnosis akne vulgaris terdapat 9 pasien dengan kelompok umur terbanyak

antara 15-24 tahun yaitu sebanyak 7 orang (15,6%), dengan jenis kelamin

terbanyak adalah perempuan (11,1%). Pekerjaan yang terbanyak pada

mahasiswa atau pelajar (8,9%) dan jenjang pendidikan terbanyak setara

SLTP.13

Distribusi lokasi lesi pasien POF menunjukkan bahwa lesi pada badan

bagian atas merupakan yang terbanyak yaitu 26 pasien (57,8%) dan yang 10

pasien (22,2%) pada badan bagian atas dan pada daerah wajah dengan jumlah

sedikit (badan bagian atas lebih banyak daripada wajah). Pasien akne vulgaris
5

lokasi lesi pada badan bagian atas dan daerah wajah. Jumlah lesi di wajah lebih

banyak ataupun seimbang dengan badan bagian atas yaitu sebanyak 6 orang

(13,3%). Hasil penelitian itu juga menunjukkan bahwa derajat gatal yang

bersifat sedang (moderate) yang terbanyak yaitu 35 (77,8%) pasien dan yang 1

(2,2%) pasien dengan derajat gatal yang bersifat berat (severe).Untuk pasien

akne vulgaris distribusi gatal semuanya bersifat ringan (mild) yaitu 9 (20%)

pasien.13

1.4 Etiologi

Jamur penyebab Pityrosporum Ovale Folikulitis adalah spesies

Pityrosporum Ovale atau disebut Malassezia sp., merupakan flora normal kulit

yang juga menyebabkan pitiriasis versikolor atau panu. Malassezia sp. (yaitu,

Pityrosporum ovale dan Pityrosporum orbiculare) bersifat lipofilik, saprofit,

tunas, unipolar, dimorfik, gram-positif, berdinding ganda, berbentuk lonjong-

bulat.10

Spesies ini sekarang disebut sebagai Malassezia sp. setelah ditemukan

7 spesies, sehingga penyakit yang disebabkan oleh jamur ini atau dihubungkan

dengan yang dulu dinamai pitirosporosis sekarang disebut malaseziosis.10

Malassezia sp. adalah agen patogenik di Pityrosporum ovale folliculitis

dan juga dikaitkan dengan beberapa penyakit kulit termasuk dermatitis

seborhoik, folikulitis, pitiriasis versicolor dan dermatitis atopik.10

1.5 Patofisiologi
6

Spesies Malassezia sp. merupakan penyebab Pityrosporum ovale

folikulitis dengan sifat dimorfik (berada dalam dua bentuk atau struktur yang

berbeda), lipofilik (membutuhkan asam lemak yang ada dalam kulit berminyak

untuk berkembang biak) dan komensal.10

Penyumbatan folikel diikuti oleh pertumbuhan berlebih jamur yang

tumbuh subur di kelenjar sebaceous diyakini menjadi etiologi. Jamur

Malassezia sp. yang merupakan penyebab Pityrosporum ovale folikulitis ini

membutuhkan asam lemak bebas untuk bertahan hidup. Biasanya, mereka

ditemukan dalam stratum korneum dan folliculi pilar di daerah dengan

peningkatan aktivitas kelenjar sebaceous seperti dada dan punggung,

Menghidrolisis trigliserida menjadi asam lemak rantai sedang dari asam lemak

bebas. Hasilnya adalah sel mediasi yang merespon dan mengaktivasi jalur

komplemen alternatif, yang menyebabkan peradangan.10

Pesatnya pertumbuhan dan multiplikasi dari jamur di wilyah folikel

rambut menyebabkan pengembangan ruam pada kulit. Membentuk patch gatal

dan jerawatan.10

Bila pada hospes terdapat faktor predisposisi yang dapat menyebabkan

perubahan dalam kekebalan, produksi sebum, dan pertumbuhan flora normal

kulit, spesies Malassezia tumbuh berlebihan dalam folikel sehingga folike dapat

pecah, menyebabkan reaksi peradangan terhadap lemak bebas yang dihasilkan

lipase jamur dan memberikan gambaran folikulitis.10


7

1.6.1 Faktor Predisposisi

a) Faktor eksternal

 Suhu dan kelembaban udara yang tinggi : jamur penyebab

pityrosporum folliculitis atau malassezia cenderung tumbuh terlalu

cepat di tempat yang panas, lembab, dan lingkungan yang

berkeringat.

 Pakaian oklusif : pemakaian pakaian yang ketat mendorong

timbulnya keringat.

 Penggunaan bahan – bahan berlemak untuk pelembab badan yang

berlebihan dapat menutup folikel (misalnya, tabir surya dan

pelembab berminyak)

b) Faktor Host atau individu


8

 Kulit berminyak (diprovokasi oleh pengaruh hormonal)

 Kegemukan

 Kehamilan (terjadi peningkatan produksi sebum dan androgen yang

meningkat sehingga mempotensiasi pengembangan Pityrosporum

folliculitis)

 Stress atau kelelahan

c) Penyakit sistemik, termasuk:

 Diabetes mellitus

 Defisiensi imun

d) Obat-obatan, seperti :

 Antibiotik oral spektrum luas (sering diresepkan untuk jerawat),

antibiotik ini akan mengubah flora normal kulit (menekan bakteri

kulit), bakteri yang tertekan ini malahan memungkinkan jamur

(yeast) untuk berkembang biak.

 Steroid oral, seperti prednisone (jerawat steroid), penggunaan steroid

akan menyebabkan imun menurun yang berakibat mudahnya

terinfeksi jamur.11

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi Nurwulan

Pravitasari, Sunarso Suyoso, dan Evy Ervianti pada tahun 2015 di RSUD dr

Sutomo Surabaya menunjukkan bahwa faktor predisposisi endogen terbanyak

adalah penggunaan kortikosteroid yaitu sebanyak 11 (24,4%) orang dan

penggunaan antibiotik sebanyak 5 (11,1%) orang. Faktor predisposisi eksogen


9

terbanyak adalah penggunaan body lotion atau pelembap yaitu sebanyak 12

(26,7%) orang.13

1.7 Gejala Klinis

 Gatal di tempat predileksi

 Klinis morfologi : terlihat papul dan pustul perifolikular dengan diameter

berukuran 2-3 mm, dengan peradangan minimal.

 Tempat predileksi adalah : dada, punggung, dan lengan atas. Kadang –

kadang di leher dan jarang di wajah.10

1.8 Diagnosis

Diagnosis didasarkan pada keluhan gatal dan lokasi serta morfologi lesi,

dikonfirmasi dengan pemeriksaan lampu wood tampak fluoresensi biru terang

atau putih yang di amati pada folikel di lokasi lesi, dan menemukan kelompok

sel ragi dan spora bulat atau blastospora Malassezia pada pemeriksaan isi

folikel yang dikeluarkan dengan ekstraktor komedo. Pemeriksaan dilakukan

dengan larutan KOH dan tinta Parker® biru hitam. Mengingat Malassezia spp.

merupakan flora normal kulit, Jacinto-Jamora menambahkan kriteria yakni

dianggap POF jika temuan jumlah organisme ≥ 3+ : yakni lebih dari 2-6 spora

dalam kelompok atau 3-12 spora tunggal tersebar.

Pemeriksaan penunjang lain adalah dengan menemukan organisme

dalam ostium folikel rambut pada sediaan histopatologi yang kadang disertai

ruptur folikel dan tanda peradangan.10,11


10

1.9 Diagnosa Banding

 Acne vulgaris : umumnya terjadi pada remaja, berlangsung kronis, tempat

predileksi di tempat sebore, polimorf, terdiri atas komedo, papul, pustul,

nodus dan kista, serta jaringan parut hipertrofi dan hipotrofi. Umumnya

tidak gatal.

 Folikulitis bakterial : pioderma pada folikel rambut, setempat, berupa pustul

folikular, terasa agak nyeri dan dapat disertai gejala infeksi kokus, dapat

disertai demam dan malese.

 Erupsi akneiformis : reaksi peradangan folikular akut atau subakut dan

tempat predileksi di seluruh bagian tubuh yang mempunyai folikel

polisebasea. Manifestasi klinis erupsi adalah papul, pustul, monomorfik

atau oligomorfik. Dapat disertai demam, malese, dan umumnya tidak terasa

gatal.

 Folikulitis eosinofilik : pada pasien dengan HIV, berupa papul yang terpusat

pada folikel, sangat gatal, berwarna pink kemerahan, edema, pustul jarang,
11

lesi cenderung simetris di atas puting, lengan atas, kepala dan leher, dan

umumnya dispigmentasi.10,12

1.9 Penatalaksanaan

POF dapat diterapi secara sukses menggunakan terapi sistemik

menggunakan ketokonazol oral 200 mg/hari selama 4 minggu, flukonazol oral

150 mg/minggu selama 2-4 minggu, dan itrakonazol oral 200 mg/hari selama 2

minggu. Penggunaan agen sistemik tersebut sangat efektif pada POF.14

Selain menggunakan obat sistemik dapat juga digunakan obat topikal

seperti selenium sulfat 2,5% yang di aplikasikan pada kulit semalam yang

terbukti efektif. Treatment termasuk larutan propilen glikol 30%-50% dan krim

imidazol. Kekambuhan sangat umum terjadi tetapi pemberian profilaksis

seperti larutan selenium sulfat atau pemberian econazole topikal.15

1.10 Prognosis

Secara umum prognosis baik, tetapi jika ada faktor predisposisi yang

tidak dapat dihilangkan maka akan bersifat kambuhan.10


12

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

 Nama : Sdr. Z

 Umur : 23 tahun

 Jenis kelamin : Laki-laki

 Alamat : PP Legi RT3/RW4 Sidoarjo

 Pekerjaan : Mahasiswa sambil bekerja paruh waktu di MCD

 Pendidikan : SMA

 Agama : Islam

 Suku : Jawa

 Bangsa : Indonesia

 Status : Belum menikah

 Tanggal pemeriksaan : 29 Maret 2019

3.2 Anamnesis

- Keluhan Utama:

Gatal di badan

- Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke poli kulit Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang dengan

keluhan gatal di badan sejak 2 minggu, Awalnya gatal dirasakan di kedua


13

kaki lalu muncul di punggung, setelah beberapa hari keluhan dirasakan di

paha. Keluhan dirasakan terus-terusan dan bertambah berat ketika pasien

berkeringat dan keluhan dirasakan berkurang jika pasien sering mandi.

Sebelum berobat ke poli kulit Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang, Pasien

sudah 4 kali berobat ke dokter umum di dekat rumah pasien dan dikasih

salep dan obat minum tetapi pasien lupa nama obatnya. Demam (-) , Nyeri

(-).

- Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien tidak penah mengalami seperti ini sebelumnya, DM (-), HT (-),

Alergi obat (-), Alergi makanan (-)

- Riwayat Penyakit Keluarga:

Keluarga pasien tidak ada yang mengalami sakit seperti pasien

- Riwayat penyakit Sosial:

Pasien sehari-hari sebagai mahasiswa di salah satu universitas di Sidoarjo

dan bekerja paruh waktu di salah satu restoran cepat saji di Sidoarjo, Pasien

mengaku mandi kadang 3 kali atau 2 kali dalam sehari tetapi tidak selalu

ganti pakaian setiap habis mandi, pasien juga kadang-kadang merokok.

3.3 Pemeriksaan Fisik

a. Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis 4/5/6

BB : 60 Kg

Kepala : Dalam batas normal


14

Leher : Lihat Status Dermatologis

Thorax : Lihat Status Dermatologis

Abdomen : Lihat Stasus Dermatologis

Ekstermitas Atas : Dalam batas normal

Ekstremitas Bawah : Dalam batas normal

Aksila : Dalam batas normal

Punggung : Lihat status Dermatologis

Inguinal : Dalam batas normal

Genital : Dalam batas normal

b. Status Lokalis ( Dermatologis)

Efloresensi : Regio colli et corporis tampak multiple papul dan pustule

eritematosa dengan diameter berukuran 2-3 mm dengan batas tegas

3.4 Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

3.5 Diagnosis

Pityrosporum Ovale Folikulitis (POF)

3.6 Diagnosa Banding

Akne Vulgaris

3.7 Planning Diagnosis

Pemeriksaan sediaan dengan KOH

3.8 Planning Terapi

1. Medikamentosa
15

R/ Ketokonazole 200 mg

Pehaclor 3mg

Mf la pulv da in capsul dtd No. XIV

S 2 dd 1 caps (Pagi Malam)

R/ Formyco 7,5 gr

Sagestam 2,5 gr

Mf la cream No. I pot

S ue pagi sore

R/ Carita AHA cream (siang) No. I

2. Non Medikamentosa

 Jaga Kebersihan diri dengan mandi 4-5 kali sehari

 Ganti pakaian dan handuk setiap kali mandi

 Makan-makanan bergizi

 Stop merokok

 Rutin kontrol 1 minggu sekali

3.9 Planning Monitoring

 Keadaan umum pasien

 Keluhan pasien

 Perkembangan lesi (adakah perbaikan dan adakah lesi baru)

 Efek samping dan reaksi alergi dari obat yang mungkin ditimbulkan
16

3.10Edukasi

 Memberitahu kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya

 Memberitahu kepada pasien dan keluarga tentang kemungkinan komplikasi

yang timbul

 Memberitahu kepada pasien dan keluarga tentang terapi yang diberikan dan

cara penggunaannya

 Menjaga dan dapat menahan diri untuk merawat lesi di kulit

 Motivasi pasien untuk menjaga kebersihan diri dengan mandi 4-5 kali

dalam sehari dan selalu ganti pakaian dan handuk setiap kali mandi

 Stop merokok

 Motivasi pada pasien dan keluarga untuk rajin minum obat dan melakukan

kontrol secara teratur

3.11Prognosis

Perawatan yang teliti dan memperhatikan hygiene memberi prognosis yang baik

dan dapat mencegah timbulnya jamur di lain tempat.

3.12 Foto kasus

Tanggal 29 Maret 2019


17

3.13 Follow Up

Perawatan tanggal 5 April 2019

S Pasien datang dengan keluhan lokasi gatal bertambah banyak, tidak minum

jamu atau obat lain selain dari polikulit RSSK

O Regio colli et corporis tampak multiple papul dan pustule eritematosa

dengan diameter berukuran 2-3 mm dengan batas tegas

A Pityrosporum Ovale Folikulitis

P R/ Ketokonazole 200 mg

Pehaclor 3mg

Mf la pulv da in capsul dtd No. XIV


18

S 2 dd 1 caps (Pagi Malam)

R/ Formyco 7,5 gr

Sagestam 2,5 gr

Mf la cream No. I pot

S ue pagi sore

R/ Carita AHA cream (siang) No. I

R/ Doxycycline 100mg No. XIV

S 2 dd 1
19
20

BAB IV

PEMBAHASAN

Diagnosis POF pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien adalah laki-laki usia 23

tahun yang sehari-hari bekerja sebagai mahasiswa dan pekerja paruh waktu di salah

satu restoran cepat saji. Hal ini sesuai berdasarkan literatur yang ada disebutkan bahwa

POF di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, organisme Malassezia sp. dapat ditemukan

pada kulit dalam 75-98% dari orang sehat. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi

Nurwulan Pravitasari, Sunarso Suyoso, dan Evy Ervianti pada tahun 2015 di RSUD dr

Sutomo Surabaya menyatakan bahwa dari 36 pasien (80%) yang didiagnosis dengan

POF laki-laki lebih dominan daripada perempuan dengan hasil laki-laki sebanyak 21

orang (46,7%) dan perempuan sebanyak 15 orang (33,3%). Kelompok umur terbanyak

usia 15-24 tahun sebanyak 23 orang (51,1%). Distribusi pekerjaan yang terbanyak

adalah mahasiswa atau pelajar sebanyak 18 orang (40%), jenjang pendidikan setara

SLTA sebanyak 18 orang (40%).13

Usia dan daerah tropis menjadi salah satu faktor yang dikaitkan dengan

organisme ini merupakan bagian dari flora normal kulit dan banyak individu dengan

Malassezia sp. yang tidak memiliki tanda-tanda atau gejala dari folikulitis atau

penyakit lainnya. Kolonisasi oleh Malassezia sp. dimulai segera setelah lahir, dan

kehadiran puncak dari yeast (ragi) terjadi pada akhir masa remaja dan kehidupan

dewasa muda, bertepatan dengan meningkatnya aktivitas kelenjar sebasea dan

konsentrasi lipid di kulit.10


21

Keluhan utama pada pasien ini adalah gatal diseluruh badan. Pasien datang ke

poli kulit Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang dengan keluhan gatal di badan sejak 2

minggu, Awalnya gatal dirasakan di kedua kaki lalu muncul di punggung, setelah

beberapa hari keluhan dirasakan di paha. Keluhan dirasakan terus-terusan dan

bertambah berat ketika pasien berkeringat dan keluhan dirasakan berkurang jika pasien

sering mandi. Sebelum berobat ke poli kulit Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang,

Pasien sudah 4 kali berobat ke dokter umum di dekat rumah pasien dan dikasih salep

dan obat minum tetapi pasien lupa nama obatnya. Demam (-) , Nyeri (-).

Berdasarkan literature menyatakan bahwa gejala klinis POF dimulai dari Gatal di

tempat predileksi, Klinis morfologi yaitu terlihat papul dan pustul perifolikular dengan

diameter berukuran 2-3 mm, dengan peradangan minimal, tempat predileksi adalah :

dada, punggung, dan lengan atas, kadang – kadang di leher dan jarang di wajah.10

Keadaan umum, kesadaran, vital sign, dan status generalis dalam batas normal.

Status dermatologi didapatkan Effloresensi yaitu pada regio colli et corporis tampak

multiple papul dan pustule eritematosa dengan diameter berukuran 2-3 mm dengan

batas tegas.

Pada kasus ini pasien diberi terapi obat yaitu kapsul racikan yang berisi

ketoconazole 200 mg dan pehachlor (Clorfeniramina maleat) 3 mg sebagai antijamur

dan antihistamin. Pemberian antijamur untuk mengurangi infeksi sekunder yang terjadi

(pustule) dan antihistamin untuk mengurangi rasa gatal akibat reaksi histamin.10

Pada pasien ini juga diberikan Formyco 7,5 gr dan sagestam 2,5gr ue pagi dan

sore, yang mengandung selenium sulfad dan gentamicin yang terbukti efektif. 5
22

Prognosis umumnya baik, bergantung pada kemauan dan kesabaran pasien.

Pada pasien ini prognosis ad vitam adalah bonam karena penyakit ini tidak mengancam

jiwa sebab dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda-tanda komplikasi meskipun

menyerang pada usia dewasa. Tergantung kemauan pasien untuk selalu menjaga

kebersihan tubuh dan kepatuhan kontrol pasien.

BAB V

KESIMPULAN
23

Pasien datang ke poli kulit Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang dengan

keluhan gatal di badan sejak 2 minggu, Awalnya gatal dirasakan di kedua kaki lalu

muncul di punggung, setelah beberapa hari keluhan dirasakan di paha. Keluhan

dirasakan terus-terusan dan bertambah berat ketika pasien berkeringat dan berkurang

jika pasien sering mandi. Sebelum berobat ke poli kulit Rumah Sakit Siti Khodijah

Sepanjang, Pasien sudah 4 kali berobat ke dokter umum di dekat rumah pasien dan

dikasih salep dan obat minum tetapi pasien lupa nama obatnya. Demam (-) , Nyeri (-).

Pasien tidak penah mengalami seperti ini sebelumnya, DM (-), HT (-), Alergi obat (-),

Alergi makanan (-). Keluarga pasien tidak ada yang mengalami sakit seperti pasien.

Pasien sehari-hari sebagai mahasiswa di salah satu universitas di Sidoarjo dan bekerja

paruh waktu di salah satu restoran cepat saji di Sidoarjo, Pasien mengaku mandi kadang

3 kali atau 2 kali dalam sehari tetapi tidak selalu ganti pakaian setiap habis mandi,

pasien juga kadang-kadang merokok. Effloresensi regio colli et corporis tampak

multiple papul dan pustule eritematosa dengan diameter berukuran 2-3 mm dengan

batas tegas. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pasien dapat di

diagnosis dengan POF dan di terapi mediamentosa dan non medikamentosa.


24

DAFTAR PUSTAKA

1. Sharquie KE, Al-Hamdi KI, Al-Haroon SS, ALMohammadi A. Malassezia


folliculitis versus truncalacnevulgaris (Clinical and histopathological study). J
CosmetSci2012;2:277-82.
2. Suyoso S, Ervianti E, Astari L. Malassezia folliculitis. Panduan Praktik Klinis
Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya: RSUD Dr. Soetomo;
2013.
3. Ayers K, Sweeney SM, Wiss K. Pityrosporum folliculitis diagnosis and
management in 6 female adolescents with acnevulgaris. Arc Pediatr Adolesc
Med 2005;159:64-7.
4. Miranda E. Folikulitis malassezia. Dalam: Bramono K, Suyoso S, Indriatmi W,
Ramali LM, Widaty S, Ervianti E, editor. Dermatomikosis Superfisialis. Edisi
ke-2. Jakarta: Badan penerbit FKUI; 2013.h. 35-40.
5. Aytimur D, Sengoz V. Malasseziafolliculitis on the scalp of a 12-year-old
healthychild. J Dermatol 2004;31:36-8.
6. Gupta AK, Batra R, Bluhm R, Boekhout T, Dawson TL. Skin diseases
associated with Malassezia species. J Am Acad Dermatol 2004;51:785-98.
7. Faergemann J. Pityrosporuminfections. J Am Acad Dermatol1994;31:S18-S20.
8. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrew's st disease of the skin clinical
dermatology. 11 ed. London: ElsevierInc;2011.
9. Levin NA, Delano S. Evalution and treatment of Malassezia-related
skindisorders. Cosmet Dermatol 2011;24(3):137-45
10. Budimulja U. 2015. Mikosis. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh.
Badan Penerbit FKUI. Hal 101-102.Akaza N, Akamatsu H, Sasaki Y, et al.
2009. Malassezia folliculitis is caused by cutaneus resident Malassezia
species. Med Mycol. pp 618-624.
11. Wasitaatmadja, SM. 2015. Erupsi Akneiformis. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Edisi Ketujuh. Badan Penerbit FKUI. Hal 260.
12. Pravitasari DN, Suyoso S, Ervianti E. 2015. Profil Malassezia Folliculitis.
Surabaya: Departemen/Staf Medik Fungsional Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/ RSUD Dr. Soetomo
Surabaya. Vol 27(2). Hal 121.
25

13. Janik M.P. dan Heffernan M.P., 2008. Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine 11th Edition. Mc Graw Hill
14. James W.D. et al., 2011. Andrews’ Diseases of The Skin Clinical Dermatology
7th Edition. Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai