Skripsi Yuny
Skripsi Yuny
PENDAHULUAN
orang bisa berbeda tergantung pada apa yang dialami tiap orang dalam kehidupannya
sehari-hari, maka persepsi anak-anak tentunya lain dengan persepsi dengan orang
dewasa. Pengalaman yang dimiliki oleh seorang anak tentunya lebih sedikit dibanding
pengalaman orang dewasa. Hal ini disebabkan usia anak-anak yang jauh berbeda dengan
orang dewasa, usia anak-anak masih berkisar antara 2 sampai dengan 13 tahun, dan
interaksi mereka dengan dunia di sekitarnya belum seluas interaksi orang dewasa.2
Masa pra remaja merupakan masa terjadinya perubahan besar dalam diri seorang
anak. Anak mulai memperhatikan penampilan diri sehingga anak mulai sadar bila
terdapat sesuatu yang lain dalam penampilan terutama wajah. Penampilan yang indah
dan menarik akan menambah rasa percaya diri.3 Pemahaman dan penghayatan secara
substansial akan tuntutan perubahan penampilan kehidupan sehat dan cantik seorang
anak cukup rumit dan banyak faktor yang terlibat di dalamnya. Tuntutan perubahan
penampilan akan wajah anak yang sehat dan cantik semakin bervariasi.4 Susunan gigi
1
Keadaan gigi geligi, terutama gigi anterior juga berperan dalam mempengaruhi
daya tarik atau estetik wajah. Jika posisi atau keadaan gigi geligi anterior kurang baik
atau tidak beraturan, daya tarik wajah akan berkurang pula.5 Gigi anterior memiliki
fungsi estetik, bila terjadi trauma pada gigi anterior harus segera dilakukan perawatan
agar tidak kehilangan fungsinya.6 Pada dasarnya lengkung gigi sulung dapat mengalami
perubahan dalam ukuran dimensi rata-rata, hal ini disebabkan adanya pergeseran dari
gigi geligi rahang atas yang dapat merubah gigi geligi rahang bawah atau sebaliknya,
seseorang.8 Perubahan yang terjadi pada anak dari keadaan gigi geligi oklusi normal
menjadi maloklusi, dapat bersifat sementara atau tetap, hal ini tergantung pada intensitas
dan waktu terjadinya interaksi tumbuh kembang.4 Masa tumbuh kembang adalah periode
terjadinya berbagai perubahan termasuk di dalam rongga mulut. Bukti adanya tumbuh
kembang adalah proses pergantian gigi sulung dengan gigi tetap.9 Proses tumbuh
kembang pada anak, umumnya bersifat dinamis dan berjalan terus secara
kesinambungan.7 Keadaan oklusi normal yang ditemukan pada masa gigi sulung
tidaklah menjamin tidak menimbulkan maloklusi pada masa berikutnya. Hal itu terjadi
karena banyak hal yang mempengaruhi proses tumbuh kembang khususnya saat
pergantian gigi geligi.9 Susunan gigi yang tidak teratur karena berbagai sebab sehingga
2
Kasus maloklusi pada anak dari tahun ke tahun terus meningkat, sehingga
sangat diperlukan, untuk memperhatikan kesehatan antara gigi, tulang dan otot dalam
fungsinya.10 Jika anak masih dalam proses tumbuh kembang, untuk memprediksi
kejadian akhir proses tumbuh kembang wajah anak yang dikaitkan dengan perawatan
ortodonti sulit untuk dilakukan sehingga pertimbangan tindakan atau intervensi ortodonti
Prevalensi maloklusi di Indonesia masih sangat tinggi, yaitu sekitar 80% dari
dini.11 Dalam menentukan tindakan pelayanan ortodonti seawal mungkin dalam masa
tumbuh kembang anak di era globalisasi, banyak faktor yang perlu dipertimbangkan
secara seksama seperti anak masih dalam proses tumbuh kembang.4 Penelitian mengenai
persepsi tampilan susunan gigi anterior dan kebutuhan perawatan ortodonti pada anak
belum pernah dilakukan di Makassar. Oleh karenanya, penulis merasa tertarik untuk
melihat dan melakukan penelitian ini. Lokasi yang digunakan untuk studi ini adalah SD
aspol brimob. Peneliti memilih lokasi ini karena sekolah tersebut terbagi dua sekolah
dalam satu lokasi dimana pada SD Inpres Pa’baeng-baeng termasuk dalam ekonomi
sedang dan SD Inpres Pa’baeng-baeng 1 termasuk dalam ekomoni rendah jadi peneliti
3
siswa tersebut berasal dari latar belakang ekonomi sedang, dimana latar belakang dari
siswa di sekolah tersebut mempunyai latar belakang dari orangtua mereka sebagian
75% latar belakang dari siswa tersebut berasal dari latar belakang ekonomi rendah,
dimana ada beberapa siswa mempunyai orangtua yang bekerja sebagai buruh dan tukang
becak. Dengan penelitian ini bisa dilihat seberapa banyak anak yang berada di SD Inpres
Pa’ Baeng-baeng yang mengetahui keadaan gigi geligi anteriornya dan membutuhkan
rumusan masalah, yaitu : Bagaimana persepsi anak mengenai tampilan susunan gigi
4
1.4 MANFAAT PENELITIAN
bagaimana persepsi anak mengenai tampilan susunan gigi anteriornya dan kebutuhan
perawatan ortodonti.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PERSEPSI
2.1.1 Definisi.
Persepsi berasal dari kata dalam bahasa Latin percepio yang berarti menerima,
mengoleksi, tindakan mengambil sesuatu atau pengertian akan pikiran atau perasaan.
Persepsi sebagai suatu proses yang ditempuh seseorang dalam memahami informasi
melalui panca inderanya.12 Proses itu dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi
Menurut Maropean S yang dikutip dari Mc Shane dan Von Glinow 2000 bahwa
Perception is the process of receiving information about and making sense of our
categorize and interpret it. Persepsi adalah proses penerimaan informasi dan
Persepsi tiap orang bisa berbeda tergantung pada apa yang dialami tiap orang
juga oleh pengaruh lingkungan berupa stimulus, sehingga persepsi merupakan proses
6
konteks yang dihadapi. Interaksi orang dalam kelompok juga akan menimbulkan
persepsi, sehingga terjadinya persepsi seseorang terhadap orang lain disebut persepsi
sosial.12
Berkaitan dengan masa lalu, kepribadian, keinginan / motivasi dan nilai serta
ataupun sikap dan tingkah lakunya terhadap individu yang mempersepsi akan
c. Faktor situasional
Yaitu situasi yang melingkupi tempat terjadinya proses persepsi tersebut seperti
7
2.2 OKLUSI
Oklusi adalah kontak antara gigi geligi rahang atas dan bawah ketika rahang
tertutup penuh.13 Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada rahang
atas (maksila) dan rahang bawah (mandibula), yang terjadi selama pergerakan
Mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang. Oklusi
terjadi karena adanya interaksi antara dental system, skeletal system dan muscular
system. Oklusi gigi geligi bukanlah merupakan keadaan yang statis selama mandibula
a. Oklusi ideal adalah merupakan suatu konsep teoritis oklusi yang sukar atau
b. Oklusi normal adalah suatu hubungan gigi geligi disatu rahang terhadap gigi
geligi di rahang lain apabila kedua rahang tersebut dikatupkan dan condylus
Ada enam kunci oklusi normal, yang berasal dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Andrew 1972 terhadap 120 subyek yang oklusi idealnya
8
1. Hubungan yang tepat dari gigi geligi molar pertama tetap pada bidang
sagital
2. Angulasi mahkota gigi geligi insisifus yang tepat pada bidang transversal
3. Inklinasi mahkota gigi geligi insisifus yang tepat pada bidang sagital
Gambaran oklusi normal ditentukan dengan adanya kontak tanpa ada tekanan
saat oklusi sentrik dan susunan gigi geligi yang teratur di dalam lengkung. Oklusi
normal juga ditandai dengan jarak gigit 2-3 mm dan tumpang gigit yang tidak
Gigi geligi sulung mulai bererupsi pada usia enam bulan, dan normalnya
sudah beroklusi seluruhnya pada usia tiga tahun.16 Pada periode ini lengkung gigi pada
umumnya berbentuk oval dengan gigitan dalam deep bite pada overbite dan overjet dan
dijumpai adanya generalized interdental spacing (celah diantara gigi geligi). Hal ini
mempersiapkan tempat gigi geligi permanen yang akan tumbuh, celah yang terdapat di
9
mesial kaninus atas dan disebelah distal kaninus bawah disebut primate space. Adanya
celah ini memberikan kemungkinan gigi geligi permanen yang akan erupsi mempunyai
cukup tempat, sebaliknya bila tidak ada memberi indikasi kemungkinan terjadi gigi
berjejal.14
Gigi pertama yang bererupsi dan membentuk kontak oklusal adalah gigi
insisifus, yang idealnya menduduki posisi oklusal. Posisi yang ideal untuk gigi geligi
insisifus sulung umumnya dinyatakan sebagai lebih vertikal daripada gigi insisifus tetap,
dengan overbite insisal yang lebih dalam. Gigi geligi insisifus bawah pada kondisi ini
akan berkontak dengan daerah singulum dari insisifus atas pada oklusi sentrik. Celah
bererupsi sampai ke kontak oklusi. Gigi geligi ini akan membuat kontak oklusal
sehingga molar bawah sedikit lebih ke depan dalam hubungannya dengan molar atas.16
Gigi geligi kaninus juga akan menyusul bererupsi ke kontak oklusi. Pada
situasi ideal, akan ada celah disebelah mesial dari kaninus atas dan disebelah distal dari
kaninus bawah, tempat ke arah mana gigi kaninus antagonis berinterdigitasi. Celah
seperti ini yang merupakan ciri normal pada gigi geligi permanen.16
Gigi yang terakhir bererupsi ke hubungan oklusi pada gigi geligi sulung
adalah molar kedua. Gigi ini bererupsi sedikit renggang dari molar pertama, namun
celah ini dengan cepat akan menutup melalui pergerakan molar kedua ke depan, yang
10
akan menduduki posisi sedemikian rupa sehingga permukaan distal dari gigi molar
kedua atas dan bawah berada pada bidang vertikal yang sama pada saat beroklusi.16
Ciri-ciri tipikal dari oklusi ideal gigi geligi sulung sewaktu gigi geligi sulung
2. Celah anthropoid terletak di sebelah mesial kaninus atas dan distal kaninus
3. Posisi vertikal dari gigi geligi insisifus, dengan insisifus bawah menyentuh
4. Permukaan distal gigi geligi molar kedua atas dan bawah berada pada bidang
Dari usia enam tahun ke atas, gigi geligi sulung akan mulai digantikan oleh
gigi geligi permanen. Insisifus, kaninus, dan molar sulung akan digantikan oleh insisifus,
kaninus, premolar tetap, ditambah molar tetap yang bererupsi sebagai gigi geligi
tambahan.16
ukurannya. Insisifus tetap dan kaninus biasanya lebih besar daripada gigi sulung yang
digantikannya, sedangkan premolar biasanya lebih kecil daripada molar sulung yang
digantikannya. Hasil penelitian yang dilaporkan oleh Van der Linden (1983)
11
menunjukkan bahwa perbedaan ukuran secara keseluruhan antara kedua gigi geligi ini
tidaklah terlalu besar, rata-rata adalah sekitar 3 mm pada gigi atas dan kurang dari 1 mm
pada gigi bawah. Meskipun demikian, tidak ada korelasi yang erat antara ukuran gigi
geligi sulung dengan gigi geligi permanen penggantinya, khususnya untuk insisifus
bawah dan disini umumnya ada variasi individual cukup besar. Di samping itu, ada
kebutuhan untuk mengakomodasikan tiga gigi tambahan, yaitu gigi molar permanen
pada masing-masing kuadran rahang dan kecenderungan bagi gigi untuk bergerak ke
Foster (1982) membagi tiga tahap perkembangan oklusi gigi geligi permanen : 16
1. Tahap 1 : Tahap erupsi molar pertama dan insisifus permanen ( usia 6-8 tahun )
permanen. Keadaan ini biasanya berlangsung pada usia 6-8 tahun. Insisifus
permanen akan bererupsi sedikit lebih proklinasi daripada insisifus sulung, dan
karena itu membentuk overbite insisal yang lebih kecil bila gigi geligi tersebut
lengkung rahang.16
insisifus lateral berhimpitan dengan gigi kaninus sulung. Keadaan ini bisa diatasi
bila terdapat leeway space. Leeway space adalah perbedaan ruangan antara lebar
mesiodistal gigi kaninus, molar pertama dan kedua sulung dengan kaninus
12
Hubungan distal molar kedua sulung atas dan bawah mempengaruhi
peranannya pada tinggi vertikal rahang selama periode penggantian gigi sulung
menjadi gigi permanen . Pada usia 8 tahun insisifus dan molar pertama permanen
telah erupsi. Apabila insisifus atas lebih dulu erupsi dari yang bawah, dapat
2. Tahap 2 : Tahap erupsi kaninus, premolar dan molar kedua ( usia 10-13 tahun)
dengan penggantian molar sulung dan kaninus atas oleh premolar dan kaninus
atas permanen, dan penambahan gigi molar kedua. Tahap ini biasanya
Gigi geligi premolar pertama biasanya merupakan gigi yang pertama kali
bererupsi pada tahap ini, dan beroklusi sedemikian rupa sehingga slope distal
dari permukaan oklusal premolar bawah beroklusi dengan slope mesial dari
permukaan oklusal premolar atas. Jadi, ujung cusp premolar atas akan berada
pada bidang vertikal yang sama dengan permukaan distal premolar bawah. Gigi
premolar kedua selanjutnya akan bererupsi ke hubungan yang sama, dan pada
kira-kira waktu yang sama, gigi kaninus atas akan bererupsi ke hubungan oklusi
13
sehingga ujung cusp berada pada bidang vertikal yang sama dengan permukaan
pertama. Molar kedua atas akan bertumbuh tinggi pada prosesus alveolaris, tepat
di bawah dasar antrum maksila. Pada awalnya, molar kedua biasanya sedikit
miring ke distal dan mempunyai jalur erupsi yang lebih panjang daripada molar
kedua bawah. Molar kedua bawah biasanya berkembang pada posisi tegak lurus,
atau sedikit miring ke mesial. Jadi, molar kedua atas mempunyai kecenderungan
lebih besar untuk bergerak ke depan selama erupsi daripada molar kedua bawah,
Pada tahap ini bila molar sulung bawah sudah diganti oleh premolar
permanen, sedangkan molar sulung atas belum, maka akan terdapat penambahan
besar overbite dan bila sebaiknya maka kontak gigi terlihat edge to edge.14
perkembangan oklusi dari gigi geligi permanen. Usia erupsi gigi molar ketiga
yang umum adalah 18-25 tahun, meskipun gigi ini bisa saja bererupsi lebih cepat
Gigi molar ketiga berkembang pada posisi yang sama seperti molar
kedua, dengan molar ketiga atas berkembang tinggi, di bawah sudut postero-
14
inferior dari antrum maksila, dan biasanya dengan sedikit inklinasi distal. Molar
ketiga bawah mempunyai jalur erupsi yang lebih pendek darpada molar ketiga
atas, dan pada awalnya menduduki posisi lebih vertikal, atau dengan sedikit
Periode gigi bercampur adalah suatu periode dimana dijumpai adanya gigi geligi
sulung dan gigi geligi permanen bersamaan berada dalam mulut yaitu pada usia kira-kira
6-12 tahun.18 Pelengkap gigi dirahang setelah tumbuh dari beberapa gigi permanen, tapi
Masa peralihan gigi geligi diawali dengan erupsi molar permanen pertama
rahang bawah dan berakhir dengan hilangnya gigi sulung terakhir, biasanya terjadi pada
usia sekitar 11 sampai 12 tahun. Tahap awal dari masa peralihan gigi bercampur
berlangsung selama 2 tahun, selama waktu molar permanen pertama erupsi.20 Anak usia
5 sampai 6 tahun merupakan kelompok peralihan periode gigi sulung dengan periode
gigi permanen atau periode awal memasuki usia gigi bercampur. Pada masa ini sering
terjadi perubahan kecepatan dan arah pertumbuhan gigi geligi serta tulang rahang,
sehingga ada kemungkinan terjadi relasi gigi geligi menjadi malposisi atau maloklusi.7
15
Periode atau masa gigi geligi bercampur sering menunujukkan adanya perbedaan
terjadi pada masa gigi bercampur dapat bersifat sementara dan tidak diperlukan
perawatan, atau dapat bersifat tetap dan memerlukan perawatan secara dini. Dalam
periode gigi geligi tersebut, dapat dilakukan tahap perawatan preventif, interseptif atau
Pada periode gigi bercampur sering ditemukan kelainan yang cenderung akan
menetap, dan keadaan ini kadang memerlukan tindakan serial ekstraksi. Bila tidak
dilakukan perawatan ini dapat menyebabkan maloklusi atau malposisi gigi geligi tetap.
Pada masa gigi geligi sulung dan bercampur, sering kali keparahan maloklusi
disebabkan adanya pengaruh lingkungan kebiasaan rongga mulut yang jelek. Erupsi gigi
tetap (pengganti) sering mengalami gangguan karena adanya kerusakan atau kehilangan
gigi molar sulung terlalu awal. Keadaan ini akan mengakibatkan terjadinya malposisi,
maloklusi dan trauma pada Temporo Mandibularis Joint (TMJ). Urutan erupsi yang
tidak seimbang akan berpengaruh terhadap derajat keparahan malposisi atau malokulsi.4
Terjadinya maloklusi juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor genetik,
16
Alasan perawatan gigi bercampur yaitu :21
tersebut.
1. Analisis Moyers
2. Analisis Nance
3. Analisis Huckaba
Kualitas hidup (quality of life, QOL) didefinisikan sebagai suatu konsep yang
17
Penilaian kualitas hidup tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan fisik saja, namun
juga keadaan mental, sosial dan emosional sehingga dapat dipandang sebagai suatu
konsep multi dimensi yang terdiri dari tiga bidang utama : fisik, psikologi (kognitif dan
emosional) dan sosial. Penilaian kualitas hidup memberikan wawasan baru dalam
penilaian outcome jangka panjang berlandaskan pada definisi ‘’sehat’’ menurut World
Health Organization (WHO), yaitu sehat secara fisik, mental dan sosial, tidak hanya
Timbulnya suatu penyakit pada anak dapat mengganggu pematangan fisik dan
psikososialnya. Jika pematangan ini terganggu, dapat terlihat gejala sisa secara fisik,
psikologis dan sosial dalam bentuk penurunan kualitas hidup. Penilaian kualitas hidup
pada anak lebih sulit dibanding dewasa karena adanya perubahan-perubahan dinamis
pada fisik, intelektual dan emosional akibat pertumbuhan dan perkembangan normal
pada anak.22
Secara umum terdapat 5 bidang yang dipakai untuk mengukur kualitas hidup
hubungan sosial dan lingkungan, sedangkan secara rinci bidang-bidang yang termasuk
18
1. Kesehatan fisik (physical health): kesehatan umum, nyeri, energi dan
dan konsentrasi.
Kualitas hidup anak secara garis besar dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :22
1. Kondisi Global
2. Kondisi Eksternal
3. Kondisi Interpersonal
4. Kondisi Personal
19
Meliputi dimensi fisik, mental dan spiritual pada diri anak sendiri, yaitu
genetic, umur, kelainan, ras, gizi, hormonal, stress, motivasi belajar dan
- Media TV
- OrangTua Kualitas
BAB Hidup
III
20
BAB III
KERANGKA KONSEP
Kuesioner
Karakteristik
individual Persepsi Tampilan Kebutuhan Perawatan
Susunan Gigi Ortodonti
Faktor
Situasional
Keterangan :
21
BAB IV
METODE PENELITIAN
hanya pada satu waktu, tiap subjek diobservasi hanya satu kali saja dan tidak ada
pengulangan.
22
4.5 POPULASI
Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak yang berumur 9-12 tahun yang
a. Inklusi :
b. Ekslusi :
23
- Persepsi anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah interpretasi
perawatan ortodonti.
Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner dan pengukuran
24
4.10 ALAT dan BAHAN
1. Lembar kuesioner
4.11 DATA
a) Jenis data : Data primer, data yang diperoleh dari pengisian kuesioner.
Windows.
penelitian
ortodonti
25
4.13 ALUR PENELITIAN
PEMBANTU DEKAN 1
FKG UNHAS
WALIKOTA
MAKASSAR
Dinas Pendidikan
Kota Makassar
SAMPEL
KUESIONER
PENGUMPULAN DAN
HASIL
ANALISIS DATA
26
BAB V
HASIL PENELITIAN
penelitian adalah seluruh siswa SDI Pa’baeng-baeng dan SDI Pa’baeng-baeng 1 Kota
Makassar yang berusia 9-12 tahun . Penentuan sampel dengan Proporsive Sampling.
Component (AC) dan Aesthetic Component (AC) dari IOTN. Khusus untuk persepsi
dari indeks tersebut berdasarkan persepsi pasien yang bersifat subjektif dan persepsi
peneliti yang lebih objektif. Perbedaan antara persepsi respoden dan peneliti dapat
menjadi tolak ukur mengenai kesadaran dan pengetahuan anak mengenai kebutuhan
perawatan susunan gigi anteriornya. Data hasil kuesioner dan indeks tersebut diolah
dengan menggunakan program SPSS 16.0 untuk windows. Data hasil penelitian
27
Tabel V.1 Distribusi karakteristik responden (N=196)
Pada tabel V.1 didapatkan jumlah kesuluruhan sampel yang diambil pada kedua
sekolah, yaitu untuk SDI Pa’baeng-baeng terdapat 101 responden (51.5%) dan SDI
laki lebih banyak dibandingkan perempuan, yakni 102 responden (52%) laki-laki
sedangkan perempuan 94 orang (48%) untuk keseluruhan sampel dari kedua sekolah.
28
Tabel V.2 Distribusi jawaban responden mengenai persepsi tampilan susunan gigi
Jenis Kelamin
TOTAL
Pertanyaan Laki-laki Perempuan
N(%)
N(%) N(%)
Gigi yang sehat dan rapi untuk penampilan
menarik
Ya 101(99) 93(98.9) 194(99)
Tidak 1(1) 1(1.1) 2(1)
Tidak tahu 0(0) 0(0) 0(0)
Senang dengan penampilan gigi yang
sekarang
Ya 64(62.7) 57(60.6) 121(61.7)
Tidak 1(27.5) 1(33.0) 59(30.1)
Tidak tahu 0(9.8) 0(6.4) 16(8.2)
Ingin mengubah susunan gigi
Ya 74(72.5) 59(62.8) 133(67.9)
Tidak 25(24.5) 30(31.9) 55(28.1)
Tidak tahu 3(2.9) 5(5.3) 8(4.1)
Gigi yang ingin diubah
Warna gigi 39(38.2) 46(53.9) 85(43.4)
Susunan gigi 55(53.9) 45(47.9) 100(51.0)
Ukuran gigi 8(7.8) 3(3.2) 11(5.6)
Ada gangguan dalam berbicara, mengunyah
atau masalah lain karena susunan gigi
Ya 44(43.1) 41(43.6) 85(43.4)
Tidak 52(51.0) 48(51.1) 100(51.0)
Tidak tahu 6(5.9) 5(5.3) 11(5.6)
Perlu memakai kawat gigi untuk merapikan
Ya 48(47.1) 43(45.7) 91(46.4)
Tidak 52(51.0) 48(51.1) 100(51.0)
Tidak tahu 2(2.0) 3(3.2) 5(2.6)
Memakai kawat gigi, jika dokter gigi atau
orang tua menyarankan
Ya 55(53.9) 60(63.8) 115(58.7)
Tidak 46(45.1) 30(31.9) 76(38.8)
Tidak tahu 1(1.0) 4(4.3) 5(2.6)
*Berdasarkan kuesioner Aesthetic Component (AC)
29
Tabel V.2 menunjukkan distribusi jawaban responden mengenai persepsi
(AC) yang terdiri dari 7 buah pertanyaan. Pada tabel V.2 terlihat bahwa ternyata
responden yang menyadari bahwa gigi sehat dan rapi penting untuk penampilan menarik
sebanyak 194 responden (99%) yang diantaranya 101 responden laki-laki (99%) dan 93
responden perempuan (98.9%) dan 2 responden lainnya ternyata masih ada yang
(1%) dan 1 responden perempuan (1%). Terlihat pula bahwa responden yang merasa
senang dengan penampilan giginya yang sekarang sebanyak 121 responden (61.7%)
responden laki-laki (27.5%) dan 1 responden perempuan (33.0%) dan ternyata ada 16
responden (8.2%) yang tidak tahu merasa senang mengenai penampilan giginya
laki-laki (24.5%) dan 30 responden perempuan (31.9%) yang mengatakan tidak dan 8
responden (4.1%) yaitu 3 responden laki-laki (2.9%) dan 5 responden perempuan (5.3%)
yang mengatakan tidak tahu. Responden yang ingin mengubah warna giginya sebanyak
perempuan (53.9%), dan nampak lebih banyak responden yang ingin mengubah
susunan giginya yaitu sebanyak 100 responden (51%) diantaranya 55 responden laki-
30
laki (53.9%) dan 45 responden perempuan (47.9%), sedangkan yang ingin mengubah
gangguan dalam berbicara, mengunyah atau masalah lain karena susunan gigi sebanyak
perempuan (43.6%), jumlah ini cukup banyak dikarenakan hampir setengah dari
keseluruhan dari jumlah sampel yang diteliti. Tentunya untuk mengatasi masalah
tersebut respoden sudah seharusnya menggunakan kawat gigi, dan yang menyadarinya
hanya 91 respoden atau kurang dari 50% sisanya 100 responden mengatakan tidak perlu
menggunakan kawat gigi dan 5 responden mengatakan tidak tahu. Terlihat pula bahwa
responden yang akan memakai kawat gigi, jika dokter gigi atau orang tua menyarankan
(31.9%), dan yang mengatakan tidak tahu sebanyak 5 responden (2.6%) diantaranya 1
31
Tabel V.3 Distribusi kebutuhan perawatan ortodonti menurut persepsi responden
Treatment Need (IOTN) – Aesthetic Component. Data ini didapatkan setelah skor nilai
SPSS 16.0. Adapun kategori kebutuhan perawatan ortodonti menurut IOTN-AC terbagi
atas kategori grade 1-4 tidak membutuhkan perawatan, grade 5-7 membutuhkan
perawatan, dan kategori grade 8-10 sangat membutuhkan perawatan. Pada tabel V.3
merupakan yang paling tinggi jumlahnnya yaitu 174 responden yang diantaranya 91
32
yang paling rendah yaitu hanya 9 responden. Jumlah kecil pada kategori yang sangat
mebutuhkan perawatan merupakan angka yang cukup bagus dikarenakan hanya sedikit
Treatment Need (IOTN) - Aesthetic Compenonet . Sama halnya dengan tabel V.3 dimana
kategori kebutuhan perawatan ortodonti menurut IOTN-AC terbagi atas kategori grade
1-4 tidak membutuhkan perawatan, grade 5-7 membutuhkan perawatan, dan kategori
grade 8-10 sangat membutuhkan perawatan. Pada tabel V.4 terlihat bahwa reponden
dengan kategori yang tidak membutuhkan perawatan merupakan yang paling tinggi
jumlahnya yaitu 162 responden yang diantaranya 84 responden laki-laki (51.9%) dan 78
33
responden perempuan (48.1%). Sedangkan untuk responden dengan kategori yang
membutuhkan perawatan merupakan yang paling rendah yaitu hanya 12 responden yang
Berdasarkan Tabel V.3 dan Tabel V.4 yang menunjukkan distribusi kebutuhan
perawatan ortodonti menurut persepsi peneliti dan respoden berdasarkan jenis kelamin
perawatan menurut responden yaitu 174 responden dan menurut peneliti 162 responden.
Peneliti lebih memilih pilihan yang lebih objektif (kebutuhan perawatan ortodonti
menurut persepsi peneliti), tetapi didapatkan jumlah responden yang tidak mebutuhkan
perawatan menurut persepsi responden. Artinya masih ada responden yang tidak
Hal ini diketahui dikarenakan jumlah responden yang tidak membutuhkan perawatan
lebih banyak menurut persepsi pasien itu sendiri dibandingkan menurut persepsi
penelitian.
34
BAB VI
PEMBAHASAN
panca inderanya.2 Seseorang individu mungkin saja pada saat memandang satu benda
faktor akan membentuk dan mempengaruhi persepsi seseorang. Cara pandang pada
suatu objek dan menafsirkan objek tersebut, sangat dipengaruhi oleh karakteristik
pribadi dari perilaku individu tersebut.24 Persepsi tiap orang bisa berbeda tergantung
pada apa yang dialami tiap orang dalam kehidupannya sehari-hari, maka persepsi anak-
anak tentunya lain dengan persepsi dengan orang dewasa. Pengalaman yang dimiliki
oleh seorang anak tentunya lebih sedikit dibanding pengalaman orang dewasa. Hal ini
disebabkan umur anak-anak yang jauh berbeda dengan orang dewasa, umur anak-anak
masih berkisar antara 2 sampai dengan 13 tahun, dan interaksi mereka dengan dunia di
Masa pra remaja merupakan masa terjadinya perubahan besar dalam diri seorang
anak. Anak mulai memperhatikan penampilan diri sehingga anak mulai sadar bila
terdapat sesuatu yang lain dalam penampilan terutama wajah. Penampilan yang indah
dan menarik akan menambah rasa percaya diri.3 Pemahaman dan penghayatan secara
substansial akan tuntutan perubahan penampilan kehidupan sehat dan cantik seorang
35
anak cukup rumit dan banyak faktor yang terlibat di dalamnya. Tuntutan perubahan
penampilan akan wajah anak yang sehat dan cantik semakin bervariasi.4 Susunan gigi
dan SD Inpres Pa’baeng-baeng 1 dengan sampel yang sudah dipilih oleh peneliti yang
melihat seberapa besar anak yang menjawab pertanyaan tentang tampilan gigi
anteriornya dan untuk kebutuhan perawatan ortodonti peneliti memberikan gambar dari
Aesthetic Component dari IOTN diukur dengan cara mencocokkan keadaan gigi anterior
gigi anterior, grade 1 menggambarkan susunan gigi yang rapi dan grade 10
Setelah data hasil penelitian dikumpulkan dan telah diolah kemudian disajikan
dalam bentuk tabel distribusi (seperti yang dipaparkan pada Bab sebelumnya) maka
dapat diketahui :
Berdasarkan tabel V.2 terlihat bahwa ternyata responden yang menyadari bahwa
gigi sehat dan rapi penting untuk penampilan menarik sebanyak 194 responden (99%)
dan hanya 2 responden lainnya yang mengatakan tidak penting buat penampilan
36
menarik. Terlihat pula bahwa responden yang merasa senang dengan penampilan
giginya yang sekarang sebanyak 121 responden (61.7%), sedangkan yang merasa tidak
senang sebanyak 59 responden (30.1%) dan ternyata ada 16 responden (8.2%) yang
tidak tahu mengenai penampilan giginya sekarang, hasil ini menunjukkan bahwa ada
beberapa anak yang tidak dapat mengkarakterisasi penampilan gigi mereka. Hasil
penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Izabela
Grzywacz pada tahun 2003 dimana didapatkan 100% anak-anak yang telah mengetahui
bahwa gigi yang sehat dan rapi penting untuk penampilan mereka.
gangguan dalam berbicara, mengunyah atau masalah lain karena susunan gigi sebanyak
85 responden (43.4%), jumlah ini cukup banyak dikarenakan hampir setengah dari
keseluruhan dari jumlah sampel yang diteliti. Tentunya untuk mengatasi masalah
tersebut respoden sudah seharusnya menggunakan kawat gigi, dan yang menyadarinya
hanya 91 respoden atau kurang dari 50% sisanya 100 responden mengatakan tidak perlu
menggunakan kawat gigi dan 5 responden mengatakan tidak tahu. Hal ini juga hampir
sama dengan yang dilakukan oleh Ngom et al 2006 di Senegal hasil menunjukkan
bahwa 78,5% anak yang tidak mengetahui tentang kebutuhan perawatan gigi mereka.
Treatment Need (IOTN) – Aesthetic Component. Berdasarkan tabel V.3 terlihat bahwa
persentase pasien yang tidak membutuhkan perawatan menurut persepsi responden lebih
37
dominan oleh pasien laki-laki dengan frekuensi(N) sebanyak 91 dari 196 sampel atau
sekitar 52,3% jika dibanding dengan pasien perempuan yang frekuensinya(N) 83 atau
sekitar 47,7%. Hal ini dapat terjadi karena kecenderungan laki-laki yang kurang
mengutamakan atau kurang peduli terhadap estetik mereka dibanding perempuan yang
giginya. Bila terjadi maloklusi, susunan gigi geligi menjadi tidak beraturan sehingga
dengan sendirinya bentuk wajah menjadi kurang baik dan apabila tersenyum atau
Pada tabel V.3 dan V.4 yang menunjukkan distribusi kebutuhan perawatan
responden dengan kategori yang tidak membutuhkan perawatan menurut respoden yaitu
174 responden dan menurut peneliti 162 responden. Peneliti lebih memilih pilihan yang
responden. Artinya masih ada responden yang tidak menyadari bahwa giginya
memerlukan perawatan ortodonti yaitu sebanyak 12 respoden. Hal ini diketahui karena
jumlah responden yang tidak membutuhkan perawatan lebih banyak menurut persepsi
peneliti juga ditunjukkan dalam beberapa penelitian ini. Penelitian sebelumnya juga
38
pernah dikatakan oleh Shaw et al 1975, Prahl-Andersen 1978, Stenvik et al 1997 bahwa
secara umum orang cenderung memiliki pandangan yang kurang kritis tehadap
maloklusi yang sama dinilai oleh dokter gigi. Hal ini juga sesuai dengan pendapat
beberapa peneliti bahwa para ortodontis pada umumnya menilai maloklusi lebih teliti
dibandingkan dengan mereka yang tidak mendalami dalam bidang ortodonti dan orang
secara umu.24
Dari hasil penelitian ini, diperoleh hasil yang secara garis besar dapat dikatakan
bahwa anak-anak yang berada pada SD Inpres Pa’baeng-baeng ini banyak yang sudah
mengetahui bahwa gigi sehat dan rapi itu penting untuk penampilan menarik tetapi
responden pada penelitian ini cenderung memberikan skor AC-IOTN yang rendah
kepada dirinya dibanding dengan peneliti. Ini berarti bahwa kesadaran anak di SD
disebabkan karena masih mudanya usia. Kesadaran akan penampilan diri akan
penampilan diri dapat dilihat sebagai tipe respon psikososial seseorang. Hambatan
psikososial atau emosional yang disebabkan oleh penampilan gigi yang tidak estetis juga
dipengaruhi oleh maturistas seseorang. Hasil tersebut serupa dengan hasil penelitian
Uncuncu 2001 dari Turki yang menunjukkan 90.4% anak sekolah tidak
39
tingkat pengetahuan anak-anak mengenai perawatan ortodonti bisa diatasi setidaknya
sampai batas tertentu dengan paparan rendah terhadap ortodonti pada sebagian yang
disurvei.25
40
BAB VII
PENUTUP
7.1 SIMPULAN
Pa’baeng-baeng banyak yang sudah mengetahui bahwa gigi sehat dan rapi itu penting
cenderung memberikan skor AC-IOTN yang rendah kepada dirinya dibanding dengan
7.2 SARAN
Perlu adanya penelitian lebih lanjut karena masih sedikitnya penelitian mengenai
persepsi anak mengenai tampilan susunan gigi anteriornya dengan tingkat kebutuhan
perawatan ortodonti.
41
DAFTAR PUSTAKA
2. Ekayanty EK. Persepsi siswa sekolah dasar terhadap lagu anak studi kasus pada
3. Pertiwi ASP, Latif DS. Gambaran kebutuhan perawatan ortodonti pada siswa kelas 4
4. Sudarso ISR. Solusi penetapan waktu dan manajemen perawatan ortodonti pada anak
6. Fauziah E, Hendrarlin S. Perawatan fraktur kelas tiga ellis pada gigi tetap insisif
7. Sudarso ISR. Perbedaan pengaruh ukuran mesio-distal gigi desidui rahang atas
terhadap bentuk lengkung dan wajah anak arah lateral anak perempuan suku jawa
8. Puspawidjaja EY, Hardriyanto W, Wahid AI. Restorasi estetik gigi anterior maksila
malposisi pasca perawatan saluran akar dengan mahkota porselin fusi metal inti-
42
9. Ismah N. Perawatan maloklusi klas III pada usia tumbuh kembang. Dentofasial
10. Sakinah, Sutardjo I, Rochmadi. Perawatan maloklusi angle kelas II divisi 1 dengan
11. Achmad H. Penanganan delayed eruption karena impaksi gigi insisifus sentralis kiri
dengan surgical exposure pada anak. Dentofasial 2009 Apr ; 8(1) : 48-54
12. Simbolon M. Persepsi dan kepribadian. Jurnal Ekonomi dan Bisnis 2008 Mar ; 2(1)
: 52-66
14. Soeyoto, Wiyono A, Nindyo A. Gigi dan mulut. Perkembangan oklusi. [internet].
http://rssm.iwarp.com/gigi.htm.
15. Dewi O. Analisis hubungan maloklusi dengan kualitas hidup pada remaja SMU kota
16. Foster TD. Oklusi gigi-geligi. Buku ajar ortodonsi. Edisi III. Jakarta. EGC. 1997.p
29-30, 40-59
17. Ernawati, Soehardono. Intrusi gigi anterior rahang atas pada ortodonti dengan alat
Quintessence books. p 31
43
19. Mosby’s. Dental dictionary. 2004.p 162
20. Wheeler’s. Dental anatomy. Physiology and occlusion. Edition 8. Saunders. 2003.p
39-43
21. Moyers RE. Handbook of orthodontics. Edition 2. Chicago. Year Book Medical
22. Aji FD. Kualitas hidup anak pasca sindrom syok dengue [tesis]. Semarang. Program
dan normative pada remaja. Orthodontic Dental Journal 2010 ; 1(2) : 1-5
25. Ngom PI, Diagne F, Dieye F, Diop-Ba K, Thiam F. Orthodontic treatment need and
demand in Senegalese school children aged 12-13 years. Angle Orthodontist 2007 ;
77(2) : 323-330
44