Anda di halaman 1dari 2

5 Pilihan Posisi Melahirkan Kompas.com - 19/07/2010, 13:08 WIB KOMPAS.

com - Selama
ini banyak ibu hamil yang beranggapan posisi melahirkan hanya berbaring (litotomi) atau
setengah duduk. Padahal nenek moyang dengan segala kearifan lokalnya mempunyai
kebiasaan melahirkan dengan cara jongkok atau berdiri. Semua posisi ada kelebihan dan
kekurangannya. Anda yang sedang bersiap melahirkan bisa memilih salah satu di antaranya,
dengan mengonsultasikannya terlebih dulu pada dokter yang akan membantu persalinan.
Berikut adalah lima pilihan posisi melahirkan (selain berbaring), disarikan dari buku 9 Bulan
yang Penuh Keajaiban, karya Annia Kissanti: 1. Setengah duduk. Posisi setengah duduk juga
posisi melahirkan yang umum diterapkan di berbagai rumah sakit atau klinik bersalin di
Indonesia. Posisi ini mengharuskan ibu duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki
ditekuk dan paha dibuka ke arah samping. Keuntungan: Posisi ini membuat ibu merasa
nyaman. Sumbu jalan lahir yang perlu ditempuh untuk bisa keluar lebih pendek. Suplai
oksigen dari ibu ke janin berlangsung optimal. Kekurangan: Posisi ini bisa menyebabkan
keluhan pegal di punggung dan kelelahan, apalagi kalau proses persalinannya lama. 2. Lateral
(miring). Posisi ini mengharuskan ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Salah satu kaki
diangkat sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Biasa dilakukan bila posisi kepala
bayi belum tepat. Normalnya posisi ubun-ubun bayi berada di depan jalan lahir, menjadi
tidak normal bila posisi ubun-ubun berada di belakang atau samping. Miring ke kiri atau ke
kanan tergantung posisi ubun-ubun bayi. Jika di kanan, ibu diminta miring ke kanan dengan
harapan bayinya akan memutar. Posisi ini juga bisa digunakan bila persalinan berlangsung
lama dan ibu sudah kelelahan dengan posisi lainnya. Keuntungan: Peredaran darah balik ibu
mengalir lancar. Pengiriman oksigen dalam darah ibu ke janin melalui plasenta tidak
terganggu. Karena tidak terlalu menekan, proses pembukaan berlangsung perlahan-lahan
sehingga persalinan relatif lebih nyaman. Kekurangan: Posisi ini membuat dokter atau bidan
sedikit kesulitan membantu proses persalinan. Kepala bayi lebih sulit dipegang atau
diarahkan. Bila harus melakukan episiotomi pun posisinya lebih sulit. 3. Berdiri/Setengah
jongkok. Dalam satu kesempatan, dr Judi J. Endjun, SpOG, ahli kebidanan dan kandungan
bercerita, saat PTT di Timor-Timur (sekarang Timor Leste), ia dibuat tertegun dengan cara
wanita sana melahirkan. Ia menyaksikan, sang suami yang istrinya akan melahirkan
membakar kayu hingga menjadi bubuk abu, lalu abu itu ditabur di atas lantai rumah.
Kemudian dua buah kain digantungkan di atas rumah, tepat di atas abu yang ditebar tadi. Si
ibu berpegangan pada kain, dan tak perlu menunggu lama, si bayi langsung lahir dan
"mendarat" di atas abu hangat yang steril. Sebuah kearifan lokal yang membuatnya geleng-
geleng kepala. Tak hanya di Timor, beberapa suku di China pun ternyata mempunyai
kebiasaan yang sama, yakni melahirkan dengan berdiri. Keuntungan: Posisi ini selaras
dengan gaya gravitasi bumi. Sehingga, kekuatan mengejan ibu jauh lebih kuat. Memang,
pada posisi berdiri jalan lahir langsung lurus dengan tanah. Seolah-olah ibu menekan tanah
dengan kekuatan seluruh tubuhnya. Sehingga dibutuhkan kesiapan semua pihak yang
membantu persalinan, jangan sampai bayi "meluncur" terlalu cepat hingga cedera. Supaya hal
ini tidak terjadi, biasanya sudah disiapkan bantalan yang empuk dan steril untuk menahan
kepala dan tubuh bayi. Kekurangan: Dokter atau bidan sedikit kesulitan bila harus membantu
persalinan melalui episiotomi atau memantau perkembangan pembukaan. 4. Jongkok.
Beberapa suku di Indonesia Timur, mulai Lombok Timur hingga Papua, wanitanya
mempunyai kebiasaan melahirkan dengan cara jongkok. Keuntungan: Posisi ini
menguntungkan karena pengaruh gravitasi tubuh, ibu tak harus bersusah-payah mengejan.
Bayi akan keluar lewat jalan lahir dengan sendirinya. Kekurangan: Bila tidak disiapkan
dengan baik, posisi jongkok amat berpeluang membuat kepala bayi cedera, sebab bayi bisa
"meluncur" dengan cepat. Supaya hal ini tidak terjadi, biasanya sudah disiapkan bantalan
yang empuk dan steril untuk menahan kepala dan tubuh bayi. Dokter atau bidan pun sedikit
kesulitan bila harus membantu persalinan melalui episiotomi atau memantau perkembangan
pembukaan. 5. Dalam air. Bisa jadi di Indoensia melahirkan dalam air termasuk hal baru,
tetapi di Eropa Timur, terutama di Rusia, cara melahirkan seperti ini sudah sangat lazim.
Sampai-sampai muncul anekdot, keunggulan atlet renang Eropa Timur antara lain terbentuk
karena sejak lahir bayi-bayi di sana sudah "dipaksa" latihan berenang. Ketika ibu hamil sudah
masuk bukaan 5-6, dengan dibantu dokter atau perawat, ibu hamil dimasukkan ke kolam
khusus yang dipastikan kebersihan dan sterilisasinya. Temperatur air harus sesuai dengan
suhu tubuh ibu, tidak kurang atau lebih, untuk mencegah terjadinya temperature shock saat
bayi meluncur ke air. Keuntungan: Kelebihan utama melahirkan di air adalah ibu sangat
rileks, karena adanya rileksasi semua otot tubuh, terutama otot-otot yang terkait dengan
proses persalinan. Mengejan menjadi lebih mudah dan tidak merasakan sakit seperti proses
persalinan lainnya. Jangan khawatir bayi akan "tenggelam" begitu lahir, sebab selama dalam
kandungan pun sejatinya bayi hidup di dalam air ketuban ibu. Kekurangan: Risiko air tertelan
oleh bayi sangat besar, karena itu proses ini membutuhkan kesiapan semua pihak, baik
peralatan yang digunakan maupun dokter kandungan, perawat, atau dokter anak yang
langsung mengecek keadaan bayi begitu lahir. Bila prosesnya berlangsung terlalu lama, ibu
bisa mengalami hipotermia atau suhu tubuh terlalu rendah. (Marfuah Panji Astuti/Tabloid
Nakita)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "5 Pilihan Posisi Melahirkan ",
https://megapolitan.kompas.com/read/2010/07/19/13080237/5.pilihan.posisi.melahirkan..

Anda mungkin juga menyukai