Anda di halaman 1dari 13

Sistem Medis

Sistem medis:

1. Pengertian system medis


- Sistem medis yaitu aturan hasil kontruksi manusia. Sistem medis sebagai strategi
adaptasi sosial – budaya, di dalam sistem medis ini membahas masalah-masalah luas
mengenai penyakit dan perananya dalam evolusi manusia, yang di lihat sebagai strategi
adaptasi.
- Anne (2007) sistem medis adalah pola-pola dari pranata sosial dan tradisi-tradisi yang
menyangkut perilaku yang disengaja untuk meningkatkan kesehatan, meskipun hasil dari
tingkah laku khusus tersebut belum tentu menghasilkan kesehatan yang baik.

2. Ciri-ciri universal system medis


1. Sistem Medis Merupakan Integral dari Kebudayaan-Kebudayaan
Di sini dikatakan bahwa sistem medis berkaitan dengan keseluruhan pola-pola
kebudayaan. Sebagai contoh, kepercayaan terhadap penyakit pada banyak masyarakat
sangat terjalin erat dengan magis dan religi, di mana sebagian masyarakat masih
mempercayai mitos dan makhluk-makhluk lain yang mendatangkan penyakit, serta
adanya pantangan-pantangan yang didapat dari sesepuhnya.
Masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan individu mengalami serangkaian
gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Anak yang sakit ditandai dengan
tingkah laku rewel, sering menangis, dan tidak nafsu makan. Orang dewasa dianggap
sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau "kantong kering" (tidak
punya uang). Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam tiga
bagian yaitu :
a. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia.
b. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin.
c. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain).
Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan pertama dan kedua, dapat
digunakan obat-obatan, ramuan-ramuan, pijat, kerok, pantangan makan, dan bantuan
tenaga kesehatan. Untuk penyebab sakit yang ketiga harus dimintakan bantuan dukun,
kyai dan lain-lain. Dengan demikian upaya penanggulangannya tergantung kepada
kepercayaan mereka terhadap penyebab sakit.
2. Penyakit Ditentukan oleh Kebudayaan
Dari pandangan budaya, penyakit adalah pengakuan sosial bahwa seseorang itu tidak
bisa menjalankan peran normalnya secara wajar dan harus dilakukan sesuatu terhadap
kondisi tersebut. Dengan kata lain, harus dibedakan antara penyakit (disease) sebagai
suatu konsep patologi, dan penyakit (illness) sebagai suatu konsep kebudayaan.
Illness adalah penyakit yang dianggap sebagai suatu konsep kebudayaan atau dapat
dikategorikan konsep penyebab sakit personalistik dimana dianggap munculnya penyakit
disebabkan oleh intervensi suatu aagen aktif yang dapat berupa makhluk atau bukan
manusia.
Sedangkan disease adalah penyakit yang dianggap sebagai suatu konsep patologi
atau dapat dikategorikan konsep penyebab sakit naturalistik yaitu seseorang menderita
sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup,
ketidakseimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk
angin dan penyakit bawaan.
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu
dengan daerah yang lain, tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam
masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan
sampai saat ini masih ada di masyarakat; dapat turun dari satu generasi ke generasi
berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.
Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini masih
ada di beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian Jaya). Makanan pokok penduduk Papua
adalah sagu yang tumbuh di daerah rawa -rawa. Selain rawa-rawa, tidak jauh dari
mereka tinggal terdapat hutan lebat. Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan
itu milik penguasa gaib yang dapat menghukum setiap orang yang melanggar
ketentuannya. Pelanggaran dapat berupa menebang, membabat hutan untuk tanah
pertanian, dan lain-lain akan diganjar hukuman berupa penyakit dengan gejala demam
tinggi, menggigil, dan muntah. Penyakit tersebut dapat sembuh dengan cara minta
ampun kepada penguasa hutan, kemudian memetik daun dari pohon tertentu, dibuat
ramuan untuk di minum dan dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam beberapa hari
penderita akan sembuh. Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan
ditentukan dari penuturan sederhana dan mudah secara turun temurun. Misalnya
penyakit akibat kutukan Allah, makhluk gaib, roh-roh jahat, udara busuk, tanaman
berbisa, binatang, dan sebagainya.Pada sebagian penduduk Pulau Jawa, dulu penderita
demam sangat tinggi diobati dengan cara menyiram air di malam hari. Air yang telah
diberi ramuan dan jampi–jampi oleh dukun dan pemuka masyarakat yang disegani
digunakan sebagai obat malaria.

3. Sistem Medis Memiliki Segi-segi Pencegahan dan Pengobatan


Segi-segi pencegahan umumnya dilakukan dengan upaya preventif dari tindakan
individu itu sendiri, dan tindakan ini merupakan tingkah laku individu yang secara logis
mengikuti konsep tentang penyebab sakit, menjelaskan mengapa orang jatuh sakit, dan
tentang apa yang harus dilakukan untuk menghindari penyakit itu. Apabila penduduk
percaya bahwa penyakit terjadi karena dikirim oleh dewa-dewa atau leluhur yang marah
untuk menghukum suatu dosa, maka prosedur untuk melakukan upaya preventifnya
adalah dengan pengakuan dosa.
Contoh nyata dalam masyarakat di beberapa daerah, yaitu penyakit kejang-kejang di
mana masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas dan kejang-kejang
disebabkan oleh hantu. Di Sukabumi disebut hantu gegep, sedangkan di Sumatra Barat
disebabkan hantu jahat. Di Indramayu pengobatannya adalah dengan dengan pergi ke
dukun atau memasukkan bayi ke bawah tempat tidur yang ditutupi jaring.
Contoh lain adalah penyakit campak yang dalam asumsi masyarakat mengatakan
bahwa Penyebabnya adalah karena anak terkena panas dalam, anak dimandikan saat
panas terik, atau kesambet. Di Indramayu ibu-ibu mengobatinya dengan membalur anak
dengan asam kawak, meminumkan madu dan jeruk nipis atau memberikan daun suwuk.
Walaupun banyak praktik-praktik “pencegahan” ala pribumi tidak lebih dari mitos atau
tahayul, namun beberapa tindakan memberikan hasil, walaupun tidak untuk alasan yang
diasumsikan. Namun hal demikian juga termasuk dalam upaya preventif di mana
tindakan tersebut dilakukan untuk mencegah sakit.

4. Sistem Medis Memiliki Sejumlah Fungsi


a. Sistem teori penyakit memberikan rasional bagi pengobatan
Maksudnya setiap penyakit memiliki upaya pengobatan demi kesembuhan si pasien.
b. Sistem teori penyakit menjelaskan “mengapa”
Sistem teori penyakit tidak hanya mendiagnosis sebab penyakit dan memberikan
pengobatan yang logis untuk penyembuhan, tetapi juga menjelaskan mengapa penyakit
tersebut dapat menyerang seseorang dengan menjelaskan tentang apa yang telah
mengganggu hubungan sosial si pasien atau apakah adanya gangguan keseimbangan
alam yang terjadi pada pasien. Hal ini guna memuaskan kebutuhan dasar manusia untuk
mengetahui penyebab penyakit nya agar dapat melakukan upaya-upaya agar penyakitnya
tidak kembali.

c. Sistem-sistem teori penyakit berperan dalam memberi sanksi dan dorongan norma-
norma budaya sosial dan moral
Hal ini menyatakan bahwa penyakit disebabkan oleh dosa, pelanggaran tabu, dan bentuk-
bentuk lain dari kesalahan tindakan. Dalam hal ini penyakit dilihat sebagai ganjaran bagi
tingkah laku yang tidak baik atau tidak disukai. Hal itu merupakan akibat dari tingkah
laku yang menyimpang dari pola-pola umum yang berlaku dalam hubungan antarpribadi,
baik sesama manusia atau antara manusia dengan makhluk lain yang bukan manusia.

d. Sistem teori penyakit juga berperan dalam dorongan norma-norma budaya sosial
dan moral
Psikiater John Cawte menyatakan dalam sanksi atas ketidaksepakatan sosial di kalangan
penduduk asli Australia, di mana timbale balik antara dominasi-submissi digunakan oleh
para dukun pribumi sebagai suatu dorongan menuju kesepakatan sosial. Dukun
mengatakan: sesuaikan diri atau kamu akan menjadi sakit, ia memaksakan para
pembangkang pada tindakan yang kompromistis supaya kelompok kekerabatan tersebut
dapat hidup bersama secara lebih baik.

e. Sistem teori penyakit dapat memberikan rasional bagi pelaksanaan-pelaksanaan


konservasi (perlindungan alam)
Hal ini dapat dilihat di kalangan tertentu, misalnya kalangan pemburu orang-orang
Indian Tukano di daerah Amazon Columbia. Mereka tidak boleh sembarangan memburu
dan untuk melakukan perburuan mereka harus mentaati beberapa peraturan tertentu dari
sang penguasa yang ditakuti oleh orang-orang Tukano. Mereka mempercayai bahwa
hewan buruan dapat melakukan tindakan balasan terhadap para pemburu dengan
mengakibatkan penyakit di kalangan penduduk desanya. Dengan demikian hal tersebut
menekankan pemburu agar membunuh hewan apabila makanan diperlukan.
Kepercayaan-kepercayaan terhadap penyakit jelas menghasilkan konservasi yang baik
bagi pelaksanaan perburuan.
f. Sistem teori penyakit dapat mengatasi agresi
Dalam masyarakat luas yang terbuka, jumlah tertentu dari sifat-sifat agresif yang terbuka
dapat diserap tanpa mengancam masyarakat. Namun dalam masyarakat kecil yang
tertutup, agresi terbuka merupakan ancaman yang tak dapat diterima bagi kelangsungan
hidup masyarakat tersebut.

g. Peran nasionalistik pengobatan tradisional


Pengobatan tradisional suatu negara berperan dalam pengembangan kebangsaan
nasional, hal ini dikarenakan pengobatan tradisional mencerminkan tingkatan
kebudayaan suatu negara di masa silam. Misalnya, kebangsaan Cina termasuk salah satu
kebudayaan yang maju, hal ini ditandai dengan teknik-teknik pengobatan Cina yang telah
dikenal dan digunakan lama sebelum pengobatan itu muncul di Barat (Huard dan Wong
1968). Salah satu contoh peran nasionalistik pengobatan tradisional di Indonesia adalah
jamu yang merupakan khas milik Indonesia.

3. Sistem medis tradisional

Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2001 ditemukan sekitar 57,7% penduduk
Indonesia melakukan pengobatan sendiri, sekitar 31,7% menggunakan obat tradisional
serta sekitar 9,8% menggunakan cara pengobatan. Adapun yang dimaksud dengan
pengobatan tradisional disini adalah cara pengobatan atau perawatan yang
diselenggarakan dengan cara lain diluar ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan yang
lazim dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang
diperoleh secara turun temurun, atau berguru melalui pendidikan, baik asli maupun yang
berasal dari luar Indonesia, dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam masyarakat
(UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).
Banyak faktor yang berperan, kenapa pemanfatan pengobatan tradisional masih tinggi di
Indonesia. Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:

1. Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sosial budaya masyarakat.


2. Tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan latar belakang budaya masyarakat
menguntungkan pengobatan tradisional.
3. Terbatasnya akses dan keterjangkauan pelayanan kesehatan moderen.
4. Keterbatasan dan kegagalan pengobatan modern dalam mengatasi beberapa penyakit
tertentu.
5. Meningkatnya minat masyarakat terhadap pemanfaatan bahan-bahan (obat) yang
berasal dari alam (back to nature).
6. Meningkatnya minat profesi kesehatan mempelajari pengobatan tradisional.
7. Meningkatnya modernisasi pengobatan tradisional.
8. Meningkatnya publikasi dan promosi pengobatan tradisional.
9. Meningkatnya globalisasi pelayanan kesehatan tradisional.
10. Meningkatnya minat mendirikan sarana dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tradisional.

Pengobatan alternatif adalah cara pengobatan atau perawatan yang


diselenggarakan dengan cara lain di luar ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan yang
lazim dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang
diperoleh secara turun-temurun atau berguru melalui pendidikan, baik asli maupun dari
luar Indonesia. Pengobatan alternatif bisa dilakukan dengan menggunakan obat-obat
tradisional, yaitu bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral,
sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang turun-temurun
telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Pengobatan alternatif
merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan yang
tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran moderen (pelayanan kedoteran
standar) dan digunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran moderen
tersebut.
Berbagai istilah telah digunakan untuk cara pengobatan yang berkembang di
tengah masyarakat. WHO (1974) menyebut sebagai “traditional medicine” atau
pengobatan tradisional. Para ilmuwan lebih menyukai “traditional healding”.
Adapula yang menyebutkan “alternatif medicine”. Ada juga yang menyebutkan
dengan folk medicine, ethno medicine, indigenous medicine (Agoes, 1992). Dalam
sehari-hari kita menyebutnya “pengobatan dukun”. Untuk memudahkan penyebutan maka
dalam hal ini lebih baik digunakan istilah pengobatan alternatif, karena dengan istilah ini
apat ditarik garis tegas perbedaan antara pengobatan moderen dengan pengobatan di
luarnya dan juga dapat merangkum sistem-sistem pengobatan oriental (timur) seperti
pengobatan tradisional atau sistem penyembuhan yang berakar dari budaya turun temurun
yang khas satu etnis (etno medicine). Pengobatan alternatif sendiri mencakup seluruh
pengobatan tradisional dan pengobatan alternatif adalah pengobatan tradisional yang telah
diakui oleh pemerintah.
Pengobatan yang banyak dijumpai adalah pengobatan alternatif yang berlatar
belakang akar budaya tradisi suku bangsa maupun agama. Pengobat (curer) ataupun
penyembuh (healer) dari jasa pengobatan maupun penyembuhan tersebut sering disebut
tabib atau dukun. Pengobatan maupun diagnosa yang dilakukan tabib atau dukun tersebut
selalu identik dengan campur tangan kekuatan gaib ataupun yang memadukan antara
kekuata rasio dan batin.
Salah satu ciri pengobatan alternatif adalah penggunaan doa ataupun bacaan-
bacaan. Doa atau bacaan dapat menjadi unsure penyembuh utama ketika dijadikan terapi
tunggal dalam penyembuhan.Selain doa ada juga ciri yang lain yaitu adanya
pantanganpantangan. Pantangan berarti suatu aturan-aturan yang harus dijalankan oleh
pasien. Pantangan-pantangan tersebut harus dipatuhi demi kelancaran proses pengobatan,
agar penyembuhan dapat selesai dengan cepat. Dimana pantanganpantangan tersebut
sesuai dengan penyakit yang diderita pasien. Seperti misalnya penyakit patah tulang
maupun terkilir, biasanya dilarang unutk mengkonsumsi minum es dan kacang-kacangan.
Makanan-makanan tersebut menurutnya dapat mengganggu aliran syaraf-syaraf yang
akan disembuhkan.

Perbedaan Metode Pengobatan Tradisional Dengan Modern

Metode pengobatan modeen berdasarkan pada pengetahuan, bukti klinis dan


pengkajian ilmiah yang mendalam, sedangkan Metode pengobatan tradisional
berdasarkan pada kebiasaan turun temurun yang telah ada lebih lama dari pada
pengobatan modern dan mereka adalah bagian penting dari sejarah. Harus diingat bahwa
setiap kategori perawatan kesehatan memiliki keunggulan masing-masing dan
keterbatasan tertentu dan tidak ada satu jenis pengobatan pun memiliki semua jawaban
terhadap semua penyakit.

Perbedaan yang paling mendasar antara pengobatan modern dan pengobatan


tradisional terletak pada cara mereka mengobati dan memahami suatu penyakit.
Pengobatan medis memandang penyakit hanya sebagai suatu kondisi biologis yang
ditandai dengan kelainan pada fungsi atau struktur organ-organ tertentu atau seluruh
sistem organ. Sedangkan pengobatan alternative atau pengobatan tradisional
menganggap penyakit lebih dari itu selain biologis mereka juga melibatkan aspek
spiritual, psikologis dan sosial tertentu dari orang yang terkena. Ini yang kadang-kadang
sering diabaikan oleh pengobatan modern.

a. Metode Pengobatan Tradisional


Pengobatan tradisional adalah metode pengobatan yang digunakan dalam berbagai
masyarakat sejak jaman dahulu yang diturunkan dan dikembangkan secara bertahap
dari generasi kegenarasi berdasarkan tingkat pemahaman manusia terhadap
pengetahuan dari masa ke masa. Pengobatan tradisional atau obat tradisional juga
kadang-kadang disebut sebagai obat rakyat, obat herbal dan sebagainya. Praktek yang
paling umum dari obat tradisional termasuk pengobatan tradisional Afrika,
akupunktur, pengobatan tradisional Korea, pengobatan tradisional Cina, pengobatan
Islam, obat Siddha, Ayurveda dan jamu. Sebagian wilayah tertentu di dunia, terutama
di Afrika dan Asia di mana 80 persen dari penduduk masih mengandalkan praktik
pengobatan tradisional untuk sebagian besar kebutuhan kesehatan primer mereka.
Obat tradisional juga digunakan dalam peradaban Barat, tetapi kadang-kadang dapat
menyebabkan bahaya kesehatan tertentu jika tidak digunakan dengan tepat.

Sejarah pengobatan tradisional :

Dipercaya Obat herbal pertama kali ada pada zaman Sumeria kuno, peradaban
pertama yang dijelaskan menggunakan obat dari berbagai macam tanaman. Mesir
Kuno juga merupakan salah satu peradaban besar lain yang banyak mengandalkan
obat herbal untuk berbagai keperluan. Budidaya dan penggunaan tumbuh-tumbuhan
tertentu bahkan disebutkan dalam Alkitab. Bukti rekaman pertama dari Ayurveda
kembali ke milenium pertama SM sama seperti buku herbal Cina tertua yang
ditambah dan terus diperbaiki sepanjang zaman. Yunani dan Romawi mempunyai
pengaruh yang besar pada Hellenic, Ayurvedic dan obat tradisional spanyol. Mereka
juga tulang punggung dari semua pengetahuan ahli botani Muslim dan dokter Islam.
kemudian pengobatan tradisional amerika secara langsung dipengaruhi oleh teks-teks
tertentu dari Jerman dan Belanda yang dikembangkan selama abad ke-16.

b. Metode Pengobatan modern


Pengobatan moderen merupakan cara-cara pengobatan yang dilakukan berdasarkan
penelitian ilmiah dan berdasarkan pengetahuan dari berbagai aspek. biasanya
pengobatan medis menggunakan beberapa terapan disiplin ilmu pengetahuan dalam
mengobati sebuah penyakit, cara pemeriksaan dan diagnose penyakit pun lebih akurat
daripada pengobatan tradisional. Selain itu obat yang gunakan dalam pengobatan
medis semuanya merupakan hasil uji klinis yang mendalam dan memiliki fungsi yang
dapat dibuktikan secara ilmiah. Pengobatan modern memiliki sebuah prosedur yang
sesuai dan terus di tingkatkan seiring dengan kemajuan teknologi. Saat ini, obat
modern memiliki jawaban untuk mendeteksi dan mengobati sejumlah besar dari
berbagai kondisi medis, terutama yang di picu oleh bakteri, virus dan jenis lain dari
penyebab infeksi atau penyakit. Banyak penyakit yang dulunya tidak dapat
disembuhkan dan berakhir pada kematian tetapi sekarang mudah untuk disembuhkan
antara lain batuk rejan, difteri, cacar, dan penyakit lainnya. Kenapa masih banyak
orang percaya pengobatan tradisional? Pengobatan modern biasanya cenderung
mengabaikan aspek-aspek spiritual, social dan keyakinan seseorang. Ini semacam
ketidakpuasan menyebabkan peningkatan yang signifikan jumlah orang yang masih
mengandalkan pengobatan tradisional untuk mengatasi masalah kesehatan mereka.
Semua ini terjadi meskipun fakta bahwa tidak ada bukti ilmiah terhadap metode
pengobatan tradisional yang dapat memberikan hasil yang memuaskan. kepercayaan
dan keyakinan merupakan sebuah faktor penting dalam pengobatan. Ada sejumlah
besar orang yang menderita kekurangan dimensi spiritual dalam kehidupan mereka.
Mereka tidak dapat terhubung ke beberapa makna yang lebih besar dan itu adalah
salah satu alasan utama mengapa mereka sering mengandalkan praktisi pengobatan
tradisional yang dapat mengurus semua dimensi yang berbeda dari kehidupan mereka.
Orang-orang ini percaya pada fakta bahwa kesehatan dan keseluruhan seseorang tidak
hanya mengandalkan pada kesuksesan menghilangkan beberapa penyakit di dalam
tubuh manusia.

4. Pandangan Antropologi Kesehatan Terhadap Terjadinya Suatu Penyakit


Antropologi kesehatan mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang
berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya, di antaranya objek
yang menjadi kajian disiplin ilmu ini adalah:

1. penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes),


2. beberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan supranatural maupun
supernatural atau penyihir,
3. kelompok healers ditemukan dengan bentuk yang berbeda disetiap kelompok
masyarakat,
4. healers yang mempunyai peranan sebagai penyembuh,
5. perhatian terhadap suatu keberadaan sakit atau penyakit tidak secara individual,
terutama illness dan sickness pada keluarga ataupun masyarakat.

Jauh sebelum apa yang disimpulkan ahli-ahli antropologi pada akhir abad 20, pada tahun
1924 W.H. R. River, seorang dokter, menyebutkan bahwa kepercayaan medis dan
prakteknya tidak dapat dipisahkan dari aspek budaya dan organisasi sosial yang lain. Ia
menyatakan “praktek medis primitif mengikuti dari dan membuat pengertian dalam
syarat-syarat yang mendasari kepercayaan medis. Ia juga menyatakan keberadaan 3
padangan dunia yang berbeda (gaib, religi, dan naturalistik) dan menghubungkan sistem-
sistem kepercayaan, dan tiap-tiap pandangan memilki model perilaku medis yang sesuai.

Ackerkencht, seorang dokter dan ahli antropologi, orientasi teoritisnya diungkapkan


dalam bentuk lima generalisasi yaitu:

1. studi signifikan dalam antropologi medis bukanlah sifat tunggal melainkan


konfigurasi budaya secara keseluruhan dai masyarakat dan temapt dimana pola medis
berada dalam totalitas tersebut,
2. ada begitu banyak pengobatan primitif,
3. bagian dari pola medis, seperti yang ada pada keseluruhan budaya, secara fungsional
saling berkaitan,
4. pengobatan primitif paling baik dipahami dalam kaitan kepercayaan dan definisi
budaya,
5. manifestasi pengobatan primitif yang bervariasi seluruhnya merupakan pengobatan
gaib.

Penelitian-penelitian dan teori-teori yang dikembangkan oleh para antropolog,


perilaku sehat (health behavior ), perilaku sakit (illness behavior) perbedaan
antara illness dan disease, model penjelasan penyakit explanatory model ), peran dan
karir seorang yang sakit (sick role), interaksi dokter-perawat, dokter-pasien, perawat-
pasien, penyakit dilihat dari sudut pasien, membuka mata para dokter bahwa kebenaran
ilmu kedokteran modern tidak lagi dapat dianggap kebenaran absolut dalam proses
penyembuhan.
Antropologi Kesehatan menjelaskan secara komprehensif dan interpretasi
berbagai macam masalah tentang hubungan timbal-balik biobudaya, antara tingkah
laku manusia dimasa lalu dan masa kini dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa
mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut.
Partisipasi profesional antropolog dalam program-program yang bertujuan
memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar tentang
hubungan antara gejala bio-sosial-budaya dengan kesehatan, serta melalui perubahan
tingkah laku sehat kearah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih
baik.

Tugas utama ahli dari Antropologi Kesehatan adalah bagaimana individu di


masyarakat mempunyai persepsi dan beraksi terhadap ill dan bagaimana tipe
pelayanan kesehatan yang akan dipilih, untuk mengetahui mengenai budaya dan
keadaaan sosial di komunitas tempat tinggal. Antropologi Kesehatan dianggap
sebagai ‘antropologi dari obat” (segi teori) dan ‘Antropologi dalam pengobatan’ (segi
praktis atau terapan).

Pandangan ahli antropologi penyebab orang sakit ada dua hal yaitu:

1. Secara personalistik (secara personal)

Secara personalistik (secara personal) penyakit (illness) disebabkan oleh


intervensi dari suatu agen yang aktif, yang dapat berupa mahluk supanatural (mahluk
gaib atau dewa), mahluk yang bukan manusia (seperti hantu, roh leluhur, atau roh
jahat) maupun mahluk manusia (tukang sihir attau tukang tenung). Orang yang sakit
adalah korbanya, objek dari agresi atau hukuman yang ditunjukan khusus kepadanya
untuk alasan-alasan yang khusus menyangkut dirinya saja. Kepercayaan tentang
kausalitas penyakit yang bersifat personalistik menonjol dalam data-data medis dan
kesehatan yang tercatat dalam etnografi klasik tentang masyarakat-masyarakat
“primitif” (masyarakat yanng belum berkembang). Hal ini termasuk kelompok-
kelompok seperti penduduk-penduduk pribumi. Sebagian besar dari kelompok ini
(pada mulanya) relatif kecil, terisolir, buta askara, dan kurang kontak dengan
peradaban tinggi.
Menelusuri nilai budaya, misalnya mengenai pengenalan kusta dan cara
perawatannya. Kusta telah dikenal oleh etnik Makasar sejak lama. Adanya istilah
kaddala sikuyu (kusta kepiting) dan kaddala massolong (kusta yang lumer),
merupakan ungkapan yang mendukung bahwa kusta secara endemik telah berada
dalam waktu yang lama di tengah-tengah masyarakat tersebut.

2. Secara naturalistik

Secara naturalistik penyakit dijelaskan dengan istilah sistemik yang bukan pribadi.
Sistem-sistem naturalistik mengakui adanya suatu model keseimbangan, sehat terjadi
karena unsur-unsur yang tetap dalam tubuh, seperti panas, dingin, cairan tubuh
(humor atau dosha), yin dan yang berada dalam keadaan seimbang menurut usia dan
kondisi individu dalam lingkungan alamiah dan lingkungan sosialnya. Apabila
keseimbangan ini terganggu, maka hasilnya adalah timbulnya penyakit. Walaupun
prinsip keseimbangan dalam sistem-sistem neuralistik dieksprresikan dalam berbagai
cara, tulisan masa kini mengungkapkan peran utama panas, dingin, sebagai ancaman
pokok terhadap kesehatan. Natural, nonsupranatural, dan empiris adalah istilah-istilah
yang sejajar dengan predikat “naturalistik” namun istilah “supranatural” dan
“magical” kurang tepat karena keduanya, membutuhkan sejumlah agen yang secara
konseptual berbeda.

Istilah supranatural menunjukan kepada suatu tata kehudupan yang melewati batas
alam nyata atau alam semesta yang terlihat dan dapat diamati. Sistem-sistem etiologi
personalistik dan naturalistik sudah tentu tidaklah eksklusif satu sama lain. Etiologi-
etiologi medis personalistik merupakan bagiandari penjelasan yang lebih
komperhensif, sedangkan etiologi-etiologi naturalistik sebagian besar terbatas pada
masalah penyakit. Dengan kata lain dalam sistem personalistik, penyakit hanya
merupakan suatu kasus khusus dalam penjelasan tentang segala kemalangan. Penyakit
bukan merupakan kategori yang terpisah dari kemalangan pada umumnya.

Etiologi-etiologi yang naturalistik hanya terbatas pada penyakit-penyakit tertentu;


mereka tidak ada hubungannya dengan kekeringan, kegagalan perburuan, atau
ganguan lain dalam kehidupan. Dalam hal terdapatnya dikotomi panas-dingin,
peranannya terbatas pada penjelasan tentang penyakit dan bimbingan untuk
pengobatanya. Masyarakat mendefinisikan penyakit dalam cara yang berbeda-beda
dan gejala-gejala yang diterima sebagai bukti adanya penyakit dalam suatu
masyarakat.

Penyebab bersifat naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh


lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam
tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit
bawaan. Konsep sehat sakit yang dianut pengobat tradisional (Battra) sama dengan
yang dianut masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungan dengan
keadaan badan atau kondisi tubuh kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan.
Sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan yang normal, wajar, nyaman, dan dapat
melakukan aktivitas sehari-hari dengan gairah. Sedangkan sakit dianggap sebagai
suatu keadaan badan yang kurang menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan
sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari
seperti halnya orang yang sehat.

Anda mungkin juga menyukai