Anda di halaman 1dari 7

CARPORATE GOVERNANCE (CG)

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK PEMEGANG SAHAM

Dosen :
Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, S.E., M.Si., Ak. CA

Oleh : Kelompok 5

Raden Fernando Wijaya Kusendarto 1707532001


Putu Bagus Diva Aiswarya 1707532024
I Made Edy Purnama Putra 1707532097

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
1. Organ-Organ Dalam Perseroan Terbatas

Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Perseroan


Terbatas memiliki 3 (tiga) organ penting , yaitu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),
Direksi dan Dewan Komisaris. Berikut ini adalah penjabaran fungsi dan kewenangan dari
masing-masing organ :

1). RUPS

Menurut Pasal 1 ayat 4 UU PT, RUPS adalah organ Perseroan yang mempunyai wewenang
yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan
dalam Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar. RUPS mempunyai kewenangan yang
ditetapkan dalam UU PT antara lain :

a) Penetapan perubahan anggaran dasar ( pasal 34)


b) Penetapan pengurangan modal ( pasal 37 )
c) Pemeriksaan, persetujuan, dan pengesahan laporan tahunan ( pasal 60 )
d) Penetapan penggunaan laba ( pasal 62)
e) Pengangkatan dan pemberhentian direksi dan komisaris ( pasal 80, 91,92)

2). Direksi

Direksi merupakan organ Perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan untuk
kepentingan dan tujuan Perseroan serta memiliki Perseroan, baik di dalam maupun di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar (Pasal 1 ayat 5 UU PT). Direksi
memiliki kewenangan untuk menjalankan Perusahaan dengan sebaik-baiknya, namun
kewenangannya menjalankan Perusahaan dibatasi oleh Undang-Undang dan atau Anggaran
Dasar PT.

Berdasarkan Pasal 82 UU PT, kewajiban direksi adalah sebagai berikut :

a) Membuat dan memelihara daftar pemegang saham, risalah RUPS dan risalah rapat
direksi;
b) Menyelenggarakan pembukuan Perseroan.
3). Komisaris

Berdasarkan Pasal 1 Ayat 6 UU PT, Komisaris adalah organ Perseroan yang bertugas
melakukan pengawasan secara umum dan khusus sesuai dengan Anggaran Dasar dalam
menjalankan Perusahaan. Komisaris memiliki wewenang untuk:

a) Melakukan pengawasan terhadap direksi dalam menjalankan perusahaan sesuai


dengan anggaran dasar dan perundang-undangan atau tidak serta memberi nasihat.
b) Mengetahui segala tindakan direksi dalam menjalankan perusahaan.
c) Memberhentikan sementara seorang atau lebih anggota direksi apabila anggota
direksi tersebut dalam menjalankan perusahaan bertindak bertentangan dengan
anggaran dasar atau perundang-undangan yang berlaku.
2. Pemegang Saham

Pemegang saham (stockholder) adalah seseorang atau badan hukum yang secara sah
memiliki satu atau lebih saham pada perusahaan. Para pemegang saham adalah pemilik dari
perusahaan tersebut. Perusahaan yang terdaftar dalam bursa efek berusaha untuk meningkatkan
harga sahamnya.

Menurut Pasal 3 ayat (1) UU PT, pemegang saham Perseroan Terbatas (“Perseroan”)
tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan
tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki. Berdasarkan
Pasal 3 ayat (2) UU PT yang menyatakan bahwa ketentuan di dalam Pasal 3 ayat (1) tidak
berlaku apabila:
a) Persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;
b) Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad
buruk memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadi;
c) Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh Perseroan; atau
d) Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara
melawan hukum menggunakan kekayaan Perseroan, yang mengakibatkan kekayaan
Perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang Perseroan.
3. Hak-Hak Pemegang Saham terkait dengan Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas

Berdasarkan Undang-undang No. 40 Tahun 2007 (Pasal 52 ayat (1)) tentang Perseroan
Terbatas, pemegang saham terbagi di dalam dua kategori besar hak. Pertama, hak-hak,
sebagaimana diatur Pasal 52 ayat (1) UU PT, dalam kerangka RUPS bahwa pemegang saham
dapat menyatakan pendapatnya, menerima keuntungan RUPS dalam bentuk dividen dan
menerima sisa kekayaan dari terjadinya likiudasi perusahaan. Kedua, terdapat hak-hak lain
yang tersebar (diluar hak-hak yang pertama) diatur beberapa pasal dalam UU PT. Hal itu dapat
dijelaskan bahwa hak-hak lain tersebut antara lain:
1) Hak Perseorangan (Personal Rights). Hak ini telah diatur oleh Pasal 61 ayat (1) UU PT
yang antara lain menentukannya bahwa setiap pemegang saham berhak mengajukan
gugatan terhadap perseroan ke Pengadilan Negeri apabila dirugikan karena tindakan
perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS,
Direksi, dan/atau Dewan Komisaris.
2) Hak Menilai Harga Saham (Appraisal Right). Hak ini telah diatur dalam Pasal 62 ayat (1)
UU PT menentukan bahwa setiap pemegang saham berhak meminta kepada perseroan agar
sahamnya dapat dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak
menyetujui tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham atau perseroan, berupa
tindakan: a. perubahan anggaran dasar; b. pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan
yang mempunyai nilai lebih dari 50% (lima puluh persen) kekayaan bersih Perseroan; atau
c. penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan.
3) Hak Meminta Didahulukan (Pre-Emptive Right). Hak ini telah diatur Pasal 43 ayat (1) dan
Ayat (2) UU PT yang menentukan bahwa: (1) saham yang dikeluarkan untuk penambahan
modal harus terlebih dahulu ditawarkan kepada setiap pemegang saham seimbang dengan
pemilikan saham untuk klasifikasi saham yang sama; (2) saham yang akan dikeluarkan
untuk penambahan modal merupakan saham yang klasifikasinya belum pernah
dikeluarkan, yang berhak membeli terlebih dahulu adalah seluruh pemegang saham sesuai
dengan perimbangan jumlah saham yang dimilikinya.
4) Hak Gugatan Derivatif (Derivative Right). Hak ini diatur melalui Pasal 97 ayat (6) untuk
gugatan terhadap Direksi dan Pasal 114 ayat (6) gugatan terhadap Komisaris perseroan.
Melalui kedua ketentuan ini diatur bahwa pemegang untuk dan atas nama perseroan yang
mewakili paling sedikit 1/10 (satu per sepuluh) dari jumlah saham dengan hak suara yang
sah dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri terhadap anggota Direksi atau
Komisaris dikarenakan kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian terhadap
perseroan.
5) Hak Pemeriksaan (Enqueterecht). Hak ini oleh UU PT telah diatur khusus Pasal 138 ayat
(3) UU PT yang menyatakan bahwa permohonan pemeriksaan perseroan dapat diajukan:
a) 1 (satu) pemegang saham atau lebih yang telah mewakili paling sedikit 1/10 (satu
persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara; b). pihak lain yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan, anggaran dasar perseroan atau perjanjian
dengan perseroan diberi wewenang untuk mengajukan permohonan pemeriksaan; atau c).
kejaksaan untuk kepentingan umum.
6) Hak meminta mengadakan RUPS. Hak untuk mengadakan RUPS ini dengan telah diatur
Pasal 79 ayat (2) UUPT yang menentukan bahwa penyelenggraan RUPS dapat dimintakan
oleh 1 (satu) orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu
persepuluh) atau lebih dari seluruh saham dengan hak suara yang sah, kecuali anggaran
dasar menentukan suatu jumlah yang lebih kecil. Kehendak pemegang saham itu harus
diajukan kepada Direksi dengan surat tercatat dan disertai alasannya dengan tembusan
kepada Dewan Komisaris.
7) Hak meminta pembubaran Perseroan. Hak ini telah diatur dalam Pasal 144 ayat (1) UUPT
yang menentukan bahwa Direksi, Dewan Komisaris atau 1 (satu) pemegang saham atau
lebih yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara, dapat mengajukan usul pembubaran Perseroan kepada RUPS. Hak ini
ada, karena memang hak pemegang saham untuk mendirikan perseroan, tetapi sekaligus
juga menjadi hak pemegang saham membubarkannya.

4. PERLINDUNGAN TERHADAP HAK PEMEGANG SAHAM DALAM PERUSAHAAN


1. Perlindungan dari Perundang-Undangan
Secara mendasar bahwa sejak awal perusahaan akan melakukan aktivitas di pasar modal,
sudah disiapkan seperangkat peraturan yang maksudnya sebagai rangkaian tindakan
preventif, agar emiten adalah benar-benar emiten yang dapat dipertanggung jawabkan
dengan itikad baik akan membagi power dan intensisnya kepada masyarakat. Peraturan yang
mengatur tentang syarat materil maupun formal, prosedur dan pelaksanaan emisi saham
tersebut merupakan upaya awal kepada pemegang saham publik, perlindungan tahap
berikutnya ada dan antisipasi oleh peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh bappepam
sebagai institusi yang berwenang untuk mengawasi pasar modal di Indonesia. Bapepam
adalah otoritas dari pasar modal yang berwenang untuk mengawasi jalannya aktivitas di
pasar modal.Karena seperti dijelaskan diatas bahwa kepentingan pemegang saham harus
dilindungi untuk menciptakan citra pasar modal yang baik agar dapat lebih menarik investor
untuk menanamkan modalnya di pasar modal.
2. Perlindungan dari Penerapan Good Corporate Governance
Penerapan GCG dalam pengelolaan perusahaan dapat memberikan perlindungan terhadap
pemegang saham karena dalam GCG terdapat prinsip-prinsip yang dapat melindungi
kepentingan perusahaan, pemegang saham, manajemen, dan investor sertapihak-pihak yang
terkait dengan perusahaan.Ide dasar dari GCG adalah memisahkan fungsi dan kepentingan
diantara para pihak dalam suatu perusahaan, seperti perusahaan yang menyediakan modal
atau pemegang saham, pengawas dan pelaksana sehari-hari usaha perusahaan dan
masyarakat luas.
5. Upaya Hukum yang dapat Ditempuh Pemegang Saham
Setelah pemegang saham teah memenuhi syarat yang diatur dalam UU PT, pemegang
saham dapat:
1) Meminta Direksi untuk Menyelenggarakan RUPS dengan Agenda Penyampaian
Laporan Tahunan Perseroan.
2) Mengajukan Gugatan terhadap Perseroan
Pemegang saham dapat mengajukan gugatan terhadap Perseroan apabila pemegang
saham bersangkutan dirugikan karena tindakan perseroan.
3) Melakukan Pemeriksaaan terhadap Perseroan
.Hak pemegang saham untuk melakukan pemeriksaan terhadap perseroan diatur di
dalam Pasal 138 UU PT
4) Mengusulkan Pembubaran Perseroan
Usul pembubaran perseroan dapat diajukan oleh direksi, dewan komisaris atau 1 (satu)
pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian
dari jumlah seluruh saham dengan hak suara. Pengaturan ini terdapat dalam Pasal 144
ayat (1) dan ayat (2) UU PT.
Daftar pustaka
https://legalo.id/2017/10/25/3-organ-penting-dalam-perusahaan/ (diakses pada tanggal 5 oktober
2019)

Anda mungkin juga menyukai