Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan
kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995).
Pengumpulan dan pengorganisasian data harus menggambarkan dua hal, yaitu : status kesehatan klien
dan kekuatan, masalah kesehatan yang dialami oleh klien.
Pengkajian keperawatan data dasar yang komprehensif adalah kumpulan data yang berisikan status
kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan keperawatannya terhadap dirinya
sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.
Data fokus keperawatan adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap
kesehatan dan masalah kesehatannya, serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan kepada
klien.
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk
menentuan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien.
Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang
terumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar
tersebut digunaan untuk menentuan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta
tindaan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien.
Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk ke rumah sakit (initial assessment), selama klien dirawat
secara terus-menerus (ongoing assessment), serta pengkajian ulang untuk menambah / melengkapi data
(re-assessment).
Ø Karakteristik Data
1. Lengkap
Seluruh data diperlukan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan klien. Data yang terkumpul harus
lengkap guna membantu mengatasi masalah klien yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan — kaji
secara mendalam kenapa klien tidak mau makan (tidak cocok makanannya, kondisi fisiknya menolak
untuk makan/patologis, atau sebab-sebab yang lain).
Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir secara akurat dan nyata untuk membuktikan
benar-tidaknya apa yang telah didengar, dilihat, diamati dan diukur melalui pemeriksaan ada tidaknya
validasi terhadap semua data yang sekiranya meragukan. Perawat tidak boleh langsung membuat
kesimpulan tentang suatu kondisi klien. Misalnya, klien tidak mau makan. Perawat tidak boleh langsung
menuliskan : `klien tidak mau makan karena depresi berat`. Diperlukan penyelidikan lanjutan untuk
menetapkan kondisi klien. Dokumentasikan apa adanya sesuai yang ditemukan pada saat pengkajian.
3. Relevan
Pencatatan data yang komprehensif biasanya memerlukan banyak sekali data yang harus dikumpulkan,
sehingga menyita waktu perawat untuk mengidentifikasi.
4. Keadaan sekarang yang berkaitan dengan rencana asuhan keperawatan yang akan dilakuan
terhadap klien
Ø Sumber Data
Sumber data primer adalah data-data yang dikumpulkan dari klien, yang dapat memberikan informasi
yang lengap tentang masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapinya.
Sumber data sekunder adalah data-data yang diumpulkan dari orang terdekat klien (keluarga), seperti
orang tua, saudara, atau pihak lain yang mengerti dan dekat dengan klien
Catatan klien (perawatan atau rekam medis klien) yang merupakan riwayat penyakit dan perawatan klien
di masa lalu.
Ø Jenis Data
1. Data Objektif
Merupakan data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan dengan menggunakan
standart yang diakui (berlaku), seperti : warna kulit, tanda-tanda vital, tingkat kesadaran, dll. Data-data
tersebut diperoleh melalui `senses` : Sight, smell, hearing, touch dan taste.
2. Data Subjektif
Merupakan data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang disampaikan oleh klien, misalnya rasa nyeri,
pusing, mual, ketakutan, kecemasan, ketidaktahuan, dll.
Secara umum, sumber data yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah :
· Orang terdekat
· Catatan klien
· Konsultasi
· Perawat lain
· Kepustakaan
1. Wawancara
Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya-jawab yang berkaitan dengan masalah yang
dihadapi oleh klien, biasa juga disebut dengan anamnesa. Wawancara berlangsung untuk menanyakan
hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang
direncanakan.
Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan masalah
keperawatan klien, serta untuk menjalin hubungan antara perawat dengan klien. Selain itu wawancara
juga bertujuan untuk membantu klien memperoleh informasi dan berpartisipasi dalam identifikasi
masalah dan tujuan keperawatan, serta membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut
selama tahap pengajian.
Semua interaksi perawat dengan klien adalah berdasarkan komunikasi. Komunikasi keperawatan adalah
suatu proses yang kompleks dan memerlukan kemampuan skill komunikasi dan interaksi. Komunikasi
keperawatan biasanya digunakan untuk memperoleh riwayat keperawatan. Istilah komunikasi terapeutik
adalah suatu teknik yang berusaha untuk mengajak klien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan
perasaan. Teknik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa
kepedulian yang tinggi.
Teknik verbal meliputi pertanyaan terbuka atau tertutup, menggali jawaban dan memvalidasi respon
klien. Teknik non verbal meliputi : mendengarkan secara aktif, diam, sentuhan dan konta mata.
Mendengarkan secara aktif merupakan suatu hal yang penting dalam pengumpulan data, tetapi juga
merupakan sesuatu hal yang sulit dipelajari.
a. Persiapan
Sebelum melaukan komunikasi dengan klien, perawat harus melakukan persiapan dengan membaca
status klien. Perawat diharapkan tidak mempunyai prasangka buruk kepada klien, karena akan
mengganggu dalam membina hubungan saling percaya dengan klien.
Jika klien belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat tidak boleh memaksa atau memberi
kesempatan kepada klien kapan mereka sanggup. Pengaturan posisi duduk dan teknik yang akan
digunakan dalam wawancara harus disusun sedemikian rupa guna memperlancar wawancara.
Langkah pertama perawat dalam mengawali wawancara adalah dengan memperkenalkan diri : nama,
status, tujuan wawancara, waktu yang diperlukan dan faktor-faktor yang menjadi pokok pembicaraan.
Perawat perlu memberikan informasi kepada klien mengenai data yang terkumpul dan akan disimpan
dimana, bagaimana menyimpannya dan siapa saja yang boleh mengetahuinya.
Selama tahap kerja dalam wawancara, perawat memfokuskan arah pembicaraan pada masalah khusus
yang ingin diketahui. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
· Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Perawat mempersiapkan untuk penutupan wawancara. Untuk itu klien harus mengetahui kapan
wawancara dan tujuan dari wawancara pada awal perkenalan, sehingga diharapkan pada akhir
wawancara perawat dan klien mampu menilai keberhasilan dan dapat mengambil kesimpulan bersama.
Jika diperlukan, perawat perlu membuat perjanjian lagi untuk pertemuan berikutnya.
2. Observasi
Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah
kesehatan dan keperawatan klien. Observasi dilakukan dengan menggunakan penglihatan dan alat indra
lainnya, melalui rabaan, sentuhan dan pendengaran. Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan data
tentang masalah yang dihadapi klien melalui kepekaan alat panca indra.
a. Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara terinci kepada klien (meskipun
komunikasi terapeutik tetap harus dilakukan), karena terkadang hal ini dapat meningkatkan kecemasan
klien atau mengaburkan data (data yang diperoleh menjadi tidak murni). Misalnya : `Pak, saya akan
menghitung nafas bapak dalam satu menit` —- kemungkinan besar data yang diperoleh menjadi tidak
valid, karena kemungkinan klien akan berusaha untuk mengatur nafasnya.
c. Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca dan dimengerti oleh perawat
yang lain.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan masalah kesehatan klien.
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah
a. Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui
pengamatan. Hasilnya seperti : Mata kuning (icteric), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis),
dll
b. Palpasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan terhadap bagian-bagian tubuh yang
mengalami kelainan. Misalnya adanya tumor, oedema, krepitasi (patah/retak tulang), dll.
c. Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui pendengaran. Biasanya menggunakan alat yang disebut
dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
d. Perkusi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian tubuh menggunakan tangan atau alat
bantu seperti reflek hammer untuk mengetahui reflek seseorang (dibicarakan khusus). Juga dilakukan
pemeriksaan lain yang berkaitan dengan kesehatan fisik klien. Misalnya : kembung, batas-batas jantung,
batas hepar-paru (mengetahui pengembangan paru), dll.
a) Data yang dikumpulkan harus menyeluruh meliputi aspek bio-psiko-sosial dan spiritual.
b) Menggunakan berbagai sumber yang ada relevansinya dengan masalah klien dan menggunakan
cara-cara pengumpulan data yang sesuai dengan kebutuhan klien.
e) Mispersepsi data.
f) Tidak lengkap
2. ANALISA DATA
2.1. Pengertian Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat dalam pengembangan daya berpikir dan penalaran
yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman, dan pengertian tentang
subtansi ilmu keperawatan dan proses penyakit. Dalam melakukan analisa data diperlukan kemampuan
menghubungkan data dengan penyebab berdasarkan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk
membuat kesimpulan dalam menentukan masalah keperawatan klien.
1. Anatomi – fisiologi
2. Patofisiologi penyakit
3. Mikrobiologi – parasitologi
4. Farmakologi
5. Ilmu perilaku
8. Teori-teori keperawatan
1. Dapat menginterpretasi data keperawatan dan kesehatan, sehingga data yang diperoleh memiliki
makna dan arti dalam menentukan masalah dan kebutuhan klien.
2. Sebagai proses pengambilan keputusan dalam menentukan alternatif pemecahan masalah yang
dituangkan dalam rencana asuhan keperawatan, sebelum melakukan tindakan keperawatan.
4. Menerapkan teori, model, kerangka kerja, nrma dan standart, dibandingkan dengan data senjang
6. Membuat hubungan sebab akibat antara data dengan masalah yang timbul.
5. Buat hubungan sebab akibat antara data dengan masalah dan penyebabnya.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis Keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat
tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya,
perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien (Carpenito, 2000;
Gordon, 1976 & NANDA).
Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang diperoleh dari
pengkajian keperawatan klien. Diagnosis keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau
status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya dapat
dilakukan dalam batas wewenang perawat.
a) Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit.
a) Problem (P/masalah), merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan dapat
diberikan. Masalah adalah kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak
terjadi.
Tujuan : menjelaskan status kesehatan klien atau masalah kesehatan klien secara jelas dan sesingkat
mungkin. Diagnosis keperawatan disusun dengan menggunakan standart yang telah disepakati (NANDA,
Doengoes, Carpenito, Gordon, dll), supaya :
· Perawat dapat berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti secara umum.
· Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan dengan masalah medis.
· Meningkatkan kerjasama perawat dalam mendefinisikan diagnosis dari data pengkajian dan
intervensi keperawatan, sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
b) Etiologi (E/penyebab), keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau masalah kesehatan yang
memberikan arah terhadap terapi keperawatan. Penyebabnya meliputi : perilaku, lingkungan, interaksi
antara perilaku dan lingkungan.
· Patofisiologi penyakit : adalah semua proses penyakit, akut atau kronis yang dapat menyebabkan /
mendukung masalah.
· Maturasional :
c) Sign & symptom (S/tanda & gejala), adalah ciri, tanda atau gejala, yang merupakan informasi yang
diperlukan untuk merumuskan diagnosis keperawatan. Jadi rumus diagnosis keperawatan adalah : PE /
PES.
a) Perumusan harus jelas dan singkat dari respon klien terhadap situasi atau keadaan yang dihadapi.
d) Menyatakan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat, serta faktor-faktor penyebab
timbulnya masalah tersebut.
Pengelompokkan data adalah mengelompokkan data-data klien atau keadaan tertentu dimana klien
mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya.
Pengelmpkkan data dapat disusun berdasarkan pola respon manusia (taksonomi NANDA) dan/atau pola
fungsi kesehatan (Gordon, 1982).
· Pertukaran
· Komunikasi
· Berhubungan
· Nilai-nilai
· Pilihan
· Bergerak
· Penafsiran
· Pengetahuan
· Perasaan
· Pola eliminasi
Apabila klien memenuhi standar kriteria kesehatan, perawat kemudian menyimpulkan bahwa klien
memiliki kelebihan dalam hal tertentu. Kelebihan tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan atau
membantu memecahkan masalah yang klien hadapi.
Jika klien tidak memenuhi standar kriteria, maka klien tersebut mengalami keterbatasan dalam aspek
kesehatannya dan memerlukan pertolongan.
Pada tahap ini, penting untuk menentukan masalah potensial klien. Misalnya ditemukan adanya tanda-
tanda infeksi pada luka klien, tetapi dari hasil test laboratorium, tidak menunjukkan adanya suatu
kelainan. Sesuai dengan teori, maka akan timbul adanya infeksi. Perawat kemudian menyimpulkan
bahwa daya tahan tubuh klien tidak mampu melawan infeksi.
d) Penentuan keputusan
ü Tidak ada masalah, tetapi perlu peningkatan status dan fungsi (kesejahteraan) : tidak ada indikasi
respon keperawatan, meningkatnya status kesehatan dan kebiasaan, serta adanya inisiatif promosi
kesehatan untuk memastikan ada atau tidaknya masalah yang diduga.
ü Masalah kemungkinan (possible problem) : pola mengumpulkan data yang lengkap untuk memastikan
ada atau tidaknya masalah yang diduga.
ü Masalah aktual, resiko, atau sindrom : tidak mampu merawat karena klien menolak masalah dan
pengobatan, mulai untuk mendesain perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk mencegah,
menurunkan, atau menyelesaikan masalah.
ü Masalah kolaboratif : konsultasikan dengan tenaga kesehatan profesional yang kompeten dan bekerja
secara kolaboratif pada masalah tersebut. Masalah kolaboratif adalah komplikasi fisiologis yang
diakibatkan dari patofisiologi, berhubungan dengan pengobatan dan situasi yang lain. Tugas perawat
adalah memonitor, untuk mendeteksi status klien dan kolaboratif dengan tenaga medis guna
pengobatan yang tepat.
Adalah menghubungkan dengan klasifikasi gejala dan tanda-tanda yang kemudian merujuk kepada
kelengkapan dan ketepatan data. Untuk kelengkapan dan ketepatan data, kerja sama dengan klien
sangat penting untuk saling percaya, sehingga mendapatkan data yang tepat.
Pada tahap ini, perawat memvalidasi data yang ada secara akurat, yang dilakukan bersama klien atau
keluarga dan atau masyarakat. Validasi tersebut dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan atau
pernyataan yang reflektif kepada klien atau keluarga tentang kejelasan interpretasi data. Begitu diagnosis
keperawatan disusun, maka harus dilakukan validasi.
Setelah perawat mengelompokkan, mengidentifikasi, dan memvalidasi data-data yang signifikan, maka
tugas perawat pada tahap ini adalah merumuskan suatu diagnosis keperawatan. Diagnosa keperawatan
dapat bersifat aktual, resiko, sindrom, kemungkinan dan wellness.
Menyusun diagnosis keperawatan hendaknya diurutkan menurut kebutuhan yang berlandaskan hirarki
Maslow (kecuali untuk kasus kegawat daruratan, menggunakan prioritas berdasarkan “yang mengancam
jiwa”) :
· Aktual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan.
· Resiko : Menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi
(Keliat, 1990).
· Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan masalah
keperawatan kemungkinan. Pada keadaan ini masalah dan faktor pendukung belum ada tapi sudah ada
faktor yang dapat menimbulkan masalah (Keliat, 1990).
· Diagnosa Keperawatan “Wellness” adalah keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga,
dan atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke tingkat sejahtera yang lebih tinggi.
Ada 2 kunci yang harus ada : 1) sesuatu yang menyenangkan pada tingkat kesejahteraan yang lebih
tinggi. 2) Adanya status dan fungsi yang efektif.
· Diagnosa Keperawatan “Syndrome” adalah diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa
keperawatan aktual dan resiko tinggi yang diperkirakan akan muncul / timbul karena suatu kejadian /
situasi tertentu.
3.7. Dokumentasi Diagnosa Keperawatan
a) resiko Gunakan format PES untuk semua masalah aktual dan PE untuk masalah.
c) Gunakan istilah diagnosis keperawatan yang ada dalam NANDA ( terbaru : 2007 – 2008 ).
d) Mulai pernyataan diagnosis keperawatan dengan mengidentifikasi informasi tentang data untuk
diagnosis keperawatan.
g) Gunakan diagnosis keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian, perencanaan, intervensi dan
evaluasi.
4. Intervensi Keperawatan
4.1. Pengertian
Menurut Kozier et al. (1995) perencanaan adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan secara mendalam,
tahap yang sistematis dari proses keperawatan meliputi kegiatan pembuatan keputusan dan pemecahan
masalah.
Dalam perencanaan keperawatan, perawat menetapkannya berdasarkan hasil pengumpulan data dan
rumusan diagnosa keperawatan yang merupakan petunjuk dalam membuat tujuan dan asuhan
keperawatan untuk mencegah, menurunkan, atau mengeliminasi masalah kesehatan klien.
Tujuan rencana tindakan keperawatan dapat dibagi menjadi dua (Carpenito, 2000) :
a) Tujuan Administratif
b) Tujuan Klinik
· Menyediakan suatu pedoman dalam penulisan
· Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu, keluarga, dan tenaga kesehatan lain
untuk melaksanakan
Untuk mengevaluasi rencana tindakan keperawatan, maka ada beberapa komponen yang perlu
diperhatikan :
Melalui pengkajian, perawat mampu mengidentifikasi respon klien yang aktual atau potensial yang
memerlukan suatu tindakan. Dalam menentukan perencanaan perlu menyusun suatu “sistem” untuk
menentukan diagnosa yang akan diambil tindakan pertama kali. Salah satu sistem yang bisa digunakan
adalah hirarki “kebutuhan manusia” (Iyer et al., 1996)
Secara realistik, perawat tidak dapat mengharapkan dapat menyelesaikan semua diagnosa keperawatan
dan masalah kolaboratif yang terjadi kepada klein. Dengan mengidentifikasi prioritas kelompok diagnosa
keperawatan dan masalah kolaboratif, perawat dapat memprioritaskan peralatan yang diperlukan.
Tujuan klien dan tujuan keperawatan adalah standar yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan klien
atau ketrampilan perawat. (Alfaro (1994)).
Karena kriteria hasil untuk diagnosa keperawatan mewakili status kesehatan klien yang dapat dicapai
dan dipertahankan melalui rencana tindakan keperawatan mandiri, sehingga dapat membedakan antara
diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif.
Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk membantu klien dalam mencapai kriteria hasil.
Rencana tindakan dilaksanakan berdasarkan komponen penyebab dari diagnosa keperawatan. Oleh
karena itu rencan mengidentifikasi suatu aktifitas yang diperlukan untuk membatasi faktor-faktor
pendukung terhadap suatu permasalahan.
5. Implementasi Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan
dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan
untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
koping.
Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan
dalam tindakan. Meliputi :
· Mengidentifikasi aspek hukum dan etik terhadap resiko dari potensi tindakan
Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan pelaksanaan tindakan dari perencanaan
untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan ini meliputi :
· Independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah
dari doktek atau tenaga kesehatan lainnya. Tipe tindakan independen keperawatan dapat dikatagorikan
menjadi 4, yaitu tindakan diagnostik, tindakan terapeutik, tindakan edukatif, dan tindakan merujuk.
· Interdependen menjelaskan suatu kegiatan yang memelukan suatu kerjasama dengan tenaga
kesehatan lainnya,misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter.
· Dependen ini berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Tindakan tersebut
menandakan suatu cara dimana tindakan medis dilaksanakan.
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
suatu kejadian dalam proses keperawatan. Ada 3 tipe sistem pencatatan yang digunakan pada
dokumentasi : 1) Sources-Oriented records, 2) Problem-Oriented records, 3) Computer-Assissted records.
b) Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energi yang dimiliki, penyakitnya, hakikat stressor,
keadaan psiko-sosio-kultural, pengertian terhadap penyakit dan intervensi.
d) Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak menjadi lebih parah serta upaya peningkatan
kesehatan.
e) Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi kebutuhannnya.
f) Penampilan perawat yang bijaksana dari segala kegiatan yang dilakukan kepada klien.
Secara operasional hal-hal yang perlu diperhatikan perawat dalam pelaksanaan implementasi
keperawatan adalah:
· Menggali perasaan, analisis kekuatan dan keterbatasan professional pada diri sendiri.
· Beri kesempatan kepada klien untuk mengekspresikan perasaannya terhadap penjelasan yang telah
diberikan oleh perawat.
· Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan tindakan adalah energi klien, pencegahan
kecelakaan dan komplikasi, rasa aman, privacy, kondisi klien, respon klien terhadap tindakan yang telah
diberikan.
· Terus memperhatikan respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah diberikan.
· Lakukan pendokumentasian.
6. Evaluasi Keperawatan
6.1. Pengertian
Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Meskipun tahap evaluasi
diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses
keperawatan
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa
dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien
· Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada saat / setelah dilakukan
tindakan keperawatan
· Contoh: membantu pasien duduk semifowler, pasien dapat duduk selama 30 menit tanpa pusing
· Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan
· Mengumpulkan dat asehubungan dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan. Contoh : dalam
waktu 1 mg BB naik ½ kg
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dari segala
macam tuntutan, yang berisi data lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tentang tingkat kesakitan dari
pasien, tetapi juga jenis / tipe, kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan
pasien. (Fisbach 1991)
1. Pengkajian Keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Dan dalam pembuatan dokumentasi keperawatan harus sistematis dengan urutan diatas.
B. Saran
Dokumentasi keperawatan sangatlah penting dalam proses keperawatan terhadap klien. Jadi kita sebagai
mahasiswa harus belajar memahami apa itu dokumentasi keperawatan dan bagaimana cara
membuatnya. Sehingga jika kelak kita terjun dilahan kita sebagai calon perawat sudah paham dengan
cara pembuatan dan tujuan pembuatan dokumentasi keperawatan.
Daftar Pustaka
Nursalam. 2001. Proses & Dokumentasi Keperawatan Konsep & Praktik. Jakarta : Salemba Medika.
http://yenibeth.wordpress.com/2008/05/31/pengkajian-keperawatan-3/
http://yenibeth.wordpress.com/2008/06/01/diagnosis-keperawatan-4/
http://syehaceh.wordpress.com/2010/03/09/tahap-perencanaan-keperawatan/
http://syehaceh.wordpress.com/2010/03/09/tahap-implementasi-keperawatan/
http://akhtyo.blogspot.com/2009/04/analisa-dokumentasi-keperawatan-pada.html