Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan


oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Kemenkes RI, 2014). Tuberkulosis adalah
suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis.
Terdapat beberapa spesies mycobacterium, antara lain: M.tuberculosis, M.africanum,
M.bovis, m.leprae dsb. yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).
Kelompok bakteri mycobacterium selain mycobacterium tuberculosis yang bisa
menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOOT (mycobacterium
other than tuberculosis) yang terkadang bias mengganggu penegakan diagnosis dan
pengobatan TBC (Infodatin Tuberkulosis, 2018).

Tuberkulosis adalah suatu infeksi menular dan menahun dan bias berakibat
fatal, yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis, mycobacterium bovis atau
mycobacterium africanum. tuberkulosis paru kini bukan penyakit yang menakutkan
sampai penderita harus dikucilkan, tetapi penyakit kronik ini dapat menyebabkan
cacat fisik atau kematian, penularan TB paru hanya terjadi dari penderita
tuberkulosis terbuka (Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas, 2007)

Tuberkulosis paru (TB Paru) merupakan penyakit menular yang disebabkan


oleh infeksi bakteri (Mycobacterium Tuberculosis). sumber penularan yaitu pasien
TB dengan BTA (Bakteri Tahan Asam) positif melalui percik renik dahak yang
dikeluarkannya. TB dengan BTA negative juga masih memiliki kemungkinan
menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan yang kecil (Profil
Kesehatan Provinsi Riau, 2016).

TB Paru atau Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan


oleh bakteri micro tuberculosis yang dapat menular melalui percikan dahak.
Tuberkulosis bukan penyakit keturunan atau kutukan dan dapat disembuhkan dengan
pengobatan teratur, diawasi oleh Pengawasan Minum Obat (PMO). Tuberkulosis
adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB. Sebagian besar

1
kuman TB menyerang paru tetapi bisa juga organ tubuh lainnya (Depkes
Tuberkulosis TB Paru, 2017).

Gejala awal penyakit Tuberkulosis (TB) tidak spesifik, umumnya adalah


batuk produktif yang berkepanjangan (>3 minggu), sesak nafas, nyeri dada,
anemia/kurang darah, batuk darah, rasa lelah, berkeringat di malam hari. TB mudah
menular melalui udara yang tercemar oleh bakteri micro bacterium tuberculosa yang
dilepaskan pada saat penderita TB paru batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi
umumnya berasal dari penderita TB paru dewasa. penyakit TB dapat disembuhkan
secara tuntas dengan minum obat secara rutin dan teratur, minimal selama 6 bulan
dibantu oleh Pengawasan Minum Obat (Depkes Tuberkulosis TB Paru, 2017).

Hiswani (2009) mengatakan bahwa keterpaparan penyakit TBC pada


seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti status sosial ekonomi, status gizi,
umur, jenis kelamin, dan faktor sosial lainnya. Faktor Sosial Ekonomi disini sangat
erat dengan keadaan rumah, kepadatan hunian, lingkungan perumahan, lingkungan
dan sanitasi tempat kerja yang buruk dapat memudahkan penularan TBC. Pendapatan
keluarga sangat erat juga dengan penularan TBC, karena pendapatan yang kecil
membuat orang tidak dapat layak dengan memenuhi syarat-syarat kesehatan.

Status Gizi keadaan malnutrisi atau kekuranga kalori, protein, vitamin, zat
besi, dan lain-lain. akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang sehingga rentan
terhadap penyakit termasuk TB paru. keadaan ini merupakan faktor penting yang
mempengaruhi di Negara miskin, baik pada orang dewasa maupun anak-anak. Commented [WU1]: Tambahkan dan biat sumbernya

Umur penyakit TB paru paling sering ditemukan pada usia muda atau
produktif 15-50 tahun. dengan terjadinya transisi demografi saat ini menyebabkan
usia haraplan hidup lansia menjadi lebih tinggi. pada usia lanjut lebih dari 55 tahun
sistem imunolosis seseorang menurun, sehingga sangat rentan terhadap penyakit,
termasuk penyakit TB paru. Commented [WU2]: Tambahkan dan biat sumbernya

Jenis Kelamin Penderita TB paru cenderung pada laki-laki dibandingkan


perempuan. menurut iswani yang dikutip darik WHO, sedikitnya dalam periode
setahun ada sekitar 1 juta perempuan yan g meninggal akibat TB paru, dapat
disimpulkan bahwa pada kaum perempuan lebih banyak terjadi kematian yang
disebabkan oleh TB paru dibandingkan dengan proses kehamilan dan persalinanan.

2
pada Janis kelamin laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena merokok tembakau dan
minum alkohol sehingga dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh, sehingga lebih
mudah terpapar dengan agen penyakit TB paru. (hiswani, 2009).

Menurut Amira Permatasari, (2005) mengemukan disamping faktor medis.


faktor ekonomi dan budaya, sikap dan perilaku yang sangat mempengaruhi
keberhasilan pengobatan, faktor sarana tersedianya obat yang cukup dan kontinu, Commented [WU3]: Yg ini sudah saya tolong perbaiki

dedikasi petugas kesehatan yang baik, pemberian regiment OAT yang adekuat,
faktor penderita pengetahuan penderita yang cukup mengenai penyakit TB paru, cara
berobat dan bahaya akibat berobat yang tidak adekuat, cara menjaga kondisi tubuh
yang baik dengan makanan bergizi, cukup istirahat, hidup teratur dan tidak minum
alkohol atau merokok, cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan dengan tidak
membuang dahak sembarangan, bila batuk menutup mulut dengan sapu tangan,
jendela rumah cukup besar untuk mendapat lebih banyak sinar matahari, sikap tidak
perlu merasa rendah diri atau hina karena TB paru adalah penyakit infeksi biasa dan
dapat disembuhkan bila berobat dengan benar, kesadaran dan tekat penderita untuk
sembuh, faktor keluarga dan masyarakat lingkungan dukungan keluarga sangat
menunjang keberhasilan seseorang dengan cara mengingatkan penderita agar makan
obat, pengertian yang dalam terhadap penderita yang sedang sakit dan memberi
semangat agar tetap rajin berobat.

Menurut World Health Organization (WHO) dalam Global Tuberculosis


Report 2015, diperkirakan 9,6 juta orang mengidap TB dan 1,5 juta orang meninggal
karena TB pada tahun 2014. Selain itu, diperkirakan sekitar 58% kasus TB di dunia
terjadi di wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Indonesia merupakan salah satu
negara berkembang yang sampai saat ini sedang berjuang menghadapi permasalahan
global TB. WHO menyebutkan bahwa pada tahun 2014, diperkirakan jumlah kasus
TB di Indonesia yaitu mencapai 700.000 sampai 1.400.000 kasus dengan jumlah
kematian akibat TB mencapai 100.000 orang. Hal tersebut menyebabkan Indonesia
saat ini menempati peringkat ke-2 sebagai negara dengan beban TB tertinggi (high-
burden countries) di dunia setelah Negara India, yang menyumbang 10% dari kasus
TB di dunia dengan angka insiden mencapai 399 per 100.000 penduduk dan angka
prevalensi mencapai 647 per 100.000 penduduk (WHO, 2015).

3
Penemuan TB BTA positif diantara suspek keseluruhan di provinsi riau dari
tahun 2012–2016 masih berkisar diantara 5-15%.maka, dapat disimpulkan bahwa
penemuan kasus TB BTA positif tidak longgar dantidak ketat di penjaringan suspek.
akan tetapi, pada tahun 2016 penemuan tb bta positif diantara suspek di provinsi riau
mencapai 13,06% yang berarti penjaringan suspek di provinsi riau sudah sesuai.
namun bila dilihat dari proporsi pasien TB BTA positif diantara suspek
perkabupaten/kota provinsi riau tahun 2016, ada beberapa kabupaten yang terlalu
longgar dalam penemuan kasus TB diantara suspek seperti kabupaten Indragiri Hulu
(19,71%), kabupaten Rokan Hilir (19,43%), kota Pekanbaru (18,37%) dan Kota
Dumai (15,82%). hal ini kemungkinan disebabkan penjaringan yang terlalu ketat
atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (Positif Palsu). (Profil Kesehatan
Provinsi Riau, 2016)

Besar dan luasnya permasalahan TB‐Paru mengharuskan semua pihak untuk


dapat berkomitmen dan bekerjasama dalam penanggulangan TB. Kerugiannya sangat
besar, bukan hanya dari aspek kesehatan tetapi juga dari aspek sosial maupun
ekonomi. Karena itu perang terhadap TB merupakan perang terhadap kemiskinan,
ketidak produktifan dan kelemahan terhadap TB. Tujuan penanggulangan TB‐Paru
adalah menurunkan angka kesakitan dan angka kematian TB, memutuskan mata
rantai penularan, serta mencegah terjadinya Multi Drugs Resistance (Kekebalan
Ganda Terhadap Obat) TB.

Jumlah kasus BTA Positif pada Tahun 2014 diKabupaten Kampar berjumlah
352 kasus, kasus tertinggi terjadi di Puskesmas Tapung sebanyak 28 kasus.
Penemuan kasus TB MDR sebanyak 7 orang, dengan rincian pengobatan 4 orang,
meninggal 2 orang (pada masa pengobatan 1 orang dan sebelum pengobatan 1 orang)
dan putus berobat 1 orang. jumlah kasus BTA Positif pada Tahun 2015 di Kabupaten
Kampar berjumlah 413 kasus, kasus tertinggi terjadi di Puskesmas Tambang
sebanyak 41 kasus, Puskesmas tapung sebanyak 33 kasus. angka kesembuhan TB
selama Tahun 2015 adalah 277 orang, angka pengobatan 48 orang, angka
keberhasilan 85 orang dan angka kematian 8 orang.

Jumlah kasus BTA Positif pada Tahun 2016 di Kabupaten Kampar berjumlah
582 kasus, kasus tertinggi terjadi di Puskesmas Tapung Hulu I sebanyak 58 kasus,
Puskesmas Tambang sebanyak 41 kasus. Angka kesembuhan TB selama Tahun 2016

4
adalah 229 orang, angka pengobatan 83 orang, angka keberhasilan 86 orang dan
angka kematian 7 orang. Jumlah kasus BTA Positif pada Tahun 2017 di Kabupaten
Kampar berjumlah 541 kasus, kasus tertinggi terjadi di Puskesmas Tambang
sebanyak 59 kasus. Angka kesembuhan TB selama Tahun 2017 adalah 153 orang,
angka pengobatan lengkap 575 orang, angka keberhasilan pengobatan 134 orang dan
angka kematian selama pengobatan sebanyak 16 orang. (Profil_Kesehatan
Kabupaten_Kampar, 2017).

Berdasarkan hasil dari laporan puskesmas tapung hulu pada tahun 2018
penemuan kasus TB paru sebanyak 56 kasus. angka kesembuhan TB selama tahun
2018 adalah 21 orang, angka pengobatan 56 orang, angka keberhasilan 54 orang dan
angka kematian 2 orang.

Berdasarkan hasil dari wawancara 7 dari 10 mengatakan memiliki


penghasilan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga
untuk memenuhi kebutuhan gizi sudah tidak mencukupi lagi dikarenakan faktor
sosial ekonomi keluarga yang hanya memiliki penghasilan yang minimum, dan
sudah mengalami batuk selama ± 3 bulan dan dalam masa pengobatan. maka peneliti
hendak melakukan penelitian yang berjudul “faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian tuberkulosis paru di puskesmas tapung hulu”.

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa karakteristik pekerjaan Commented [WU4]: Penelitian siapa?

pasien TB paru terbanyak adalah pedagang dan petani yaitu sebanyak 26 orang
(66,7%). Hal ini dikarenakan aktifitas pedagang dan petani yang banyak dilakukan
diluar rumah dan kontak langsung dengan masyarakat menyebabkan mudahnya
terkena ataupun tertular penyakit seperti penyakit TB paru.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Gusti yang menyatakan Commented [WU5]: Tahun berapa?

bahwa pekerjaan yang banyak pada orang-orang adalah tidak bekerja atau sebagai
ibu rumah tangga sebanyak 43 penderita (50%). 36 Keadaan ini diduga ada
hubungannya dengan tingkat aktivitas yang memungkinkan penularan yang lebih
mudah dengan kuman TB dari penderita TB paru. Responden yang tidak bekerja
lebih mudah untuk memperoleh informasi tentang upaya pencegahan penularan
penyakit TB paru dari pada responden yang bekerjan (Gusti A, 2003) Commented [WU6]: Penelitian terkaitnya harus sama dengan
judul penelitian ibu

5
Berdasarkan uraian
diatas...................................................................................................... Commented [WU7]: Buat kesimpulannya

II. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian


ini “Apa Saja Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Tuberkulosis Paru di
Wilayah Kerja Puskesmas Tapung Hulu Tahun 2019?”

III. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan diperoleh dengan adanya penelitian tentang faktor-faktor


yang mempengaruhi kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja puskesmas tapung
hulu tahun 2019 adalah :

A. Tujuan Umum :

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya


tuberkulosis paru di wilayah kerja puskesmas tapung hulu.

B. Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui umur, jenis kelamin, status gizi,sosial ekonomi dan
kejadian TB paru di wilayah kerja puskesmas tapung hulu,
2. Untuk mengetahui pengaruh umur terhadap kejadian TB paru di
wilayah kerja puskesmas tapung hulu,
3. Untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap kejadian TB paru
di wilayah kerja puskesmas tapung hulu,
4. Untuk mengetahui pengaruh status gizi terhadap kejadian TB paru di
wilayah kerja puskesmas tapung hulu,
5. Untuk mengetahui pengaruh sosial ekonomi terhadap kejadian TB
paru di wilayah kerja puskesmas tapung hulu.

IV. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian tentang faktor-


faktor yang mempengaruhi terjadinya tuberkulosis di wilayah kerja
puskesmas tapung hulu tahun 2019 adalah :

6
A. Bagi Pelayanan Keperawatan
Sebagai bahan informasi dan masukan dalam meningkatkan
terutama dalam menangani masalah tuberkulosis paru.
B. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam
melakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi terjadinya tuberkulosis serta dipublikasikan dalam
bentuk jurnal sebagai sumber referansi untuk menambah wawasan
bagi mahasiswa/i khususnya karakteristik yang terkena penyakit
tuberkulosis paru.

Anda mungkin juga menyukai