Anda di halaman 1dari 14

1

Indonesia yang berbahasa Indonesia

Kenikmatan yang Alloh swt. berikan kepada bangsa Indonesia selain kekayaan alam dan
kekayaan budaya adalah kekayaan bahasa. Luasnya wilayah Indonesia menjadi tempat
penampungan berbagai kekayaan yang banyak dan besar. Bermacam-macam suku bangsa
dengan bahasanya sendiri tersebar di wilayah yang luas ini, yang tidak terdapat di negara lain.
Alloh swt. telah menitipkan kekayaan itu kepada bangsa Indonesia. Apa maksud
“menitipkan” itu?

Tidak ada satu pun warga negara Indonesia yang meminta kekayaan alam itu.

Tidak ada satu pun warga negara Indonesia yang membuat kekayaan alam itu, bahkan tidak
membatu sedetik pun dalam proses pembuatan kekayaan alam itu.

Tidak meminta, tidak memesan, tidak membeli, tidak membuat, tidak pula membatu dalam
pembuatannya. Hanya mengolah dan menikmati.

Manusia sekedar mengolah kekayaan atau sumber daya alam yang sudah disediakan di
daratan dan di lautan serta menikmati hasilnya. “Menikmati hasilnya” ini adalah imbalan atas
kesediaan manusia menerima titipan kekayaan tersebut. Pengolahan tambang, kekayaan laut,
sayur, buah, padi, dan ternak adalah contoh pengolahan sumber daya alam yang
menimbulkan konsekwensi pada bidang lain yaitu perdagangan, transportasi, perbankan, dan
ketenagakerjaan. Pada titik inilah interaksi terjadi yaitu interaksi antar orang di satu daerah
yang sama dengan bahasa yang sama dan interaksi antar orang yang berbeda suku juga
berbeda bahasa bahkan berbeda negara.

Kemudian, siapa itu pembuat bahasa?

Pembuat bahasa adalah Alloh swt.

Alloh swt. telah mengilhamkan kepada manusia cara untuk berinteraksi. Untuk berbahasa.

Nabi Adam as. telah Alloh swt. beri petunjuk sehingga mengetahui nama-nama benda. Nabi
Adam as. berdoa kepada Alloh swt. dengan bahasa. Beliau as. dipastikan mengucapkan kata-
kata. Minimal dua agama besar memiliki sejarah ini dalam ajarannya. Alloh mengatur
perkembangbiakan anak Adam as. sehingga bersuku-suku, berlainan warna kulit, dan berbeda
bahasa. Keturunannya itu dititipi daya nalar dan potensi-menerima ilham dari Alloh swt. Di
antaranya untuk mengolah dan mengembangkan bahasa sebagaimana manusia mengolah
kemudian menikmati hasil kekayaan alam yang bermanfaat. Jika tidak berkembang, bahasa
tidak akan bermanfaat. Contoh perkembangan bahasa yang bermanfaat adalah kegiatan
Sumpah Pemuda 27-28 Oktober 1928 yang menjadi bahan dijadikannya bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan. Alloh memberikan ilham kepada para pemuda saat itu untuk
membuat kesepakatan bahwa bahasa persatuan adalah bahasa Indonesia dan negara
meresmikan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dalam UUD ‘45. Dengan bahasa
2

Indonesia inilah dapat berkomunikasi orang Sunda dengan orang Sumbawa, orang Bali
dengan orang Jambi, Padang dengan Semarang, Batak dengan Pontianak, dan sebagainya.

Jika tidak ada bahasa yang mempersatukan, sulit bagi seorang pejabat Madura berdialog
dengan pejabat atau masyarakat Papua. Sulit pula orang yang tidak mengerti bahasa Jawa
berinteraksi dengan orang yang berbahasa Jawa, misalnya orang Manado dengan orang Solo
atau pelajar Makassar dengan pelajar Blitar. Sulit di berbagai bidang. Bisa jadi, beberapa
orang akan mengklaim bahwa bahasa daerahnya pantas dijadikan bahasa pokok. Tetapi,
ditentang oleh kelompok daerah atau suku lainnya. Misalnya, ditentang oleh kelompok suku
A yang juga menginginkan agar bahasa daerah A menjadi bahasa pokok dengan memaksakan
orang lain dari suku B atau suku C menggunakan bahasa suku A tersebut. Untuk menghindari
dan menghindarkan kesulitan ini, bahasa pemersatu harus dimiliki yang dapat dipahami oleh
semua suku dan semua orang untuk semua keperluan. Contoh keperluan ini adalah laporan
pemerintah daerah kepada pemerintah pusat. Laporan tersebut tidak boleh menggunakan
bahasa daerah yang tidak dipahami oleh pejabat pusat tetapi harus menggunakan bahasa yang
dimengerti oleh kedua pihak bahkan oleh semua pihak! Itulah bahasa Indonesia.

Dengan demikian, bahasa pemersatu adalah sebuah nikmat besar. Kekayaan besar. Bahasa
Indonesia layak mempunyai kekuatan hukum seperti sudah ditetapkan di dalam konstitusi.
Penerapan pelajaran bahasa Indonesia di sekolah merupakan tindakan konstitusional.

UUD 1945 pasal 36 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia”.

UUD 1945 pasal 36C berbunyi, “Ketentuan lebih lanjut mengenai bendera, bahasa, lambang
negara, serta lagu kebangsaan diatur dengan undang-undang”.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa,


Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (2) berbunyi,
“Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bahasa Indonesia
adalah bahasa resmi nasional yang digunakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia”.

Selanjutnya, terdapat Bab III dalam UU No. 24 Tahun 2009 tersebut sebagai berikut:

BAB III

BAHASA NEGARA

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 25

(1) Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam Pasal 36 Undang-
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 bersumber dari bahasa
yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa
persatuan yang dikembangkan sesuai dengan dinamika peradaban bangsa.
3

(2) . . .
(3) . . .

Pasal 25 terdiri atas 3 ayat.

Kemudian, Bagian Kedua sebagai berikut:

Bagian Kedua

Penggunaan Bahasa Indonesia

Pasal 26
Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam peraturan perundang-undangan.

Pasal 27
Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam dokumen resmi negara.

Pasal 28
Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pidato resmi Presiden, Wakil Presiden, dan pejabat
negara yang lain yang disampaikan di dalam atau di luar negeri.

Pasal 29
(1) Bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional.
(2) Bahasa pengantar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan bahasa asing
untuk tujuan yang mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik.
(3) Penggunaan Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk
satuan pendidikan asing atau satuan pendidikan khusus yang mendidik warga negara
asing.

Pasal 30
Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pelayanan administrasi publik di instansi
pemerintahan.

Pasal 31
(1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam nota kesepahaman atau perjanjian yang
melibatkan lembaga negara, instansi pemerintah Republik Indonesia, lembaga swasta
Indonesia atau perseorangan warga negara Indonesia.
(2) Nota kesepahaman atau perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang melibatkan
pihak asing ditulis juga dalam bahasa nasional pihak asing tersebut dan/atau bahasa
Inggris.

Pasal 32
(1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam forum yang bersifat nasional atau forum yang
bersifat internasional di Indonesia.
(2) Bahasa Indonesia dapat digunakan dalam forum yang bersifat internasional di luar negeri.
4

Pasal 33
(1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam komunikasi resmi di lingkungan kerja
pemerintah dan swasta.
(2) Pegawai di lingkungan kerja lembaga pemerintah dan swasta sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) yang belum mampu berbahasa Indonesia wajib mengikuti atau diikutsertakan
dalam pembelajaran untuk meraih kemampuan berbahasa Indonesia.

Pasal 34
Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam laporan setiap lembaga atau perseorangan kepada
instansi pemerintahan.

Pasal 35
(1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam penulisan karya ilmiah dan publikasi karya
ilmiah di Indonesia.
(2) Penulisan dan publikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk tujuan atau
bidang kajian khusus dapat menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing.

Pasal 36
(1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam nama geografi di Indonesia.
(2) Nama geografi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya memiliki 1 (satu) nama resmi.
(3) Bahasa Indonesia wajib digunakan untuk nama bangunan atau gedung, jalan, apartemen
atau permukiman, perkantoran, kompleks perdagangan, merek dagang, lembaga usaha,
lembaga pendidikan, organisasi yang didirikan atau dimiliki oleh warga negara Indonesia
atau badan hukum Indonesia.
(4) Penamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dapat menggunakan bahasa
daerah atau bahasa asing apabila memiliki nilai sejarah, budaya, adat istiadat, dan/atau
keagamaan.

Pasal 37
(1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam informasi tentang produk barang atau jasa
produksi dalam negeri atau luar negeri yang beredar di Indonesia.
(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilengkapi dengan bahasa daerah
atau bahasa asing sesuai dengan keperluan.

Pasal 38
(1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam rambu umum, penunjuk jalan, fasilitas umum,
spanduk, dan alat informasi lain yang merupakan pelayanan umum.
(2) Penggunaan Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disertai bahasa
daerah dan/atau bahasa asing.

Pasal 39
(1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam informasi melalui media massa.
(2) Media massa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan bahasa daerah
atau bahasa asing yang mempunyai tujuan khusus atau sasaran khusus.

Kemudian, isi Undang-undang ini selanjutnya adalah pasal 40 sampai dengan selesai.
5

Sampai dengan pasal 39 di atas, Indonesia sudah mengambil tindakan tepat dalam
melegalkan dan mengokohkan kedudukan bahasa nasionalnya. Bab III Undang-undang No.
24 Tahun 2009 ini diperjelas dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57
Tahun 2014 tentang Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, serta
Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia.

Rangkaian konstitusi ini begitu kuat. UUD 1945, Undang-undang, juga Peraturan
Pemerintah.

“Bahasa Indonesia wajib digunakan . . .”

Hukum mengatakan “wajib”. Hukuman tidak ada. Sanksi atas pelanggarannya tidak ada.

Tanpa denda, tanpa vonis penjara, tanpa pencekalan.

Maka, tidak akan ada “pelapor dan terlapor”.

Maka, bermunculanlah nama-nama acara TV indonesia di Indonesia seperti:

Udin Talk Show (saya mengusulkan nama OBU: Obrolan bersama Udin atau CCU: Cuap-
cuap Udin)

Kick Udin (saya mengusulkan nama Gredin: Greget Udin atau Presdin: Prestasi Udin)

Udin Adventure (saya mengusulkan namanya menjadi Petualangan Udin atau Kelana Udin)

Planet Lawyer Club (saya mengusulkan nama itu menjadi Koranet: Komunitas Pengacara
Planet)

Stand Up Comedy (saya mengusulkan namanya menjadi KOMAN atau KORI: Komedi
Mandiri)

Breaking News (saya mengusulkan namanya menjadi Berita Terbaru, Berita Terkini, atau
Kabar Dahsyat)

Maka, bermunculanlah ungkapan di Indonesia misalnya:

“Happy anniversary ya bro!” (saya mengusulkan ungkapan “Selamat hari jadi ya, Mas.”)

“Next, kita adakan lomba ini lagi.” (saya mengusulkan ungkapan “Nanti, kita adakan lomba
ini lagi.”)

“By the way, sudah berapa lama . . . ?” (saya mengusulkan ungkapannya menjadi “Omong-
omong, sudah berapa lama. . . ?”)

“Kamu kurang care jadi dia berpaling.” (saya mengusulkan ungkapan “Kamu kurang peduli
jadi dia berpaling.”)

“Berita itu hoax.” kata Sekjen Udin kepada wartawan. (saya mengusulkan ungkapannya
menjadi “Berita itu bohong.” kata Sekjen Udin kepada wartawan.)
6

Maka, bermunculanlah nama-nama tempat, kantor, atau perusahaan:

Cikarang Timur Square (saya mengusulkan nama Pojok Cikarang Timur atau Area Cikarang
Timur)

Pelita Garden (saya mengusulkan nama Perumahan atau Pertokoan Pelita Indah atau Bumi
Pelita)

Udin Workshop (saya mengusulkan nama Bengkel Udin atau Mekanika Udin)

Beauty & Spa “Neneng Susan” (saya mengusulkan nama Salon Bugar atau Salon Kecantikan
“Neneng Susan”)

Udin & Neneng Entertainment (saya mengusulkan nama Hiburan Udin & Neneng atau
Hiburan Asik Udin & Neneng) dan masih banyak lagi.

Contoh di atas dapat dibedakan menjadi 2 hal:

1. Semua ungkapan dan nama di dalam tanda kurung adalah istilah alternatif Indonesia
secara benar supaya masyarakat benar-benar bangga dengan bahasa Indonesia.
2. Semua ungkapan dan nama yang bermunculan dengan istilah asing itu marak, dan tidak
dianggap melanggar konstitusi bahasa.

Bandingkan rasa kebanggaan kedua ungkapan atau istilah itu!

Istilah atau ungkapan dalam bahasa asing tersebut dianggap biasa karena ego dan
ketidaktahuan pengguna bahasa tentang bahasa nasionalnya sendiri.

Bagaimana ego bisa terlibat dalam urusan penggunaan bahasa?

Pemilik toko, produser, direktur perusahaan, dan orang penting yang mengelola sebuah
bengkel, sebuah kebijakan, atau kantor merasa bahwa istilah asing itu keren, hebat, modern,
lain dari yang lain, dan menarik minat orang banyak. Mereka juga berkata, “Ini kantor saya.
Saya berkuasa penuh menentukan nama kantor saya sendiri.” Padahal, tidak mungkin istilah
dalam bahasa Indonesia membuat derajat seseorang jatuh, tidak juga membuat hina.
Sedangkan, mereka adalah orang Indonesia.
Pembawa Acara: orang Indonesia
Produser: orang Indonesia
Penonton: orang Indonesia
Ternyata, acara mereka disiarkan di Indonesia dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa pengantar.
Pemilik toko, pengelola salon atau bengkel, pengusaha properti, pengusaha dunia hiburan,
serta pelanggan mereka adalah orang Indonesia. Tempat usaha mereka berada di Indonesia.
Dokumen/Surat Ijin Usaha mereka menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa pengantar
mereka di tempat pekerjaannya adalah bahasa Indonesia walaupun mereka mahir berbahasa
asing.
7

Apalagi jika sebagian mereka tidak mahir berbahasa asing tetapi sok ke-Inggeris-inggerisan
malah lucu.

Hal itu berbeda dengan percakapan sehari-hari yang tidak formal, tidak dipublikasikan, tidak
dalam wawancara TV, tidak juga dalam berita TV atau berita online..

Undang-undang tidak menyalahkan penggunaan bahasa dalam percakapan sehari-hari.

Obrolan yang menggunakan istilah gak (tidak), gue (saya), dibuatin (dibuatkan), dicuekin
(dibiarkan/tidak digubris), sih, deh, dan sebagainya dalam keseharian di rumah, kantor,
pabrik, warung, atau bis/kereta api/pesawat tidak diatur dalam undang-undang.

Contoh kalimat, “Ko gue gak dibuatin kopi, sih?” atau “Dicuekin, deh, gue.”

Tentunya, Indonesia tidak dapat mencontoh Jepang yang mempertahankan huruf Hiragana,
Katakana, Kanji, dan Romaji sehingga produk-produk tercanggihnya pun menggunakan
huruf atau tulisan khas mereka dan ini tidak membuat Jepang terbelakang tidak pula terhina.
Mungkin, ada beberapa produk canggih mereka beredar di Indonesia dengan huruf Kanji atau
Hiragana di dalamnya seakan-akan mereka sedang menyebarkan pelajaran bahasa Jepang
kepada masyarakat Indonesia. Kebijakan mereka dalam hal ini baik. Mereka menganggap
bahwa bahasa Jepang adalah kebanggaan dan kekayaan mereka.

Indonesia tidak memiliki tulisan atau huruf khas nasional. Abjad nasional adalah a, b, c, dan
seterusnya.

Indonesia sudah cukup memiliki aturan penggunaan bahasa nasional selain aturan/hukum di
atas, yaitu kaidah Ejaan yang Disempurnakan melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia walaupun pelaksanaannya belum cukup. Bahkan, pemahaman saya pun
belum cukup selama menyimak isi Permendikbudaya tersebut sehingga saya membahasnya
pada halaman 8 s.d. 14 di bawah ini.
8

Hal yang belum saya pahami dalam Peraturan Menteri ini adalah bagian kedua tentang
Penulisan Kata, huruf E tentang Pemenggalan Kata dan pada huruf H. tentang singkatan dan
akronim sebagai berikut:

II. PENULISAN KATA


A. Huruf Abjad
...

B. Pemenggalan Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.a
a. Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
bu-ah
ma-in
ni-at
sa-at
b. Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal.
Misalnya:
pan-dai
au-la
sau-da-ra
sur-vei
am-boi
c. Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf
konsonan) di antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum
huruf kon-sonan itu.
Misalnya:
ba-pak
la-wan
de-ngan
ke-nyang
mu-ta-khir
mu-sya-wa-rah
d. Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya:
Ap-ril
cap-lok
makh-luk
man-di
sang-gup
som-bong
swas-ta
9

e. Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-
masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf
konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
ul-tra
in-fra
ben-trok
in-stru-men
Catatan:
Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.
Misalnya:
bang-krut
bang-sa
ba-nyak
ikh-las
kong-res
makh-luk
masy-hur
sang-gup

2. Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara bentuk dasar dan


unsur pembentuknya.
Misalnya:
ber-jalan mem-pertanggungjawabkan
mem-bantu memper-tanggungjawabkan
di-ambil mempertanggung-jawabkan
ter-bawa mempertanggungjawab-kan
per-buat me-rasakan
makan-an merasa-kan
letak-kan per-buatan
pergi-lah perbuat-an
apa-kah ke-kuatan
kekuat-an
Catatan:
1) Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan
dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya:
me-nu-tup
me-ma-kai
me-nya-pu
me-nge-cat
pe-mi-kir
pe-nye-but
pe-no-long
10

pe-nga-rang
pe-nge-tik
2) Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya:
ge-lem-bung
ge-mu-ruh
ge-ri-gi
si-nam-bung
te-lun-juk
3) Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir
baris tidak dilakukan.
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan ….
Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau mengambil makanan itu.

3. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur
itu. Tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.

Misalnya:
biografi bio-grafi bi-o-gra-fi
biodata bio-data bi-o-da-ta
fotografi foto-grafi fo-to-gra-fi
fotokopi foto-kopi fo-to-ko-pi
introspeksi intro-speksi in-tro-spek-si
introjeksi intro-jeksi in-tro-jek-si
kilogram kilo-gram ki-lo-gram
kilometer kilo-meter ki-lo-me-ter
pascapanen pasca-panen pas-ca-pa-nen
pascasarjan pasca-sarjana pas-ca-sar-ja-na

Hal ini tidak sejalan dengan cara membuat singkatan sebagaimana diatur pada huruf
H. tentang Singkatan dan Akronim.
Bagian huruf E. Pemenggalan Kata nomor 2. Pemenggalan kata turunan, misalnya:
Pelajar
Pemenggalan: pel – ajar
pel – a – jar
bukan pe – lajar bukan pula pe – la – jar, karena kata dasarnya adalah ajar yang
pemenggalannya adalah a – jar dan imbuhannya atau awalannya adalah pel.
sehingga singkatan mapel adalah singkatan yang benar. Bimbel juga benar.
Berbeda dengan kata nasional yang merupakan kata dasar, yang pemenggalannya adalah na –
si – o – nal.
Bukan nas – i – o – nal.
11

Pemenggalan suku kata nas adalah pemenggalan yang salah. Tetapi banyak singkatan:
bapronas (badan produksi nasional)
timnas (tim nasional), dan sebagainya. Singkatan yang salah.
Singkatan yang benar adalah baprona atau bapronal dan timna atau timnal.
Ada pula kata sosial yang disingkat sos. Singkatan yang benar untuk sosial adalah so karena
pemenggalannya adalah so – si – al.
Tetapi, singkatan nas dan sos tersebut benar menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 Bab II atau Bagian II PENULISAN
KATA, huruf H. Akronim dan Singkatan sebagai berikut:

H. Singkatan dan Akronim


1. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik
pada setiap unsur singkatan itu.
Misalnya:
A.H. Nasution
H. Hamid
Suman Hs.
W.R. Supratman
M.B.A. master of business administration
M.Hum. magister humaniora
M.Si. magister sains
S.E. sarjana ekonomi
S.Sos. sarjana sosial
S.Kom. sarjana komunikasi
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
Sdr. saudara
Kol. Darmawati Kolonel Darmawati
Abdul Haris Nasution
Haji Hamid
Suman Hasibuan
Wage Rudolf Supratman

2. a. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen
resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
UI Universitas Indonesia
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
WHO World Health Organization
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
12

b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis
dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
PT perseroan terbatas
MAN madrasah aliah negeri
SD sekolah dasar
KTP kartu tanda penduduk
SIM surat izin mengemudi
NIP nomor induk pegawai

3. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
hlm. halaman
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
sda. sama dengan di atas
ybs. yang bersangkutan
yth. yang terhormat
ttd. tertanda
dkk. dan kawan-kawan

4. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-menyurat
masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian
s.d. sampai dengan

5. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda titik.
Misalnya:
Cu kuprum
cm sentimeter
kVA kilovolt-Amper
l liter
kg kilogram
Rp rupiah

6. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
13

BIG Badan Informasi Geospasial


BIN Badan Intelijen Negara
LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia

7. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Bulog Badan Urusan Logistik
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kowani Kongres Wanita Indonesia
Kalteng Kalimantan Tengah
Mabbim Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia
Suramadu Surabaya Madura

8. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau
gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
iptek ilmu pengetahuan dan teknologi
pemilu pemilihan umum
puskesmas pusat kesehatan masyarakat
rapim rapat pimpinan
rudal peluru kendali
tilang bukti pelanggaran

Pada nomor 7 di atas, akronim Bulog (Badan Urusan Logistik) adalah benar sedangkan
pemenggalan kata logistik adalah:
lo – gis – tik logis – tik lo – gistik
bukan log – is – tik bukan pula log – istik
sesuai dengan peraturan pada huruf B tentang pemenggalan kata.
Juga akronim Kowani (Kongres Wanita Indonesia). Kata kongres disingkat ko, DIKURANGI
huruf ng dari suku kata yang benar yaitu kong.
Kongres : kong – res
Wanita disingkat wan, DITAMBAHKAN satu huruf kepada suku kata yang benar yaitu wa.
Wanita : wa – ni – ta wani – ta wa – nita
DIKURANGI dan DITAMBAHKAN itu benar menurut hukum nomor 7 tersebut tetapi salah
menurut hukum “B. Pemenggalan Kata”.
Pada nomor 8 di atas, juga terdapat contoh akronim yang tidak sejalan dengan peraturan “B.
Pemenggalan Kata”.
Kata rudal (peluru kendali) adalah akronim yang benar menurut aturan nomor 8 tersebut.
Padahal, peraturan pada bagian B Pemenggalan Kata telah menyatakan bahwa pemenggalan
kata kendali adalah:
14

ken – da – li kenda – li ken – dali


Bukan ken – dal – i.
Jadi, tidak ada dan tidak benar suku kata dal pada kata kendali menurut konstitusi “B.
Pemenggalan Kata”.
Contoh lain:
Singkatan satgas (satuan tugas) adalah singkatan yang salah.
Kata satuan merupakan turunan dari kata dasar satu.
Pemenggalan kata satu adalah sa – tu. Bukan sat – u.
Maka, suku kata satuan adalah sa – tu – an sa – tuan satu – an
Bukan sat – u – an.
Maka, pemenggalan yang benar adalah sa – gas, bukan sat – gas sesuai dengan hukum “B.
Pemenggalan Kata”.

Ketidakserasian antara hukum “H. Akronim dan Singkatan” dengan hukum “B. Pemenggalan
Kata” itu membuat saya menulis sebuah kalimat di atas dengan huruf tebal yaitu Hal ini
tidak sejalan dengan cara membuat singkatan sebagaimana diatur pada huruf H.
tentang Singkatan dan Akronim.
Bagaimana cara mengompromikan kedua hukum yang belum serasi tersebut?
Solusi pertama adalah amandemen Permendikbudaya Nomor 50 Tahun 2015, yaitu
diberikannya pengecualian untuk hukum “H. Akronim dan Singkatan”.
Solusi kedua adalah amandemen dengan revisi pada bagian “H. Akronim dan Singkatan”
demi konsistensi hukum “B. Pemenggalan Kata”. Argumentasi solusi kedua ini adalah
adanya kesesuaian antara hukum “B. Pemenggalan Kata” dengan definisi pemenggalan kata
pada Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Dengan demikian, ketidakserasian hukum tersebut dapat diatasi.

Anda mungkin juga menyukai