Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) telah menjadi masalah kesehatan dunia. Insidens dan pravelensi
penyakit ini tidak pernah berhenti mengalir, terutama di Negara sedang berkembang dan
Negara yang terlanjur memasuki budaya industrialisasi.
Menurut laporan WHO, diabetes menyebabkan 1,5 juta (2,7%) kematian pada tahun 2012,
naik dari 1,0 juta (2,0%) kematian pada tahun 2000 di seluruh dunia. Laporan dari Badan
Penelitian dan Pengembangan kesehatan Kementerian Kesehatan (RISKESDAS) Tahun
2013 menyebutkan terjadi peningkatan prevalensi pada penderita diabetes mellitus yang
diperoleh berdasarkan wawancara yaitu 1,1% pada tahun 2007 menjadi 1,5% pada tahun 2013
sedangkan prevalensi diabetes mellitus berdasarkan diagnosis dokter atau gejala pada tahun
2013 sebesar 2,1% dengan prevalensi terdiagnosis dokter tertinggi pada Sulawesi Tengah
(3,7%) dan paling rendah pada daerah jawa barat.

B. Rumusan Masalah.
1. Apa pengertian Diabetes Militus (DM)?
2. Apa saja Gejala Diabetes Militus?
3. bagaimana Tipe - Tipe DM?
4. Apa saja Etiologi dan Patofisiologi Diabetes Militus?
5. Apa saja Faktor Resiko Diabetes Militus?
6. Apa saja Komplikasi Diabetes Melitus?
7. Bagaimana cara Penatalaksanaan Diabetes Militus?

C. Tujuan
1 Untuk mengetahui Pengertian Diabetes Militus
2 Untuk mengetahui Apa saja Gejala Diabetes Militus
3 Untuk mengetahui Tipe-tipe Diabetes Militus
4 Untuk mengetahui Apa saja Etiologi dan Patofisiologi Diabetes Militus
5 Untuk mengetahui Faktor Resiko Diabetes Militus
6 Untuk mengetahui Cara Penatalaksanaan Diabetes Militus
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar gula
dalam darah melebihi nilai normal.
Kadar gula darah yang normal adalah pemeriksaan gula darah vena sewaktu (GDS) <200 mg/dl
dan gula darah vena puasa (GDP) <126 mg/dl.
Diabetes melitus merupakan kelainan metabolik dengan etiologi multifaktorial. Penyakit ini
ditandai dengan hiperglikemia kronis dan mempegaruhi metabolisme karbohidrat,protein dan
lemak. Penyandang DM akan di temukan dengan berbagai gejala seperti poliuria (banyak
berkemih),polidipsia (banyak minum),polifagia (banyak makan) dengan penurunan berat badan.

B. GEJALA DIABETES
1. Gejala klasik diabetes
- Poliuri (Sering berkemih)
Jika kadar gula darah melebihi nilai ambang normal (>180 mg/dl), gula akan keluar bersama
urine, untuk menjaga agar urine yang keluar yang mengandung urine itu tidak terlalu pekat,
tubuh akan menarik air sebanyak mungkin ke dalam urine sehingga volume urine yang
keluar banyak dan kencing pun menjadi sering.
- Polidipsi (Sering minum)
Dengan banyaknya urine yang keluar,badan akan kekurangan air atau kekeringan (dehidarsi).
Untuk mengatasi hal tersebut,timbullah rasa haus sehingga orang selalu minum ; mau nya
dingin,segar,manis dan banyak. Tidak jarang yang dipilih adalah minuman coca cola :
dingin,menyegarkan dan enak-manis.
- Polifagia (Sering makan)
Pada diabetes karena insulin bermasalah,pemasukan gula kedalam sel-sel tubuh kurang
sehingga energi yang dibentuk pun kurang. Inilah sebabnya orang merasa kurang bertenaga.
Dengan demikian,otak juga “berfikir” bahwa kurang energy itu karena kurang maka,maka
tubuh berusaha meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan rasa lapar jadi,timbullah
perasaan selalu ingin makan,lalu makan terus,banyak,dan yang enak-enak,ini juga
menyebabkan ingin ngemil terus.
- Berat badan turun dan menjadi kurus
Ketika tubuh tidak bisa mendapatkan energi yang cukup dari gula karena kurang insulin,sel-
sel seolah-olah akan berteriak.tubuh akan bergegas mengolah zat-zat lain didalam tubuh
diubah menjadi energy. Zat-zat yang diubah tersebut adalah lemak dan protein. Apabila hal
tersebut berlangsung cukup lama,orang akan tampak kurus dan berat badannya turun

2. Gejala lain
Disamping gejala klasik,ada pula gejala lain diabetes. Gejala tersebut biasanya disebabkan
oleh komplikasi yang sudah terjadi. Gejala komplikasi yang sering kali dikeluhkan adalah
kesemutan di kaki,gatal-gatal,atau luka yang tidak sembuh-sembuh. Yang paling merisaukan :
gatal-gatal di daerah selangkangan.
C. TIPE-TIPE DIABETES
1. Diabetes Tipe - 1
Diabetes Tipe -1 biasanya mengenai anak-anak dan remaja. Dahulu,pernah disebut sebagai
juvenile diabetes (diabetes usia muda). Namun, diabetes tipe ini ternyata juga dapat terjadi pada
orang dewasa. Oleh karena itu, orang lebih suka memakai istilah diabetes tipe -1.
Diabetes tipe -1,untuk dapat bertahan hidup,bergantung pada waktu yang lalu, istilah yang
dipakai adalah Insulin Dependent Diabetes Mellitus (DDM). Jumlah kejadiannya hanya 1-10%
dari semua penderita diabetes di dunia. Di Indonesia, hanya kurang lebih sekitar 1% dari semua
diabetes.
Faktor penyebab yang menjadi gara-gara pada diabetes tipe-1 adalah infeksi virus atau reaksi
auto imun (rusaknya sistem kekebalan tubuh), yang merusak sel-sel penghasil insulin, yaitu sel-
B pada pancreas, secara menyeluruh. Oleh karena itu, pada tipe ini, pankreas sama sekali tidak
dapat menghasilkan insulin. Untuk bertahan hidup, insulin harus di berikan dari luar dengan
cara disuntikkan. Sampai sekarang, belum ada cara lain karena jika diminum, insulin akan di
rusak asam lambung.
Biasanya pada diabetes Tipe-1 gejala dan tanda-tandanya muncul mendadak.Tiba-tiba cepat
merasa haus,sering kencing(anak-anak jadi sering ngompol), badan mengurus,dan lemah.
Apabila insulin tidak segera diberikan, penderita dapat cepat tidak sadarkan diri, disebut juga
koma ketoasidosi atau koma diabetik.

2. Diabetes Tipe – 2
Diabetes Tipe -2 bisa juga disebut diabetes life style karena penyebabnya selain faktor
keturunan, yang terutama adalah gaya hidup yang tidak sehat. Biasanya tipe ini mengenai orang
dewasa. Dahulu, diabetes ini pernah disebut adult onset atau maturiyonset diabetes. Namun,
karena diabetes ini ternyata juga dapat mengenai mereka yang lebih muda, maka istilah Tipe-2
dianggap letbih cocok.
Diabetes Tipe-2 berkembang sangat lambat,bisa sampai bertahun-tahun. Oleh karena itu,
gejala dan tanda-tandanya sering kali tidak jelas. Diabetes Tipe-2 biasanya memiliki riwayat
keturunan diabetes. Apabila tidak ada gejala klasik, yang biasa di keluhkan adalah : cepat
lelah,berat badan turun walaupun banyak makan, atau rasa kesemutan di tungkai.
Diabetes Tipe-2 tidak mutlak memerlukan suntikan insulin karena pankreasnya masih
menghasilkan insulin. Mengapa ? Pertama, insulin tersebut masih diproduksi,tetapi jumlahnya
tidak mencukupi. Kedua, yang terpenting kerja insulin tidak efektif karena adanya hambatan
paa kerja insulin, seperti telah disebutkan, istilah medisnya adalah resistensi insulin.

3. Diabetes Gestasional
Diabetes Gestasional basanya menghilang sesudah melahirkan. Namun, pada hampir
setengahnya, diabetes akan muncul kembali. Apabila, diabetesnya tidak menghilang atau pernah
menghilang tetapi muncul kembali, keadaan tersebut bisa disebut diabetes Tipe-2 atau tetap
disebut diabetes gestasional.
Diabetes yang disertai kehamilan, jika tidak dikendalikan dengan baik, dapat berdampak
buruk terhadap bayi dan ibu. Si jabang bayi dapat tumbuh besar dari besar normal
(makrosomia),yaitu berat lahirnya lebih dari 4 kg (disebut bayi raksasa atau giant baby).
Diabetes gestasional pada prinsipnya berbeda dengan kehamilan yang timbul pada seorang
diabetisi, tetapi prinsip pengobatannya sama.
D. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
1. Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes tipe ini merupakan yang jarang atau sedikit populasinya, diperkirakan kurang dari 5-
10% dari keseluruhan populasi penderita diabetes. Gangguan produksi insulin pada DM tipe 1
Umumnya terjadi karena kerusakan sel sel B langerhans yang disebkan oleh reaksi autoimun.
Namun ada pula yang disebabkan oleh bermacam virus, diantaranya virus cocksakie, rubella,
CMVirus, herpes dan lain sebagainya. Ada beberapa tipe otoantibodi yang dihubungkan dengan
tipe 1, antara lain ICCA (islet cell Cytoplasmic Antibodies), ICSA (islet cell surface
antibodies), dan antibody terhadap GAD (glutamic acid decarboxylase).
ICCA merupakan otoantibodi utama yang ditemukan pada penderita DM Tipe 1. Hampir 90%
penderita DM Tipe 1 memiliki ICCA di dalam darahnya. Di dalam tubuh non-diabetik,
frekuensi ICCA hanya 0,5-4%. Oleh sebab itu, keberadaan ICCA merupakan predictor yang
cukup akurat untuk DM Tipe1.
Destruksi otoimun dari sel-sel B pulau langehans kalenjer pangkreas langsung mengakibatkan
defisiensi sekresi insulin. Defisiensi insulin inilah yang menyebabkan gangguan metabolisme
yang menyertai DM Tipe 1. Selain defisiensi insulin, fungsi sel-sel a kalenjer pangkreas pada
penderita DM Tipe 1 juga menjadi tidak normal. Pada penderita DM Tipe 1 ditemukan sekresi
glucagon yang berlebihan oleh sel-sel a, pulau langehans. Secara normal, hiperglikemia akan
menurunkan sekresi glucagon, namun pada penderita DM Tipe 1 hal ini terjadi, sekresi
glucagon tetap tinggi walaupun dalam keadaan hiperglikemia. Hal ini memperparah kondisi
hiperglikemia. Salah satu manifestasi dari keadaan ini adalah cepatnya penderita DM Tipe 1
mengalami ketoasisdosis diabetik apabila tidak mendapat terapi insulin. Apabila diberikan
terapi somatostatin untuk menekan sekresi glucagon, maka akan terjadi penekanan terhadap
kadar gula dan badan keton. Salah satu masalah jangka panjang pada penderita DM Tipe 1
adalah rusaknya kemampuan tubuh untuk mensekresi gukagon sebagai respon terhadap
hiporglikemia. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya hipoglikemia yang dapat berakibat fatal
pada penderita DM Tipe 1 yang sedang mendapat terapi insulin.
Walaupun defisiensi sekresi insulin merupakan merupakan masalah utama pada DM Tipe 1,
namun pada penderita yang tidak dikontrol dengan baik, dapat terjadi penurunan kemampuan
sel-sel sasaran untuk merespon terapi insulin yang diberikan. Ada beberapa mekanisme
biokimia yang dapat menjelaskan hal ini, salah satu diantaranya adalah, defisiensi insulin
menyebabkan meningkatnya asam lemak bebas di dalam darah sebagai akibat dari liposis yang
tak terkendali di jaringan adiposa. Defisiensi insulin juga akan menurunkan ekskresi dari
beberapa gen glukokinase di hati gen GLTU4 (protein transporter yang membantu transport
glukosa di sebagian besar jaringan tubuh) yang tak terkendali di jaringan adiposa. Defisiensi
insulin juga akan menurunkan ekskresi dari beberapa gen glukokinase di hati gen GLTU4
(protein transporter yang membantu transport glukosa di sebagian besar jaringan tubuh) di
jaringan adiposa.

2. Diabetes Melitus Tipe 2


Etiologi DM Tipe 2 merupakan multifactor yang belum sepenuhnya terungkap dengan jelas.
Factor genetic dan pengaruh lingkungan cukup besar dalam menyebabkan terjadinya DM Tipe
2, antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat, serta kurang gerak badan.
Berbeda dengan DM Tipe 1, pada penderita DM Tipe 2, terutama yang berada pada tahap
awal, umumnya dapat dideteksi jumlah insulin yang cukup didalam darahnya, di samping kadar
glukosa yang juga tinggi.
Patofisiologi DM Tipe 2 bukan disebabkan oleh kurang seksresi insulin, tetapi karena sel-sel
sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim
disebut sebagai “resistensi insulin”. Resistensi insulin banyak terjadi di Negara-negara maju
seperti Amerika Serikat, antara lain sebagai akibat dari obesitas, gaya hidup kurang gerak
(sedentary), dan penuaan.
Disamping resistensi insulin, pada penderita DM Tipe 2 dapat juga timbul gangguan sekresi
insulin dan produksi glukosa hepatic yang berlebihan. Namun demikian, tidak terjadi
pengrusakan sel-sel b langerhans secara otoimun sebagaimana terjadi pada DM Tipe 1. Dengan
demikian defisiensi fungsi insulin pada penderita DM Tipe 2 hanya bersifat relative, tidak
absolute. Oleh sebab itu dalam penanganannya umumnya tidak memerlukan terapi pemberian
insulin.
Berdasarkan uji toleransi glukosa oral, penderita DM Tipe 2 dapat dibagi menjadi 4
kelompok :
a. Kelompok yang hasil uji toleransi glukosanya normal
b. Kelompok yang hasil uji toleransi glukosanya abnormal, disebut juga Diabetes Kimia
(Chemical Diabetes)
c. Kelompok yang menunjukkan hiperglikemia puasa minimal (kadar glukosa plasma darah
<140 mg/dl)
d. Kelompok yang menunjukkan hiperglikemia puasa tinggi (kadar glukosa plasma darah
>140 mg/dl)

E. FAKTOR RESIKO
Setiap orang yang memiliki atau lebih factor resiko diabetes selayaknya waspada akan
kemungkinan dirinya mengidap diabetes. Para petugas kesehatan, dokter, apoteker dan petugas
kesehatan lainnya pun sepatutnya member perhatian kepada orang-orang seperti ini, dan
menyarankan untuk melakukan beberapa pemeriksaan untuk mengetahui kadar glukosa
darahnya agar tidak terlambat memberikan bantuan penanganan.

TABEL 1. FAKTOR RESIKO UNTUK DIABETES TIPE 2

Riwayat - Diabetes dalam keluarga


- Diabetes Gestasional
- Melahirkan bayi dengan berat badan >4 kg
- Kista ovarium (Polycystic ovary syndrome)
- IFG (Impaired fasting Glucose) atau IGT (Impaired glucose
tolerance)
Obesitas - >120% berat badan ideal

Umur - 20 – 59 tahun: 8,7%


- >65 tahun : 18%
Etnik/Ras
Hipertensi - >140/90mmHg

Hiperlipidemia - Kadar HDL rendah >35mg/dl


- Kadar lipid darah tinggi >250mg/dl
F. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan kembali ada keluhan khas DM berupa
poliuria,polidipsia,polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat di jelaskan
penyebabnya. Keluhan lain yang mungkin disampaikan penderita antara lain badan terasa
lemah, sering kesemutan, gatal-gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulvae
pada wanita.
Apabila ada keluhan khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl sudah
cukup untuk menegakkan diagnose DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah plasma > 126
mg/dl juga dapat digunakan sebagai patokan diagnosis DM. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 2 berikut ini :

TABEL 2. KRITERIA PENEGAKAN DIAGNOSIS

Glukosa plasma darah Glukosa Plasma 2 jam


puasa setelah makan
Normal < 100 mg/dl < 140 mg/dl

Pra-diabetes 100 – 125 mg/dl -

IFG atau IGT - 140 – 199 mg/dl

Diabetes >126 mg/dl > 200 mg/dl

Untuk kelompok tanpa keluhan khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah abnormal tinggi
(Hiperglikemia) satu kali saja tidak cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM. diperlukan
konfirmasi atau pemastian lebih lanjut dengan mendapatkan paling tidak satu kali lagi kadar
gula darah sewaktu yang abnormal tinggi (>200 mg/dL) pada hari lain, kadar glukosa darah
puasa yang abnormal tinggi (>126 mg/dL), atau dari hasil uji toleransi glukosa oral didapatkan
kadar glukosa darah paska pembebanan >200 mg/dl.
Untuk menegakkan diagnosis DM Tipe 1,perlu dilakukan konfirmasi dengan hasil uji toleransi
glukosa penderita DM Tipe 1 menunjukkan pola yang berbeda dengan orang normal
sebgaimana yang di tunjukkan dalam gambar 1.
Gambar 1. Kurva toleransi glukosa normal dan pada penderita DM tipe 1. Garis titik – titik
menunjukan kisaran kadar glukosa darah norma

G. KOMPLIKASI
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan komplikasi akut dan kronis.
Berikut ini akan di uraikan beberapa komplikasi yang sering terjadi dan harus di waspadai.

1. Hipoglikemia

Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan berkunang-kunang, pitam (pandangan menjadi gelap), keluar
keringat dingin, detak jantung meningkat, sampai hilang Apabila tidak segera ditolong
dapat terjadi kerusakan otak dan akhirnya kematian. Pada hipoglikemia, kadar glukosa
plasma penderita kurang dari 50 mg/dl, walaupun ada orang-orang tertentu yang sudah
menunjukkan gejala hipoglikemia pada kadar glukosa plasma di atas 50 mg/dl. Kadar
glukosa darah yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan
energi sehingga tidak dapat berfungsi bahkan dapat rusak. Hipoglikemia lebih sering
terjadi pada penderita diabetes tipe 1, yang dapat dialami 1 – 2 kali perminggu. Dari
hasil survei yang pernah dilakukan di Inggeris diperkirakan 2 – 4% kematian pada
penderita diabetes tipe 1 disebabkan oleh serangan hipoglikemia. Pada penderita
diabetes tipe 2, serangan hipoglikemia lebih jarang terjadi, meskipun penderita tersebut
mendapat terapi insulin. Serangan hipoglikemia pada penderita diabetes umumnya
terjadi apabila penderita: ƒ Lupa atau sengaja meninggalkan makan (pagi, siang atau
malam) ƒ Makan terlalu sedikit, lebih sedikit dari yang disarankan oleh dokter atau ahli
gizi ƒ Berolah raga terlalu berat ƒ Mengkonsumsi obat antidiabetes dalam dosis lebih
besar dari pada seharusnya ƒ Minum alkohol ƒ Stress ƒ Mengkonsumsi obat-obatan lain
yang dapat meningkatkan risiko hipoglikemia Disamping penyebab di atas pada
penderita DM perlu diperhatikan apabila penderita mengalami hipoglikemik,
kemungkinan penyebabnya adalah: a) Dosis insulin yang berlebihan b) Saat pemberian
yang tidak tepat c) Penggunaan glukosa yang berlebihan misalnya olahraga anaerobik
berlebihan 24 d) Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kepekaan individu
terhadap insulin, misalnya gangguan fungsi adrenal atau hipofisis

2. Hiperglikemia

Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak secara tiba-tiba.
Keadaan ini dapat disebabkan antara lain oleh stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan
tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsia, polifagia, kelelahan yang
parah (fatigue), dan pandangan kabur. Apabila diketahui dengan cepat, hiperglikemia
dapat dicegah tidak menjadi parah. Hipergikemia dapat memperburuk gangguan-
gangguan kesehatan seperti gastroparesis, disfungsi ereksi, dan infeksi jamur pada
vagina. Hiperglikemia yang berlangsung lama dapat berkembang menjadi keadaan
metabolisme yang berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik (Diabetic Ketoacidosis =
DKA) dan (HHS), yang keduanya dapat berakibat fatal dan membawa kematian.
Hiperglikemia dapat dicegah dengan kontrol kadar gula darah yang ketat.

3. Komplikasi Makrovaskular

3 jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada penderita diabetes


adalah penyakit jantung koroner (coronary heart disease = CAD), penyakit pembuluh
darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer (peripheral vascular disease = PVD).
Walaupun komplikasi makrovaskular dapat juga terjadi pada DM tipe 1, namun yang
lebih sering merasakan komplikasi makrovaskular ini adalah penderita DM tipe 2 yang
umumnya menderita hipertensi, dislipidemia dan atau kegemukan. Kombinasi dari
penyakit-penyakit komplikasi makrovaskular dikenal dengan berbagai nama, antara lain
Syndrome X, Cardiac Dysmetabolic Syndrome, Hyperinsulinemic Syndrome, atau
Insulin Resistance Syndrome. Karena penyakit-penyakit jantung sangat besar risikonya
pada penderita diabetes, maka pencegahan komplikasi terhadap jantung harus dilakukan
sangat penting dilakukan, termasuk pengendalian tekanan darah, kadar kolesterol dan
lipid darah. Penderita diabetes sebaiknya selalu menjaga 25 tekanan darahnya tidak
lebih dari 130/80 mm Hg. Untuk itu penderita harus dengan sadar mengatur gaya
hidupnya, termasuk mengupayakan berat badan ideal, diet dengan gizi seimbang,
berolah raga secara teratur, tidak merokok, mengurangi stress dan lain sebagainya.

4. Komplikasi Mikrovaskular

Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita diabetes tipe 1.


Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi (termasuk
HbA1c) menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi makin lemah dan rapuh dan
terjadi penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah kecil. Hal inilah yang mendorong
timbulnya komplikasi-komplikasi mikrovaskuler, antara lain retinopati, nefropati, dan
neuropati. Disamping karena kondisi hiperglikemia, ketiga komplikasi ini juga
dipengaruhi oleh faktor genetik. Oleh sebab itu dapat terjadi dua orang yang memiliki
kondisi hiperglikemia yang sama, berbeda risiko komplikasi mikrovaskularnya. Namun
demikian prediktor terkuat untuk perkembangan komplikasi mikrovaskular tetap lama
(durasi) dan tingkat keparahan diabetes. Satu-satunya cara yang signifikan untuk
mencegah atau memperlambat jalan perkembangan komplikasi mikrovaskular adalah
dengan pengendalian kadar gula darah yang ketat. Pengendalian intensif dengan
menggunakan suntikan insulin multi-dosis atau dengan pompa insulin yang disertai
dengan monitoring kadar gula darah mandiri dapat menurunkan risiko timbulnya
komplikasi mikrovaskular sampai 60%

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan diabetes mempunyai tujuan akhir untuk menurunkan morbiditas
dan mortalitas DM, yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai 2 target utama,
yaitu :
1. Menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal
2. Mencegah atau menimbulkan kemungkinan terjadinya komplikasi diabetes

The American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan beberapa


parameter yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan penatalaksanaan diabetes
(Tabel 3)

Tabel 3. Target Penatalaksanaan Diabetes

Parameter Kadar ideal yang diharapkan


Kadar Glukosa Darah Puasa 80 – 120mg/dl
Kadar Glukosa Plasma Darah 90 – 130mg/dl
Kadar Glukosa Darah Saat Tidur 100 – 140mg/dl
(Bedtime Darah glucose)
Kadar Glukosa Plasma Saat Tidur 110 – 150mg/dl
(Bedtime Plasma Glucose)
Kadar insulin <7 %
Kadar HbA1c <7mg/dl
Kadar Kolesterol HDL >45mg/dl (pria)

Pada dasarnya ada dua pendekatan dalam pelaksanaan diabetes, yang pertama
pendekatan tanpa obat dan yang kedua adalah pendekatan dengan obat. Dalam
penatalaksanaan DM, langkah pertama yang harus dilakukan adalah penatalaksanaan
tanpa obat berupa pengaturan diet dan olahraga. Apabila dengan langkah pertama ini
tujuan penatalaksanaa belum tercapai, dapat dikombinasikan dengan langkah
farmakologis berupa terapi insulin atau terapi obat hipoglikemik oral, atau kombinasi
keduanya.
I. Program pemerintah terkait DM:

1. Pendekatan faktor resiko penyakit tidak menular terintegrasi di fasilitas pelayanan


primer

2. Posbindu PTM ( penyakit tidak menular)

3. PATUH di posbindu PTM dan balai gaya hidup sehat

a. PATUH:

P : Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter

A : Atasi penyakit dengan pengobatan tepat dan teratur

T : Tahap diet sehat dengan gizi seimbang

U : Upayakan beraktifitas fisik dengan aman

H : Hindari rokok,alkohol dan zat karsinogen lain


TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS
STRATEGI INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA BAYI

DosenPembimbing :

Ns.Desi Deswita, M. Kep, SP. Kep. Kom.

Kelompok Diabetes Melitus


Lokal 3B :

Dedet Satria
173210318

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN RI PADANG


PRODI D.III KEPERAWATAN SOLOK
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan proposal ini.
Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Jiwa yang berjudul
tentang “RENCANA STRATEGI INTERVENSI KEPERAWATN KOMUNITAS
TERKAIT DIABETES MELITUS. Selain itu tujuan dari penyusunan Makalah ini juga
untuk menambah wawasan tentang Rencana Strategi yang akan dilaksanakan untuk
meningkatkan kemampuan diri.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns.Desi Deswita, M.
Kep, Sp Kep. Kom. selaku dosen pembimbing mata kuliah Materi Keperawatan Komunitas.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dalam
penulisan maupun penyusunan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang membangun demi kesempurnaan makalah ini dan memperbaiki kesalahan
dimasa yang akan datang.

Solok, 26 Agustus 2019

Penulis
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Banyak cara dapat dilakukan untuk mengendalikan diabetes. Namun yang paling
penting adalah kesadaran masyarakat untuk berperan dan petduli terhadap kesehatan.
Untuk itu masyarakat harus bertanggung jawab pada dirinya sendiri untuk menjaga
dirinya agar tetap sehat.

B. SARAN

Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas terselesaikannya


proposalini.Kami selaku penulis sadar bahwa dalam makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan, baik dari segi penulisan, bahasa, atau data yang kurang
lengkap.Oleh karena itu saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun
sangat kami harapkan untuk kami jadikan koreksi dan perbaikan dalam pembuatan
proposal yang selanjutnya.Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

Sri Hartini. Diabetes?Siapa Takut!!!. Bandung : Qanita, (2009)

Azrimaidaliza. Asupan Zat Gizi dan Penyakit Dalam. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
September 2011

Rika NS. (2016). Diabetes Melitus Dan Olahraga

Depkes RI. (2005). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Melitus

Anda mungkin juga menyukai