Anda di halaman 1dari 132

DIKTAT

PENGANTAR PENELITIAN
KEPERAWATAN
(Dipakai Dalam Lingkungan Sendiri)

Disusun oleh:
Syahrum, S.Pd., M.Kes

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SOLOK


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG
2014
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, materi tentang pengantar penelitian keperawatan untuk mahasiswa

Program Studi Keperawatan Solok, Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan

Kemenkes. RI Padang telah dapat diselesaikan.

Diktat ini bertujuan khusus digunakan dilingkungan sendiri Program Studi


Keperawatan Solok yang berisikan 12 (dua belas) topic bahasan. Topik bahasan yang

dimaksud adalah ilmu pengetahuan dan penelitian, penelitian keperawatan dan pendekatan
ilmiah, latar belakang dan rumusan masalah penelitian, tinjauan pustaka atau tinjauan

literature, kerangka teoritis atau kerangka konsep, variable penelitian dan definisi

operasional, metode penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data,


pengukuran dan pengembangan alat ukur, pengolaha.n dan analisis data serta pembahasan

basil penelitian, dan penulisan ilmiah.

Diharapkan setelah mahasiswa mengikuti perkuliahan dan mendiskusikan materi

yang terdapat dapat diktat ini, mahasiswa dapat menyusun proposal penelitian dan

dilaniutkan dengan penelitian.

Ditehaui oleh: Solok, Agus 014

Ketua Program Studi Keperawatan Solok Peny

ABD GAFAR, S.Kep., MPH , S.Pd,.M.Kes

NIP. 196412311986031033 06131984061001


-

DAFTAR ISI

Halaman
1 ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN
- Ilmu Dan Proses Berpikir 1
- Apa Yang Dimaksud Dengan Penelitian? 1
- Ilmu, Penelitian, Dan Kebenaran 5
- Kebenaran Non-Ilmiah 7
- Proposisi, Dalil, Teori Dan Fakta 10

2 PENELITIANKEPERAWATAN DAN PENDEKATAN ILMIAH


- Kepentingan Penelitian Dalam Keperawatan 21
- Perawatan Sebagai Profesi 22
- Pendekatan Historis
- Tanggung Gugat Dalam Keperawatan 23
- Penelitian Dalam Administrasi Keperawatan 24
- Penelitian Keperawatan Pada Masa Yang Akan Datang 25
- Metode Ilmiah 26
- Tujuan, Sasaran, Dan Implikasi Penelitian 29
- Keterbatasan Pendekatan Ilmiah 30
- Prosedur Penelitian 32

3 LATAR BELAKANG DAN RUMUSAN MASALAH PENELITIAN


- Latar Belakang Masalah 36
- Identifikasi Dan Rumusan Masalah 37
- Pertanyaan Penelitian 46
- Tujuan Penelitian 50
Manfaat Penelitian 50
- Ruang Lingkup Penelitian 51
- Keterbatasan Penelitian 51

4 TINJAUAN PUSTAKA ATAU TINJAUAN LITERATUR


- Tujuan Tinjauan Pustaka/Literatur 53
- Ruang Lingkup Tinjauan Pustaka 54

5 KERANGKA TEORITIS ATAU KERANGKA KONSEP


- Teori, Kerangka Konsep, Dan Model 58
- Langkah Penyusunan Kerangka Konsep 61

6 VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL


- Pendahuluan 62
- Pengertian Variabel Dan Data 63
- Klasifikasi Variabel 64
- Skala Ukur Variabel 66
- Definisi Operasional Variabel 71
- Hipotesis 72

7 METODE PENELITIAN
- Jenis Penelitian 77
- Rancangan Penelitian 80

Buhun Afar Penelitian Keperawatan; Oleh Siahrum, S.Pd., M.Kes


8 POPULASI DAN SAMPEL
- Pengertian Populasi Dan Sampel 85
- Alasan Penarikan Sampel 86
- Syarat-Syarat Sampel Yang Ideal 87
- Kriteria Inklusi Dan Eksklusi Sampel 87
- Kerangka Sampel 88
- Penarikan Sampel 89
- Besar Sampel 92

9 TEKNIK PENGUMPULAN DATA


- Pengertian Data 95
- Jenis Data 95
- Teknik Pengumpulan Data 96

10 PENGUKURAN DAN PENGEMBANGAN ALAT UKUR


- Pengukuran 100
- Pengukuran Langsung Dan Tak Langsung 101
- Kesalahan Pengukurae 102
- Jenis Atau Tingkat Skala Pengukuran 102
- Validitas Alat Ukur 104
- Reliabilitas Mat Ukur 106
- Macam Pengukuran Dan Penyusunan Mat Ukur 107

11 PENYAJIAN, ANALIDSA DATA DAN PEMBAHASAN HASIL


PENELITIAN
- Pendahuluan 113
- Penyajian Data 113
- Analisa Data 116
- Pembahasan Hasil Penelitian 118

12 PENULISAN ILMIAH
- Proposal Penelitian 119
- Struktur Dasar Dan Komponen Proposl 120
- Laporan Hasil Penelitian 123

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh Syahrum„S'.Pd., MKes ii


ILMU PENGETAHUAN
1 DAN PENELITIAN

Manusia adalah makhluk yang diberkahi Tuhan suatu sifat dasar ingin tahu.
Keingintahuan seseorang terhadap permasalahan disekelilingnya dapat menjurus
keingintahuan ilmiah. Ada berbagai cara yang dapat ditempuh untuk bisa
memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu hal. Pengetahuan yang benar ini
dapat ditemukan bila usaha-usaha menemukannya dilakukan menurut cara-cara
berdasarkan aturan-aturan tertentu. Cara-cara atau aturan-aturan itu disebut ilmu.
Sesuatu yang bersifat ilmu atau yang memungkinkan digunakannya ilmu, disebut
ilmiah.

Ilmu atau adalah pengetahuan tentang fakta-fakta, baik natural atau


sosial, yang berlaku umum dan sistematik. Jadi ilmu tierarti pengetahuan yang
diperoleh dari penelitian atau studi. Karena ilmu berlaku umum, maka darinya dapat
disimpulkan pernyataan-pernyataan yang didasarkan pada beberapa kaidah umum
pula. Ilmu tidak lain dari suatu pengetahuan yang sudah terorganisir serta tersusun
secara sistematik menurut kaidah umum. Istilah ilmu disini harus dapat dibedakan dari
ilmu dalam konteks gaib, ilmu sihir, dan seperti itu. Untuk membedakannya, ilmu
yang diperoleh dari penelitian atau studi disebut ilmu pengetahuan.

ILMU DAN PROSES BERPIKIR

Dua buah definisi dari ilmu adalah sebagai berikut


"Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematik, pengetahuan
dari mana dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah
umum."

"Ilmu adalah pengetahuan yang sudah dicoba dan diatur menurut urutan dan
arti menyeluruh dan sistematik."

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 1


Menurut Maranon (1953), ilmu mencakup lapangan yang sangat luas,

menjangkau semua aspek tentang progres manusia secara menyeluruh. Tennasuk di


dalamnya pengetahuan yang telah dirumuskan secara sistematik melalui pengamatan dan
percobaan yang terus-menerus, yang telah menghasilkan penemuan kebenaran yang
bersifat umum. Tan (1954) berpendapat bahwa ilmu bukan saja merupakan suatu
himpunan pengetahuan yang sistematis, tetapi juga merupakan suatu metodologi.
Ilmu telah memberikan metode dan sistem, yang mana tanpa ilmu, semua itu akan
merupakan suatu kebetulan saja. Nilai dari ilmu tidak saja terletak dalam pengetahuan
yang dikandungnya, sehingga si penuntut ilmu menjadi seorang yang ilmiah, baik dalam
keterampilan, dalam pandangan maupun tindak-tanduknya.

Ilmu menemukan materi-materi ilmiah serta memberikan suatu rasionalisasi

sebagai hukum alam. Ilmu membentuk kebiasaan serta meningkatkan keterampilan

observasi, percobaan (eksperimentasi), klasifikasi, analisa serta membuat

generalisasi. Dengan adanya keingintahuan manusia yang terus-menurus, maka ilmu

akan terus berkembang dan membantu kemampuan persepsi serta kemampuan

berpikir secara logis, yang sering disebut penalaran.

Konsep antara ilmu dan berpikir adalah sama. Dalam memecahkan masalah,

keduanya dimulai dari adanya rasa sangsi dan kebutuhan akan suatu hal yang

bersifat umum. Kemudian timbul suatu pertanyaan yang khas, dan selanjutnya suatu
pemecahan tentatif untuk penyelidikan.

Proses berpikir adalah suatu refleksi yang teratur dan hati-hati. Proses
berpikir lahir dari suatu rasa sangsi akan sesuatu dan keinginan untuk memperoleh
suatu ketentuan, yang kemudian tumbuh menjadi suatu masalah yang khas. Masalah ini
memerlukan suatu pemecahan, dan untuk ini dilakukan penyelidikan terhadap data

yang tersedia dengan metode yang tepat. Akhirnya, sebuah kesimpulan tentatif akan

diterima, tetapi masih tetap di bawah penyelidikan yang kritis dan terus-

menerus untuk mengadakan evaluasi secara terbuka.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 2


Biasanya, manusia normal selalu berpikir dengan situasi permasalahan.
Hanya terhadap hal-hal yang lumrah saja, biasanya, reaksi manusia terjadi tanpa
berpikir. Int adalah suatu kebiasaan atau tradisi. Tetapi jika masalah yang dihadapi
adalah masalah yang rumit, maka manusia normal akan mencoba memecahkan
masalah tersebut menurut langkah-langkah tertentu. Berpikir demikian dinamakan
berpikir secara reflektif (reflective thinking).

Bagaimanakah kira-kira proses yang terjadi ketika berpikir?


Menurut Dewey (1933) proses berpikir dan manusia normal mempunyai urutan beri
kut :
• Timbulnya rasa sulit, baik dalam bentuk adaptasi terhadap alat, sulit
mengenal sifat, ataupun dalam menerangkan hal-hal yang muncul secara
tiba-tiba.

• Kernudian rasa sulit tersebut diberi definisi dalam bentuk permasalahan.


• Timbul suatu kemungkinan pemecahan yang berupa reka-reka, hipotesa,
inferensi atau teori.

• Ide-ide pemecahan diuraikan secara rasional melalui pembentukan


implikasi dengan jalan mengumpulkan bukti-bukti (data).
• Menguatkan pembuktian tentang ide-ide di atas dan menyimpulkannya
baik melalui keterangan-keterangan ataupun percobaan-percobaan.

Menurut Kelly (1930), proses berpikir menuruti langkah-langkah berikut

• Timbul rasa sulit


• Rasa sulit tersebut didefinisikan
• Mencari suatu pemecahan sementara
• Menambah keterangan terhadap pemecahan tadi yang menuju kepada
kepercayaan bahwa pemecahan tersebut adalah benar.
• Melakukan pemecahan lebih lanjut dengan verisifikasi eksperimental
(percobaan)

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 3


• Mengadakan penilaian terhadap penemuan-penemuan eksperimental


menuju pemecahan secara mental untuk diterima atau di tolak sehingga
kembali menimbulkan rasa sulit.
Memberikan suatu pandangan ke depan atau gambaran mental tentang
situasi yang akan &tang untuk dapat menggunakan pemecahan tersebut
secara tepat.

Dan keterangan-keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir secara


nalar mempunyai dua buah kriteria penting, yaitu :
1) ada unsur logis di dalamnya dan
2) ada unsur analitis di dalamnya

Ciri pertama dari berpikir adalah adanya unsur logis di dalamnya. Tiap
bentuk berpikir mempunyai logikanya tersendiri. Dengan perkataan lain, berpikir
secara nalar tidak lain dari berpikir secara logis. Perlin juga dijelaskan, bahwa
berpikir secara logis mempunyai konotasi jamak dan bukan konotasi tunggal. Karena itu,
suatu kegiatan berpikir dapat saja logis menurut logika lain. Kecenderungan tersebut
dapat menjurus kepada apa yang dinamakan kekacauan penalaran. Hal ini disebabkan
karena tidak adanya konsistensi dengan menggunakan pola berpikir.

Ciri kedua dari berpikir adalah adanya unsur analitis di dalam berpikir itu
sendiri. Dengan logika yang ada ketika berpikir, maka kegiatan berpikir itu secara
sendirinya mempunyai sifat analitis dengan menggunakan logika secara ilmiah.
Dengan demikian, berpikir tidak terlepas dari daya imaginatif seseorang dalam
merangkaikan rambu-rambu pikirannya ke dalam suatu pola tertentu, yang dapat
timbul sebagai kejeniusan seorang ilmuan.

Rasio atau fakta dapat merupakan sumber utama dari nalar atau sumber dari
berpikir. Mereka yang berpendapat bahwa rasiolah yang merupakan sumber utama
dari kebenaran dalam berpikir digolongkan mashab rasionalisme. Di lain pihak
terhadap mazhab empirisme. Bagi mazhab empirisme, sumber utama dari kebenaran
dalam berpikir adalah fakta yang dapat ditangkap melalui pengalaman manusia.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 4


Pada hakekatnya, berpikir secara ilmiah merupakan gabungan antara
penalaran secara deduktif dan induktif. Masing-masing penalaran ini berkaitan erat
dengan rasionalisme atau empirisme. Induksi merupakan cara berpikir untuk
menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat
individual. Misalnya, fakta menunjukkan bahwa ayam perlu makan untuk hidup.
Anjing perlu makan. Singa perlu makan. Maka dari fakta-fakta di atas, secara
induktif, dapat di tank kesimpulan bahwa semua hewan perlu makan untuk hidup. Di lain
pihak, terdapat cara berpikir yang berpangkal dari pernyataan yang bersifat umum,
dan dari sini ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Berpikir secara demikian
dinamakan berpikir secara deduktif.

APA YANG 1)IMAKSUD DENGAN PENELITIAN ?

Penelitian adalah terjemahan dari kata Inggris research. Dart itu ada juga ahli

yang menerjemahkan research sebagai riset. Research itu sendiri berasal dari kata re,

yang berarti -kembali" dan to search yang berarti mencari. Dengan demikian arti

sebenarnya dari research atau riset adalah "mencari kembali".

Menurut kamus Webster's New International, penelitian adalah penyelidikan

yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip;suatu penyelidikan

yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu. Menurut ilmuwan Hillway (1956)
penelitian tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui
penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga
diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut. Whitney (1960)

menyatakan bahwa di samping untuk memperoleh kebenaran, kerja menyelidik harus


pula dilakukan secara sungguh-sungguh dalam waktu yang lama. Dengan demikian
penelitian merupakan suatu metode untuk menemukan kebenaran, sehingga
penelitian juga merupakan metode berpikir secara kritis.

Whitney mengutip beberapa definisi tentang penelitian yang di turunkan di

bawah ini :

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 5


• Penelitian adalah pencarian atas sesuatu (inquiry) secara sistematis dengan
penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang
dapat dipecahkan. (Parsons, 1946)
• Penelitian adalah sesuatu pencarian fakta menurut metode objectif yang jelas
menemukan hubungan antar fakta dan menghasilkan dalil atau hukum.

(John, 1949)

• Penelitian adalah transformasi yang terkendalikan atau terarah dari situasi


yang dikenal dalam kenyataan-kenyataan yang ada padanya dan
hubungannya, seperti mengubah unsur dari suatu orisinil menjadi suatu
keseluruhan yang bersatu padu. (Dewey, 1936)

• Penelitian merupakan sebuah metode untuk menemukan kebenaran yang juga


merupakan sebuah pemikiran kritis (critical thinking).
• Penelitian meliputi pemberian definisi dan redefinisi terhadap masalah,
memformulasikan hipotesa atau jawaban sementata, membuat kesimpulan dan
sekurang-kurangnya mengadakan pengujian yang hati-hati atas semua
kesimpulan untuk menetukan apakah is cocok dengan hipotesa. (Woody, 1927)

Dalam hubungannya dengan definisi penelitian, Gee (1957) memberi


tanggapannya sebagi berikut :
"Dalam berbagai definisi penelitian, terkandung ciri tertentu yang lebih
kurang bersamaan. Adanya suatu pencarian, penyelidikan atau investigasi
terhadap pengetahuan baru atau interpretasi (tafsiran) baru dari pengetahuan
yang timbul. Metode yang digunakan bisa saja ilmiah atau tidak, tetapi
pandangan harus kritis dan prosedur harus sempurna. Tenaga bisa saja
signifikan atau tidak. Dalam masalah aplikasi, maka nampaknya aktivitas
lebih banyak tertuju kepada pencarian (search) daripada suatu pencarian
kembali (re-search). Jika proses yang terjadi adalah hal yang selalu
diperlukan, maka penelitian sebaiknya digunakan untuk menentukan ruang

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 6


lingkup dari konsep dan bukan kehendak untuk menambah definisi lain
terhadap definisi-definisi yang telah begitu banyak."

Dari tanggapan serta definisi-definisi tentang penelitian, maka nyata bahwa


penelitian adalah suatu penyelidikan yang terorganisasi. Dalam definisi-definisi di
atas, penekanan diletakkan pada sistem asuhan sebagai atribut yang esensial
(mutlak).

Penelitian juga bertujuan untuk mengubah kesimpulan-kesimpulan yang telah


diterima, ataupun mengubah dalil-dalil tersebut. dari itu, penelitian dapat diartikan
sebagai pencarian pengetahuan dan pemberi artian yang terus-menerus terhadap
sesuatu. Penelitian juga merupakan percobaan yang hati-hati dan kritis untuk
menemukan sesuatu yang baru.

Penelitian dengan menggunakan metode ilmiah (scientific method) disebut


penelitian ilmiah (scientific research). Dalam penelitian ilmiah ini, selalu ditemukan
dua unsur penting, yaitu unsur observasi (pengamatan) dan unsur nalar (reasoning)
(Ostle, 1975). Unsur pengamatan merupakan kerja dengan mana pengetahuan
mengenai fakta-fakta tertentu diperoleh melalui kerja mata (pengamatan) dengan
menggunakan persepsi (sense of perception). Nalar, adalah suatu kekuatan dengan
mana arti dari fakta-fakta, hubungan dan interelasi terhadap pengetahuan yang
timbul, sebegitu jauh ditetapkan sebagai pengetahuan yang sekarang.

ILMU, PENELITIAN DAN KEBENARAN

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, ilmu adalah pengetahuan yang


sistematis dan terorganisasi. Kita juga sudah memahami pengertian penelitian, yaitu
suatu penyelidikan yang hati-hati serta teratur dan terus-menerus untuk memecahkan
suatu masalah. Kita juga sudah mendapat gambaran tentang berpikir reflektif,
sebagai suatu proses pemecahan susuatu dalam menghadapi kesulitan. Sekarang
timbul pertanyaan bagaimana hubungan antara ilmu, penelitian dan berpikir reflelctif.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 7


Pertama-pertama maxi kita lihat hubungan antara ilmu dan penelitian. Ilmu
dan penelitian mempunyai hubungan yang sangat erat. Menurut Almack (1930),
hubungan antara ilmu dan penelitian adalah seperti hasil dan proses, sedangkan
hasilnya adalah ilmu. (lihat gambar 1).

Tetapi Whitney (1960), berpendapat bahwa ilmu dan penelitian adalah


sama-sama proses, sehingga ilmu dan penelitian adalah proses yang sama. Hasil dari

proses tersebut adalah kebenaran (truth). (lihat gambar 2). berkata Whitney :
"... Terdapat suatu kesamaan yang tinggi derajatnya antara konsep ilmu dan
penelitian. Keduanya adalah sama-sama proses.

Penelitian

(proses) (hasil)
Gambar 1

Ilmu
Kebenaran

(proses) (proses) (hasil)


Gambar 2

Bagaimana pula hubungan antara berpikir, penelitian dan ilmu ? Konsep


berpikir, ilmu dan penelitian juga sama. Berpikir, sperti halnya dengan ilmu, juga
merupakan proses untuk mencari kebenaran. Proses berpikir adalah refleksi yang
hati-hati dan teratur.

Perlu juga disinggung bahwa kebenaran yang diperoleh melalui penelitian


terhadap fenomena yang fana adalah sesuatu kebenaran yang telah ditemukan
melalui proses ilmiah, karena penemuan tersebut dilakukan secara ilmiah.
Sebaliknya, banyak juga kebenaran terhadap fenomena yang fana diterima tidak
melalui proses penelitian.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 8


Umumnya,suatu kebenaran ilmiah dapat diterima dikarenakan oleh tiga
hal,yaitu :
1) adanya koheren
2) adanya koresponden;dan
3) pragmatis

Suatu pernyataan dianggap benar j ika pernyataan tersebut koheren atau konsisten
dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Misalnya suatu pernyataan
bahwa si Badu akan mati dapat dipercaya, karena pernyataan tersebut koheren
dengan pernyataan bahwa semua orang akan mati. Kebenaran matematika misalnya,
didasarkan atas sifat koheren, karena dalil matematika disusun berdasarkan beberapa
aksioma yang telah diketahui kebenarannya lebih dahulu.

Dasar lain untuk mempercayai kebenaran adalah sifat koresponden yang


diprakarsai oleh Betrand Russel (1872-1970). Suatu pernyataan dianggap benar, jika
materi pengetahuan yang terkandung dalam pernyataan tersebut berhubungan atau
mempunyai korespondensi dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Pernyataan bahwa ibu kota Propinsi Sumatera Barat adalah Padang adaiah benar
karena pernyataan tersebut mempunyai korespondensi dengan lokasi atau faktualitas
bahwa Padang memang ibu kota Propinsi Sumatera Barat. Jika orang mengatakan
bahwa ibu kota Republik Indonesia adalah Kuala Lumpur, maka orang tidak akan
percaya karena tidak terdapat objek yang mempunyai korespondensi dengan
pernyataan tersebut. Secara faktual, ibu kota Republik Indonesia adalah Jakarta,
bukan Kuala Lumpur. Sifat kebenaran yang diperoleh dalam proses berpikir secara
ilmiah umumnya mempunyai sifat koheren dan sifat koresponden. Berpikir secara
deduktif adalah menggunakan sifat koheren dalam menentukan kebenaran,
sedangkan berpikir secara induktif, peneliti menggunakan sifat koresponden dalam
menentukan kebenaran.

Kebenaran lain dipercaya karena adanya sifat pragmatis. Dengan perkataan


lain, pernyataan dipercayai benar karena pernyataan tersebut mempunyai sifat

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 9


fungsional dalam kehidupan praktis. Suatu pernyataan atau kesimpulan dianggap
benar jika pernyataan tersebut mempunyai sifat pragmatis dalam kehidupan sehari-
hari. Teori kebenaran dengan sifat pragmatis ini dikembangkan oleh Ch.s. Pierce
(1839-1914) dan dianut oleh banyak ahli seperti John Dewey (1859-1952), C.H.
Mead (1863-1931), C.I. Lewis (1883-... ), dan sebagainya. Misalnya, ada sebuah teori

X dalam Ilmu Genetika dan dengan teori X ini telah dapat dikembangkan teknik Z
untuk membuat tanaman tahan terhadap penyakit. Dari penemuan tersebut dapat
disimpulkan, bahwa teori X juga benar, karena teori X adalah fungsional dan
mempunyai kegunaan. Secara pragmatis orang percaya kepada agama, karena agama
bersifat fungsional dalam memberikan pegangan dan aturan pada hidup manusia.

KEBENARAN NON-ILMIAH

Tidak selamanya penemuan kebenaran dipeoleh secara ilmiah. Kadangkala

kebenaran dapat ditemukan melalui proses non-ilmiah seperti :


a. Penemuan kebenaran secara kebetulan.

b. Penemuan kebenaran secara common sense (akal sehat)


c. Penemuan kebenaran melalui wahyu
d. Penemuan kebenaran melalui intuitif
e. Penemuan kebenaran secara trial dan error
f. Penemuan kebenaran melalui spekulasi.
g. Penemuan kebenaran karena kewibawaan

a. Penemuan kebenaran secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan tidak lain dari takdir Allah. Walaupun
penemuan kebenaran secara kebetulan bukanlah kebenaran yang ditemukan secara
ilmiah, tetapi banyak penemuan tersebut telah menggoncangkan dunia ilmu
pengetahuan. Misalnya, penemuan kristal urease oleh Dr. J.S. Summers adalah
secara kebetulan saja di tahun 1926. Pada suatu hari Summers sedang bekerja
dengan ekstrak aceton. Karena ia ingin bermain tenis, maka ekstrak aceton tersebut
disimpannya di dalam kulkas dan ia bergegas pergi ke lapangan tenis. Keesokan

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 10


harinya, ketika is ingin meneruskan percobaan dengan ekstrak aceton yang
disimpannya dalam kulkas, dilihatnya telah timbul kristal-kristal baru pada ekstrak
aceton tersebut. Kemudian ternyata bahwa kristal-kristal tersebut adalah enzim
urease yang amat berguna bagi manusia.

Tetapi tidak selalu penemuan secara kebetulan merupakan kebenaran asasi.


Adakalanya, penemuan secara kebetulan dapat membuat seseorang menjadi karena
hubungan yang seakan-akan ada artinya padahal hubungan tersebut berdiri sendiri-
sendiri.

b. Penentuan dengan Cara Akal Sehat (Common Sense)

Common sense merupakan serangkaian konsep atau bagan konsepsual yang


memuaskan untuk digunakan secara praktis. Akal sehat dapat menghasilkan
kebenaran dan dapat pula menyesatkan. Misalnya, di Abad ke-12 dengan akal sehat
(common sense) orang percaya bahwa hukuman untuk anak didik merupakan alat
utama dalam pendidikan. Kemudian pernyataan tersebut tidak benar. Hasil penelitian
dalam bidang Psikologi dan pendidikan menunjukkan bahwa alat baik bagi
pendidikan bukan hukuman tetapi ganjaran.

Karena kebenaran yang diperoleh dengan common sense sangat dipengaruhi


oleh kepentingan yang menggunakannya, maka sering orang mempersempit
pengamatan kepada hal-hal yang bersifat negatif saja. Karena itu, common sense
dapat menjurus kepada prasangka.

c. Penemuan Kebenaran Secara Wahyu

Kebenaran yang didasarkan kepada Wahyu merupakan kebenaran mutlak,


yang datangnya dari Allah melalui Rasul dan Nabi. Kebenaran yang diterima sebagai
wahyu bukanlah disebabkan oleh hasil usaha penalaran manusia secara aktif. Wahyu
diturunkan Allah kepada rasul dan Nabi. Tetapi kebenaran yang dibawakan melalui
wahyu merupakan kebenaran yang asasi.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 11


d Penemuan Kebenaran Secara Intuitif

Kebenaran dapat juga diperoleh berdasarkan intuisi. Kebenaran dengan


intuisi diperoleh secara tepat sekali melalui proses luar sadar tanpa menggunakan
penalaran dan proses berpikir, ataupun melalui suatu renungan. Kebenaran yang
diperoleh secara intuisi sukar dipercaya, karena kebenaran ini tidak menggunakan
langkah yang sistematis untuk memperolehnya.

e. Penemuan Kebenarn Melalui Trial dan Error

Bekerja secara trial dan error adaiah melakukan sesuatu dengan cara aktif
dengan mengulang-ulang pekerjaan tersebut berkali-kali dengan menukar-nukar cara dan
materi. Pengulangan tersebut tanpa dituntun oleh suatu petunjuk yang jelas sampai
seseorang menemukan sesuatu. Penemuan dengan trial dan error memakan waktu yang
lama, memerlukan biaya yang tinggi dan selalu claim keadaan meraba-
raba. Penemuan dengan cara trial dan error tidak dikategorikan sebagai penemuan
ilmiah.

Istilah trial dan error mula-mula hanya digunakan dalam ilmu jiwa.
Kemudian penggunaan istilah ini telah menyebar kesegala bidang ilmu.

f Penemuan Kebenaran Melalui Spekulasi

Penemuan kebenaran secara spekulasi sedikit lebih tinggi tarafnya dari


penemuan secara trial dan error. Jika dalam penemuan secara trial dan error peneliti
tidak mempunyai panduan sama sekali, maka dalam penemuan dengan spekulasi,
seseorang di bimbing oleh suatu pertimbangan, walaupun pertimbangan tersebut
kurang dipikirkan secara masak-masak tetapi dikerjakan dalam suasana penuh
dengan resiko. Penemuan kebenaran dengan spekulasi memerlukan pandangan yang
tajam walaupun penuh spekulatif. Cara meenemukan kebenaran dengan cara
spekulasi juga tidak dianggap penemuan kebenaran secara ilmiah.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 12


g. Penemuan Kebenaran Secara Wibawa
Kebenaran ada kalanya diterima karena dipengaruhi oleh kewibawaan
seseorang. Pendapat dari seorang ilmuwan yang berbobot tinggi ataupun yang
mempunyai otorita dalam suatu bidang ilmu dan mempunyai banyak pengalaman
sering diterima begitu saja tanpa perlu diuji kebenaran tersebut terlebih dahulu.
Kebenaran tersebut diterima karena wibawa saja. Adakalanya kebenaran karena
kewibawaan seseorang setelah diuji ternyata tidak benar sama sekali. Umumnya
kebenaran karena kewibawaan didasarkan pada logika saja. Kewibawaan seorang
pemimpin politik dapat menghasilkan suatu kebenaran yang diterima oleh
masyarakat. Kebenaran karena wibawa dianggap suatu kebenaran yang diperoleh
tanpa prosuder ilmiah.

PROPOSISI, DALIL, TEORI, DAN FAKTA

Proposisi adalah pernyataan tentang sifat dari realita. Proposisi tersebut dapat
diuji kebenarannya. Jika proposis sudah dirumuskan sedemikian rupa dan sementara
diterima untuk diuji kebenarannya, proposisi tersebut disebut hipotesa. Dalam ilmu
sosial, proposisi biasanya pernyataan antara dua atau lebih konsep. Sebagai contoh,

lihatlah dua buah proposisi sebagai berikut :


• Tingkat modernitas suami istri adalah salah satu faktor penentu perilaku
kontraseptif mereka.

• Penerimaan kontrasepsi modern dipengaruhi oleh persepsi tentang nilai

ekonomis anak.
Kedua pernyataan di atas adalah proposisi. Proposisi tersebut menghubungkan dua
faktor yaitu faktor penyebab dari faktor lainnya. Proposisi ini jika dirumuskan untuk
diuji kebenarannya, is akan menjadi hipotesa. Hipotesa adalah suatu pernyataan yang
diterima sementara untuk diuji kebenarannya.

Proposisi yang sudah mempunyai jangkauan cukup luas dan telah didukung oleh
data empiris dinamakan dalil (scientific law). Dengan perkataan lain dalil adalah
singkatan dari suatu pengetahuan tentang hubungan sifat-sifat tertentu, yang

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 13


bentuknya lebih umum juka dibandingkan dengan penemuan-penemuan empiris
pada njana dalil tersebut didasarkan.

Teori adalah sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematik dalam


gejala sosial maupun natural yang ingin diteliti. Teori merupakan abstraksi dari
pengertian atau hubungan dari proporsi atau dalil. Menurut Kerlinger (1973) teori
adalah sebuah set konsep atau contruct yang berhubungan satu dengan yang lainnya,
suatu set dari proporsi yang mengandung suatu pandangan sistematis dari fenomena.

Fakta adalah pengamatan yang telah diverisifikasikan secara empiris. Fakta


dapat menjadi ilmu dapat juga tidak. Jika fakta hanya diperoleh saja secara random,
fakta tersebut tidak akan menghasilkan ilmu. Sebaliknya jika dikumpulkan secara
sistematis dengan beberapa sistem serta beberapa pokok pengurutan, maka fakta
tersebut dapat menghasilkan ilmu. Fakta tanpa teori juga tidak akan menghasilkan
apa-apa.

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan jika ingin mengenal teori. Ketiga hal
tersebut adalah :
1) Teori adalah sebuah set proposisi yang terdiri dari konstrak (contruct)

yang sudah didefinisikan secara luas dan dengan hubungan unsur-unsur


dalam set tersebut secara jelas pula;
2) Teori menjelaskan hubungan antar variabel atau antarkonstrak (contruct)
sehingga pandangan yang sistematik dari fenomena-fenomena yang
diterangkan oleh variabel dengan jelas kelihatan;

3) Teori menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasikan variabel


mana yang berhubungan dengan variabel sama.

Fakta ilmiah adalah produk dari pengamatan yang bukan random dan
mempunyai arti. Dengan perkataan lain, fakta harus relevan dengan teori, sehingga
fakta dan teori tidak pernah bertentangan. Dengan demikian, teori memperlihatkan
hubungan antarfakta atau suatu pengurutan fakta dalam bentuk yang mempunyai arti.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 14


Teori adalah alat dari ilmu (tool of science). Di lain pihak, teori juga

meruppkan alat penolong teori. Sebagai alat dari ilmu, teori mempunyai peranan
sebagai berikut :
a. Teori mendefinisikan orientasi uatama dari ilmu dengan cara
memberikan definisi terhadap jenis-jenis data yang akan dibuat
abstraksinya ;

b. Teori memberikan rencana (scheme) konsepsual, dengan rencana mana


fenomena-fenomena yang relavan disistematikan, diklasifikasikan dan
di hubung-hubungkan;
c. Teori memberi ringkasan terhadap fakta dalam bentuk generalisasikan
empiris dan sistem generalisasi.

d. Teori memberikan prediksi terhadap fakta;

e. Teori memperjelas celah-celah di dalam pengetahuan kita.

a. Teori sebagi orientasi utama dari ilmu. Fungsi pertama dari teori adalah

emberi batasan terhadap ilmu dengan cara memperkecil jangkauan (range) dari
fakta yang akan dipelajari. Karena banyak fenomena yang dapat dipelajari
dari berbagai aspek, maka teori membatasi aspek mana saja yang akan
dipelajari dari fenomena tertentu. Permainan bola kaki, misalnya, dapat
dipelajari dari berbagai aspek, seperti dari aspek fisik, dari aspek ekonomi
(penawaran dan permintaan terhadap bola kaki), dari aspek kimia, clari aspek
sosiologi dan sebagainya. Dengan adanya teori, maka jenis fakta mana yang
relevan dengan aspek tertentu dan fenomena dapat dicari dan ditentukan.

b. Teori sebagai konsepsualisasi dan klasifikasi.Tugas dari ilmu juga

mengembangkan sistem klasifikasi dan struktur konsep. Dalam peranan


penting, karena konsep klasifikasi selalu berubah karena pentingnya suatu
fenomena yang berubah-rubah.

c. Teori meringkaskan fakta. Teori meringkaskan hasil penelitian. Dengan

adanya teori, generalisasi terhadap hasil penelitian dapat dilakukan dengan

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 15


mudah. Teori juga dapat memadu generalisasi-generalisasi satu sama lain
secara empiris sehingga dapat diperoleh suatu ringkasan hubungan
antargeneralisasi atau pernyataan.

d. Teori memprediksi fakta-fakta. Penyingkatan fakta-fakta oleh teori akan


menghasilkan uniformitas dari pengamatan-pengamatan. Dengan adanya
uniformitas tersebut, maka dapat dibuat prediksi terhadap fakta-fakta yang
akan datang. Teori fakta-fakta apa yang dapat mereka harapkan muncul
berdasarkan pengamatan fenomena-fenomena sekarang.

e. Teori memperjelas celah-celah kosong. Karena meringkaskan fakta-fakta

sekarang dan memprecliksikan fakta-fakta yang akan datang, yang belum


diamati, maka teori dapat memberikan petunjuk dan memperjelas daerah
mana dalam khazanah ilmu pengetahuan yang belum dieksplorasikan.
Misalnya, juika teori menyatakan bahwa terdapat fiubungan terbalik antara
pendapatan dan fertilitas, maka teori tersebut menunjukkan celah mana saja di
mana hubungan tersebut berlaku secara umum, ataukah teori tersebut
berlaku hanya pada suatu pendapatan tertentu. Adanya teori kriminalitas yang
dirumuskan berdasarkan pengamatan terhadap prilaku kelas bawah, telah
memperjelas celah bahwa ini dipertanyakan apakah teori tersebut juga
berlaku kriminalitas yan terjadi pada anak-anak golongan atas ?

Seperti telah disinggung terdahulu, fakta juga mempunyai peranan terhadap

teori. Fakta berperan dan mempunyai interaksi yang tetap dengan teori antara lain :
(1) Fakta menolong memprakarsai teori
(2) Fakta memberi jalan dalam mengubah atau memformulasikan teori baru
(3) Fakta dapat embuat penolakan terhadap teori
(4) Fakta menukar fokus dan orientasi dan teori
(5) Fakta memperterang dan memberi definisi kembali terhadap teori

(1) Fakta memprakarsai teori. Banyak fakta yang ditemui secara empiris
menjurus kepada penemuan teori baru. Memang fakta tidak secara langsung

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 16


menghasilkan teori, tetapi kumpulan dari fakta-fakta dapat dibuat suatu
generalisasi utama yang berjenis-jenis jumlahnya. Dengan menghubung-
hubungkan generalisasi-generalisasi tersebut, maka bukan tidak mungkin
akan menghasilkan sebuah teori.
(2) Fakta memformulasikan teori yang ada. Fakta-fakta tidak semuanya
menghasilkan teori, tetapi fakta-fakta hasil pengamatan tersebut dapat
membuat suatu teori lama untuk dikembangkan. Secara umum, fakta-fakta
cocok dengan teori. Tetapi, jika banyak sekali fakta yang kurang sesuai
dengan teori yang telah ada maka sudah tentu, teori tersebut harus
disesuaikan dengan fakta. Dengan demikian, fakta tersebut dapat
mengadakan reformulasi terhadap teori.

(3) Eaktu dapat menolak Iconi. Jika banyak fakta yang diperoleh menunjukkan

bahwa teori tidak sesuai dengan fakta tersebut, maka teori tersebut tidak
diformulasikan kembali tetapi harus ditolak. Penolakan teori karena tidak
cocok dengan fakta hams dilakukan secara hati-hati sekali. Harus diingat,
bahwa banyak fakta yang diperoteh berasal dari suatu kondisi tertentu.
Karena itu, bukan tidak mungkin fakta tersebut tidak cocok dengan teori
bukan karena teorinya y6ang tidak benar, tetapi kondisi pengamatan yang
menghasilkan fakta itu yang tidak sesuai sehingga fakta yang dihasilkan tidak
cocok dengan teori.

(4) Fakta mengubah orientasi teori. Seperti telah diterangkan di atas, fakat-fakta
barn yang diperoleh ada kalanya barn sesuai dengan teori, jika teori tersebut
didefinisikan kembali. Fakta-fakta tersebut memperterang teori dan mengajak
seseorang untuk mengubah orientasi teori. Dengan adanya orientasi baru dari
teori, akan menjurus kepada penemuan fakta-fakta barn.
Secara skematis, fungsi dari teori dalam hubungannya dengan fakta, serta
hubungan fakta dengan teori dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 17


Penelitian dan teori juga mempunyai hubungan yang sangat erat. Teori memberikan
dukunan kepada penelitian dan di lain pihak, penelitian juga memberikan
kontribusi kepada teori. Teori dapat memadu penelitian sehingga penelitian yang
dilakukan memberikan hasil yang diharapkan. Teori dapat merangkum penemuan-
penemuan khas dari banyak studi dan teori dapat menyediakan basis untuk suatu
penjelasan atau prediksi oleh suatu teori.

Teori juga dapat meningkatkan arti dari penemuan penelitian karena dengan
teori dapat membuat hasil penelitian tersebut menjadi suatu kasus proposisi abstrak
yang lebih umum. Tanpa teori, penemuan tersebut akan merupakan keterangan-
keterangan empiris yang berpencar. Dengan adanya hubungan antara penemuan
empiris yang khas dengan suatu konsep umum, hubungan ini dapat meletakkan dasar
yang lebih kuat untuk membuat prediksi.

Meramalkan

Memperkecil jangkauan

Meringkaskan

Memperjelas celah

FAKTA TEORI

Menolong memprakarsai

Menolak

Menukar orientasi

Mendefinisikan kembali

Memberi jalan mengubah

Gambar 3

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 18


Dapat disimpulakn bahwa teori memberikan kontribusi terhadap penelitian,
antara lain, dengan jalan :
- Teori meningkatkan keberhasilan penelitian karena teori dapat
menghubungkan penemuan-penemuan yang nampaknya berbeda ke dalam
suatu keseluruhan aserta memperjelas proses-proses yang terjadi di
dalamnya.

- Teori dapat memberikan penjelasan terhadap hubungan-hubungan yang


diamati dalam suatu penelitian.

Makin banyak penelitian yang dituntun oleh teori, maka makin banyak
kontribusi penelitian yang secara langsung dapat mengembangkan ilmu pengetahuan.

Di lain pihak, penelitian juga memberikan kontribusi pada teori. Penelitian


dapat menguji teori, dapat memperjelas konsep-konsep teori dan dapat pula
menyarankan untuk mengadakan reformulasi terhadap suatu teori ataupun
mengembangkan teori lama.

Teori dalam ilmu sosial yang telah cukup berkembang sudah sampai ke taraf
tertinggi di mana teori tersebut dapat menghasilkan deduksi untuk mengembangkan
hipotesa. Hipotesa tersebut diuji, dan jika hipotesa dapat dijelaskan oleh penelitian,
maka penelitian tersebut telah memberikan konstribusi dalam mengadakan
verisifikasi terhadap teori.

Pada ilmu-ilmu sosial yantg masih muda, teori-teori yang dikembangkan


belum berapa banyak dan teori-teori yang ada belum merupakan grand teori yang
perlu diadakan verifikasi. Penelitian-penelitian yang diadakan dalam bidang ilmu

tersebut dapat memberikan kontribusi untuk pengembangan teori.

Kontribusi yang lebih jelas dari penelitian terhadap teori adalah dalam hal
fungsi penelitian dalam mengadakan klarifikasi (penjelasan) terhadap konsep yang
telah digunakan untuk memfonnulasikan teori itu sendiri. Konsep-konsep harus

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 19


jelas, karena penelitian tidak dapat dilaksanakan hanya dengan menggunakan konsep
yang bprsi fat umum.

Konsep yang bersi fat umum harus diperinci ke dalam definisi kerja.

Penelitian pada dasarnya tidaklah dilakukan untuk memperbaiki suatu teori.


Tetapi jika hasil penelitian membuktikan bahwa penemuan-penemuan tidak cocok
untuk teori maka hal ini memberi peluang untuk mengadakan re -formulasi kembali
teori ataupun memperluas teori yang ada.

Penelitian juga dapat mengubah fokus teori dengan mengubah perhatian ke


dalam area lain. Hal ini dapat terjadi melalui pengembangan prosedur baru dalain

penelitian. Dengan adanya prosedur dan teknik baru, bidang atau area penelitian
dapat diubah dari satu bidang ke bidang lain.

Konstribusi timbal balik antara teori dan penelitian merupakan proses yang
berketerusan. Penelitian yang didasarkan atas pertimbangan teori dapat
menghasilkan isyu-isyu teroritis yang barn. Di lain pihak, adanya isu-isu teoritis yang
barn tersebut menghendaki adanya penelitian lebih lanjut. Proses tersebut akan
terjadi terus-menerus.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd,MKes 20


PENELITIAN KEPERAWATAN
2 DAN PENDEKATAN ILMIAH

Penelitian keperawatan ialah peneyelidikan ilmu pengetahuan secara


sistimatis mengenai isu-isu penting untuk profesi keperawatan. Penelitian
keperawatan sudah mengalami perkembangan yang luar biasa semenjak empat
dekade yang lalu, membekali perawat dengan dasar ilmu pengetahuan yang logis
untuk dipraktekan. Namun masih banyak pertanyaan-pertanyaan tentang pelayanan
kesehatan yang perlu dijawab oleh perawat peneliti—dan masih banyak jawaban-
jawaban yang digunakan oleh perawat praktisi.

Tuntutan konsumen akan pelayanan keperawatan semakin meningkat, maka


diharapkan perawat mampu pula menentukan dasar ilmu pengetahuan secara akurat
melalui penelitian. Penelitian mampu menjawab suatu masalah atau fenomena
secara sistematis. Jawaban terhadap masalah penelitian keperawatan akan mambantu
perawat dalam mempersiapkan pelayanan keperawatan yang efektif dengan
memperhatikan peran perawat yang unik dalam sistem pelayanan kesehatan.
Penelitian keperawatan mengembangkan dasar informasi, bukan hanya menjawab
pertanyaan saja melainkan juga mencari jawaban terhadap permasalahan secara
bersamaan.

KEPENTINGAN PENELITIAN DALAM PROFESI KEPERAWATAN

Penelitian adalah penyelidikan yang sistimatis dengan menggunakan cara


ilmiah yang teratur untuk menjawab pertanyaan-perytanyaan atau untuk
menyelesaikan masalah.

Tujuan akhir dari berbagai profesi ialah untuk memperbaiki praktek


anggotanya sehingga pelayanan yang diberikan pada para pelanggan akan lebih
efektif dan berdampak positif. Oleh karena itu profesi mencari cara untuk
mempertahankan kualitasnya dengan jalan mengembangkan ilmu pengetahuannya,
agar klien tetap percaya dan meyakini pelayanan yang diberikan.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,114.Kes 21


PERAWATAN SEBAGAI PROFESI

keperawatan sebagai profesi dan memerlukan pengembangan


praktek pelayanan dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Keperawatan sebagai profesi mempunyai kebutuhan untuk


pengembangan yang berorientasi pelayanan.
b. Pertumbuhan ilmu yang berkesinambungan sebagai dasar praktek.
c. Memperhatikan evolusi ilmu non-keperawatan
d. Kesadaran perawat terhadap penelitian sebagai bagian integral dari
perilaku keperawatan
e. Perawat mempunyai kebutuhan untuk meluaskan dasar pengetahuan
keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya

f. Pengesahan penelitian ilmiah sebagai j a Ian mem perl uas ilmu


pengetah uan.

PENDEKATAN HISTORIS

Penelitian berhubungan dengan pendidikan tinggi. Minat dan kesepakatan


untuk melakukan penelitian merupakan suasana belajar yang berharga. Sejak tahun

1950 banyak siswa perawat yang dididik diperguruan tingi dan memperoleh

pendidikan lanjutan serta mata ajaran penelitian sebagai persiapan praktek mereka.

Banyak perawat yang memiliki latar belakang tentang penelitian yang kuat
menjadi pimpinan yang mengenal kebutuhan penelitian keperawatan dan pentingnya

penempatan penelitian dalam keperawatan serta memperkuat dasar ilmiah. Mata


ajaran penelitian keperawatan diberikan kepada peserta didik yang mengikuti
program gelar maupun non gelar agar mereka mampu menerima tannggung jawab
profesional dengan melakukan penelitian keperawatan.

Penelitian keperawatan telah dimulai sejak zaman Florence Nightingale


dimana beliau mengadakan observasi, menganalisa dan membuat laporan tentang
cara keperawatan dan basil yang diperolehnya sebagai dampak dari tindakan

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 22


keperawatan dalam perang Krem. Hasilnya menjadi dasar perubahan asuhan
keperawatan.

Susudah Florence Nigthingale penelitian keperawatan berkembang, dilakukan


terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keperawatan; masalah pendidikan
keperawatan, studi waktu dan gerak dari peran; dan fungsi perawat; kemudian studi
kemahasiswaan, cara belajar, kepuasan; dan lain-lain.

Penelitian yang berhubungan dengan pendidikan keperawatan banyak


dilakukan antara tahun 1900 — 1940, kesimpulan penelitian-penelitian tersebut adalah
siswa, pelayanan, guru-guru, tidak memiliki pendidikan yang cukup. Tahun 1923
dibentuk kelompok penelitian yang dibiayai oleh Rochofell, mempelajari tentang
pendidikan, administrasi keperawatan, perawatan kesehatan masyarakat, dan
pengalaman klinis siswa. Studi ini di tingkat nasional dikenal dengan "laporan
Golmark", hasil studi ini digunakan sebagai dasar berdirinya Yale University di
Amerika.

TANGGUNG-GUGAT DALAM KEPERAWATAN

Gortner (1974) mengatakan bahwa kualitas asuhan keperawatan tidak dapat


diperbaiki tanpa adanya tanggung gugat yang bersifat ilmiah dan kemanusiaan.
Tanggung gugat keperawatan penting bagi guru dan pimpinan keperawatan dalam
membimbing siswa, pelaksana keperawatan, maupun adminimistrator keperawatan,
pasien dan anggota profesi kesehatan lain.

Perawat profesional yang bertanggung gugat menggunakan keputusan dan dan


tindakan untuk menjawab masalah kesehatan. Tanggung gugat ilmiah termasuk
membaca kepustakaan ilmiah, dan mempelajari serta menerapkan hasil penelitian.

PENELITIAN DALAM KEPERAWATAN

Keperawatan belum lama mengembangkan ilmu untuk mendasari prakrek


walaupun kebutuhan penelitian dalam praktek cukup besar. Not-ter (1971)

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 23


mengemukakan kebutuhan penelitian yang berorientasi praktek keperawatan
berdasarkan konsep dan teori serta pengembangan alat yang mammpu mengukur
dampak asuhan keperawatan secara tepat.

Dalam studi parkatek keperawatan perlu mempelajari dan menjelaskan fungsi dan
bentuk asuhan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien dan mambantu klien
meningkatkan kesehatan.

PENELITIAN DALAM ADMINSTRASI KEPERAWATAN

Pimpinan keperawatan selalu memerlukan hasil penelitian untuk


mememecahkan masalah organisasi, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
Penelitian dalam administrasi keperawatan digunakan untuk mengatur personil,
merencanakan anggaran, meng_gunakan fakta yang dapat membantu asuhan, jumlah dan
jenis tenaga keperawatan.

Kepuasan kerja sangat penting dalam situasi kerja. Pengetahuan tentang


ketenagaan, hubungan antar manusia, faktor lingkungan yang mempengaruhi
kepuasan dapat digunakan dalam pemecahan masalah.

Pimpinan keperawatan bisa mendapat banyak keuntungan dari pengetahuan


ilmiah tentang sub-sistem keperawatan dalam sistem karena penelitian keperawatan
yang berminat meneliti hubungan antara peran-fungsi yang diharapkan versus pecan
fungsi yang ditampilkan. Dengan menekankan pada upaya pencegahan penyakit dan
pertahanan status kesehatan. Dengan adanya upaya pelayanan kesehatan yang
berbeda-beda, menambah kesempatan bagi perawat untuk meneliti efektifitas
pelayanan kesehatan, jenis asuhan yang diberikan, dan kepuasan pasien.

PENELITIAN DALAM PENDIDIKAN KEPERAWATAN

Hasil penelitian dapat digunakan oleh institusi pendidikan keperawatan untuk


menyusun struktur program pengajaran, kurikulum, mengembangkan materi
pelajaran, dan merancang cara mengajar yang baru. Selain itu bila para pengajar

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 24


melaksanakan penelitian untuk pendidikan berarti melaksanakan penelitian dalam

profesi.
r.

Kadang-kadang mata ajaran dikeluarkan dari kurikulum karena peneliti

menemukan cara lain untuk memenuhi tujuan dari mata ajaran yang dikeluarkan

tersebut. Jadi perubahan kurikulum didasari oleh studi empiris. Banyak sekali

pendidikan keperawatan memperbaiki materi pelajaran dengan menggunakan hasil

penelitian. Pendidikan keperawatan memilih hasil penelitian yang menunjang

keberhasilan program pendidikan. Pendidikan keperawatan juga menggunakan hasil

penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar untuk

memperbaiki kegiatan pendidikan yang dilaksanakan.

PENELITIAN KEPERAWATAN PADA MASA YANG AKAN DATANG

Penelitian akan berkelanjutan dan akan memperlu8 ilmu pengetahuan yang

mendasari praktek keperawatan. Pengetahuan ini mempunyai implikasi dalam

pendidikan keperawatan dan adminsitrasi keperawatan.

Menurut Gortner ( 1980) bahwa keperawatan sedang memasuki tahap

perkembangan kedua. Salah satu thema mengenai pertanyaan yang mendasar dan

merupakan masalah yang perlu diteliti ialah tentang interaksi fenomena biologis dan

perilaku selama sehat dan sakit; manajemen stress, pengasuhan bayi, pengaruh

istirahat dan latihan.

Phaneuf (1980) menyarankan untuk penelitian yang akan datang adalah

penerapan standar keperawatan dari American Nurses Association, mengkaji

pencegahan cara perawatan yang berdampak negatif, menemukan faktor yang

berhubungan dengan peningkatan kesehatan. Pengetahuan ini penting untuk

pembuatan keputusan dalam pemberian asuhan keperawatan.

Parnarrd (1980) menegaskan bahwa penelitian keperawatan yang akan

datang untuk menjawab tantangan dengan penemuan pengetahuan barn oleh

generasi muda, yang akan duigunakan sebagai dasar praktek keperawatan.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 25


Yacox (1980) menyarankan beberapa strategi yang mengatur perkembangan
penelitian keperawatan yaitu :
1) Program pendidikan
2) Bantuan dana
3) Penyusunan cara penelitian yang objektif
4) Desiminasi hasil penelitian.

Pada dasarnya, perkembangan penelitian keperawatan yang akan datang


terutama dalam ruang lingkup praktek keperawatan. Kecenderungan prioritas
masalah penelitian meliputi :

1) Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada kelompok masyarakat


2) Masalah prilaku dan lingkungan yang berdampak buruk pada masalah

kesehatan.

3) Pengujian model praktek keperawatan di komunitas.

4) Pengkajian efektifitas intervensi keperawatan pada infeksi HIV dan AIDS

5) Pendekatan keperawatan terhadap gangguan kognitif


6) Permasalahan keperawatan pada penyakit kronis

7) Pengidentifikasian faktor bio-prilaku yang berhubungan dengan

kemampuan diri.
8) Pendokumentasian efektifitas pelayanan atau asuhan keperawatan
9) Pengembangan penelitian pelayanan kesehatan dengan menekakan pada
hasil.
10) Penentuan efektifitas biaya asuhan keperawatan.

METODE ILMIAH

Istilah method berasal dari kata latin yaitu meta yang berarti after, sesudah, dan
hodos, berarti way, jalan. Dart sinilah lahir kata methodus atau Gerik methodos, yang
berarti investigation following after, atau a way of doing anything, atau regular or
orderly arrangement, suatu cara atau jalan pengaturan atau pemeriksaan sesuatu atau
susunan yang teratur. Lazim ditulis, methode, metode, atau metoda.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 26


Ciri utama metode ilmiah adalah sifat empiris. Artinya keputusan-keputusan
pikiran diambil berdasarkan data empiris, data pengalaman, data yang telah diperiksa
kebenarannya, dan kemudian harus diperiksa, apakah keputusan pikiran itu cocok
dengan kenyataan atau tidak.

Baik dalam kehidupan personal maupun dalam profesional, kita semua


berusaha menjawab masalah, mengerti tentang masalah-masalah kita, memahami
regularitas, dan memprediksikan kedaan masa mendatang. Peneliti ilmiah, sama
halnya dengan usaha keras untuk memahami, menjelaskan, memprediksikan, atau
mengandalikan fenomena. Namun ilmuwan melakukan tugas ini dalam pola yang
lebih teratur dan sistimatik bila dibandingkan dengan khususnya usaha-uasaha kita
mengatasi masalah. Metode ilmiah meliputi aplikasi sismtimatis formal, prosedur
logis yang menuntun investigasi fenomena.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa Penelitian merupakan

proses ilmiah, karena dalam pelaksanaannya menggunakan ilmu, dan penelitian akan

menghasilkan penemuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu

dalam penelitian ilmiah digunakan metode ilmiah. Metode merupakan proses yang
teratur yang menggunakan prinsip-prinsip ilmu, memerlukan langkah yang berurutan

untuk mencari informasi bagi pemecahan masalah. Metode ilmiah ditandai dengan

ciri:

1) Sistematis
2) Terkendali

3) Generalisasi dan formulasi teori.

Kegiatan penelitian bergerak secara teratur dan sistimatis, mulai dari

penemuan masalah, pengumpulan data berdasarkan rancangan yang tepat, analisa

data dan merumuskan kesimpulan hasil penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada gambar 4 tentang proses penelitian ilmiah.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 27


Pengendalian melibatkan pemasukan kondisi dalam situasi penelitian agar

masalah dapat diperkecil dalam validitas dan ketepatan dapat dicapai.

Empiris adalah proses dimana suatu kejadian berakar dari relaitas objektif dan
dikumpul secara langsung atau tidak melalui indra, dan digunakan untuk
perumusan pemahaman. Peneylidikan empiris menghasilkan objektifitas penelitian
karena gagasan atau ide dicoba dalam situasi nyata.

Generalisasi merupakan salah satu ciri metode ilmiah, berarti peneliti tidak
menggunakan metode ilmiah hanya untuk kejadian tertentu, tetapi harus mampu
menggunakan hasil penelitian untuk lingkup yang luas. Geneeralisasi yang berasal dari
perelitian membantu pengembangan ilmu pengetahuan, memberikan penjelasan dan
memprediksi peristiwa yang akan terjadi.

Konsep
Twri/

Masalah Hipotesis Alat Ukur Rancangan

Pustaka,
Sampel
Bacaan,
Renungan,
Simpulan,
Hasil Pengumpulan
data

Pengolahan
Analisis dan
Penyaj ian
data

Gambar 4 : Proses Penelitian Ilmiah

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 28


TURJAN, SASARAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN

'Tujuan penelitian adalah menemukan, mengembangkan dan menguji


kebenaran khususnya terhadap ilmu pengetahuan. Selain itu juga bertujuan
memberikan sumbangan pikiran dalam memecahkan masalah. Hal ini sesuai dengan
sasaran penelitian yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan
terhadap suatu masalah yang dihadapi. Kedua tujuan mendasar ini diperoleh melalui
kegiatan penelitian dasar dan penelitian terapan.

Hasil penelitian merupakan temuan (findings) yang akan memberikan


implikasi bagi beberapa pihak :

1) Bagi ilmu pengetahuan, akan meymepurnakan pengetahuan yang telah


ada.

2) Bagi yang berminat menerapkan hasil yang dirumuskan, untuk perbaikan

layanan atau program

3) Bagi peneliti lain, untuk tindak lanjut penelitian.

Berdasarkan implikasi diatas, maka penelitian harus bersifat jelas, terbuka,


jujur dan dapat diulang dan atau dikembangkangkan oleh orang lain. Bahkan lebih dari
itu, hasil penelitian sebaiknya didesiminasikan secara luas baik melalui media cetak
atau melalui diskusi kelompok besar seperti seminar atau diskusi panel.

Penelitian keperawatan diadakan untuk menjawab persoalan dan pemecahan


masalah keperawatan yang spesifik. Hal ini dilakukan untuk untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan yang utuh bagi keperawatan.

Penelitian keperawatan mempelajari integrasi bidang pengetahuan dan


perilaku manusia serta pengaruhnya satu sama lain. Pada akhirnya tujuan penelitian
keperawatan khususnya perbaikan mutu asuhan keperawatan.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 29


KETERBATASAN PENDEKATAN ILMIAH

Pendekatan ilmiah dalam penyelidikan adalah suatu cara yang dianggap


sempurna untuk mendapatkan ilmu pengethuan yang telah direncanakan oleh
manusia sedemikian rupa. Walaupun tidak dikatakan bahwa penelitian ilmiah dapat
menjawab semua permasalahan atau metoda ilmiah tidak mutlak kebenarannya.
Bebarapa keterbatasan pendekatan ilmiah sebagai berikut :

1) Keterbatasan umum.

Keterbatasan umum terletak pada metoda penelitian itu sendiri


menjawab masalah penelitian. Setiap pertanyaan penelitian dapat diajukan dengan
berbagai cara. Peneliti harus membuat keputusan yang tepat untuk menentukan
pertanyaan penelitian mana yang hams dijawab. Metoda yang paling baik untuk
mendapatkan jawaban pertanyaan penelitian sering memerlukan biaya yang mahal
dan waktu yang panjang. Hal ini tidak pula berarti seorang peneliti harus pula
melakukan penelitian yang sangat sederhana. Pada dasarnya peneliti ilmiah yang
melalakukan penelitian memerlukan bukti dan verifikasi. Verifikasi sering berasal dari
studi yamg berulang-ulang terhadap masalah yang sama. bila pertanyaan
penelitian yang sama diajukan oleh beberapa peneliti, setiap mereka mendapatkan
jawaban yang sama atau hasil yang sama, maka dapat menambah kepercayaan
peneliti. Penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan verifikasi dikenal dengan
replikasi.

2) Issu moral atau issu etik.

Moral atau issu etik menimbulkan keterbatasan bagi penelitian ilmiah dalam dua
hal. Pertama keterbatasan yang berkaitan dengan pertimbangan hak asazi
kehidupan organisma. Issu kedua mengenai jenis masalah yang dapat dipecahkan
dengan mengunakan metoda ilmiah. Pertanyaan yang difokuskan pada masalah etik dan
niali tidak bisa diuji secara empiris. Misalnya pertanyaan penelitian apakah usaha
mempercepat kematian seseorang bisa diterapkan dalam pelayanan kesehatan. Penelitian
tidak dapat menjawab pertanyaan ini dengan hanya berdasarkan penilaian manusia,
meskipun penelitian ilmiah dapat menjawab beberapa aspek pertanyaan ini.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 30


3) Kompleksitas manusia.

Salah satu hambatan utama yang ditemui oleh perawat peneliti yang
mengunakan paradigma ilmiah ialah keruwetan atau kerumitan topik penelitian yang
berpusat pada manusia. Penelitian yang diarahkan pada masalah klinik dengan proses
bio-fisologis tidak begitu menyusahkan bila dibandingkan dengan penelitian
mengenai perilaku atau sikap manusia. Fungi biologis dan fisiologis diperkirakan
lebih teratur dan kosisten dan diperkirakan tidak begitu dipengaruhi oleh faktor
ekstemal bila dibandingkan dengan fungsi psikologis. Setiap manusia pada dasarnya
unik dalam hal kepribadian, lingkungan sosial, kapasitas mental, nilai-nilai, dan gaya
hidup. Sebagai konsekuensinya relatif lebih sulit dideteksi secara teratur. Jadi
penelitian keberhasilan penelitian yang ditujukan pada masalah perilaku manusia
tidak akan sama tingkatnya dengan penelitian yang ditujukan pada masalah
fenomena biologis dan fisik.

4) Masalah-masalah pengukuran.

Masalah keterbatasan lain dari pendekatan ilmiah ialah yang berkaitan


dengan issu kompleksitas manusia mengenai masalah pengukuran. Untuk meneliti
suatu fenomena tertentu misalnya moril pasien, kita harus dapat mengobservasi atau
mengukurnya; kita hams dapat mengkaji apakah moril pasien tinggi atau rendah, atau
lebih tinggi pada kondisi tertentu dari kondisi-kondisi lainnya. Walaupun hasil ukur
terhadap fenomena fisiologis seperti tekanan darah, suhu tubuh, aktivitas jantung
agak akurat bila dibandingkan dengan keakuratan hasil pengukuran terhadap fenomena
psikologi seperti kecemasan, rasa nyeri, percaya diri, atau gambaran diri pasien.
Masalah-masalah yang berhubungan dengan pengukuran sering
membingungkan dalam proses penelitian.

5) Masalah-masalah pengendalian (kontrol)

Ilmuwan berusaha mengendalikan siatuasi penelitian untuk mendapatkan


kepercayaan terhadap hasil penelitian. Peneliti sering berusaha mengendalikan
faktor-faktor yang secara tidak lansung diteliti. Misalnya peneliti memfokuskan

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 31


penelitian pada hubungan antara perawatan prenatal dengan kelahiran berat badan
rendah, maka yang kemungkinan harus dikendalikan adalah faktor yang
mempengaruhi seperti diit ibu hamil, perilaku merokok atau kedua-duanya harus
dikendalikan yang mempunyai implikasi sebagai konstribusi terhadap berat badan
lahir rendah. Namun pengnedalian yang adekuat sering sulit dicapai. Faktor
pengganggu sulit diidentifikasi. Faktor pengganggu merupakan masalah khusus
dalam penelitian yang difokuskan pada manusia.

Pada intinya kelemahan pendekatan ilmiah atau metode ilmiah ialah


berlandasan pada epistemiology, yang dalam prosesnya menggunakan panca indra,
persepsi, ingatan dan penalaran manusia.

Walaupun terdapat kelemahan-kelemahan dalam metode ilmiah untuk


memperoleh ilmu dan mendapatkan kebenaran, terdapat pula kelebihan-kelebihannya
seperti hasil atau ilmu yang diperoleh tersusun secara logis dan sistimatis, kebanaran
yang diperoleh teruji secara empiris, siklus uji dilakukan secara terus menerus, dan hasil
atau kebenaran yang diperoleh terbuka dan tersurat.

[PROSEDUR PENELITIAN

Dilihat dari kedalaman maupun luasnya penelitian, maka terdapatlah berturut-


turut bentuk-brntuk laporan penelitian berupaka makalah/paper hasil pembahasan
buku-buku, skripsi, thesis dan disertasi.

Walaupun namanya berbeda-beda sehubungan dengan luasnya masalah,


dalamnya tinjauan permasalahan dan manfaat yang diharapkan dari tiap-tiap jenis
penelitian, namun secara garis besar persyaratannya sama.

Untuk lebih memudahkan pemahaman tentang langkah-langkah penelitian dan


proses penelitian ilmiah yang sudah dikemukakan di atas pada gambar 4,
divisulisasikan dalam bentuk bagan arus. Bandingkanlah antara bagan 5 dan bagan 6
Sebenarnya masih dapat dapat disebutkan langkah-langkah penelitian yang
lain yang lebih menitikberatkan pada pada kegiatan administrasi yaitu :

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 32


1) Pembuatan Rancangan Penelitian (Proposal Penelitian)
2) Pelaksanaan Penelitian
3) Pembuatan Laporan Penelitian.

Selengkapnya langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut :


1) Memilih masalah
2) Studi pendahuluan
3) Merumuskan masalah
4) Merumuskan anggapan dasar
5) Merumuskan hipotesis
6) Memilih pendekatan
7) Menentukan variabel dan sumber data
8) Menentukan dan menyusun instrumen
9) Mengumpulkan data
10) Analisa data
11) Menarik kesimpulan
12) Menuliskan laporan.

Atau langkah-langkah penelitian sebagai berikut


1) Menseleksi masalah penelitian

2) Studi literatur

3) Pengembangan kerangka kerja/kerangka konsep

4) Identifikasi dan definisi variabel, hipotesa, dan pertanyaan penelitian

5) Seleksi desain/jenis penelitian

6) Teknik sampling

7) Teknik pengukuran dan Penguimpulan data

8) Analisis data

9) Interpretasi, komunikasi dan penggunaan hasil penelitian.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 33


Memilih masalah

Studi pendahuluan

Merumuskan masalah

Merumuskan anggapan dasar

Hipotesis

Memilih
Pendekatan

Menentukan variabel Menentukan sumber data

Menentukan & menyusun instrumen

Mengumpulkan data

Ana isa data

Menarik kes mpulan

Menyusun laporan

Bagan 5: Langkah-Langkah Penelitian

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S'.Pd.,M.Kes 34


Memilih masalah

Studi pendahuluan

Merumuskan masalah

Merumuskan anggapan dasar

Hipotesis

Memilih
Pendekatan

Menentukan variabel Menentukan sumber data

Menentukan & menyusun instrumen

Mengumpulkan data

Ana isa data

Menarik kesimpulan

Menyusun laporan

Bagan 5: Langkah-Langkah Penelitian

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 34


Menseleksi masalah penelitian k

Studi literatur

Pengembangan kerangka konsep

Identifikasi dan definisi variabel, hipotesa, dan pertanyaan penelitian

Seleksi desain/Jenis penelitian

Teknik sampling

Teknik pengukuran dan pengumpulan data

Analisa data

viv
Interpretasi, komunikasi, dan penggunaan hasil penelitian

Menyusun laporan

1
Bagan 6: Langkah-Langkah Penelitian

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd.,M.Kes 35


LATAR BELAKANG MASALAH DAN
3 RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Sebelum digambarkan latar belakang masalah penelitian terlebih dahulu


dilakukan identifikasi masalah. Identifikasi masalah adalah jawaban atas pertanyaan:
"Apo masalahnya?-. Sebenarnya masalah-masalah bersembunyi atau tersembunyi
dalam kedaan atau kejadian :

1) Bila dibandingkan dengan apa dan bagaimana yang timbul atau terjadi
(kenyataan, fakta), dengan apa dan bagaimana yang dikehendaki oleh
vane bersangkutan.
2) Bila dibandingkan bagaimana dahulu dan bagiaman pula sekarang.
3) Bila rencana dibandingkan dengan kenyataan.
4) Bilamana ketentuan-ketentuan yang seharusnya dibandingkan dengan
kenyataan.
5) Bila mana persediaan (supply) dibandingkan dengan pennintaan
(demand).
6) Bilamana cita-cita dibandingkan dengan realisasinya.

Kenapa masalah itu dijadikan masalah penelitian, maka peneliti harus


mengemukakan alasan dan pembenarnya pada latar belakang masalah. Latar
belakang berisikan gambaran situasi dari permasalahan yang ada yang meliputi
tentang :
I) Dimana dan kapan frekuensi terjadinya masalah; area masalah; insidensi;
prevalensi; dll.
2) Tentukan masalah yang spesifik.
3) Alasan kenapa dijadikan masalah dan prioritas masalah bagi masyarakat
berdasarkan kebijakan; dan lain-lain.

4) Kaitan pemecahan masalah dengan kesejahteraan masyarakat ; kenapa


peneliti peduli dengan masalah tersebut.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd., M.Kes 36


Tulisan yang terkait dengan latar belakang masalah penelitian berasal dari : .1)

Konsep-konsep umum yang terkait dengan masalah penelitian.

2) Data atau hasil penelitian sejenis lain yang pernah dilakukan oleh orang
lain.
3) Pernyataan bahwa penelitian terhadap masalah tersebut penting, dan
kepentingan melakukan penelitian ini khususnya apabila hal tersebut
belum pernah diteliti.

Latar belakang masalah dikemukakan dalam bab pendahuluan sebelum


rumusan masalah atau bisa disatukan dalam uraian masalah penelitian.

IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH

Penelitian diawali dengan pertanyaan dimana peneliti berkeinginan menjawab


pertanyaan itu atau masalah dimana peneliti berkeinginan untuk memecahkannya.
Banyak peneliti pemula merasa kesulitan merumuskan masalah penelitian, dan
mengajukan pertanyaan penelitian.

Salah satu tugas peneliti yang amat menentukan keberhasilan kegiatan


penelitian ialah mengidentifikasi dan merumuskan masalah. Ungkapan ini benar-
benar menyatakan sesuatu yang penting dan membawa konsekuensi pada tahapan
prosedur berikutnya. Seorang peneliti yang tidak mengetahui secara pasti apa
masalah penelitian yang dihadapi sama halnya dengan orang yang tidak tahu tentang apa
yang hams diperbuat.

Rumusan masalah yang jelas dan tajam akan menuntun peneliti untuk
megembangan kerangka teoritik bagi perumusan hipotesis, identifikasi variabel
penelitian, pemilihan rancangan penelitian, dan sebagainya.

Masalah penelitian biasanya dapat diperoleh dari topik penelitian yang secara
luas berhubungan dengan keperawatan baik yang berorientasi rumah sakit maupun
komunitas. Sumber permasalah penelitian bisa ditemukan pada pengalaman situasi
praktek keperawatan di lapangan, literatur keperawatan, teori atau model konsep, ide

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd., M.Kes 37


dari sumber lain seperti hasil diskusi sesama staf keperawatan, peneliti lain, seminar,
diskusi,pakar atau prioritas penelitian keperawatan dan lain-lain.

a. Pengertian Masalah Penelitian

Masalah penelitian adalah situasi yang memerlukan pemecahan,


pengembangan, perubahan, ataupun merupakan kesenjangan realitas antara yang
seharusnya denngan kenyataan. Yang menjadi masalah penelitian dapat juga yang
merupakan kesenjangan dari hasil studi terdahulu yang meliputi informasi yang akan
diperoleh belum ada atau informasi itu belum lengkap. Masalah dapat juga muncul
karena ditemukan adanya pertentangan pendapat teoritis.

Permasalahan akan muncul apabila ada kesenjangan antara teori (what should be,)
dengan kenyataan yang dijumpai (what is). Sudah dipahami bahwa pada
kenyataannya sering dijumpai adanya fenomena-fenomena praktek keperawatan
yang bertentangan dengan atau tidak dapat diterangkan dengan teori keperawatan
yang ada atau dengan fakta empiris temuan penelitian terdahulu. Adanya
kesenjangan tersebut menimbulkan pertanyaan lebih lanjut, yaitu mengapa
kesenjangan terjadi, dan dari pertanyaan ini lah permasalahan penelitian dapat
dikembangkan. Suatu pernyataan yang mengandung masalah dan masalah yang
bersangkutan hendak dipecahkan, adalah variabel tergantung, variabel terikat,
atau disebut juga variabel dependen.

Tidaklah semua kesenjangan dapat dikembangkan menjadi permasalahan


penelitian; ada kondisi lain yang hams dipenuhi. Suatu kondisi problematik tertentu,
yang dari padanya suatu penelitian dapat dikembangkan, apabila :
1) Adanya kesenjangan antara yang seharusnya (teori maupun fakta empiris
temuan penelitian terdahulu) dengan kenyataan keperawatan yang
dihadapi.

2) Dari kesenjangan tersebut dapat dikembangkan pertanyaan, mengapa


kesenjangan itu terjadi.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd., M.Kes 38


3) Pertanyaan tersebut memungkinkan untuk dijawab, dan jawabannya lebih
dari satu kemungkinan.

Secara lebih operasional, permasalahan penelitian adalah "suatu rumusan


kalimat interogatif mengenai hubungan dua variabel atau lebih yang belum

terjawabkan dengan teori atau penelitian yang ada"

Dari pengertian tersebut diketahui bahwa rumusan masalah penelitian harus


berupa kalimat yang isinya mempertanyakan kesenjangan yang ditemukan peneliti,
baik dalam kalimat tanya maupun dalam kalimat positif.

Jadi perumusan masalah adalah suatu usaha untuk merumuskan masalah yang

telah berhasil diidentifikasi dan ditimbang bobotnya dan unsur-unsurnya,

mendudukannya pada proporsi tertentu, menentukan batas-batas dan hubungannya

dengan masalah lain, dan mengidentifikasi aspek-aspek atau segi-seginya. Rumusan

masalah sedapat-dapatnya sederhana, postif, deklaratif dan definitif.

b. Signifikansi Masalah Penelitian

Seperti yang telah dikemukakan di atas, bahwa permasalahan penelitian


menduduk tempat yang amat penting atau signifikan dalam suatu kegiatan penelitian.
Signifikansi masalah penelitian yang dimaksud adalah sebagai berikut.

Rumusan masalah merupakan langkah awal yang menentukan untuk


penyusunan mata rantai metoda herikutnya; merupakan petunjuk bagi model
kerangka konsep yang dikembangkan dan selanjutnya untuk perumusan dan
penyusunan hipotesis; memberikan arah bagaimana operasionalisasi hipotesis
dilakukan; mengidentifikasi variabel-variabel penelitian yang relevan dengan
permasalahan; memberi petunjuk tentang rancangan penelitian yang dipakai baik
yang menyangkut subjek penelitian, maupun instrumennya atau pengembangan alat
ukur.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd., M.Kes 39


Dengan rumusan masalah yang baik, dapat diketahui prognosis penelitian
yang akan dilalakukan; menentukan penelitian akan berjalan lancar atau ada kendala.
Sehingga peneliti mendapat warning dan dapat mengantisipasi apa yang akan terjadi
terutama dalam pembuatan jadwal penelitian yang tepat atau reasonable.

Dart rumusan masalah dapat dilakukan konfirmasi ketepatan judul dan tujuan
penelitian yang ditetapkan. Hal ini penting terutama dalam penyusunan proposal
penelitian.

Selanjutnya dari rumusan masalah dapat ditentukan seberapa bobot penelitian dan
orisinalitas. Hal ini penting bagi peneliti, terutama bila penelitian yang dilakukan
berkaitan dengan suatu persyaratan khusus untuk dipenuhi misalnya sebagai tesis atau
disertasi.

c. Rumusan Masalah Yang Adekuat

Beberapa kriteria yang dapat digunakana oleh para peneliti muda untuk
merumuskan masalah penelitian yang adekuat atau baik adalah dilihat dari aspek
pernyataan masalah , kelayakan, kostribusi, dan orisinalitas.

Mengenai aspek formulasi rumusan masalah penelitian ada dua hal penting
yaitu Pertama, rumusan masalah diajukan dalam bentuk pertanyaan (kalimat
interogatif) yang jelas, tajam dan akurat menyangkut inti permasalahan yang
dikehendaki. "Pertanyaan yang disusun dengan baik adalah pertanyaan yang
mengandung setengah jawaban". Kedua rumusan masalah penelitian
mempermasalahan hubungan antara dua varibel atau lebih. Kriteria ini memang tidak
mutlak sifatnya, namun formulasi masalah penelitian yang baik biasanya
memperhatikan hal tersebut.

Dari kedua hal penting ini dapat pula diambil kesimpulan seperti apa yang
dikemukakan sebelumnya bahwa "Rumusan masalah sedapat-dapatnya

sederhana, positif, deklaratif dan definitir dan dilengkapi dengan "Pertanyaan

penelitian". Karena rumusan masalah menampakan kesenjangan, dan pertanyan

penelitian adalah pertanyaan yang akan di jawab dengan penelitian.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd., M.Kes 40


Dan segi aspek kelayakan penelitian, yang perlu dipertimbangkan adalah
kemungkinan permasalahan yang sudah dirumuskan dapat dijawab secara empiris
(dengan penelitian yang akan dilakukan). Untuk hal ini yang perlu dipertimbangkan
adalah pertimbangan peneliti dan pertimbangan metodologi. Pertimbangan peneliti
yaitu mengenai bekal pengetahuan dasar yang berkaitan dengan objek penelitian
yang dihadapi, adanya motivasi, tersedianya waktu yang cukup, dan keterampilan
peneliti. Pertimbangan metodologi, maksudnya sejauh mana pemahaman teorittis dan
kemampuan praktis di bidang metodologi yang telah dapat dikuasai oleh peneliti.
Disamping tidak kalah pentingnya mempertimbangan fasilitas dan prasarana
penelitian yang meliputi bahan, biaya, peralatan, dan sebagainya.

Dilihat dari aspek kontribusi atau kegunaannya dan orisinalitas. Dari segi
kegunaan atau kemanfaatan hendaknya hasil penelitian dapat digunakan untuk
pengembangan substansi ilmu atau teori baru, mempunyai arti bagi perkembangan
metodologi, atau mempunyai kegunaan praktis dalam praklek keperawatan sehari-
hari dengan kata lain bermanfaat dan implikasi aplikatif. Masalah orisinalitas
penelitian maksudnya bahwa permasalahan yang diajukan belum terjawabkan oleh
teori maupun penelitian yang pernah dilakukan.

Dalam kaitan dengan pengertian orisinalitas, sering muncul peretanyaan


tentang penelitian yang bersifat "replikasi" dari penelitian yang sama tetapi
dilakukan di tempat lain. Sebagian fihak menganggap bahwa dalam hal ini
orisinalitas tetap ada, karena yang diangkat dalam permasalahan menyangkut daerah
tempat dilakukannya penelitian yang berbeda.

Replikasi bisa saja dilakukan karena peneliti setuju dengan penemuan


penelitian sebelumnya dan ingin menguji apa yang akan terjadi jika penelitian
tersebut dilaksanakan dengan rancangan, pada tempat dan subjek yang berbeda.
Tauton (1989) mengemukakan bahwa replikasi meliputi suatu prosedur atau
pengulangan suatu penelitian untuk menentukan apakah hasil penemuan akan sama
atau berbeda.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd., M.Kes 41


d. Sumber Masalah Penelitian

pemula atau peneliti muda sering kebingungan untuk menentukan


dan mengembangkan masalah penelitian. Yang perlu difahami ialah bahwa
permasalahan penelitian tidak akan datang dengan sendirinya, kecuali pada
penelitian "pesanan". Meminta masalah pada kolega senior atau dosen, walaupun
tidak salah, bukan merupakan tindakan yang "terpuji" terutama bagi peneliti muda
yang ingin maju. Yang perlu dikembangkan adalah sikap mandiri dalam menemukan dan
mengolah permasalahan penelitian, walaupun pekerjaan ini bukan pekerjaan mudah,
akan tetapi bukan pula sesuatu yang teramat sulit, sekalipun bagi peneliti m uda.

Dari mana ide-ide tentang masalah penelitian ini munculnya?. Masalah


penelitian dapat berasal dari berbagai sumber. Akan tetapi pemilihan sumber peneliti
harus selektif, aktif dan imajinatif dalam pengunaannya. Dalam seksi ini disajikan
sumber masalah penelitian ialah berasal dari pengalaman, literatur keperawatan,
teori-teori dan ide dari orang lain.

Pengalantan. Pengalaman sehari-hari perawat menyediakan masalah yang


banyak untuk diselidik. Apakah anda perawat siswa, perawat praktek, perawat
pendidik, atau perawat administrator, mempunyai pengalaman tentang praktek
keperawatan, atau sudah menangkap fenomena-fenomena apa yang terjadi atau
situasi-situasi apa yang saudara amati dan pada akhirnya saudara sudah bisa
mengajukan pertanyaan apakah itu merupakan masalah atau problematik atau tidak.
Pertanyaan yang saudara ajukan kenapa hal itu terjadi?, saya pikir bukan ini yang
seharusnya terjadi tetapi seharusnya begini. Pada saat saudara mengajukan
pertanyaan itu, sebenarnya sudah ada masalah yang muncul. Fenomena yang diamati
secara langsung kemungkinan tidak sesuai dengan atau tidak dapat dijelaskan dengan
teori yang ada. Oleh karena itu untuk dapat nenangkap fenomena tersebut sangat
dibutuhkan tingkat kepekaan tertentu dan peneliti.

Banyak permasalahan atau topik penelitian yang bisa diperoleh dari


pengamatan terhadap pelaksanaan praktek keperawatan misalnya: perilaku pasien

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd., M.Kes 42


dan keluarga dalam situusi krisis dan bagaimana perawat mengatasi masalah
tersebut; pengisian rekaman keperawatan; pelaksanaan asuhan keperawatan dengan
pendekatan proses keperawatan; pelaksanaan prosedur atau tindakan keperawatan; dan
lain sebagainya.

Permasalahan lain misalnya dengan mengajukan pertanyaan, apakah ada


prosedur perawatan mulut lain yang dapat diberikan pada pasien dengan kanker
mulut atau pasien dengan pemasangan endotracheal?; apakah ada tindakan tertentu
yang lebih efektif untuk mengobati luka?; apakah ada faktor faktor yang
berhubungan dengan pelaksanaan hubungan terapeutik dengan pasien pasca stroke?:
apakah dampak kunjungan rumah dan pelaksnaannya setelah pasien keluar dari
rumah sakit?; mengapa pemberian asuahn keperawatan dalam hal emosional dan
spritual lebih sedikit bila dibandingkan dengan perawatan fisik?; apakah anggota
keluarga perlu dilibatkan dalam pemberian asuhan keperawatan?.

Masih banyak lagi situasi-situasi yang diamati oleh perawat dapat dijadikan
masalah atau topik penelitian. Masalah-masalah atau problematik yang diamati
selama berpengalaman praktek dapat dijadikan masalah penelitian. Penyusunan
permasalahan penelitian didasarkan pada ide peneliti dan langkah selanjutnya yang
harus dilakukan peneliti secara berturut-turut adalah mendifinisikan masalah atau
topik penelitian, memulai mencari kepustakaan (rasionalisasi atau pembenaran
masalah dengan ilmu pengetahuan dan atau teori), menentukan sigfikansi

masalah tersebut bagi perawat, mempertimbangankan apakah masalah

tersebut layak untuk diteliti.

Menurut Sastroasmoro dan Ismail (1995), penentuan masalah penelitian harus


mengandung unsur Feasible, interesting, novel, ethical, dan relevant (FINER).
Feasible : tersedia subjek penelitian; tersedia dana; tersedia waktu, alat dan kehalian.
Ineteresting :masalah penelitian hendak menarik untuk diteliti. Novel : membantah
atau mengkonfirmasi penemuan terdahulu; melengkapi,mengembangkan hasil
penelitian terdahulu; menemukan sesuatu yang barn. Ethical: tidak bertentangan
dengan etika, khususnya etika keperawatan. Relevant relevan bagi perkembangan

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd., M.Kes 43


ilmu pengethuan danteknologi; untuk peningkatan pelayanan kesehatan/asuhan
keperawatan dan kebijaksanaan kesehatan; untuk dasar penelitian selanjutnya.
C.

Kepustakaan atau literatur keperawatan. Ide-ide untuk projek penelitian

sering datang dari bacaan literatur keperawatan. Perawat peneliti pemula dapat
memanfaatkan bacaan yang berkaitan dengan jurnal keperawatan atau buku teks
keperawatan. Khsususnya jurnal keperawatan berisikan laporan hasil studi
keperawatan misalnya, penelitian keperawatan, penelitian keperawatan klinik,
penelitian dalam keperawatan dan kesehatan, keparawatan jantung dan pare,
keparawatan onkologi, dan lain sebagainya.

Bagi seorang perawat yang aktif mengikuti perkembangan keperawatan


dengan menekuni kepustakaan mutakhir, akan dengan mudah mengetahui adanya
bidang-bidang tertentu yang belum terpecahkan atau terjawab dengan penelitian yang
ada, jadi adanya suatu reseacrh gap. Research gap inilah.yang merupakan sumber
utama bagi peneliti untuk menemukan permasalahan penelitian. Kadang-kadang,
bahkan masalah tersebut secara eksplisit pada bagian akhir kepustakaan sudah
dianjurkan atau direkomendasikan untuk diteliti lebih lanjut. Tetapi, disini perlu
diingat bahwa kepustakaan tersebut mestinya merupakan laporan penelitian yang

paling baru, dan juga ditulis oleh peneliti yang cukup ternama di bidangnya.

Teori. Sumber ketiga utama dari masalah penelitian adalah sistim teoritis dan

skema konseptual yang sudah dikembangkan dalam keperawatan atau disiplin-


disiplin lain yang terkait. Supaya bermanfaat dalam praktek keperawatan, teori hams
diuji melalui penelitian untuk dapat diaplikasikan dalam keperawatan tersebut. Teori
disusun berdasarkan ide atau tentang situasi sekarang dan nyata dan telah dilakukan
suatu pengujian kebenarannya. Permasalahan atau topik penelitian dapat disusun dan
dirumuskan untuk menjelaskan konsep, misalnya "perawatan diri sendiri: teori dari
Orem.

Ide dari sumber eksternal (orang lain). Kadang-kadang sumber eksternal

menyediakan ide-ide tentang topik penelitian. Dalam beberapa kasus misalnya,


institusi pendidikan membuatakan daftar topik penelitian yang akan dipilih oleh

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd., M.Kes 44


mahasiswa untuk dijadikan masalah penelitian mereka, yayasan tertentu; pemerintah
kadang-kaciang juga menyarankan supaya dilakukan penelitian pada topik-topik
tertentu. Dari forum petemuan ilmiah biasanya juga akan munculpertanyaan-
pertanyaan yang tidak terpecahkan dalam diskusi. Pertanyaan ini kadang-kadang ada
yang cukup layak untuk diangkat sebagi masalah penelitian. Atau dari rangkuman
hasil diskusi juga direkomendasikan hal-hal tertentu yang perlu diteliti. Berinteraksi
dengan peneliti atau anggota team sangat bermanfaat untuk menentukan masalah
penelitian. Seorang peneliti yang berpengalaman dapat memberikan idenya kepada
peneliti pemula tentang topik penelitian.

e. Langkah Formulasi Masalah Penelitian

Ada empat langkah yang perlu dilalui dalam perumasan masalah penelitian
yaitu langkah-langkah persiapan, konfinnasi awal, konfirmasi akhir, dan formulasi
akhir.

Pada langkah persiapan, hal-hal yang perlu dikerjakan adalah sebagai berikut

1) Formulasikan situasi problematik yang dihadapi.


2) Identifikasi kesenjangan yang ada.

3) Pelajari kepustkaan dan sumber infon-nasi lain yang berkaiatan dengan


kenyataan problematik.

4) Tajamkan dan formulasikan dalam rumusan masalah penelitian.

Langkah konfirmasi awal ialah menilai apakah rumusan masalah yang


disusun dalam langkah persiapan telah memenuhi kriteria rumusan yang adekuat. Bila
dipandang perlu kepustakaan dan sumber informasi lain dipelajari lebih luas untuk
dapat merumuskan masalah tersebut secara akurat.

Langkah konfirmasi akhir adalah mengkonsultasikan rumusan masalah


penelitian yang disusun pada langkah konfirmasi awal kepada kolega senior, pakar,
pembimbing atau siapa yang dirasa berkompeten di bidang yang diteliti.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd., M.Kes 45


PERTANYAAN PENELITIAN

`Manusia mempunyai sifat ingin tahu, dalam kehidupannya selalu bertanya-


tanya. Waktu kecil kita bertanya, "Mengapa rumput itu hijau? Apa yang
menyebabkan mata hari terbit dan terbenam? Mengapa anjung itu berbulu? Mengapa saya
lebih sering gagal daripada sukses?". Kebanyakan orang dewasa akan menjawab
pertanyaan dengan "karena", yang memuaskan kita sebagai suatu pernyataan
fakta. Tetapi bila kita menemukan pendapat yang berbeda dalam setiap jawaban, atau
jika kita mendeangar "Saya tidak tahu", kita akan terus mempertanyakannya,
karena sebagai manusia kita hams mengetahuinya.

Tujuan penelitian adalah untuk menjawab pertanyaan, apakah


pertanyaan tersebut muncul dari kebutuhan praktis atau dari keingintahuan yang
sederhana. Tetapi tidak semua pertanyaan dapat atau perlu dijawab dengan
penelitian. Beberapa pertanyaan sudah memiliki jawaban. Misalnya, "Kemana
seharusnya saya pergi?", membutuhkan opini, karenanya tidak tepat dijawab dengan
suatu penelitian.

Jadi apakah pertanyaan penelitian itu?. Pertanyaan penelitian adalah suatu


pertanyaan eksplisit tentang suatu masalah atau pokok persoalan yang menantang,
dapat diperiksa dan dianalisis dan akan memberikan informasi baru yang berguna.

Jawaban terhadap pertanyaan penelitian memberikan masukan terhadap ilmu


pengetahuan umum kita. Jawaban tersebut dapat digunakan oleh orang lain di tempat
lain., karena jawaban tersebut valid tidak peduli siapa yang menanyakannya dimana
jawaban itu diperoleh. Ini merupakan ciri khas hasil penelitian-harus merupakan
fakta, bukan opini.

Meskipun pertanyaan penelitian yang identik itu bisa saja duplikasi, namun hal
ini jarang terjadi. Pertanyaan serupa sering terjadi dan mendorong dilakukannya
pengulangan (replikasi) penelitian yang berguna untuk penelitian itu sendiri. Jika
peneliti mempunyai pemikiran tentang suatu pertanyaan penelitian yang jelas dan
spesifik, dengan segala teori kemungkinan dapat dikatakan bahwa tidak ada

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd., M.Kes 46


seorangpun telah menanyakan pertanyaan yang persis sama. Apakah pertanyaan
peneliti menggali seluruh pemikiran barn atau mengkaji suatu bidang yang telah
r.
diselidiki sebelumnya, pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan peneliti yang baru.

Pertanyaan penelitian adalah suatu cerminan opini dan gagasan si peneliti.


Macama pertanyaan dan masalah yang dipilih untuk penelitian bervariasi, seperti
halnya variasi peneliti yang memilihnya. Sebagian orang berminat pada hal-hal yang
rinci, sementara sebagian lagi pada gambaran umum. Beberapa orang berminat pada
manusia , sementara yang lain pada benda-benda mekanik. Sementara orang
berminat pada gagasan, yang lain berminat pada tindakan. Semua topik tersebut
dapat diterima dalam penelitian. Dan kesemuanya menjadi sasaran pertanyaan
penelitian.

Dalam upaya melakukan penelitian (riset), pada mulanya adalah


menemukan topik, menetapkan dan merumuskan masalah penelitian, dan

kemudian mengajukan pertanyaan penelitian untuk dijawab.

Sebuah pertanyaan yang dapat diteliti adalah suatu pertanyaan yang

menghasilkan fakta-fakta, yang mambantu memecahkan masalah penelitian,


menghasilkan penelitian baru, mengembangkan teori, atau meningkatkan praktek
keperawatan.

Pertanyaan penelitian seharusnya relevan dengan pokok persoalan sehari-


hari. Pertanyaan penelitian hams jelas. Pertanyaan yang tidak jelas akan
menghasilkan jawaban yang tidak jelas pula. Jawaban yang tidak jelas/kabur tidak
akan berguna dan tidak etis. Semakin jelas pertanyaan, semakin jelaslah jawabannya dan
semakin dapat digunakan di lahan praktek.

Segala sesuatu dalam rencana penelitian tergantung pada pertanyaan peneliti,

pertanyaan adalah hal yang ingin diselidiki, digambarkan, atau diketahui.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd., M.Kes 47


a. Menanyakan Pertanyaan Penelitian

Meskipun tidak aturan yang kuat untuk mengajukan pertanyaan penelitian,


terdapat petunjuk yang dapat diikuti serta akan mempermudah proses penelitian.

1) Pertanyaan penelitian ditulis dengan kata-kata yang mempunyai efek


yang dalam pada proses penelitian.
2) Mempunyai dua komponen dasar untuk setiap pertanyaan yaitu kata tanya
(stem) dan topik.
3) Mulailah dengan pertanyaan sederhana yaitu satu stem dan satu topik
4) Pertanyaan berorientasi pada aksi, dalam artian membutuhkan beberapa
akrtivitas untuk memberikan jawaban.
5) Bertanya dengan pertanyaan yang aktif.

b. Memeriksa Komponen-Komponen Dalam Pertanyaan Penelitian

Seperti yang dikemukakan sebelumnya bahwa pertanyaan terdiri dari dua


komponen dasar yaitu kata tanya (stem) dan topik. Misalnya "Apakah ada hubungan
antara asupan makanan dengan berat badan lahir?". Apakah ada hubungan adalah
stem dan antara asupan makanan dengan berat badan lahir adalah topik. L
Karena semua penelitian memerlukan rencana untuk mengumpulkan
in forinasi untuk menjawab tertanyaan, cara peneliti mengajukan pertanyaan
menentukan bagaimana peneliti akan menjawabnya. Seorang filosuf Cina pernah
mengatakan, "jawabannya terdapat pada pertanyaan itu". Dalam penelitian,
pertanyaan ini masih benar seperti hal dalam penelitian filsafat. Dalam artian
pertanyaan mengandung setengah jawaban.

Tingkat pertanyaan dalam penelitian yang diusulkan dapat dibagi menjadi


tiga tingkat. Berikut adalah contoh dari masing-masing pertanyaan :

1) Pertanyaan Tingkat I

Contoh : - Apa masalah makan pada anak-anak dengan retardasi mental?

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd., M.Kes 48


- Apa kebutuhan spritual pasien?

2) Pertanyaan Tingkat II
Contoh : - Apakah ada hubungan antara relaksasi dan nyeri pada pasien
pasca-bedah?

3) Pertanyaan Tingkat III


Contoh - Mengapa kepuasan pasien meningkat dengan sikap positif
terhada Perawatan?

Pertanyaan penelitian hams dituliskan dalam usulan penelitian (Proposal),


karena pertanyaan ini yang akan dijawab. Aturan sederhana dalam penulisan
pertanyaan penelitian yang lebih efektif adalah :

1) Pada tingkat I, hanya mempunyai satu variabel .dan satu populasi pada
topiknya.

2) Jika peneliti mempunyai suatu sebab atau efek dalam pertanyaan, tulis
pertanyaan pada tingkat II dan III
3) Jika kata-kata "sebab"' "efek", atau sinonimnya tampak dalam
pertanyaan, hilangkan kata-kata tersebut atau spesifikan variabel apa dan
bagaimana variasinya.

4) Pada tingkat II, peneliti memerlukan sekurang-kurangnya dua variabel.


5) Semua variabel hams ditulis sehingga variabel tersebut bervariasi.

6) Pada tingkat III, harus terdapat dua variabel yang mespesifikasikan suatu
sebab dan afek.
7) Jika peneliti telah menulis suatu pertanyaan "mengapa" tingkat III,
pastikan secara etika dan kemungkinan untuk memanipulasi variabel
penyebab. (Jika tidak , tulis kembali pertanyaan pada tingkat II)

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd., M.Kes 49


TUJUAN PENELITIAN

tAnda mungkin berpikir,"Mengapa menyatakan tujuan penelitian jika


pertanyaan telah dikembangkan ke dalam masalah dan didukung oleh penjelasan
yang logis? Apakah manfaat pernaytaan tujuan penelitian?".

Manfaat utama pertanyataan tujuan penelitian adalah bahwa pernyataan ini


menyetakan dengan jelas apa maksud peneliti dalam menjawanb pertanyaan.
Tujuannya meliputi apa yang akan peneliti lakukan untuk menyimpulkan data.
Kedua, termasuk informasi dimana pengumpulan data akan dilalcukan. Ketiga, tujuan
seharusnya meliputi siapa subjek penelitian tersebut. pemyataan tujuan penelitian
tersebut. Pernyataan tujuan penelitian ditetapkan setelah masalah penelitian tertulis
yang dikembangkan dengan pertanyaan penelitian dan merupakan ringkasan kalimat dari
penelitian yang diusulkan peneliti. Pernyataan tujuan penelitian berkembang dari keingin
apa yang hendak dicapai atau diperoleh oleh penelitislan subjek yang diteliti.

Tujuan penelitian diarahkan pada pada tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum adalah bersifat umum yang akan dirinci oleh pernyataan tujuan
khusus. Pernyataan tujuan khusus adalah pernyataan deklaratif dan hipotesis. Untuk
suatu kejelasan dari tujuan khusus difokuskan pada masing-masing variabel yang
diteliti (deslcriptif/univariat) dan hubunngan dua variabel atau lebih
(analisis/bivariat/multivariat). Contoh dari tujuan yang bersifat deskriptif adalah
"Didapatkan gambaran sikap Ibu terhadap pemberian ASI secara Ekskluif di
Wilayah Kerja Puskesmas Selayo". Sedangkan contoh dari pernyataan tujuan yang
bersifat analisis adalah " Didapatkan informasi tentang hubungan antara sikap Ibu
dengan pemberian Asi secara Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas selayo".

MANFAAT PENELITIAN

Sebagai mana yang telah dikemukakan pada sasaran, tujuan dan implikasi
penelitian, manfaat penelitian difokuskan pada pengembangan teoritis atau ilmu

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd., M.Kes 50


pengetahuan dan teknologi, metodologi dan aplikatif atau implikasi penelitian pada
unit analisis atau institusi/instansi tempat dilaksanakan penelitian.

RUANG LINGKUP PENELITIAN

Pada ruang lingkup penelitian, peneliti menjelaskan dimana dilakukan

penelitian, masalah apa yang diteliti, dan siapa atau apa yang merupakan subjek atau

objek penelitian.

KETERBATASAN PENELITIAN

Keterbatasan mengenai penulisan karya tulis ilmiah atau penelitian perlu

disebutkan pada bagian pendahuluan atau pada bagian pembahasan. Misalnya

keterbatasan dalam pengambilan sampel, jumlah sampel yang diteliti, instrumen

pengumpulan data, keterbatasan waktu atau peneliti, dan lain-lainnya yang

dipandang perlu oleh peneliti. Pada prinsipnya pernyataan keterbatasan penelitian ini

berdasarkan pada salah satu ciri-ciri masyarakat ilmiah yaitu jujur dan terbuka.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh : Syahrum, S.Pd., M.Kes 51


TINJAUAN PUSTAKA atau
4 TINJAUAN LITERATUR

Peneliti hampir tidak pernah melakukan suatu penelitian dengan kepakuman


intelektual: penelitian dilakukan dalam konteks keberadaan dasar pengetahuan. Pada
umumnya peneliti melakukan tinjauan literatur untuk mempelajari sendiri dasar ilmu
pengetahuan.

Istilah tinjauan literatur digunakan dalam dua cara oleh komunitas penelitian.
Pertama mengacu pada aktivitas yang meliputi pengidentifikasian dan pencarian
informasi tentang topik penelitian dan pengembangan gambaran komprehensif dari
pernyataan ilmu pengetanuan tentang topik penelitian. Sehingga peneliti dapat
mengatakan bahwa dia melakukan tinjauan literatur sebelum melaksanakan
penelitian. Istilah tinjauan literatur juga digunakan untuk merasionalisasi masalah
penelitian. Baik mencari atau melakukan tinjauan literatur mapun menulis
merupakan kegiatan yang penting dalam proses penelitian.

Dalam kegiatan peneilitian. Tinjauan literatur atau tinjauan kepustakaan dapat


memberikan topik dan tujuan tertentu, mengembangkan kerangka konsep dan
penyustinan rencana penelitian. Kepustakaan ditinjau sebelum, selama dan sesudah
melaksanakan penelitian, sehingga penelitian dapat disusun dan dibandingkan
dengan penelitian sebelumnya. Dengan kepustkaan yang relevan peneliti akan
tnendapatkan gambaran umum tentang masalah apa yang sudah dan belutn
dipecahkan. Tinjauan kepustakaan yang relevan dan dianggap penting akan
memberikan pengetahuan yang mendalam untuk mendasari penelitian dan kemudian
dikombinasikan dengan hasil penelitian sehingga diperlukan untuk perubahan
praktek keperawatan.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 52


TUJUAN TINJAUAN PUSTAKA/LITERATUR

gTinjauan pustaka menyediakan sejumlah fungsi penting dalam proses


penelitian , dengan cara menilai beberapa fungsi spesifik dari tinjauan literatur, kita
berharap mengklarifikasi nilai fungsi tersebut.

a. Sebagai Sumber Untuk Ide-Ide Penelitian

Mempelajari sendiri tentang isu praktek atau isu teori yang berkaitan dengan
area masalah sexing membantu paneliti mengembangkan ide-ide atau
memfokuskan topik penelitian. Pada beberapa kasus reviu lietartur dapat
memulai pengidentifikasian topik. Membaca area peminatan umum sangat
bermanfaat dalam rangka menyiapkan peneliti terhadap masalah-masalah
penelitian yang belum dipecahkan atau pengusulan proposal penelitian yang
cocok dengan projek. Bila topik umum sudah diseleksi/dipilih, pembacaan
topik itu membantu lebih mempertajam masalah dan membantu
memformulasikan ketepan masalah penelitian.

b. Sebagai Orientasi Dari Apa Yang Sudah Diketahui

Salah satu fungsi utama dari tinjauan literatur penelitian ialah untuk

memastikan apa yang sdah diketahui tentang hal-hal yang berkaitan dengan

masalah penelitian yang diminati.

c. Sebagai Penentu Konteks Konseptual

Bagi perawat peneliti, tinjauan literatur penting untuk pengembangan konteks

konseptual yang luas menjadi masalah penelitian yang akan layak untuk

diteliti. Hanya dalam konteks seperti itu temuan-temuan penelitian dapat

berkontribitsi pada kelompok ilmu pengetahuan. Bila penelitian seseorang

dihubungkan dengan penelitian orang lain akan berkontribusi lebih banyak

terhadap kelompok ilmu pengetahuan tersebut.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 53


Tinjauan literatur juga mempunyai fungsi esensil dalam interpretasi hasil-
, hasil penelitian perawat. Membandingkan hasil penelitian sekarang dengan
penelitian terdahulu merupakan suatu titik tumpu yang baik dalam
memberikan saran pada penelitian berikutnya untuk memecahkan masalah
yang lebih kompleks dan mengembangkan dasar ilmu pengetahuan.
Akhirnya, penulisan tinjauan pustaka dalam laporan penelitian sangat
bermanfaat bagi komunitas keperawatan yang secara eksplisit perawat dapat
mengetahui penelitian apa yang sudah dilakukan.

d. Sebagai Informasi Tentang Pendekatan Penelitian

Peranan penting tinjauan literatur ialah mengemukakan bagaimana cara

melakukan penelitian terhadap suatu topik yang diminati. Dengan kata lain

tinjauan literatur bermanfaat untuk menjelaskan strategi penelitian dan

prosedur spesisfik, instrumen pengukuran, dan analisis statistk yang

produktif dalam memecahkan masalah penelitian seseorang. Literatur

penelitian juga membahas variabel ekstra yang hams dikendalikan.

RUANG LINGKUP TINJAUAN PUSTAKA

Sebagian besar pembaca niscaya mengetahui penempatan dokumen


perpustakaan dan pengorganisasian dokumen tersebut. Ruang lingkup tinajau pustaka
meliputi tipe informasi yang dicari, kedalaman dan luasnya ulasan literatur, sumber
perimer dan sekunder

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd, M.Kes 54


a. Tipe informasi yang dicari

1), Temuan penelitian

Kategori informasi ini menggambarkan hasi-hasil investigasi penelitian;


temuan penelitian dengan jelas merupakan salah satu dari tipe imformasi
yang sangat penting bagi reviu penelitian. Temuan penelitian memberikan
informasi tentang apa yang sudah diketahui mengenai sutau topik penelitian,
berdasarkan pada investigasi empiris yang menggunakan pendekatan ilmiah.
Studi yang sudah dipublikasikan dapat juga menghilhami ide-ide penelitian
baru dan dapat membantu pengembangan konseptualisasi dan rancangan
penelitian. Biasanya, temuan penelitian tersddia dalam berbagai sumber,
meliputi buku, enskilopedi, jurnal ilmiah seperti penelitian keperawatan.
Berdasarkan pada topik, biasanya bermanfaat untuk mereviu temuan
penelitian dalam literatur keperawatan dan literatur-literatur yang berkaitan
dengan disiplin ilmu, seperti sosiologi, psikologi, kedokteran, atau fisiologi

2) Teori

Tipe informasi kedua menguraikan isu-isu yang lebih bersifat konseptual


yang relevan dengan topik penelitian yang diminati. Penjelasan teori
bermanfaat untuk penetapan kerangka konsep masalah penelitian tetapi juga
dapat berguna untuk pengajuan topik penelitian. Kadang-kadang pembahasan
kelompok teori digambarkan dengan ringkas dalam laporan penelitian dan
artikel jurnal, tetapi kelompok teori lebih memungkinkan didapatkan dalam
bentuk yang sudah dikembangkan di dalam buku.

3) Metodologi

Tipe informasi ketiga yang akan dicari dalam tinjauan literatur ialah
mengenai metoda-metoda pelaksanaan studi terhadap topik yang diminati.
Yakni, dalam metinjauan literatur, peneliti sebaiknya mencurahkan perhatian
tidak hanya pada apa yang sudah ditemukan tetapi bagaima hal itu
ditemukan. Pendekatan-pendekatan apa yang sudah digunakan peneliti lain?.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 55


Bagaimana peneliti lain mengukur variabel dan mengumpulkan datanya?.
Bagaimana peneliti lain mengendalikan situasi penelitian untuk mempertajam
interpretasi? Prosedur apa yang sudah digunakan penelitian lain untuk
menganalisis datanya?. Walaupun modifikasi dari pendekatan dan intrumen
yang ada dapat dilakukan. Biasanya modifikasi itu memungkinkan untuk
mendapatkan teknik-teknik yang dapat dipakai sebagai dasar untuk kegiatan
penelitian. Laporan penelitian mengenai masalah yang sama sangat
bermanfaat. Artikel-artikel jurnal dan buku teks mengenai metoda dan
statistik berguna sekali bagi peneliti. Referensi-referensi yang semta-mata
menguraikan berbagai test, ukuran, alat ukur juga bermanfaat.

4) Opini dan pandangan

Literatur keperawatan umum dan bidang keahlian berisikan sejumlah paper dan
artikel yang berfokus pada opini dan sikap pengarang mengenai topik
peminatan. Artikel-artikel seperti itu sudah menjadi sifat subjektif,
menyaj i Lan saran-saran dan pandangan-pandangan pengarang. Artikel opini
sering merupakan sumber ide yang penting bagi studi yang berfokus pada isu-
isu keparawatan yang kontraversial atau isu-isu keperawatan yang sedang
muncul.

5) Anecdot dan deskripsi klinik

Laporan-laporan yang berupa anekdot sering muncul dalam literatur yang


berkaitan dengan keperawatan, kedokterar., dan kesehatan. Artikel ini
menceritakan pengalaman-pengalaman dan kesan-kesan klinik pengarang.
Enekdot atau sejenis lainnya adalah merupakan literatur yang diterbitkan
tanpa berdasarkan pada penelitian oleh karena itu mungkin lebih bersifat
subjektif. Tetapi materinya dapat memperluas pemhaman peneliti tentang
masalah penelitian, khususnya jika peneliti tidak begitu mernahami isu-isu
utama.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahruni, S.Pd., M.Kes 56


b. Kedalaman dan luas ulasan literatur

Peneliti pemula sering disulitkan oleh pertanyaan tentang bagaimana cara


membatasi dan meluaskan literatur. Tidak ada rumusan pasti yang ditemukan untuk
menentukan jumlah referensi yang harus digunakan sebagai dasar penelitian.
Kedalaman dan keluasan literatur tergantung pada beberapa faktor. Jika tinjauan
literatur terlau luas, penelitian akan membahas sumber yang tidak relevan. Jika
tinjauan literatur tidak cukup dalam dan luas, sumber yang penting mungkin
terabaikan. Selanjutnya kedalaman dan keluasan reviu litarertur/tinjauan pustaka
tergantung pula pada latar belakang peneliti, komplek tidaknya penelitian, jenis
penelitian dan atau karya tulis ilmiah (misalnya, skripsi, tesis, atau disertasi), dan
waktu yang tersedia untuk melakukan tinjauan literatur/tinjauan pustaka. Pada
prinsipnya dari tinjauan pustaka dapat diperoleh tinjauan teoriritis untuk
mengambangkan kerangka konsep dan dapat pula mendasari pembahasan hasil
penelitian yang baru saja dilaksanakan.

Bahan Ajar Penelifian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 57


KERANGKA TEORITIS atau
5 KERANGKA KONSEP

Biasanya penelitian yang baik berdasarkan pada ilmu pengetahuan yang sudah
ada. Menghubungkan antara penelitian baru dan ilmu pengetahuan yang ada
dikembangkan melalui tinjauan yang seksama tentag penelitian mengenai topik
terdahulu dan melalui usaha mengidentifikasi kerangka teoritis yang sesuai. Kegiatan ini
penting dilakukan karena memberikan konteks konseptual untuk investigasi ilmiah-dan
karena membantu pembaca untuk mendefinisikan (menetapkan) dan membatasi masalah
untuk diteliti.

Bagian ini membahas tentang konteks teoritis dan konseptual mengenai masalah
penelitian keperawatan dan lebih memperjelas apa yang sudah dibahas dalam tinjauan
tinjau pustaka atau tinjauan literatur

Sebagaimana yang telah dipelajari dalam rumusan masalah penelitian secara


berturut-turut elemen-elemen dalam masalah penelitian adalah tinjauan literatur,
menetapkan masalah setelah dirasionalisasi dengan ilmu pengetahuan yang sudah ada,
mengembangkan pertanyaan penelitian, mengembangkan kerangka teoritis dan kerangka
konsep.

TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN MODEL

Meskipun kata-kata ini menakutan bagi peneliti pemula, sebenarnya tidak


demikian. Kerangka penelitia adalah suatu penjelasan, didasarkan pada literatur yang
telah dibaca, tentang bagaimana dan mengapa variabel dalam penelitian diharapkan
berhubungan satu sama lain. Kerangka dapat diletakan dalam bentuk esai, dan struktur esai
yang baik adalah dalam bentuk suatu argumen. Esai memberikan keuntungan sebagai
berikut :
- Esai mendukung alasan dalam mengembangkan pertanyaan

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh ; Syahrum, S.Pd., M.Kes 58


- Esai adalah penjelasan tentang bagaimana teori yang telah ditemukan
berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan
- Esai memberikan pembenaran penelitian
- Esai memberikan pada para pembaca suatu perasaan tentang nilai penelitian
yang diusulkan.
- Esai tidak saja hanya berkontribusi terhadap pengembangan teori tetapi juga
dalam hubungannya dengan penelitian dari topik yang diteliti.

a. Kerangka Teoritis

Disebut suatu kerangka teoritis jika variabel-variabel yang telah dipelajari


dan didapatkan sebelumnya serta didapatkan berhubungan satu sama lain.
Berarti telah diperoleh baik teori yang memberikan penjelasan variabel
maupun penjelasan yang diberikan oleh penulis lain untuk menjelaskan basil
penelitiannya mengenai variabel yang sama.• Dalarn kasus seperti ini,
hasilnya merupakan kerangka teoritis untuk penelitian yang akan diusulkan.
Selanjutnya kerangka ini akan diuji dan juga akan disangkal dengan hasil
penelitian yang akan dilaksanakan.

b. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu yang abstrak, dalam arti secara harfiah adalah
logis, dan akan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penelitian
dengan dasar ilmu pengetahuan. Pada jenis penelitian kuantitatif, kerangka
konsep adalah teori yang bisa diukur seperti yang telah dikembangkan dalam
keperawatan atau disiplin ilmu lain misalnya psikologi atau sosiologi.

Disebut kerangka konsep jika penjelasan didasarkan pada literatur dan


penelitian tentang variabel, tetapi jika literatur tidak berisi teori tertentu yang
menjelaskan hubungan antar variabel yang akan diteliti. Kerangka konsep
merupakan harapan peneliti yang berdasarkan pada literatur tentang variabel
penelitian. Peneliti akan menilai penjelasan tentang hubungan antar variabel

Bahan Ajar Penelitian Keperawalan; Oleh ; Syahrum, S.Pd., M.Kes 59


setelah menyelesaikan penelitian dan tergantung pada hasil penelitian
tersebut, kemungkinan peneliti mendapatkan bahwa kerangka memberikan
penjelasan yang berguna tentang hubungan antar variabel. Kerangka konsep
akan memberikan tema sentral untuk pembahasan hasil-hasil penelitian.

Pemahaman tentang kerangka konsep sangat penting dalam upaya melakukan


penelitian, mengkritik, dan menggunakan temuan hasil penelitian. Kata yang
berhubungan dengan kerangka konsep adalah konsep, teori dan atau
pernyataan yang sesuai (esai), dan konsep tentang model. Kosep adalah suatu
pengertian dasar dari apa yang akan diteliti. Pernytaan atau esai yang sesuai
menunjukan bahwa ada beberapa hubungan yang terkait antara dua atau lebi dan
konsep. Teori seperti yang teiah dijelaskan sebelumnya terdiri dari kesatuan
pengertian konsep dan perenaytaan yang sesuai yang akan menyajikan
suatu fenomena dan dapat digunakan untuk menjabarkan, menjelaskan dan
memprediksi atau mengontrol suatu kejadian

c. Model

Konsep tentang model adalah suatu susunan dari konsep secara abstrak dan
pernyataan suatu hubungan yang akan menjelaskan secara panjang lebar
tentang sutau peristiwa dari topik yang akan dibahas. Fawcet (1989)
memperhatikan, empat konsep pokok yang disentralisasi ke dalam model
keperawatan yaitu manusia , lingkungan, kesehatan dan keperawatan.
Misalnya model dari Johnson (1980) tentang model sistim perilaku, Neuman
(1989) tentang model sistim pelayanan kesehatan. Orem (1985) tentang
model perawatan diri sendiri, Rogers (1970) tentang model of the ninnury
person, Parse (1987) tentang model manusia-kehidupan-kesehatan, Roy
(1984) tentang model adaptasi, dan model-model lain yang telah
dikembangkan sebagai baik dalam kesehatan mapun keperawatan.

Bahan Ajar Penelilian Keperawalan; Oleh ; Syahrum, S.Pd., M.Kes 60


LANGKAH PENYUSUNAN KERANGKA KONSEP

Langkah-langkah penyusunan kerangka konsep secara berturut-turut adalah


menyeleksi dan mendefinisikan konsep, mengembangkan pernayataan hubungan,
mengembangkan konsep dalam skema/kerangka yang meliputi :

a. Pernyataan masalah dan tujuan harus jelas


b. Konsep itu ditabulasi (termasuk definisi konsep)
c. Hasil dari tinjauan literatur/tinjauan kepustkaan yang menyangkut teori dan
temuan empiris
d. Pernyataan hubungan
e. !dentifikasi dan analisa teori yang diaplikasikan
f. Identifikasi model konsep.

Bahan Ajar Penelitian Keperawalan; Oleh ; Syahrum, S.Pd., M.Kes 61


VARIABEL PENELITIAN dan
6 DEFINISI OPERASIONAL

PENDAHULUAN

Sebagaimana yang telah dibahas tentang penulisan pertanyaan penelitian,


pertanyaan penelitian dibagi menjadi dua komponen yaitu kata tanya (stem) dan
topik. Kata tanya mengarahkan proses penelitian, sementara topik adalah fokus
aktual suatu penelitian, kata tanya dan topik yang sama kemudian digunakan untuk
merumuskan tujuan penelitian. Tinjauan pustaka, tinjauan literatur atau kerangka
teoritis yang berhubungan dengan topik penelitian telah dilakukan, siapa yang telah
mempelajarinya, apa yang dikatakannya, bagaimana variabel diukur, dan apakah
veriabel yang digunakan peneliti saat ini telah atau belum disatukan sebelumnya.
Informasi yang peneliti temukan dalam topik telah membantu peneliti menentukan
tujuan penelitian dengan jelas. Sekarang peneliti perlu lebih teliti tentang
menentukan variabel itu sendiri.

Ingat bahwa kita menetapkan variabel adalah segala sesuatu yang bervariasi
atau beberapa sifat dengan nilai-nilai yang berbeda. Sebelum peneliti menjelaskan
variabel penelitian, peneliti harus memutuskan dengan jelas apa yang ingin peneliti
ketahui. Misalkan, peneliti tertarik pada kecemasan, peneliti harus mengerti bahwa
kecemasan dapat berarti jangka pendek atau jangka panjang, akut atau kronik,
normal atau abnormal, dirasakan oleh pengamat/peneliti atau dilaporkan oleh
individu, nyata atau laten, ringan atau berat. Aspek kecemasan yang diminati peneliti dan
cara-cara yang bervariasi adalah apa yang akan dikukur oleh peneliti. Aspek
kecemasan yang akan diukur oleh peneliti dan metode yang akan digunakan oleh
peneliti merupakan definisi operasionalnya. Definisi operasional menggambarkan apa
yang akan diukur, dan bagaimana mengukurnya. Definisi operasional termasuk
menghapus semua aspek variabel kecuali yang peneliti minati, dan kemudian
memfokuskan bagaimana mengukurnya.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 62


Sebagai contoh, definsi kecemasan peneliti mungkin sebagai berikut:
"perasaan khawatir yang samar-samar yang dilaporkan orang bila dihadapkan pada
situasi yang menimbulkan stress"; atau manifestasi tingkah laku orang terhadap
stress"' yang dapat diidentifikasi dengan meringis, ketegangan otot, dan keringat
telapak tangan". Definsi lainnya mungkin menyatakan , "Ciri yang dimiliki oleh
semua orang pada tingkat tertentu, yang direfleksikan dalam respon mereka terhadap
pertanyaan tentang pandangan hidup mereka pada umumnya".

Jadi definisi operasional yang dikemukakan oleh peneliti harus

mengkhususkan apa yang ingin diteliti dan bagimana menelitinya.

Secara teoritis, definisi operasinal dapat berupa segala sesuatu yang peneliti
inginkan, selama konsisten dengan kerangka konsep atau kerangka teoritis. Definisi
operasional harus memiliki pengertian yang logis, empiris dan menjelaskan konsep-
konsep peneliti secara eksplisit dan seksama,. Selain itu, definisi operasional harus
berhubungan langsung dengan teori yang mendasarinya.

PENGERTIAN VARIABEL DAN DATA

Telah diketahui bahwa berbagai institusi pelayanan kesehatan, seperti rumah


sakit, klinik, atau puskesmas, mengumpulkan berbagai macam data. Apa yang
dimaksud dengan data ?. Data adalah keterangan berbentuk angka atau huruf.
Data adalah bentuk kata jamak, sedangkan bentuk tunggalnya adalah datum.

Pengamatan terhadap suatu karakteristik biasanya menghasilkan nilai data


yang beragam atau bervariasi, sehingga karakteristik itu dapat di sebut sebagai
variabel. Jadi variabel adalah karakteristik yang nilainya bervariasi.

Dalam penelitian variabel dikarakteristikan sebagai derajat, jumlah dan


perbedaan. Variabel adalah juga merupakan konsep yaitu penggambaran atau
abstraksi dari suatu fenomena tertentu yang didefinisikan sebagai suatu fasilitas
untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian. Konsep yang dituju dalam

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 63


suatu penelitian dapat bersifat konkrit dan secara langsung dapat diukur, misalnya
denyut jantung, hemoglobin dan pernafasan tiap menit. Sesuatu yang kongkrit
tersebut bisa diartikan sebagai suatu variabel dalam penelitian. Konsep lain seperti
cemas, kebutuhan psikologis dan nyeri adalah sesuatu yang abstrak dan secara tidak
langsung dapat pula diobesrvasi/diukur.

KLASIFIKASI VARIBEL

Variabel diklasifikasikan menjadi berbagai jenis untuk menjelaskan


penggunaannya dalam penelitian. Beberapa variabel dimanipulasi, yang lainnya
sebagai kontrol. Beberapa variabel diidentifikasi tetapi tidak diukur dan yang lainya
diukur dengan pengukuran. Klasifikasi prinsipil dari variabel meliputi jenis variabel
independen dan variabel dependen. Jenis variabel lain meliputi variabel
perantara/intermediate, variabel pendahulu, variabel prakondisi.

a. Klasifikasi Prinsipil

1) Variabel Independen

Variabel independen adalah yang variasi nilainya dapat mempengaruhi


variabel lain. Suatu stimulus aktivitas yang dimanipulasi oleh peneliti untuk
menciptakan suatu dampak pada variabel lain atau variabel dependen.
Variabel independen biasanya dimanipulasi, diamati dan diukur untuk
mengetahui hubungannya atau pengaruhnya dengan atau pada variabel lain.
Dalam ilmu keperawatan, variabel independen biasanya merupakan stimulus
atau intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien untuk
mempengaruhi tingkah laku.

Nama lain dari variabel independen adalah variabel bebas, variabel pengaruh,
variabel kausa, variabel penyebab, variabel agressor, atau variabel perlakuan.

Bahan Ajar Penelitian Keperawalan; Oleh: Syahrum, S.Pd., 11/1.Kes 64


2) Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang variasi nilainya dipengaruhi atau


tergantung oleh satu atau lebih variabel bebas. Variabel dependen adalah
merupakan variabel respon atau variabel output. Sebagai variabel respon
berarti variabel ini akan muncul sebagai akibat dari manipulasi suatu
variabel-variabel independen. Dalam ilmu perilaku, variabel independen
adalah aspek tingkah laku yang diamati dan sutau organisme yang dikenai
stimulus. Dengan kata lain, variabel dependen adalah faktor yang diamati dan
diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruhi dari variabel
independen.

Nama lain dari variabel dependen adalah variabel efek, variabel terpengaruh,

variabel regresi, atau variabel outcome.

b. Jenis/Klasifikasi Variabel lain

1) Variabel Perantara/Intermediate

Variabel perantara adalah variabel yang menjembatani variabel independen


dengan variabel dependen. Variabel perntara adalah faktor yang diukur,
dimanipulasi atau dipilih peneliti untuk mengungkapkan apakah faktor
tersebut mengubah hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen. Nama lainnya adalah variabel moderator

2) Variabel Pendahulu

Variabel pendahulu adalah variabel yang berpengaruh terhadap variabel


independen.

3) Variabel Prakondisi

Variabel prakondisi adalah variabel yang berpengaruh terhadap variabel


bebas dan variabel terikat. Disebut juga variabel perancu, jenis variabel yang
berhubungan dengan (assosiasi) dengan variabel independen dan

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 65


berhubungan dengan variabel dependen, tetapi bukan merupakan variabel
perantara. Misalnya hubungan kebiasaan minum kopi dengan penyakit
jantung kroner, dalam hal ini kebiasaan merokok dapat pula merupakan
variabel perancu karena is berhubungan dengan kebiasaan minum kopi dan
berhubungan pula dengan penyakit jantung kroner.

4) Variabel Kontrol

Tidak semua variabel dalam penelitian dapat dipelajari sekaligus dalam


waktu yang bersamaan. Beberapa diantara variabel tersebut harus dinetralkan
pengaruhnya untuk menjamin agar variabel tersebut tidak mengganggu
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Jadi
variabale kontrol adalah faktor-faktor yang harus dikontrol atau dinetralkan
pengaruhnya oleh peneliti. Misalnya pada penelitian tentang pengaruh senam
nifas ibu pasca bersalin terhadap involusi uteri, maka faktor usia dan paritas
bisa dinaggap sebagai variabel kontrol. Pengontrolan dapat dilakukan dengan
membatasi sampel pada ibu-ibu pasca bersalin dengan paritas satu dan usia
20 sampai 30 tahun.

SKALA UKUR VARIABEL

Terdapat empat macam skala pengukuran (scaling) variabel tersebut, yaitu


nominal, ordinal, interval dan rasio.

a. Skala Nominal

Disebut variabel berskala nominal apabila pengukuran terhadap variabel


tersebut hanya dapat membedakan satu pengamatan dengan pengamatan lain
(nomen=ada namanya). Contohnya adalah variabel jenis kelamin, yang membedakan satu
orang dengan orang lainnya karena ada yang laki-laki dan ada yang perempuan; jadi nilai
(value) variabelnya adalah laki-laki dan perempuan. Contoh lainnya adalah

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 66


variabel diagnosis penyakit, yang membedakan satu pasien dengan pasien lainnya
karena diagnosis penyakitnya, misalnya ada tifoid, diare, dan sebagainya.

b. Skala Ordinal

Disebut variabel berskala ordinal apabila pengukuran terhadap variabel


tersebut dapat membedakan satu pengamatan dengan pengamatan lainnya (order =
urutan). Jadi variabel kelas perawatan misalnya, dapat memperlihatkan nilai satu
pasien dirawat di ruang kelas satu, yang praktis lebih tinggi biaya perawatannya dari
kelas dua, dan kelas tiga. Variabel status gizi pasien akan membedakan dan
mengurutkan pasien berdasarkan nilai status gizi baik, sedang dan buruk.

c. Skala Interval

Disebut variabel berskala interval apabila pengukuran terhadap variabel


tersebut dapat membedakan, mengurutkan, serta melihat besar beda antara setiap
nilai interval. Contohnya adalah variabel suhu badan yang dicatat dalam derajat
celcius, akan memperlihatkan, pasien A bersuhu 36,0 derajat Celcius, dan pasien B
bersuhu 38,5 derajat Celcius. Jelas bahwa antara pasien A dan B terdapat beda suhu, dan
suhu badan pasien B lebih tinggi dari pasien A (dapat diurutkan). Lebih dapat pula di
lihat besar beda suhu antara pasien A dan B sekitar 2,5 derajat celcius.

Namun patut diingat bahwa pada Skala variabel interval ini tidak dapat
dikatakan kelipatannya secara mutlak; jadi subyek bersuhu 30 derajat Celcius tidak dua
kali lebih panas dari pada subyek bersuhu 25 derajat Celcius. Hal ini karena

tidak adanya nilai nol mutlak. Seperti diketahui bahwa nol derajat Celcius adalah 32

Farenheit, jadi suhu tersebut ada.

d. Skala Rasio

Disebut variabel berskala rasio apabila pengukuran terhadap variabel tersebut


dapat membedakan, mengurutkan, memperlihatkan besar beda, serta dapat juga
memperlihatkan kelipatannya. Jadi di sini terdapat nilai variabel 0 (nol) yang mutlak,

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 67


artinya bila pengamatan bernilai 0, memang tidak ada. Contohnya variabel tinggi
badan, bila tercatat 0, maka memeng tidak ada badannya. Contoh lain variabel
jumlah anak, bila diperoleh nilai 0 (nol) berarti memang tidak ada anaknya. Dapat pula
di katakan bila seorang pasien berat badannya 100 kg, ia dua kali lebih berat dari pada
pasien yang berat badannya 50 kg. Biaya pemeriksaan laboratorium seorang pasien
yang Rp 100.000,00 adalah dua kali lebih mahal dari pada yang biayanya Rp
50.000,00 .
Untuk lebih jelasnya skala ukur vareiabel dapat divisualisasikan pada tabel
dibawah ini:

Skala variabel/ Hasil Contoh


Skala Ukur
Nominal Beda Jenis kelamin
Ordinal Beda, Urut Status gizi
Interval Beda, Urut, Besar-beda Suhu badan

Rasio Beda, Urut, Besar-beda, dan Kelipatan Berat badan

Dari penjelasan di atas dapat terlihat bahwa skala nominal adalah skala yang
paling rendah derajatnya dalam melihat hasil karena hanya dapat membedakan,
sedangkan skala rasio adalah yang paling tinggi karena dapat membedakan,
mengurutkan, melihat besar beda serta kelipatannya. Apakah suatu variabel yang
berskala lebih tinggi dapat direndahkan ? Ya tentu saja, mengingat perlakuan
terhadap hasil variabel tersebut dapat di abaikan satu-persatu. Artinya bila ada
variabel berskala rasio, ia dapat di perlakukan sebagai interval, atau sebagai ordinal, atau
bahkan sebagai nominal, karena adanya beda hasil. Namun variabel berskala nominal
tidak dapat diperlakukan sebagai berskala yang lebih tinggi, karena terbatas hasil yaitu
hanya dapat dibedakan.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 68


artinya bila pengamatan bemilai 0, memang tidak ada. Contohnya variabel tinggi

badan, bila tercatat 0, maka memeng tidak ada badannya. Contoh lain variabel
r.
jumlah anak, bila diperoleh nilai 0 (nol) berarti memang tidak ada anaknya. Dapat
pula di katakan bila seorang pasien berat badannya 100 kg, ia dua kali lebih berat
dari pada pasien yang berat badannya 50 kg. Biaya pemeriksaan laboratorium
seorang pasien yang Rp 100.000,00 adalah dua kali lebih mahal dari pada yang
biayanya Rp 50.000,00 .
Untuk lebih jelasnya skala ukur vareiabel dapat divisualisasikan pada tabel
dibawah ini:

Skala Variabel/ Hasil Contoh


Skala Ukur
Nominal Beda Jenis kelamin
Ordinal Beda, Urut Status gizi

Interval Beda, Urut, Besar-beda • Suhu badan


Rasio Beda, Urut, Besar-beda, dan Kelipatan Berat badan

Dari penjelasan di atas dapat terlihat bahwa skala nominal adalah skala yang
paling rendah derajatnya dalam melihat hasil karena hanya dapat membedakan,
sedangkan skala rasio adalah yang paling tinggi karena dapat membedakan,
mengurutkan, melihat besar beda serta kelipatannya. Apakah suatu variabel yang
berskala lebih tinggi dapat direndahkan ? Ya tentu saja, mengingat perlakuan
terhadap hasil variabel tersebut dapat di abaikan satu-persatu. Artinya bila ada
variabel berskala rasio, ia dapat di perlakukan sebagai interval, atau sebagai ordinal, atau
bahkan sebagai nominal, karena adanya beda hasil. Namun variabel berskala nominal
tidak dapat diperlakukan sebagai berskala yang lebih tinggi, karena terbatas hasil yaitu
hanya dapat dibedakan.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 68


Contoh :

Variabel Berat badan dalam kilogram Kelompok berat badan


Data 1 Data 2
Pengamatan
1 25 1
2 48 2

3 32 3

Skala Rasio Skala Ordinal

Contoh variabel berat badan, yang di ukur dalam kilogram, termasuk berskala
rasio. Variabel berat badan ini dapat diperlakukan sebagai skala interval, dengan
menghilangkan kemampuan melihat kelipatan. Bila kemudian datanya
dikelompokkan, menjadi kelompok-kelompok (kategori) misalnya: Kelompok 1=
kurang dari 30 kilogram, kelompok 2= antara 30 sampai kurang dari 40 kilogram,
kelompok 3= antara 40 sampai 50 kilogram, kelompok 4= antara 50 sampai kurang dari
60 kilogram, kelompok 5= 60 kilogram atau lebih. Data yang dicatat bukan lagi sebagai
angka kilogram, melainkan sebagai angka kelompok (1 sampai 5). Perlakuan terhadap
data yang bernilai 1 sampai 5 ini bukan lagi sebagai variabel berskala rasio, melainkan
ordinal, karena terlihat urutannya, kelompok 5 lebih berat dari pada kelompok 4.
Atau bahkan bila ingin dianggap berskala nominal, maka pembuatan kelompok 1
sampai 5 tersebut hanya dapat membedakan saja satu pengamatan dengan
pengamatan lainnya.

Peralihan skala variabel untuk variabel yang sama seperti di atas kerap
dilakukan, biasanya untuk memfasilitasi laporan, atau untuk menyederhanakan
analisis. Bagaimana cara pengelompokannya harus sesuai dengan tujuan analisis.
Misalnya pengelompokan variabel umur ibu, dapat dibuat 10 tahunan; atau karena
tujuan analisis dikaitkan dengan fertilitas maka dapat di bagi menjadi kelompok
umur di bawah 20 tahun, kelompok umur 20 sampai kurang dari 30 tahun, kelompok
umur 30 sampai 35 tahun, dan kelompok umur di atas 35 tahun.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd, M.Kes 69


Dan empat macam skala variabel, maka skala nominal dan ordinal dapat di
golongkan sebagai variabel yang kualitatif, atau kategorik. Hal ini karena nilai
variabelnya adalah kelompok atau kategori. Contohnya variabel berat badan.
Sedangkan skala interval dan rasio digolongkan sebagai kuantitatif, atau numerik. Hal
ini karena nilai variabelnya berbentuk angka. Contohnya variabel berat badan dalam
kilogram.

Pemahaman terhadap skala variabel yang di amati ini sangat penting karena hal
ini akan menuntun kepada berbagai prosedur statistik. Misalnya ketika akan
menarik kesimpulan numerik, atau akan menyajikan ke dalam grafik,maka pemilihan
tekniknya tergantung dari apa skala variabel tersebut.

Terdapat pembagian lain yaitu variabel diskrit dan variabel kontinu.


Variabel diskrit adalah variabel hasil perhitungan, jadi nilainya berbentuk bilangan
bulat (interger). Sedangkan variabel kontinu adalah variabel hasil pengukuran, jadi
nilainya bisa berbentuk bilangan pecahan. Perlu diperhatikan bahwa dimensi diskrit dan
kontinus ini tidak setara dengan dimensi kategorik dan numerik. Contohnya
variabel jumlah anak, ia berskala rasio, jadi termasuk variabel numerik;namun
karena hasil perhitungan maka ia termasuk variabel diskrit. Pembedaan variabel
diskrit dan kontinu ini penting dalam kaitannya dengan pengertian sebaran peluano,
serta beberapa teknik statik khusus.

Di dalam proses pengolahan data, dapat ditetapkan berbagai tujuan,


diantaranya adalah mencari hal sebab akibat. Misalnya mengapa lama hari rawat
pasien lebih panjang dari yang lazimnya, atau apa sebabnya pasien menyatakan tidak puas
terhadap pelayanan di unit, rawat jalan. Dengan dikenali penyebab, maka dapat
dilakukan upaya perbaikan sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya
setelah diidentifikasi bahwa faktor perawat yang merawat berpengaruh terhadap lama
hari rawat pasien, dapat dilakukan upaya untuk meningkatkan kapabilitas perawat
dengan memberi kesempatan pendidikan atau pelatihan.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 70


DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

Variabel yang telah ditetapkan perlu didefinisikan secara operasional, sebab


setiap istilah (variabel) dapat diartikan secara berbeda-beda oleh orang yang
berlainan. Penelitian adalah proses komunikasi dan komunikasi memerlukan akurasi
bahasa agar tidak menimbulkan perbedaan pengertian antar orang dan agar orang lain
dapat mengulangi penelitian tersebut. Jadi definsi operasioanl dirumuskan untuk
kepentingan akurasi, komunikasi dan replikasi.

Terdapat berbagai cara untuk mendefinisikan varaibel. Adakalanya definisi itu


berdasarkan pada rumusan resmi atau berdasarkan konseptual, hanya sekedar
sinonim kata yang ditemukan dalam kamus, dan dapat dilihat dalam buku teks, dan

lain-lain.

Definsi operasional adalah definsi yang berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati atau

diukur itulah yang merupakan definsi operasional. Dapat diamati atau diukur artinya

memungkinkan peneliti untuk melakukan pengamatan atau pengukuran secara

cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh

orang lain.

Komponen yang penting claim membuat definisi operasional adalah definisi

variabel secara operasional, menetapkan cara ukur (bagaimana, siapa,

prosedur/urutan pengukuran, penentuan alat ukur (jenis, standarisasi alat),


penenentuan hasil ukur, dan skala ukur (Nominal, Ordinal, Interveal, atau Rasio).

Untuk lebih mudah dipahami definsi operasinal variabel dapat disajikan dalam

bentuk matriks. Contoh definisi operasional sebagai berikut :

Variabel Definisi Cara Ukur Alat ukur Skala ukur Hasil Ukur

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd, M.Kes 71


HIPOTESIS

a. Pengertian

Hipotesis berasal dari kata Hypo yang berarti dibawah, dan Thesis yang
berarti dalil. Jadi suatu dalil atau kaidah yang kebenarannya belum diketahui.
Hipotesis adalah penjelasan sementara yang diajukan tentang hubungan antara dua atau
lebih fenome terukur/variabel untuk pembuktian secara empirik.

Menurut LaBiondo-Wood dan Haber (1994) hipotesis adalah suatu asumsi


pernyataan tentang hubungan antara dua atau lebih variabel yang diharapkan dapat
menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian. Setiap hipotesis terdiri dari satu unit
atau bagian dari permasalahan. Misalnya

Pertunvuun Penclitiun

-Apakah ada hubungan antara promosi perilaku sehat, status kesehatan dan
kebahagian hidup pada lansia-

Perlanvuun atuu masvlah leesebut dapat dipi.vah menjucli :

1. Apakah ada hubungan antara status kesehatan dan kebahgaian hidup pada
lansia?

2. Apakah ada hubungan antara perilaku sehat dan kebahagian hidup pada
lansia

Hipotesis dapat diperoleh Mari masing-masing unit permasalahan:

1. Ada hubungan antara status kesehatan dan kebahagian hidup pada lansia

2. Ada hubungan antara perilaku sehat dan kebahagian hidup pada lansia.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 72


c. Kegunaan Hipotesis

Hipotesis disusun sebelum penelitian dilaksanakan, karena hipotesis akan


memberikan petunjuk atau tuntunan arah penelitian yang berdasarkan pada hubungan dua
fenomemaivariabel atau lebih dari dua fenomena. Dari rumusan hipotesis dapat
diidentifikasi variabel yang dipakai dalam penelitian, misalnya hubungan status gizi dan
berat badan. Dari pernyataan ini dapat diketahui variabel status gizi sebagai variabel
independen dan variabel berat badan sebagai variabel dependen. Dari pernyataan
hipotesis dapat ditentukan desain penelitian dan petunjuk pengumpulan data, analisis
dan interpretasi data.

Lebih lanjut, Hipotesis alternatif akan dapat menentukan arah uji statistik
apakah satu arah (one tail) atau dua arah (two tail). One tail (satu sisi): Bila hipotesis
alternatifnya menyatakan adanya perbedaan dan adanya pernyataan yang
mengatakan hal yang satu lebih tinggi/rendah dari hal yang lain. Misalnya, berat
badan bayi dari ibu hamil yang merokok lebih kecil dibandingkan berat badan bayi dari
ibu hamil yang tidak merokok. Two tail (dua sisi) merupakan hipotesis alternatif yang
hanya menyatakan perbedaan tanpa melihat apakah hal yang satu lebih
tinggi/rendah dari hal yang lain. Misalnya, berat badan bayi dari ibu hamil yang
merokok berbeda dibandingkan berat badan bayi dari ibu yang tidak merokok, ada
perbedaan berat badan bayi antara mereka yang dilahirkan dari ibu yang merokok
dibandingkan dari mereka yang tidak merokok.

Uji hipotesis artinya menyimpulkan suatu ilmu melalui suatu uji dan
pernyataan secara ilmiah atau hubungan yang telah dilaksanakan penelitian
sebelumnya. Untuk mengetahui signifikansi (p value) dari suatu hasil uji statistik (uji
hipotesis), maka peneliti bisa menentukan tingkat kebermaknaan; (p) 0,05 (dimana 1
kemungkinan untuk 20); 0,01 (1 untuk kemungkinan untuk100); dan 0,001 (1
kemungkinan untuk 1000). Adapun yang sering digunakan adalah tingkat
signifikansi 0,05. Dengan menentukan signifikasi ini maka peneliti dapat
menentukan apakah Ho akan diterima atau ditolak (jika p<0,05).

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 73


d. Ciri-ciri Pokok Suatu Hipotesis

1) Kalimat deklaratif, dinayatakn secara sederhana dan mudah dipahami


(simplicity)

2) Korelasi atau hubungan anatara dua variabel atau lebih, sehingga


hipotesais akan mernbentuk suatu sistim (compatibility)

3) Merupakan jawaban sementara (predictive)

4) Berkaitan dengan teori-teori yang ada (Relevance)

5) Dapat dibuktikan secara empiris (testability)

e. Tujuan Hipotesis

1) Sebagai jembatan antara teori dan kenyataan

2) Sebagai pengembangan ilmu, selama hipot.esis dapat menuhasilkan


penemuan
3) Sebagai dalam pengidentifikasian dan interpretasi hasil penelitian.

f. Sumber Hipotesis

Sebagaimana halnya dengan sumber topik/masalah penelitian, hipotesis dapat


bersumber dari :

1) Pengalaman praktek

2) Teori

3) Tinjauan Literatur/Pustaka.

g. Jenis Hipotesis
Hipotesis berarti pernyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya.
Berdasarkan pada pengujian hipotesis dijumpai dua jenis hipotesis, yaitu hipotesis null
(Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) .

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., MKes 74


Hipotesis Null adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan sesuatu
kejadian antara kedua kelompok. Atau hipotesis yang menyatakan tidak ada
hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Contoh :
1. Tidak ada perbedaan berat badan bayi anatar mereka yang dilahirkan dari
ibunyang merokok dengan mereka yang dilahirkan dari ibu yang tidak
merokok.

2. Tidak ada hubungan merokok dengan berat badan bayi

Hipotesis alternatif adalah hipotesis yang menyatakan ada perbedaan


keiadian antara kedua kelompok. Atau hipotesis yang menyatakan ada hubungan
variabel satu dengan variabel yang lain. Contoh :

"Ada perbedaan berat badan bayi antara mereka yang dilahirkan dari ibu yang

merokok dengan mereka yang dilahirkan dari ibu yang tidak merokok.

2.Ada hubungan merokok dengan berat badan bayi.

Perbedaan jenis hubungan dan jumlah variabel diidentifikasi dalarn hipotesis.

Penelitian yang diusulkan peneliti mungkin mempunyai satu, tiga, atau lebih
hipotesis, tergantung pada kompleknya suatu penelitian. Jenis penelitian disusun
berdasarkan tujuan penelitian, dan lebih lanjut jenis hipotesis yang dibagi
berdasarkan pengujian hipotesis dapat pula dirinci kedalam jenis lain berikut contoh:

1) Jenis Hipotesis Sebab versus Akibat:

- Semakin besar nilai A semakin besar nilai B

- Tidak ada hubungan antara pertubahan nilai P dengan nilai Q

- Ada hubungan antara X dan Y

- Nilai X meningkat dan nilai Y menurun

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 75


2) Jenis Hipotesis Sederhana versus Komplek

Hipotesis sederhana menyatakan hubungan hubungan antara dua variabel.


Misalnya ada hubungan X dan Y. Hipotesis komplek memprediksi
hubungan antar tiga atau lebih variabel. Hipotesis komplek akan
mengidentifikasi hubungan antar variabel x, y dan z.

- Nilai M dipengrauhi oleh nilai N lebih besar pada saat nilai 0 tinggi
dibandingkan bila nilai 0 rendah.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 76


METODE
7 PENELITIAN

Metode penelitian adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan peneliti untuk


dapat menjawab pertanyaan penelitian atau pengujian hipotesis yang telah ditetapkan
sebelumnya. Rengkaian kegiatan yang akan dilakukan tergantung pada jenis atau
rancangan penelitian yang harus dipilih terlebih dahulu.

1. JENIS PENELITIA

Klasifikasi jenis penelitian dapat ditetapkan berdasarkan tuj uan, metoda,


kelengkapan, keseinambungan, tempat dan aktivitas.

a. Berdasarkan Tujuan

1) Penelitian Dasar

Penelitian dilakukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan


teknologi, biasanya menggunakan metode eksperimen. Hasil penelitian
sering kali merupakan konsep atau pengetahuan baru.

2) Penelitian Terapan

Penelitian dilaksanakan berdasarkan adanya masalah yang tidak dapat


diselesaikan secara sederhana, harus dengan cara lain yang lebih baik.
Hasil penelitian terapan digunakan untuk memecahkan masalah yang
sedang dihadapi.

b. Berdasarkan Metoda

1) Penelitian Historis

Adalah penelitian untuk memahami masalah berdasarkan apa yang terjadi

pada masa lalu.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh ; Syahrum,S.Pd.,M.Kes 77


2) Penelitian Deskriptif

Penelitian yang dilaksanakan berdasarkan masalah yang terjadi pada


masa sekarang yang bertujuan menggambarkan secara tepat suatu kedaan,
bagaimana penyebaran dan frekuensinya sehingga pemahaman menjadi
lebih mendalam, hasilnya digunakan untuk pemecahan masalah yang
terjadi, untuk perbaikan atau peningkatan kualitas.

3) Penelitian Eksperimen

Penelitian dilaksakan dengan melakukan percobaan-percobaan untuk


menemukan sesuatu yang baru, yang hasilnya dimanfaatkan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan. Ilmu yang telah berkembang
selanjutnya digunakan untuk dasar praktek agar kualitas praktek menjadi
lebih baik.

c. Berdasarkan Kelengkapan

1) Penelitian Penemuan Fakta

Penelitian bertujuan untuk menemukan fakta saja, bukan untuk


pemecahan masalah. Misalnya, penelitian untuk mengetahui "Bagaimana
penerapan proses keperawatan diterapkan pada pasien dengan stroke".
Bagaimana pengkajian dilakukan, diagnosa keperwatan dirumuskan,
rencana keperawatan disusun, tindakan keperawatan dilakukan,
bagaimana evaluasi keperawatan dan bagaimana keperawav3!1
didokumentasikan. Ternuan penelitian tidak digunakan untuk pemecahan
masalah maupun untuk generalisasi.

2) Penelitian Penafsiran Kritis

Bersifat pemecahan masalah dalam rangka mencari kejelasan. Misalnya,


dalam buku-buku yang terdapat infonnasi dan definisi yang berbeda.
Penafsiran kritis berupaya mencari kejelasan informasi dan definisi dalam
buku-buku tersebut.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh ; Syahrum,S.Pd., M.Kes 78


3) Penelitian Lengkap

Mencakup aktivitas "Penemuan Fakta" dan penafsiran kritis degan ciri-


ciri : ada masalah yang diteliti, ada kejadian yang dapat dibuktikan, ada
analisa dan klasifikasi yang cermat dari kejadian, ada ratio, logika dari
kejadian, ada jalan pemecahan tertentu untuk jawaban terhadap masalah.

d. Berdasarkan Kesinambungan

1) Penelitian Longitudinal

Penelitian yang dilakukan terus menerus dalam jangka waktu yang


panjang, pada masalah sama atau tetap. Misalnya, meneliti perilaku
mahasiswa Program Studi Keperawatam. Penelitian dilakukan terus
menerus dari mulai mahasiswa masuk sampai selesai (setelah ujian), jadi
selama tiga tahun penelitian dilaksanakan pada orang atau kelompok
yang, sama.

2) Cross Sectional Study

Penelitian terhadap beberapa strata yang dilakukan sekaligus dalam satu


kurun waktu.

e. Berdasarkan Tempat

1) Penelitian Lapangan

Penelitian yang dilakukan dimana terjadi interaksi sosial dengan orang


banyak di dalam masyarakat.

2) Penelitian Laboratorium

Penelitian yang dilakukan terhadap kondisi dan situasi yang sengaja


dubuat. Misalnya, melakukan eksperimen dilaboratoriurn.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh ; Syahrum,S.Pd.,NIKes 79


f. Berdasarkan Aktivitas.

1) Penelitian Eksploratif

Penelitian untuk menyelidiki keberadaan fakta, memperdalam


pendalaman mengenai sutau gejala atau mendapatkan ide-ide baru
mengenai gejala tersebut. pemahaman yang diperoleh akan digunakan
untuk merumuskan masalah yang lebih rinci atau dikembangkan lebih
lanjut mengenai suatu hipotesa.

2) Penelitian Developmental

Penelitian lengkap untuk pemecahan masalah yang komplek. Ada


beberapa variabel independen dan dependen serta mempelajari
bagaimana hubungan antara varaibeltersebut digunakan untuk menguji
hipotesa.

Berdasarkan data yang dicari, jenis atau metode penelitian dapat dibagi menjadi
dua bagian besar yaitu penelitian kuntitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian

kuntitatif bersifat objektif, data yang dicari bersifat numerik atau kuantitatif Yang
termasuk kedalan jenis penelitian kuantitatif adalah deskriptif, korelasi, kuasi
eksperimen dan eksperimen. Penelitian kualitatif bersifat subjektif, dan data yang dicari
bersifat kualitatif tentang pengalarnan dan perasaan atau emosi.

RANCANGAN PENELITIAN

Rancangan penelitian adalah suatu rencana, struktur strategi untuk menjawab


permasalahan. Pertanyaan penelitian dengan menggunakan kata -apa membutuhkan
rancangan deskriptif, pertanyaan "mengapa- selalu eksperimen. Karena itu pilihan
rancangan penelitian ditentukan setelah membuat pertanyaan penelitian.

Lebih lanjut rancangan baik penelitian deskriptif maupun rancangan penelitian


eksperimen dapat dibedakan menjadi 4 yaitu : a) Deskriptif, b) Korelasi, c) Quasi-
Experimen, dan d) Experimen.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh ; Syahrum,S.Pd., M.Kes 80


a. Rancangan Penelitian Deskriptif

Rancangan deskriptif menghasilkan suatu deskripsi data, apakah dalam bentuk


kata-kata; gambar; grafik; tabel dan apakah analisis data memperlihatkan hubungan
statistik atau hanya deskriptif.

Rancangan penelitian deskriptif adalah strategi yang digunakan untuk


mendapatkan informasi yang lebih jelas tentang karakteristik ataupun lebih menjelaskan
tentang fakta dari pada penyimpulan. Fenomena disajikan apa adanya tanpa manipulasi dan
peneliti tidak mencoba menganalisis bagimana fenomena itu terjadi, oleh karena itu
penelitian ini tidak perlu adanya hipotesis.

Hasil penelitian deskriptif sering digunakan, atau dilanjutkan dengan


melakukan penelitian analitik (deskriptif analitik). Hubungan antar variabel
diidentifikasi untuk menggambarkan secara keseluruhan suatu peristiwa yang sedang
diteliti. Bila tidak ingin rnemzetahui hubungan antar variabel, maka variabelnya didebut saja
"Variabel penelitian" . Artinya tidak membedakan mana variabel independen dan variabel

dependen.

Pendekatan yang dapat digunakan dalam rancangan penelitian deskriptif adalah


cross sectional study, longitudinal study, case study, dan survey

b. Rancangan Penelitian Korelasi

Rancangan penelitian korelasi merupakan strategi untuk mempelajari


hubungan antara variabel. Sifat hubungan yang dipelajari dapat bervariasi, dan hanya
menjelaskan hubungan, memperkirakan/menduga hubungan atau melakukan pengujian
terhadap hubungan yang disebutkan dalam preposisi suatu teori.

Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam rancangan korelasi adalah sampel
penelitian yang hams cukup banyak dan merata sehingga akan meliputi semua
kemungkinan sifat variabel secara relatif merata.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh ; Syahrum,S.Pd., M.Kes 81


Rancangan penelitian mempelajari satu kelompok responden dan mengamati
keterkaitan dua atau lebih variabel yang ada dan pada dasarnya mempunyai hubungan satu
sama lain. Keterkaitan atau hubungan satu variabel dengan lainnya terjadi dengan
sendirinya dan bukan kesengajaan peneliti.

Penelitian korelasi biasanya dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti dapat


dilakukan secara serentak dari suatu kelompok subjek. Hubungan antar variabel
ditunjukan dengan koefisien korelasi yang bergerak dari —1 sampai dengan +1. Korelasi —1
berarrti korelasi negatif sempeurna, sedangkan korelasi +1 berarti positif sempurna.
Variabel dikatakan adanya korelasi positif apabila vraiasi suatu variabel dikuti sejajar oleh
variabel yang lain. Bila variasi suatu variabel diikuti terbalik oleh variasi vareiabel lainnva,
maka kedua variabel tersebut berkorelasi negatif.

Sifat variabel dalam rancangan penelitian ini harus bersifat kontinu atau ada nilai
tinggi/rendah, baik ordinal maupun interval.

c. Rancangan Penelitian "Quasi-Experimen" atau Kausal Komparatif

Tujuan utama rancangan penelitian eksperimen maupun quasi eksperimen


adalah melihat hubungan sebab akibat atau pengaruhldampak suatu variabel terhadap
variabel lainnya.

Syarat mutlak yang harus dipenuhi adalah kebenaran dan kemurnian pengaruh
yang diakibatkan oleh variabel independen terhadap variabel dependen atau yang
disebut dengan validitas hubungan. Oleh karena itu untuk menjamin kemurnian
pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel independen terhadap variabel dependen perlu
dilakukan tindakan dan upaya pengendalian. Dengan cara ini validitas hubungan atau
penbgaruh dapat dipertahankan.

Upaya pengendalian dilakukan dengan cara seleksi responden, manipulasi atau


perlakuan dilakukan secara seksama serta pengukuran terhadap variabel dependen
dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel. Pengendalian tidak dilakukan
sepenuhnya. Misalnya pemilihan sampel dilakukan secara acak dan manipulasi

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh ; Syahrum,S.Pd., M.Kes 82


(perlakuan) dilakukan dengan ketat tetapi tidak ada kelompok kontrol. Misalnya
rancangan penelitian ini adalah Kohort, baik secara retrospektif atau prospektif.

Dalam rancangan penelitian kohort dapat dihitung resiko relatif. Resiko relatif
adalah perbandingan antara insidens efek pada kelompok dengan resiko dengan insidens efek
pada kelompok tanpa resiko. Dalam melakukan interpretasi terhadap resiko relatif tersebut
harus diperhatikan intervela kepercayaannya. Secara umum dapat dikatakan bahwa resiko
relatif yang besar menunjukan assosiasi yang kuat.

Penelitian quasi eksperimen bersifat ex-post facto, artinya data dikumpulkan


setelah semua kejadian yang dipersoalkan telah selesai. Oleh karena itu. Rancangan sangat
tepat dipakai dalam berbagai kedaan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat,
yaitu bila eksperimen tidak bisa digunakan. Dalam kondisi tertentu adakalanya peneliti
tidak mungkin melakukan pemelihan, pengontrolan, dan pemanipulasian
variabel-variabel untuk mengungkapkan hubungan sebab atcibat. peneliti hanya mampu
mendeteksi hubungan sebab akibat setelah semuanya terjadi. Kelemahan rancangan
penelitian ini adalah tidak adanya kontrol terhadap variabel independen sehingga
hubungan sebab akibat yang ditemukan seringkali masih membawa penafsiran yang
bermacam-macam.

d. Rancangan Penelitian Experimen

Rancangan penelitian eksperimen adalah salah satu rancangan penelitian yang


dipergunakan untuk mencari hubungan sebab akibat dengan adanya keterlibatan peneliti
dalam melakukan manipulasi terhadap variabel independen. Rancangan penelitian
eksperimen merupakan rancangan penelitian yang menyediakan pengujian hipotesis
yang paling tertata dan cennat, dimana pada penelitian kohort atau kasus kontrol hanya
sampai pada tingkat dugaan kuat dengan landasan teori atau telaaah logis yang
dilakukan peneliti. Akan tetapi tetapi penelitian ini pada umumnya mahal dan
pelaksanaanya rumit, sehingga penggunaannya terbatas.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh ; Syahrum,S.Pd., M.Kes 83


Dilihat darti kemampuannya dalam melakukan kontrol terhadap variabel-

variabel penelitian, rancangan penelitian eksperimen dapat dibedakan menjadi 3 yaitu 1)


Pra-Post Eksperimen, 2) Eksperimen Semu, dan 3) Eksperimen sunguhan. Sedangkan
yang termasuk kedalam rancangan penelitian eksperimental sungguhan adalah
pascatest dengan kelompok eksperimen dan kontrol yang diacak; pratest dan pascatest
dengan kelompok eksperimen dan kontrol yang diacak; dan gabungan keduanya
(rancangan SOLOMON)

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh ; Syahrum,S.Pd., M.Kes 84


POPULASI
8 DAN SAMPEL

Di dalam suatu penelitian sering kali dilakukan pengambilan sampel, hal ini
bukan hanya disebabkan biaya penelitian yang besar tetapi juga karena menelitian
populasi, mungkin akan memakan waktu penelitian yang panjang dan kemungkinan
menimbulkan kesalahan yang besar dalam pengukuran (bias).

PENGERTIAN POPULASI DAN SAMPEL

a. Poputasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau keseluruhan dart unit analisis
yang karakteristiknva akan diduga. Anggota (unit) populasi disebut elemen populasi.

Contoh

• Individu , misal penderita penyakit TBC


• Hasil produksi sawah
• Polutan di suatu industri

Apabila peneliti ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian,
maka penelitiannya merupakan pepenelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga
disebut studi populasi atau studi sensus.

Di dalam suatu penelitian mungkin hanya terdapat satu macam unit analisisnva
atau lebih dart satu macam. Populasi dapat dibagi lagi populasi sampling, populasi

sasaran/target.

b. Sampel

Jika peneliti hanya akan meneliti sebagian dart populasi, maka penelitian tersebut
disebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil dart populasi yang mana
ciri-cirinya diselidiki atau diukur. Dinamakan penelitian sampel apabila peneliti

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 85


bermaksud untuk menggeneralisasi hasil penelitian sampel. Yang dimaksud dengan
menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang
berlaku bagi populasi. Unit sampel dapat sama dengan unit populasi tetapi dapat juga
tidak sama.
Contoh :

• Unit analisis atau populasi suatu penelitian adalah bayi berumur dibawah tiga
tahun

• Yang akan diteliti adalah kebiasaan makannya


• Sudah pasti nanti unit sampelnya adalah ibu yang mempunyai anak berumur di
bawah tiga tahun karena tidak mungkin pertanyaan tentang makanan bayi dapat
ditanyakan langsung kepada bayi tersebut.

ALASAN PENARIKAN SAMPEL

Ada beberapa alasan kenapa didalam suatu penelitian lebih sering ditarik sampel:
a) Adanya populasi yang sangat besar (infinite population) didalam populasi
yang sangat besar dan tidak terbatas tidak mungkin seluruh populasi
diperiksa atau di ukur karena akan memakai waktu yang lama.

b) Homogenitas, populasi yang homogen tidak perlu semua unit populasi


diperiksa karena akan memakai waktu serta tidak akan ada gunanya karena
variabel yang akan diteliti telah terwakili oleh sebagian saja dari populasi
tersebut.

c) Menghemat biaya dan waktu

d) Ketelitian/ ketepatan pengukuran, meneliti yang sedikit (sampel) tentu akan


lebih teliti jika dibandingkan dengan meneliti jumlah yang banyak (populasi)
e) Adanya penelitian yang untuk melakukan penelitian objek penelitiannya
harus dihancurkan (destruktif), misalnya darah yang sudah diambil dan orang
yang menjadi objek penelitian tidak mungkin lagi akan dipakai kembali.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd, M.Kes 86


SYARAT-SYARAT SAMPEL YANG IDEAL

R Berdasarkan alasan-alasan di atas maka dalam menarik sampel dari suatu


penelitian haruslah sampel tersebut dapat menggambarkan populasinya atau dengan kata lain
karakter yang akan kita ukur di dalam sampel sama dengan dengan karakter
populasi. Oleh karena itu Sampel yang ideal adalah

• Dapat menghasilkan gambaran yang tepat dari karakter populasi

• Dapat menentukan presisi (ketepatan) dari hasil penelitian dengan menentukan


simpangan baku dari taksiran yang diperoleh

• Sederhana, mudah dilaksanakan

• Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah


mungkin

Representatif

Sampel

Miniatur populasi

Kalau syarat-syarat di atas tidak dapat dipenuhi maka kesimpulan yam!,


digeneralisasikan untuk menjadi populasi bias (bias conclusion).

KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI SAMPEL

Disamping syarat-syarat sampel di atas, maka sampel juga harus memenuhi


kriteria inklusi dan ekslusi.

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi
target dan terjangkau yang akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus sebagai pedoman di

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 87


dalam mementukan kriteria inklusi. Misalnya peneliti akan meneliti tentang manfaat
senam hamil terhadap percepatan pembukaan pada Kala I, maka yang perlu sebagai
bahan pertimbangan dalam kriteria inklusi adalah paritas dan umur, karena kedua faktor
tersebut sangat mempengaruhi hasil dari intervensi yang dilakukan.

b. Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi


kriteria inklusi dari studi karena pelbagai sebab, antara lain:
1) Terdapat kedaan atau penyakit yang mengganggu pengukuran maupim
interpretasi hasil. Misalnya dalam studi kasus kontrol yang mencari
hubungan suatu faktor resiko dengan kejadian penyembuhan luka paska
operasi laparatomi, maka subjek dengan kelainan immunologis tidak boleh
diikutsertakan dalam kelompok kasus.

2) Terdapat kedaan yang mengganggu kemampuan pelaksanaan, seperti subjek


yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap sehingga sulit ditindaklanjuti.

3) Hambatan etis

4) Subjek menolak berpartisipasi.

KERANGKA SAMPEL (SAMPLING FRAME)

Adalah daftar dari semua unsur sampel dalam populasi, misalnya jumlah
penduduk disuatu daerah kerja puskesmas, dapat juga jumlah penduduk di suatu daerah
kerja puskesmas, dapat juga jumlah penderita AIDS di suatu daerah, daftar/buku telepon
ataupun mungkin juga peta suatu wilayah. Daftar sampel ini hams up to date. Di negara
berkembang hasil sensuspun kadang-kadang tidak dapat digunakan begitu saja, sehingga
kalau ada penelitian maka peneliti membuat sendiri kerangka sampel ini agar nanti pada saat
penelitian tidak mendapat kesulitan.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 88


PENARIKAN SAMPEL

Metode atau cara pengambilan sampel disebut dengan sampling. Sapling adalah
suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Agar
sampel dapat mewakili populasi maka sampel tersebut harus diambil secara Probalibilty
sampling dan Non-Probability sampling.

a. Probability Sampling

Di dalam penarikan secara acak maka semua unsur yang ada di populasi akan
mempunyai peluang yang sama untuk terambil sebagai sampel untuk mewakili
populasinya. Termasuk di dalam sampel acak ini adalah:

1) Acak sederhana (Simple Random Sampling = SRS)

2) Sistematis (Systematic Random Sampling)

3) Sampel Strata (Stratified Random Sampling)

4) Klaster (Cluster Sampling)

5) Bertingkat/bertahap (Multistage Sampling)

b. Non Propability Sampling

Tidak sem da unsur di dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk
tertarik sebagai sampel. Cara ini juga ada banyak tetapi yang akan dijelaskan hanya :

1) Purposive sampling

2) Incidental sampling,

3) Quota sampling

1) Acak Sederhana (Simple Random Sampling = SRS)

Cara ini dapat dilaksanakan apabila populasi tidak begitu banyak variasinya dan
secara geografis tidak terlalu menyebar disamping itu harus ada daftar populasi
(sampling frame). Caranya adalah :

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 89


a. dengan melakukan undian

b. memakai tabel bilangan random

c. memakai paket komputer (kalau sudah punya kerangka sample)

2) Sistematis (Systematic Random Sampling)

Yang diambil secara acak adalah hanya unsur pertama, selanjutnya diambil
secara sistematik sesuai langkah yang sudah ditetapkan.

Syarat penarikan sampel secara sistematis ini adalah tersedianya kerangka


sampling, populasinya mempunyai pola beraturan seperti blok-blok rumah, nomer unit
pasien, dan populasi sedikit homogen. Dari 500 orang jumlah pasien yang dirawat
disuatu rumah' sakit akan diambil 25 orang untuk dilakukan penelitian tentang kepuasan
pelayanan dirumah sakit tersebut. Cara pengambilan akan.dilakukan secara sistematis,
dimana probobilitas untuk terambil sebagai sampel adalah 25/500 = 1/20. Untuk
mengambil unsur I dilakukan secara acak sederhana dari nomer pertama sampai
duapuluh. Misalnya sudah tertarik nomer 15, untuk selanjutnya diambil setiap jarak 20 satu
sampel. Dalam hal ini akan diambil nomoer 35, 55, 75, ............... dst sampai didapatkan
25 Orang pasien.

3) Sampel Strata (Stratified Random Sampling)

Didalam kedaan sehari-hari pada umumnya populasi sexing heterogen, karena itu
agar semua sifat dapat terwakili maka populasi itu terlebih dahulu dibagi didalam
beberapa strata, misalnya pendidikan (tinggi, sedang, kurang); ekonomi (kaya, sedang,
miskin). Didalam melakukan stratifikasi dan pengambilan sampel perlu diperhatikan :
• Didalam strata unsur populasi tersebut sehomogen mungkin

• Antar strata seheterogen mungkin

• Sampel diambil proporsional menurut besarnya unit yang ada di dalam masing-
masing strata dan antar strata

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.PcL, MKes 90


• Didalam masing-masing strata unit sampel diambil secara acak

Kebaikan dari penrikan sampel secara strata ini, semua ciri yang heterogen didalam
populasi dapat terwakili, dan memungkinkan mencari hubungan antar strata atau
memperbandingkannya.

4) Klaster (Cluster Sampling)

Didalam praktek kadang-kadang kerangka sampel juga sulit didapat, selanjutnya


peneliti membuatnya pada saat sebelum turun mengumpulkan data. Hal ini mungkin
memang mudah dikerjakan tetapi tidak jarang sukar/tidak mungkin dilakukan, atau kalau
dilakukan akan membutuhkan waktu serta biaya yang cukup banyak.

Populasi dibagi didalam gugus/kelas dimana diasumsikan didalam setiap


kelas/gugus sudah terdapat semua sifat/variasi yang akan diteliti. Selanjutnya kelas yang
akan diacak dan unik sampel akan diambil dari kelas yang sudah tertarik.
• Didalam kelas seheterogen mungkin

• Antar kelas sehemogen mungkin

• Disebut juga ... area sampling

5) Sampel Bertingkat/Bertahap (Multistage Sampling)

Pengambilan sampel bertingkat kalau secara geografis populasi sangat menyebar dan

juga mjuga meliputi area yamg sangat luas. Misalnya akan meneliti puskesmas di
indonesia. Indonesia terdiri dari 27 propinsi, tahap pertama diacak dulu dari 27 propinsi itu 5
propinsi (tahap I), selanjutnya di masing-masing propinsi diacak lagi kabupaten mana
yang akan ditarik sebagai sampel (tahap II), setelah kabupaten ditarik, tahap III diacak lagi
puskesmas mana yang akan menjadi sampel dari penelitian itu.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 91


Non propability sampling

1) Purposive sampling

Sampling ditentukan oleh orang yang telah mengenal betul populasi yang akan
diteliti seorang ahli dibidang yang akan diteliti. Dengan demikian sampel tersebut
mungkin representatif untuk populasi yang sedang diteliti.

2) Insidental sampling

Sampel tidak terencana dan penggambaran hasil dari pengumpulan data tersebut
bukan didasarkan suatu metode baku. Misalnya dari suatu kejadian misalnya terjadi
suatu keadaan yang luar biasa, data yang sudah terkumpul disajikan secara deskriptif dan basil
tersebut tidak dapat digeneralisir.

3) Quota sampling

Sampel yang akan diambil ditentukan pengumpul data dan sebelumnya dia telah
menentukan jumlah yang akan diambil. Kalau jumlah tersebut sudah dicapai maka si
pengumpul data berhenti, elanjutnya basil itu dipresentasikan.

Misal : seorang wartawan ingin mengetahui apakah masyarakat menyukai dwi


fungsi ABRI, sebelum mengumpulkan data ditentukan bahwa dia akan mewawancarai
sebanya 2000 orang yang sedang lewat didepan suatu pertokoan swalayan. Setiap orang
yang lewat ditanyakan apakah orang itu setuju atau tidak dengan dwi fungsi ABRI.
Orang yang ditanya mungkin hanya menjawab setuju atau tidak setuju. Wartawan tadi
akan berhenti setelah dia mewawancarai sebanyak 2000 orang dan akan menulis basil
temuan tersebut.

BESAR SAMPEL

Berapakah besarnya sampel yang akan diambil didalam suatu penelitian, agar
dapat mewakili populasi atau sampel tersebut representatif. Pertanyan ini adalah

Bahan Ajar Penelitian Keperawaian; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 92


pertanyaan yang sulit dijawab tetapi selalu akan ditanyakan, apakah 1% dari
populasi... 5% ... atau 10%. Hal ini sangat tergantung kepada:
• Biaya yang tersedia, waktu serta tenaga yang akan melaksanakan
• Variasi yang ada di dalam variabel yang akan diamati. Apakah populasinya
homogen atau sangat heterogen makin heterogen suatu populasi makin besar
sampel dibutuhkan untuk mewakili populasi tersebut.

• Presisi, ketepatan yang dikenhedaki, makin besar sampel berkemungkinan


akan lebih tepat menggambarkan populasinya. Ini juga sampai batas tertentu,
karena makin besar sampel kemungkinan berbuat kesalahan pada saat
pengukuran juga akan menjadi besar (error meningkat)

• Rencana analisis, kalau analisis hanya manual tidak mungkin menganalisis


data yang banvak sekali, berbeda dengan kalau memakai perangkat lunak
komputer.

Polit dan Hungler (1993) menyatakan bahwa semakin besar sampel yang
diopergunakan semakin baik dan representatif hasil yang diperoleh. Dengan kata lain
semakin besar sampel, semakin mengurangi angka kesalahan. Prinsip umum yang
berlaku adalah agar dalam penelitian digunakan jumlah sampel yang sebnyak mungkin,
tetapi penggunaan sampel sebesar 10 — 20 % untuk data sejumlah 1000 ke atas kiranya
sudah dipandang cukup. Makin kecil jumlah sampel, persentasi hams sekakin besar.
Jumlah sampel minimal adalah 96.

Ketepatan jumlah sampel yang digunakan juga sangat tergantung pada 1) jenis

penelitian : eksplorasi awal, 1 sampel mungkin dianggap cukup; untuk generalisasi,


maka sampel harus representatif, 2) skala ukur variabel dependen yang dipakai : data
kategori atau proprsi, dan kontinyu atau interval, dan 3) derajat ketepatan perkiraan yang
diinginkan : semakin tinggi, maka semakin besar sampel yang akan digunakan.

Untuk menentukan secara tepat harus dilakukan memakai asumsi-asumsi tertentu


dengan perhitungan sampling error yang dapat diterima. Agar diporoleh hasil penelitian

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 93


lebih baik, diperlukan sampel yang baik pula, yakni betul-betul mencerminkan populasi.
Supaya perolehan sampel lebih akurat, diperlukan rumus-rumus penentuan besarnya
sampel, antara lain dalam hal ini akan dikemukakan satu rumus, yaitu berdasarkan pada
varibel dependen dengan data kategori yang menggunakan satu populasi.

n= Z2 i-a/2 * p * q
d2
Keterangan :
n = Jumlah sampel yang dibutuhkan

Z= Nilai Baku distribusi normal pada a tertentu p =

proporsi sesuatu; q = 1 — p
d = derajat akurasi (presisi) yang dinginkan
Catatan
Derajat kepercayaan (Z21 - a/2) antara lain: 90 °/0. = 1,64; 95 % = 1,96;

dan 99 cYo = 2,54

Contoh :

Seorang mahasiswa Program Studi Keperawatan Solok Politeknik Kesehatan


Padang ingin melakukan survey kepuasan pasien rawat inap terhadap Rumah Sakit
Umum Solok. Dari penelitian terdahulu diketahui bahwa hanya 50 % pasien yang
merasa puas terhadap layanan keperawatan di Rumah Sakit Umum Solok tersebut,

Berdasarkan Proporsi tersebut, berapakah besar sampel yang dibutuhkan jika


presisi 10 % dan derajat kepercayaan 95 %?

Diketahui :
Zj - a/2 = 1,96; p = 0,5; q = 1- 0,5; dan d2= 0,1

Jadi :

n = (1,96)2(0,5)(1 — 0,5) = 96,04 (dibulatkan menjadi 96)


0,12

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 94


TEKNIK
9 PENGUMPULAN DATA

PENGERTIAN DATA

Data adalah keterangan berbentuk angka atau huruf. Data adalah bentuk
jamak (plural), sedangkan bentuk tunggalnya adalah datum. Bila kita menyatakan
data kita sebetulnya sudah berkata dalam bentuk jamak, jadi untuk selanjutnya tidak
perlu menyatakan data-data, sudah cukup menyatakan "data" saja.

Disamping pengertian di atas, data adalah himpunan angka-angka yang


merupakan nilai dari unit sampel sebagai hasil dari pengamatan atau pengukuran
dalam penelitian.

Contoh data yang berbentuk angka adalah hasil pengukuran tekanan darah
pasien, hasil pengukuran kadar hemoglobin darah, hasil timbang berat badan, jumlah anak
yang pernah dilahirkan. Contoh data yang berbentuk huruf adalah nama pasien, alamat
tempat tinggal, penulisan gejala dan tanda yang diderita pasien.

Data disebut sesuatu yang masih mentah. Data tersebut akan diolah dan
dianalisis, serta disimpulkan. Kesimpulan yang diperoleh dapat disebut sebagai
informasi. Dengan demikian jelas bahwa pengolahan dan analisis data adalah suatu
proses guna mendapatkan informasi.

JENIS DATA

Data dapat diklasifikasikan menjadi data kuantitatif dan data kualitatif.


Data kuantitatif adalah data dalam bentuk bilangan atau numerik yang tediri dari
data diskrit dan data kontinu. Data kontinu adalah data dalam bentuk bilangan
bulat. Misalnya, jumlah anak dalam keluarga, jumlah penderita penyakit TBC Pam,
jumlah kecelakaan di jalan raya dan lain sebagainya. Data kontinu adalah data yang
dapat merupakan rangkaian data, nilainya dapat dalam bentuk pecahan/desimal.

Bohan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 95


Misalnya, tingi badan 162,5 cm, berat badan 63,8 Kg, dan lain sebagainya. Bila
ditinjau dari segi skala pengukuran, data kuantitatif terdiri dari data skala interval dan
data skala rasio.

Data kualitatif adalah data dalam bentuk kualitas atau kategorik Misalnya,
pernyataan terhadap program keluarga berencana setuju, kurang setuju, tidak setuju.
Bila ditinjau dari segi skala pengukuran, data kualitatif terdiri dari skala nominal dan
skala ordinal.

Ditinjau dari segi sumber data, dapat pula dibagi menjadi data primer, data
sekunder. Apabila data tersebut, baik yang rutin maupun ad hoc, telah di kumpulkan oleh
pihak institusi. Kemudian ada pihak lain yang ingin menggunakannya, maka disebut
bahwa data yang di pakai adalah data sekunder. Hal ini berbeda bila seorang
peneliti misalnya menginginkan pengumpulan data yang memang tercatat di data yang
dikumpulkan oleh pihak institusi. Dan is melakukan pengukuran sesuai dengan
kebutuhannya, dapat di katakan bahwa data yang di pakai adalah data primer. Jadi
pembedaan data primer dan sekunder dalam hal ini di kaitkan dengan sumber datanya.

Data yang diperoleh melalui pengukuran pada satu subyek atau individu
dapat disebut sebagai data individu. Contohnya seperti pengukuran kadar
hemoglobin, lama hari rawat pasien, biaya perawatan tiap pasien. Dapat pula
diperoleh data persen pasien infeksi nosokomial tiap bangsal perawatan, yang terdiri
dari pasien, maka dapat disebut sebagai data agregat, yaitu berupa agregasi
(kumpulan) pasien dalam setiap bangsal

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data di peroleh melalui suatu proses kegiatan yang disebut sebagai proses
pengumpulan data (data collecting). Di dalam pelaksanaan pengumpulan data ini ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu siapa pengumpul data, bagaimana cara
pengumpulannya, menggunakan alat apa, dan apa nilai hasil pengukuran variabel
tersebut. Semua ini dicakup dengan suatu batasan operasional variabel (definisi
operasional). Batasan variabel ini dibuat sedemikian rupa sehingga siapapun dapat

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 96


mengulang kembali pengumpulan datanya dengan cara operasi atau pelaksanaan
yang sama.

Contoh batasan operasional variabel tekanan darah sistolik : Diukur dengan alat
sfigmomanometer air raksa di daerah lengan atas kanan, pada posisi duduk, dengan
pasien terlebih dahulu telah istirahat 5 menit sebelummya. Pembacaan sisitolik
ditandai dengan terdengarnya bunyi detak pertama kali melalui stetoskop. Hasil ditulis
dalam mmHg, dengan akurasi satu digit di belakang koma. Pengukuran dilakukan oleh
perawat bangsal. Data dicatat dalam formulir isian

Contoh batasan operasional lama hari rawat pasien : Dihitung selisih dalam hari
antara catatan tunggal waktu pasien masuk dan tunggal waktu keluar dari rumah sakit,
yang diperoleh dari rekam medis. Hasil ukur dibulatkan sebagai hari.

1. Pengumpul Data

Orang yang mengumpulkan data patut dikenali karena akurasi data sebagian
juga tergantung dari siapa ia. Misalnya untuk pengukuran tekanan darah sistolik,
apabila dilakukan oleh perawat yang telah lama bekerja di rumah sakit tentu akan
lebih akurat dari pada oleh seorang mahasisiwa keperawatan yang baru. Apabila
pengumpulan data dilakukan oleh satu orang saja, misalnya pada penelitian hanya
peneliti saja yang mengumpulkannya, maka akurasi data akan lebih terjaga.
Berlainan bila pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dibantu oleh beberapa
orang. Di sini penting dilakukan upaya penyetaraan kemampuan mengumpulkan data
guna memperkecil bias dan meningkatkan akurasi. Upaya dapat dilakukan misalnya
melalui pelatihan dan uji coba lapangan.

2. Cara Pengumpulan Data

Terdapat beberapa macam cara pengumpulan data yaitu :


(1) Pengamatan/observasi,

(2) Wawancara dengan panduan daftar pertanyaan atau kuesioner

(questionnaire)

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 97


(3) Meminta subjek mengisi formulir atau angket (self-administered
questionnaire),

(4) Dengan melakukan pengukuran langsung/pengukuran fisiologis atau


(5) Studi dokumentasi.

Pemilihan cara pengumpulan data sangat tergantung dari siapa yang menjadi
subyek. Bila subyek berpendidikan cukup tinggi, maka meminta mereka untuk
mengisi formulir yang disediakan tentu akan lebih baik. Namun cara ini tidak dapat
ditetapkan untuk subyek yang berpendidikan rendah, apalagi yang buta huruf
Karena adanya kesulitan dalam mengartikan pertanyaan. Variabel berat bayi waktu
lahir dapat diukur melalui pengukuran langsung bayi pasca kelahiran. Perlu diingat
bahwa waktu pasca kelahiran. Perlu diingat bahwa waktu pasca kelahiranpun akan
menghasilkan berat badan bayi yang berbeda-beda karena proses fisiologis, misalnya
5 menit, 30 menit, atau satu hari pasca kelahiran ? Kadangkala dalam suatu survei

cepat diperlukan informasi tentang berat bayi barn lahir ini, dan dipilih cara praktis
yaitu dengan wawancara. Cara ini jelas beresiko untuk bias (recall bias), namun
masih dapat di pertimbangkan dengan justifikasi tertentu yang merupakan
keterbatasan penelitian.

3. Alat/Instrumen Pengukur

Alat atau instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel patut


diperhatikan acapkali harus dipilih sedemikian rupa sehingga menghasilkan hasil
ukur yang akurat namun cukup praktis digunakan. Misalnya bila akan mengukur
kadar hemoglobin darah, dapat dipertimbangkan antara menggunakan alat cara sahli, atau
elektrofotometer. Bila pengukuran dilakukan di rumah sakit, di mana pasien dirawat
di bangsal, maka pengukuran dapat dipertimbangkan menggunakan alat yang tingkat
akurasinya tinggi karena alat tidak perlu dibawa kesana-kemari, yaitu dengan elektrfoto
meter. Sebaliknya bila akan di lakukan studi di lapangan guna mengetahui kadar
hemoglobin darah ada ibu hamil di masyarakat (melalui kunjungan ke rumah tangga),
maka dengan membawa alat elektreofotometer menjadi tidak praktis. Di sini patut di
pertimbangkan penggunaan alat secara sahli yang walaupun kurang akurat

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 98


namun cukup praktis di lapangan. Merek alat juga berkemungkinan memberikan
akurasi hasil yang berbeda-beda. Misalnya pengukuran kapasitas aerobik dengan
jentra sepeda (ergocycle) merek Monark, akan memberi hasil yang berbeda
akurasinya dengan merek lain.

Alat pengukur juga tergantung dari cara pengumpulan data yang dipilih. Bila
ditentukan cara wawancara, maka pengembangan kuesioner dapat dilakukan, dan
kuesioner digunakan sebagai pedoman pendaftaran pertanyaan. Pengembangan
kuesioner memerlukan perhatian sendiri, berkaitan dengan variabel-variabel yang
ingin di ukur. Pada bidang kesehatan masyarakat, apabila pengukuran harus di
lakukan dengan cermat dengan segala keterbatasan, misalnya pengukuran
pengetahuan dan sikap serta perilaku. Halini berarti akurasi alat ukur sebaiknya
diketahui terlebih dahulu (hal ini analog dengan niemilih alat ukur Hb sahli atau
elektrofotometer?). Formulir untuk angket yang diisi sendiri oleh subyek tentu harus
jelas (self explanatory).

Data yang akan dicatat berdasarkan hasil pengamatan atau pengukuran


selanjutnya ditulis dalam suatu borang atau formulir. Dirumah sakit terdapat berbagai
macam formulir, baik yang dirancang sendiri oleh tiap bagian, maupun yang sudah
ditentukan oleh pihak rumah sakit, atau bahkan oleh supra sistem di atasnya. Yang
diperhatikan adalah formulir yang dirancang sedemikian rupa sehingga data mudah
dicatat, dengan benar, serta jelas tulisannya. Peranan rancangan formulir sebagai
bagian dari menangkap dengan baik, patut diperhatikan.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa berbagai upaya patut di lakukan guna
mengeliminir kernungkinan bias yang bisa timbul, dalam hal ini adalah bias yang
sifatnya non-sampling (nonsampling bias). Hal ini bertujuan untuk mendapatkan data
yang akurat, karena akan berujung pada informasi yang akurat pula.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh: Syahrum, S.Pd., M.Kes 99


PENGUKURAN dan
10 PENGEMBANGAN ALAT UKUR

PENGUKURAN

Pengukuran adalah proses memberikan nilai numerik pada suatu


karakteristilc/variabel, objek atau suatu peristiwa sesuai dengan ketentuan. Definisi ini
secara ringkas menggambarkan sifat dasar dari pengukuran. Dalarn suatu
pengukuran diperlukan :

a. Suatu set item atau pernvataan yarng harus dilengkapi termasuk


pertanyaan yang harus dijawab.

b. Ketentuan yaitu suatu pentunjuk, cara, atau panduan tentang bagaimana


hams menjawab pertanyaan atau mengisi/menanggapi pernnyataan.

c. Prosedur penilaian untuk mengkonversi jawaban tiap individu dalam


bentuk numerik/bilangan atau angka.

Misalnya, peneliti meminta pasien sebagai responden penelitian untuk


menjawab pertanyaan seberapa besar perasaan cemasnya ketika akan menghadapi
tindakan operasi dengan menggunakan nilai yang bergerak dari 1, sampai dengan 5 (1, 2,
3, 4, 5). Nilai 1 untuk perasaan sangat tidak cemas dan nilai 5 untuk perasaan sangat
cemas. Maka nilai numerik adalah 1, 2, 3, 4, dan 5; objek adalah perasaan pasien;
ketentuan adalah pemberian nilai pada perasaan cemas yang dialami pasien yang akan

dioperasi sesuai petunjuk yang telah ditentukan. Kemudian nilai numerik ini selanjutnya

dapat dipakai untuk uji statistik.

Definisi pengukuran tidak meliputi pernyataan kualitas prosedur pengukuran,


hanya secara sederhana mengatakan bahwa nilai numerik diberikan pada objek atau
peristiwa tertentu saja. Sama halnya dengan permainan, tiap permaianan ada
peraturan/ketentuan, tetapi tidak berarti setiap permainan pasti menggunakan
peraturan yang baik. Untuk memahami lebih dalam tentang pengukuran diperlukan

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh; Syahrum, S.Pd., M.Kes 100


pengertian dan penjelasan tentang pengertian pengukuran langsung dan pengukuran
tidak langsung, jenis atau tingkat skala pengukuran, pengertian tentang validitas dan
reabilitas alat ukur, macam pengukuran, dan cara membuat instrumen(alat ukur
penelitian)

PENGUKURAN LANGSUNG DAN TAK LANGSUNG

Pengukuran dimulai dengan mengklarifikasi karakteristik, objek, atau


elemen yang akan diukur, kemudian baru dapat menentukan strategi atau teknik
pengukuran.

1. Pengukuran Langsung

Dikatakan pengukuran langsung, jika mengukur karakteristiklfaktor yang


kongkrit(nyata), seperti mengukur tinggi badan, menimbang berat badan,
mengukur suhu tubuh. Untuk pengukuran langsung ini dapat digunakan
teknologi kesehatan, bahkan peneliti dapat mengukur fungsi tubuh dan
karakteristik kimiawi. Begitu pula identitas pribadi seperti usia, jenis
kelamin, penghasilan, suku bangsa, status perkawinan, dan pendidikan.

2. Pengukuran Tidak Langsung

Pengukuran tidak langsung dilakukan jika karakateristik yang di ukur


merupakan sesuatu yang abstrak seperti stress„ ansietas, nyeri. Oleh
karena itu agar dapat mengukur ide yang abstrak terlebih dahulu hams
diklarifikasi melalui definisi konseptual. Definisi konseptual ini
memungkinkan untuk memilih atau mengembangkan cara pengukuran
yang paling tepat. Selanjutnya tentukan indikator atau sifat dari konsep
tersebut yang diukur untuk mewakili konsep yang masih abstrak.
Misalnya, indikator konsep pola "coping" dapat berupa perilaku : 1)
mencari bantuan profesional, 2) meminta dukungan sosial, dan 3) mencari
dukungan spritual.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh; Syahrum, S.Pd., M.Kes 101


KESALAHAN PENGUKURAN

Kesalahan dalam pengukuran adalah merupakan perbedaan antara apa yang


terdapat dalam kenyataan dengan apa yang diukur oleh alat ukur/instrumen
penelitian. Kesalahan pengukuran ini dapat terjadi baik pada pengkuran langsung
maupun tidak langsung., serta dapat bersifat acak (random error) atau pun sistematik
(systemimatic error).

Ketidaktepatan teknologi atau pilihan alat ukur yang digunakan dalam


pengukuran langsung dapat menimbulkan keselahan pengukuran. Begitu pula halnya
kesalahan yang terjadi pada pengukuran tidak langsung dapat disebabkan oleh alat
ukur/instrumen tidak mengukur semua bagian konsep yang seharusnya diukur atau
bagian dari instrumen yang mengukur sesuatu diluar konsep.

a. Kesalahan Acak

Kesalahan acak terjadi jika terdapat selisih atau perbedaan antara nilai
yang diamati (observed score) dengan nilai yang sebenarnya (true score).
Makin kecil nilai kesalahan acak (error score) berarti makin dekat
persamaan nilai yang diamati dengan nilai yang sebenarnya. Oleh karena itu,
penggunaan strategi yang dapat mengurangi nilai kesalahan akan
meningkatkan ketepatan pengukuran.

Beberapa faktor dalam proses pengukuran yang menimbulkan kesalahan


acak adalah :

1) Faktor pribadi akibat kelelahan, lapar, kondisi kesehatan, emosi, dan


motivasi.
2) Faktor situasi seperti ruangan yang panas, bising, kehadiran
seseorang, hubungan rasa percaya dengan peneliti, serta situasi yang
serius atau tidak serius.

3) Prosedur pengukuran yang bervariasi, seperti wawancara yang

mengunakan pertanyaan dan urutan pertanyaan yang tidak sama, atau

menggunakan kode yang berbeda untuk tiap pemyataan

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh; Syahrum, S.Pd., M.Kes 102


4) Kesalahan dalam pemmerosesan data seperti salah dalam member'
kode; memberikan tanda pada kolom yang salah.

b. Kesalahan Sistematik

Kesalahan sistematik terjadi apabila selain konsep yang harus diukur ada hal
lain yang terukur, sehingga akan menimbulkan nilai akhir menjadi
Misalnya, alat timbangan badan yang mengukur berat badan lebih
berat 2 kg, sehingga semua berat badan akan lebih tinggi, akhirnya
mempengaruhi nilai rata-rata (mean) dari semua karakteristik berat badan
yang diukur.

JENIS ATAU TINGKAT SKALA PENGUKURAN

Dalam bagian variabel dan hipotesis penelitian terdahulu sudah dibahas


tentang skala pengukuran yaitu skala nominal, ordinal, interval dan rasio (NOIR).

Contoh dari data nominal adalah pelabelan saja antara lain seperti jenis
kelamin, status perkawinan, suku bangsa, dan lain-lain.

Contoh data ordinal adalah antara lain seperti tingkat mobilitas, tingkat
-coping", intensitas nyeri, tingkat kepuasan kerja, kemampuan melakukan "activity
daily living" (1. sangat tergantung, 2. membutuhkan bantuan orang lain, 3.
membutuhkan bantuan mekanik, 4. sepenuhnya mandiri)

Contoh dari data interval misalnya suhu tubuh (tidak mempunyai nilai mutlak nol
). Sedangkan contoh dari data rasio antara lain kadar hemoglobin, berat badan, tingi
badan, dan lain-lain (mempunyai nilai mutlak nol).

Dan keempat tingkat skala pengukuran dalam bentuk hirarki, tingkat tertinggi
adalah skala(data) rasio dan yang terendah adalah skala (data) nominal. Tingkat
pengukuran yang lebih tinggi akan dapat memberikan informasi yang lebih banyak dan
lebih kuat serta peka dalam prosedur analisis daripada tingkat yang lebih rendah.
Semakin rendah tingkat skala pengukuran semakin banyak pula informasi yang
hilang.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh; Syahrum, S.Pd., M.Kes 103


VALIDITAS ALAT UKUR

Alat ukur atau prosedur yang digunakan untuk pengkuran harus valid (apsah) dan
reliabel (terandalkan). Valid berarti mengukur apa yang seharusnya diukur. Reliabel
yaitu apa yang diukur menghasilkan nilai yang konsisten.

Validitas lebih penting daripada reliabiliotas, karena nilai yang konsisten


tetapi tidak mengukur karanteristik/variabel yang seharusnya diukur, dan juga tidak ada
gunanya. Sebaliknya reliabilitas diperlukan untuk validitas. Alat ukur atau
prosedur yang tidak menghasilkan pengukuran yang terandalkan tidak dapat
menghasilkan sesuatu yang valid. Hal lain yang penting diperhatikan adalah
ketepatan atau kesesuaian alat ukur untuk kelompok usia yang diteliti.

Validitas suatu alat ukur tergantung, pada baizaimana alat ukur itu
digunakan, jenis informasi apa yang ingin disaring, dan untuk populasi mana alat
ukur digunakan, dan pengaruh kriteria terhadap interpretasi validitas alat ukur.
Apabila semua hal tersebut telah sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan,
selanjutnya harus memastikan terdapatnya tiga jenis validitas utama yaitu validitas isi,
validitas kriteria, dan validitas konstrak.

1. Validitas Is' (Content Validity)

Validitas isi ialah seberapa baik matari alat ukur mewakili semua materi
yamg seharusnya dimasukkan, dan seberapa jauh metode pengukuran
mencakup elemen utama yang relevan dengan konstrak yang sedang diukur.
Validitas isi terutama sangat penting untuk mengukur keberhasilan atau
pencapaian dan kecakapan, serta untuk beberapa pengukuran melalui metode
observasi. Fakta yang terkait dengan validitas isi dapat diperoleh melalui tiga
sumber yaitu literatus, wakil dari populasi yang relevan, dan pakar isi
(content expert)

2. Validitas Kriteria (Criterion Referenced/Predictive)

Validitas kriteria menunjukan seberapa baik alat ukur berhubungan dengan


beberapa kriteria eksternal. Validitas kriteria ini penting dalam memprediksi
suatu penelitian, terutama dalam mengidentifikasi variabel kontrol yang

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh; Syahrum, S.Pd., M.Kes 104


utama pada suatu penelitian, serta prediktor pada analisa regresi atau analisa
"covarienace". Jadi validitas yang berhubungan dengan kriteria adalaha
pengkajian yang dilakukan dengan membandingkan nilai tes dengan satu atau
lebih dari satu variabel eksternal, atau kriteria yang diyakini untuk mengukur
karakteristik dalam penelitian. Misalnya jika peneliti ingin memprediksi
seberapa keberhasilan atau kegagalan mahasiswa dari ukuran kemampuan
akademik, berarti peneliti tertarik pada validitas kriteria. Seberapa baik tes
memprediksi nilai indeks prestasi kumulatif lulusan. Jadi yang penting bagi
peneliti adalah mengetahui kemampuan predikstifnya. Makin tinggi korelasi
antara pengukuran kemampuan akademik dengan kriteria (misal nilai indeks
prestasi kumulatif), maka berarti makin baik validitasnya. Kesulitan utama
adalah menenrtukan kriteria. Kriteria apa yang digunakan untuk memvalidasi
atau pengukuran pada dosen yang efektif siapa yang akan menentukan
bahwa dosen A lebih efektif dari dosen B?.

3. Validitas Konstrak (Construct Validity)

Validitas konstrak bertujuan memastikan seberapa baik alat ukur mengukur


konsep teoritis, yang disebut konstrak atau sifat, yang digunakan untuk
menggambarkan perilau yang diwakili dalam alat ukur. Pada validitas
konstrak yang menjadi fokus adalah properti yang diukur, bukan alat ukur
yang digunakan untuk mengukur. Oleh karena itu validitas konstrak penting
untuk membuat kesimpulan tentang penampilan konsep umum dari
penampilan yang terdapat pada kumpulan item dalam isntrumen.

Untuk lebih mudah mengerti tentang perbedaan ketiga jenis validitas tersebut
dapat disimpulkan dengan menggunakan contoh berikut : Misalnya peneliti
merencanakan untuk mengukur harga diri dan menggunakankannya untuk
memprediksi keberhasilan. Peneliti dapat menggunakan definisi harga diri dan
menyusun satu kumpulan karakterisktik atau perilaku yang menurut peneliti dapat
diasumsikan mewakli harga din yang positif dan negatif. Kemudian peneliti
menyusun alat ukur yang berisi pertanyaan tentang karakterisktik dan perilku
tersebut. Validitas isi dari alat ukur ini adalah seberapa jauh pertanyaan mewakili
karakteristik dan perilaku. Validitas konstrak adalah seberapa baik alat ukur

Bohan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh; Syahrum, S.Pd., M.Kes 105


sebenanrnya mengukur harga diri. Sedangkan valitas yang berhubungan dengan
kriteria adalah seberapa baik alat ukur tentang harga diri memprediksi keberhasilan.

Untuk kementukan validitas isi dan validitas kriteria alat ukur dapat
dilakukan secara lansung, tetapi memperkirakan validitas konstrak yang sulit.
Validitas isi biasanya dilakukan dengan menggunakan keputusan pakar. Validitas
kriteria ditentukan dengan koefisien korelasi antara alat ukur dan kriteria. Pada
umumnya nilai koefisien korelasi tidak lebih dari 0.60 dan biasanya berkisar antara
0.30 sampai 0.50. sedangkan validitas konstrak ditentukan melalui kombinasi antara

prosedur empirik dan logik. Prosedur logik tennasuk menelaaah penjelasan lain
tentang penampilan pada alat ukur, mencoba mengurangi secara sistematis tiap
penjelasan sehingga hanya ada satu yang tertinggal.

RELIABILITAS ALAT UKUR

Reliabilitas alat ukur mengacu pada konsistensi dari pengukuran itu sendiri.
konsistensi terjadi antara item dalam tes yang sama, antara dua bentuk alat ukur yang
sama, dan antara nilai pada alat ukur yang sama yang diberikan pada waktu yang
berbeda. Kata lain dari realibilitas adalah ketergantungan, stabilitas, konsistensi,

prediktabilitas, dan akurasi.

Sebagai contoh seseorang yang terandalkan (reliable) adalah orang yang


berperilaku konsisten, tergantung, prediktabel, berarrti yang akan dilakukannya
besok dan minggu depan konsisten dengan apa yang dilakukannya hari ini atau
minggu lalu. Orang ini stabil. Sedangkan seseorang yang "unreliable" adalah
individu yang mempunyai perilaku yang sangat bervariasi, tidak dapat diprediksi dan

tidak stabil, sehingga disebut tidak konsisten.

Tiga cara pendekatan untuk memahami definisi reliabilitas adalah :


1. Jika kita mengukur objek yang sama berulang kali dengan alat ukur yang
sama, apakah kita akan mendapatkan hasil yang sama?.
Pertanyaan ini mempunyai implikasi stabilitas, ketergantungan dan
prediktabilitas.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh; Syahrum, S.Pd., M.Kes 106


2. Apakah ukuran yang diperoleh dari alat ukur mengukur ukuran yang

sebenarnnya dari properti yang ingin diukur?


Implikasinya adalah akurasi atau ketepatan atau kesesuaian.

3. Seberapa banyak kesalahan pengukuran yang terdapat dalam alat


pengukuran?

MACAM PENGUKURAN DAN PENYUSUNAN ALAT UKUR

Berbagai pendekatan pengukuranb yang digunakan dalam penelitian


keperawartan, antara lain pengukuran fisiologik, observasi, wawancara, kuesioner dan
skala.

1 Pengukuran Fisiologis

Pengukuran fisiologis memang masih relatif jarang dilakukan dalam

penelitian keperawatan, walaupun sebenarnya pengetahuan tentan2 fi

siologis menjadi landasan keperawatan. Pengukuran fisiologis ditujukan

untuk mengetahui hasil asuhan keperawatan yang diterima selama masa


waktu tertentu atau hasil intervensi keperawatan tertentu. Fokus penting

dari pengukuran fisiologis menurut Burns dan Grove (1993) adalah

mengkuantifikasi perubahan yang terjadi sebagai konsekuensi dari

praktek keperawatan. Untuk mendapatkan data fisiologis selain


menggunakan alat kedokteran, juga melalui observasi dan mencatat
hasil tersebut dalam skala atau indeks. Pada skala terdapat kriteria untuk
mengkuantifikasi berbagai tingkat fungsi fisiologis, misalnya ketika
mengukur perilaku saraf bayi dan menguraikannya dalam bentuk skala

(rating).

2. Observasi

Pengukuran dengan observasi lebih sering digunakan pada metode


penelitian kualitatif. Pengukuran dengan menggunakan observasi
merupakan suatu proses yang cukup kompleks, karena peneliti harus
memutuskan apa yang diobeservasi dan menetapkan bagaimana untuk
memastikan bahwa tiap variabel diobeservasi dengan cara yang sama

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh; Syahrum, S.Pd., M.Kes 107


pada tiap kesempatan. Observasi lebih bersifat respondentif
dibandingkan dengan pengukuran lain, sehingga kreditibilitasnya sering
diragukan. Oleh karena itu penting untuk melatih pengumpul data, bahkan
perlu menyiapkan panduan tertulis, disamping perlu melakukan uji coba
terlebih dahulu sebelum pengumpulan data yang sebenarnya untuk
melatih proses observasi dan juga memastikan reliabilitas data.

Dua jenis observasai yaitu observasi terstruktur dan observasi tidak


terstruktur. Pada pengukuran dengan observasi terstruktur perlu
dipastikan apa yang ingin diobservasi, selanjutnya bagaimana cara
melakukannya, yaitu dapat dengan sistem kategori, "checklist" dan skala
nilai

3. Wawancara

Wawancara menggunakan komunikasi verbal antara peneliti dan

responden yang diteliti. Berbagai pendekatan dalam wawancara mulai dari


yang paling tidak terstruktur sampai penggunaan kuesioner.

a. Wawancara tidak terstruktur


Wawancara yang tidak terstruktur terutama digunakan pada penelitian
kualitatif dan deskriptif. Wawancara biasanya dimulai dengan
pertanyaan yang terbuka seperti "ceritakan pada saya pengalaman
anda selama menderita sakit!" Selanjutnya peneliti berperan untuk
membuat responden terus berbicara, dengan menggunakan teknik
mendengar aktif

b. Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur meliputi strategi yang memungkinkan peneliti


untuk mengendalikan isi wawancara berupa informasi yang di
inginkan.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh; Syahrum, S.Pd., M.Kes 108


Tahapan penyusunan pertanyaan untuk wawancara adalah sebagai berikut

(1) Merancang pertanyaan

Proses penyusunan pedoman atau protokol wawancara relatif sama


dengan membuat kuesioner. Pertanyaan disusun mulai yang bersifat
umum sampai spesifik. Pertanyaan dikelompokan berdasarkan topik,
topik yang bersifat sensitif diajukan pada akhir wawancara. Istilah yang
digunakan dalam wawancara juga harus disesuaikan dengan tingkat
pendidikan responden. Peneliti perlu mengantisipasi perbedaan penegrtian
terhadap istilah yang digunakan dalam pertanyaan. Setelah pedoman
wawancara selesai disusun, peneliti perlu mendapatkan umpan balik dari
pakar tentang, teknik wawancara maupun substansi yang ditanyakan.

(2) Mengujicobakan protokol/pedoman wawancara

Pedoman (protokol) wawancara yang telah disusun diujicobakan pada


responden yang mirip dengan responden untuk penelitian yang
sebenarnya. Sehingga peneliti dapat mengidentifikasi masalah rancangan
pertanyaan; urutan pertanyaan; atau prosedur merekam jawaban. Juga
memungkinkan menganalisis reliabilitas dan validitas alat ukur
wawancara.

(3) Meiatih Pewawancara

Pengembangan keterampilan wawancara memerlukan latihan.


Pewawancara perlu mendalami isi wawancara dan harus mengantisipasi
situasi yang mungkin terjadi selama wawancara serta mengukur strategi
untuk mengatasinya. Salah satu cara yang paling efektif adalah dengan
bermain peran (role play). Pewawancara perlu menciptakan suasana yang
penuh penerimaan sehingga kondusif bagi responden untuk menjawab
pertanyaan yang sensitif.

(4) Menyiapkan untuk wawancara

Apabila wawancara memerlukan waktu yang cukup panjang, maka


pewawancara perlu membuat perjanjian. Penampilan pewawancara dan

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh; Syahrum, S.Pd., M.Kes 109


lingkungan yang kondusif sangat penting diperhatikan. Peneliti perlu
menjelaskan proses wawancara , apa yang diharapkan dari responden, dan apa
yang akan dilakukan oleh pewawancara.

(5) Memastikan informasi


Pewawancara perlu memastikan informasi yang diterima dengan
mendapatkan informasi lebih spesifik, misalnya dengan mengulangi
pertanyaan. Pewawancara perlu berhati-hati dan berusaha menghindari
responden merasa bahwa pewawancara tidak mempercayai informasi
yang dinberikannya.

(6) Merekam data wawancara


Data wawancara dapat direkam langsung selama wawancara, atau setelah
wawancara berlangsung. Rekaman dapat berupa tulisan atau dengan
menggunakan taperecorder. Jika dilakukan rekaman dengan
menggunakan taperecorder, pewawancara memeinta izin pada responden
penel itian.

4. Kuesioner

Informasi yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner biasanya dalam

bentuk tertulis. Informasi yang dihasilkan tidak sedalam informasi yang

diperoleh melalui wawancara, namun kemungkinan untuk bias lebih

sedikit dibandingkan dengan data yang didadapt dengan wawancara.

Kuesioner bisa dirancang untuk menetapkan fakta tentang responden atau

orang yang dikenal oleh responden; fakta tentang peristiwa atau sitausi

yang diketahui oleh responden; keyakinan, sikap, pendapat, tingkat

pengetahuan, keinginan responden. Dapat dibagi pada responden/sampel

yang besar, baik secara lansung maupun melalui jasa pos.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh; Syahrum, S.Pd., M.Kes 110


Tahap penyusunan kuesioner adalah sebagai berikut:

(1) Keputusan awal

Putuskan apakah pengumpulan data akan dilakukan dengan cara


"wawancara (interview)" atau kuesioner, kemudian putuskan bentuk alat
ukur yang diperlukan. Apabila alat ukur harus dijawab sendiri secara
lansung oleh responden, kuesioner harus lebih terstruktur dan hanya
sedikit pertanyaan terbuka (open-ended question).

(2) Putuskan jenis informasi yang diperlukan

Ada kecenderungan untuk menanyakan terlalu banyak pertanyaan, jadi


cobalah untuk berpikir lebih awal tentang bagaimana tiap
pertanyaan yang akan digunakan dapat menjawab pertanyaan
penelitian.

(3) Membuat rancangan jadual


Kuesioner yang baik tidak selayaknya dibuat secara terburu buru. Isi
pertanyaan perlu disesuaikan dengan jenis pertanyaan yang paling
tepat. Penggunaan kata dalam menyusun pertanyaan harus dipantau
secara hati-hati. Peneliti tidak boleh memaksa diri untuk membuat
semua pertanyaan atau pernyataan sekaligus. Perlu mempelajari alat
ukur yang sama atau mirip dengan topik yang akan diteliti.

(4) Putuskan urutan pertanyaan

Urutan pertanyaan perlu diatur sedemikian rupa sehingga menarik dan


berarti bagi responden sehingga meningkatkan kerjasama. Mulailah
dengan pertanyaan yang menarik dan memotivasi. Apabila akan
menggabungkan pertanyaan yang bersifat umum dengan yang lebih
spesifik, maka terlebih dahulu menempatkan pertanyaan yang umum
baru kemudian yang spesifik. Jika pertanyaan telah diatur dalam
sekuensi, selanjutnya dapat dibuat formatnya.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh; Syahrum, S.Pd., M.Kes 111


(5) Menyusun pengantar/petunjuk
Perlu dibuatkan petunjuk pengisian kuesioner yang berisi tujuan dan
sifat penelitian. Petunjuk ini dapat berupa surat pengantar yang
disertakan pada halaman depan kuesioner. Pengantar yang ditulis
harus mencakup:
a. Tujuan penelitian, mengapa responden harus meluangkan waktu
untuk memberikan informasi, apa kontribusi yang diberikan oleh
responden.

b. Bagaimana pemilihan responden? Bagaimana peneliti bisa


mendapatkan nama atau alamatnya?
c. Kapan batas waktu akhir penyerahan kuesioner? Bagaimana cara
responden mengambalikan kuesioner?
d. Apakah peneliti telah mengucapkan terima kasih atas peranserta
responden?

(6) Mengujicoba dan merevisi alat ukur


Uji coba memberikan kesempatan untuk mengenal alat ukur
(instrumen) dan proses lebih lanjut dengan segala keterbatasan alat
ukur atau masalah teridentifikasi lebih awal, sehingga dapat dilakukan
revisi atau memodifikasi proses. Konsultasi adengan pakar menjadi
sangat penting pada tahap ini. Apabila banyak bagian alat ukur yang
direvisi, maka perlu dilakukan uji coba kedua kalinya, tetapi jika
hanya sedikit masalah atau ketidaksesuaian yang ditemukan, maka
setelah revisi ringan, alat ukur dapat lansung diperbanyak untuk

penelitian sebenarnya.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh; Syahrum, S.Pd, M.Kes 112


PENYAJIAN, ANALISA DATA dan
11 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

PENDAHULUAN

Banyak terdapat kerancuan dalam menetapkan bentuk penyajian data dan


analisa data dalam karya tulis ilmiah. Penyebab kerancuan ini adalah peneliti belum
dapat memilah jenis data yang akan disajikan apakah data numerik atau kategorik,
atau peneliti belum mengetahui dengan baik bagaimana menyajikan data berdasarkan
skala ukur apakah skala ukur nominal, ordinal, interval atau rasio(N/O/I/R).
pengetahuan tentang jenis data sangat erat kaitannya dengan memilih atau
menentukan cara penyajian dan analisa data.

PENYAJIAN DATA

Dalam rangkaian kegiatan statistik penyajian data merupakan kegiatan


statistik tahap ketiga. Penyajian data dilakukan setelah data mentah (raw data)
terkumpul. Penyajian data dapat dilakukan dengan berbagai bentuk berdasarkan pada
jenis data dan skala pengukuran.

Dari penyajian data dapat diambil informasi yang ada dalam kumpulan data
tersebut. Jadi pengumpulan data berguna untuk mendapatkan informasi dan
selanjutnya dengan metoda statistik inferensial kita dapat mengembangkan teori atau
ilmu baru. Oleh karena itu untuk perkembangan ilmu diperlukan penelitian atau
penelaaahan kembali dengan metoda penelitian yang baik.

Secara umum penyajian data dapat dibagi dalam tiga bentuk seperti yang
sudah dibahas dalam mata ajar pengantar statistik, yaitu penyajian data dengan
tulisan (textular), tabel (tabular), grafik/gambar (diagram). Penyajian pada tidak
boleh duplikasi pada ketiga cara penyajian ini, sebaiknya saling melengkapi satu
sama lain. Misalnya penyajian data dengan tabel dilengkapi dengan teks.

Bal2an Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh; Syahrum, S.Pd., M.Kes 113


1. Penyajian data dengan textular
Hampir semua semua bentuk laporan dari pengumpulan data disajikan
dalam bentuk tulisan, mulai dari bagaimanaproses pengambilan sampel,
pelaksnaan pengumpulan sampai hasil analisa (analisis) yang berupa b
informasi dari data yang sudah dkumpulkan tersebut. secara ringkas sufat
penyajian data dengan textular adalah :
a. Sajian berupa teks
b. Sangat jarang digunakan
c. Tidak sistimatis
d. Sukar dimenegerti.

2. Penyajian data dengan tabular

Penyajian data dalam bentuk tabel bertujuan untuk menyajikan suatu


agregate dari data di dalam suatu bentuk tabel, dimana data disusun dalam
bads dan kolom sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
perbandingan-perbandingan, dan perbedaan-perbedaan. Lebih praktis bila
dibandingkan dengan penyajian secara teks. Keutamaan menyajikan data
dengan tabel antara lain:
a. Lebih umum dijumpai dalam statistik
b. Lebih praktis
c. Lebih mudah dimengerti

Pada dasarnya terdapat dua bentuk pembuatan tabel yaitu tabel distribusi
frekuensi (Descriptive), dan tabel silang (Crosstab). Tabel silang
melibatkan dua variabel yang disilangkan atau di-cross, sedangkan tabel
distribusi frekuensi (descriptive) melibatkan hanya satu vai iabel.

Tabel dilengkapi dengan judul yang biasanya ditempatkan di atas tabel.


Judul tabel harus jelas, singkat, lengkap dan mengenai sasaran. Judul
tabel yang baik akan menjawab pertanyaan When, When, dan When.

Jenis data yang dapat disajikan dalam tabel ialah data kategorik, data
numerik yang tidak dikelompokan.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh; Syahrum, S.Pd., M.Kes 114


-

3. Penyajian data dalam bentuk diagram


Penyajian data dalam bentuk grafik (diagram) dapat dijabarkan dalam
beberapa jenis grafik. Sebelum data disajikan ke dalam grafik ada
beberapa hal yang perlu diketahui, yaitu.
a. Judul singkat dan jelas
b. Dalam menggambar menggunakan dua sumbu sebagai ordinal dan
basis

c. Skala tertentu
d. Nomor gambar
e. S umber

Beberapa bventuk grafik yang digunakan untuk penyajian data adalah


a. Histogram
- menyajikan data kontinu
- balok-balok menyambung

b. Frekuensi Poligon
menyajikan data kontinu seperti pada histogram
puncak-puncak balok dihibungkan
c. Ogive
menyajikan data continue dan dalam bentuk frekuensi
kumulatif
ogive less than dan more than akan didapatkan nilai yamg
tepat untuk meletakan nilai modus
d. Line diagram
e. Bar diagram (diagram batang)
menyajikan data diskrit (data skala nominal, ordinal)
balok-balok tidak menyambung karena data yang
disajikan data diskrit
gambar balok dapat dibuat vertical atau horizontal
Cara penampilan balok dapat berupa single bar, multiple bar,
dan subdivided bar.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh; Syahrum, S.Pd., M.Kes 115


-

f. Pie diagram
menyajikan data dengan skala nominal atau ordinal atau
data kategori.
Luas suatu lingkaran adalah 360°
Proposi data yang akan disajikan dalam bentuk derajat
3600= 100 % jadi 1 = 3.6° .

SCO t-k-F
g. Acutter diagram
h. Pictogram
i. Mapgram

FANALISA DATA
Tujuan pokok dari penelitian ialah menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian untuk mengungkap fenomena sosial atau alami tertentu. Peneliti dapat
mencapai tujuan pokok ini dengan cara merumuskan hipotesa, mengumpulkan data,
memroses data, membuat analisa data dan interpretasi data.

Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan. Untuk pemerosesan data sering digunakan
statistik. Salah satu fungsi pokok statistik adalah menyederhanakan data hasil
penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih sederhana dan
lebih mudah untuk dipahami. Disamping itu statistik juga membandingkan hasil yang
diperoleh secara kebetulan (by chance), sehingga memungkinkan peneliti untuk
menguji apakah hubungan yang diamati memang betul terjadi karena adanya
hubungan sistimatis antara variabel-variabel yang diteliti, atau hanya terjadi secara
kebetulan.

Analisa data tidak berhenti begitu saja karena sampai pada tahap ini
pertanyaan-pertanyaan penelitian belum sepenuhnya terjawab. Setelah data dianalisa dan
informasi yang lebih sederhana diperoleh, hasil-hasilnya harus diinterpretasikan untuk
mencari makna dan implikasi yang lebih luas dari hasil-hasil penelitian. Peneliti
bila mencoba mencari pengertian yang lebih luas tentang hasil-hasil yang
didapatkannya.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh; Syahrum, S.Pd., M.Kes 116


Menurut Junadi (1995) bahwa analisa data dapat dilakukan dalam tiga
bentuk, antara lain analisis univariat, analisis bivariat dan analisis multivariat.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat mempunyai fungsi sebagai berikut :


a. Menjawab pertanyaan apakah data sudah layak untuk dianalisis
b. Menjawab salah satu pertanyaan dari tujuan penelitian bagaimana
gambaran dari data yang dikumpulkan
c. Menjawab pertanyaan apakah data dalam kedaan optimal untuk dianalisis
lebih lanjut.

Analisis biasanya didahului dengan descriptive statistic yang digunakan


untuk menjabarkan dan mensintesa data. Dengan menggunakan prosedur
statistik ini memungkinkan peneliti untuk mengurangi, menyimpulkan,
mengorganisir, mengevaluasi, menginterpretasikan dan menyajikan informasi
yang jelas dengan angka-angka yang. bermakna. Yang termasuk kedalam
prosedur statistik deskriptif adalah
a. Distribusi frekuensi
b. Pengukuran tendensi sentral (mean, median, modus)
c. Pengukuran dispersi (variabilitas) ; range, sum of square, variasi dan
standar deviasi.

Lebih lanjut dikatakan bahwa analisis univariat bertujuan mendeskripsikan


variabel yang diteliti, mendiagnosa asumsi statistik lebih lanjut, dan
mendeteksi nilai ekstrim (outlier)

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dapat dilakukan dengan beberapa uji statitik antara lain:
a. Chi-Square dan Fisher's exact (untuk data kategorik dengan skala ukur
nominal dan ordinal)
b. Pearson (r) dan Regresi (untuk data numerik dengan skala ukur rasio dan
interval

c. Dan jenis uji lainnya (seperti ANOVA, t-test paired, t-tes independen).

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh; Syahrum, S.Pd., M.Kes 117


PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Sebagaimana yang telah dikemukakan pada bagian analiasa data, bahwa


setelah data dianalisa dan informasi yang lebih sederhana diperoleh, hasil-hasilnya
harus diinterpretasikan untuk mencari makna dan implikasi yang lebih luas dari
hasil-hasil penelitian. Peneliti bila mencoba mencari pengertian yang lebih luas
tentang basil-basil yang didapatkannya, maka peneliti membandingkan hasil
analisanya dengan kesimpulan peneliti lain dan menghubungkan kembali

interpretasinya dengan teori ( Sofian Effendi dkk, 1980).

Peneliti menjelaskan mengapa didapat hasil penelitian itu dari dimensi


substansial dan metotologi (cara melakukan penelitian). Selanjutnya peneliti
mengkonfirmasikan hasil penelitian itu dengan teori atau studi terdahulu. Dan
kemungkinan juga mengkontraskan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh; Syahrum, S.Pd., M.Kes 118


PENULISAN
11 ILMIAH

PROPOSAL PENELITIAN

Penelitian memerlukan proses berpikir secara kritis dan sistimatis. Agar suatu
penelitian dapat terlaksana dengan baik harus direncanakan dengan cermat terlebih
dahulu. Perencanaan penelitian biasanya tertuang dalam sebuah proposal penelitian.
Proposal penelitian berisikan kerangka atau alur pikir peneliti terhadap suatu masalah dan
diikuti dengan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan dalam
pelaksanaan penelitian tersebut. dengan demikian dapat dikatakan bahwa proposal
penelitian adalah serangkaian rencana mulai dari konsep berpikir sampai dengan
operasional kegiatan yang akan dilakukan dalam

Sangat penting diperhatikan seni penulisan proposal. Proposal dengan cara


dimana orang orang lain dapat mengikuti alur pikir atau jalan pikiran peneliti. Cara
penulisan ini perlu dipertimbang,kan secara serius. Struktur dasar dan komponen-
komponen dalam proposal penelitian sedikit sudah distandarisasi dan setiap
komponen didasarkan pada komponen sebelumnya. Dengan demikian tujuan
penulisan proposal penelitian adalah sebagai berikut :

1. Agar peneliti dapat terfokous pada masalah dan objek/subjek yang akan
diteliti dan variabel-variabel yang akan diukur berdasarkan teori dan
hasil-hasil penelitian terdahulu.
2. Penelitian dapat dilakukan secara terarah yang sesuai dengan tujuan dan
rancangan penelitian yang telah dipilih
3. Peneliti dapat memperkirakan waktu yang diperlukan untuk kegiatan
penelitian mulai dari awal sampai akhir.
4. Peneliti dapat memperhitungan dan menyediakan sumber daya yang
dibutuhkan sehingga kegiatan penelitian dapat berjalan lancar.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh; Syahrum, S.Pd., MKes 119


-

STRUKTUR DASAR DAN KOMPONEN PROPOSAL

Struktur dasar dan komponen-komponen dalam proposal yang sedikit sudah


distandarisasi adalah sebagai berikut :

1. Judul Proposal

Judul harus ringkas dan menggambarkan penelitian yang akan dilakukan.


Biasanya judul mengandung variabel yang akan diteliti, desain penelitian,
populasi, tempat dan waktu penelitian.

2. Abstrak /Ringkasan Eksekutif (bila diminta)

Isi abstrak menggambarkan pada penilai kenapa penelitian penting, terutama


bila bila penilai mempunyai waktu yam!, terbatas untuk membaca proposal
peneliti secara rind.

Pada umunya abstrak berisikan Tatar belakang masalah, tujuan penelitian,

metodologi atau kegiatan penelitian dan hasil yang diharpkan.

3. Pendahuluan (Perumusan masalah)


Pendahuluan merupakan Bab I dalam proposal penelitian yang berisikan

tentang :

a. Latar Belakang
Area masalah
Uraian tentang penting,nya 'area. masalah; insiden, prevalensi; dll
(data dan hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan masalah
penelitian) ; dan kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat.

b. Rumusan Masalah
- Mengemukakan analisa kesenjangan masalah apakah
masalah belum pernah diteliti, belum diteliti secara
lengkap atau terdapat konflik hasil.
- Ramipikasi masalah yaitu identifikasi (kemungkinan)
penyebab masalah sehingga teridentifikasi variabel
independen.
- Pernyataan masalah atau kesenjangan.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh; Syahrum, S.Pa'., M.Kes 120


--

c. Pertanyaan Penelitian
- Pertanyaan penelitian dikemukakan harus dapat spesifik dan dapat
dijawab.

d. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berkaitan erat dengan masalah dan pertanyaan penelitian, maka tujuan penelitian dapat dibagi dua
bagian besar yaitu :
Tujuan umum; menggambarkan tujuan secara umum apa yang dicapai
dalam penelitian.

Tujuan khusus; merupakan rincian dari tujuan umum dan mengarhkan


pada tujuan yang spesifik serta dapat diukur. Karena tujuan khusus
spesifik dan dapat diukur, maka mengacu pada tujuan secara
deskriptif (univariat) dan analitik (bivariat atau multivariat)

e. Manfaat Penelitian
Penelitian terutama bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan
(teoritis), inetologis dan aplikatif (unit analisis)

f Ruang Lingkup Penelitian


Pada ruang lingkup penelitian, peneliti menjelaskan dimana dilakukan
penelitian, masalah apa yang diteliti, dan siapa atau apa yang merupakan
subjek atau objek penelitian.

g. Keterbatasan Penelitian

Pada bagian keterbatasan penelitian, peneliti mengemukakan secara jujur


kelemahan atau keterbatasan yang dirasakan oleh peneliti bi la
dibandingkan dengan penelitian lain dalam hal :
Metodologi penelitian yang digunakan
Sample penelitian
Teknik pengumpulan data
Pengumpul data dan
Uji statistik yang digunakan

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh; Syahrum, S.Pd., M.Kes 121


4. Tinjauan Pustaka

Tinjaua pustaka merupakan Bab II dalam proposal penelitian yang memuat


tentang :
a. Kerangka teori yang memuat serangkaian konsep dan definsi yang terkait
dengan masalah penelitian dengan menggambarkan hubungan antar
variabel secara teori.
b. Hasil penelitian terkait; yang berkaitan dengan masalah penelitian.

5. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dituangkan menjadi Bab III dalam proposal penelitian yang
berisikan :
a. Penjelasan konsep secara tekstular yang mengemukakan hubungan antar
konsep atau variabel yang akan diteliti berdasarkan kerangka teori yang
ada.

b. Definisi operasional variabel yang diteliti yang mencakup


unsur/komponen definisioperasional, cara mengukur variabel, alat ukur
yang digunakan, hasil ukur dan Skala ukur untuk masing-masing variabel.
c. Hipotesa (bila ada) yang merupakan jawaban sementara dari pertanyaan
penelitian atau tujuan secara analitik yang hendak dicapai.

6. Metodologi (Desain dan Cara)

Baba IV dalam proposal penelitian berisikan Metodologi Penelitian, yang


menjelas hal-hal pokok seperti :
a. Desain penelitian yang sesuai dengan perumusan masalah, tujuan
penelitian, dan hipotesa. Rancangan penelitian kuantitatif (observasional:
survey, case control, cohort; pra-eksperimen, kuasai eksperimen,
eksperimen murni) atau kualitatif

b. Lokasi dan waktu penelitian; memberikan alasan memilih lokasi


penelitian.
c. Populasi dan sampel; mengemukakan unit analisis, kriteria sampel
(kriteria inklusi dan ekslusi), cara pengambilan sampel dan jumlah
sampel.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh; Syahrum, S.Pd., M.Kes 122


-

d. Pengumpulan data; menjelaskan proses pengumpulan data yang meliputi


persiapan, cara pengumpulan data (siapa mengerjakan apa dan bagaimana
caranya serta dimana data dikumpulkan) dan pengendalian mutu data dan
tenaga pengumpul data.
e. Teknik pengolahan data; menjalaskan apakah data diolah secara manual
atau dengan menggunakan komputer. Langkah-langkah pengolahan data
seperti editing, coding, entry, dan cleaning
f. Teknik analisa data. Yang perlu dipertimbangkan dalam majamene dan
analisa data ialah bahwa analisa hanya merupakan alat menjawab tujuan
penelitian, oleh karena itu alat statistik harus memenuhi kriteria dan
asumsi yang digunakan. Dalam komponen analisa data menjelaskan
kronologis analisa mulai dari analisa univariat, analisa bivariat dan
analisa multivariat.

g. Pertimbangan Etik dan Informed Consent :


Ijin Komisi Etika Penelitian

Cara melakukan penelitian terhadap subjek


Rencana tindaka bila terjadi efek samping dari penelitian

7. Pengorganisasian
Pengorganisasian dalam penelitian perlu digambarkan terutama bila
penelitian itu merupakan suatu proyek yang berisikan:
a. Jadwal kerja atau prosedur penelitian
b. Dana yang diperlukan untuk tenaga, perjalanan (transportasi, pengadaan
peralatan dan bahan

c. Jenisn tenaga dan komposisi tenaga sesuai dengan tugasn masing-masing.

8. Daftar Pustaka

9. Lampiran-lampiran

LAPORAN HASIL PENELITIAN

Setelah pengumpulan dan analisa dilakukan, selanjutnya kegiatan terakhir


dari penelitian adalah penulisan laporan penelitian. Laporan hasil penelitian tardiri

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh; Syahrum, S.Pd., M.Kes 123


dari proposal ditambah dengan hasil penelitian (Bab V) dan kesimpulan dan saran
(Bab VI) serta lampiran-lampiran yang berkaitan dengan penelitian.

1. Hash' Penelitian dan Pembahahasan

Hasil penelitian diawali dengan pendahuluan yang berisikan proses penelitian


dilapangan dengan sistimatika penulisan hasil. Sebelum menulis hasil
penelitian juga akan lebih baik dilengkapi dengan gambaran umum lokasi
penelitian (serta kareanterik responden ) yang merupakan sebagai bahan untuk
pembahasan. Isi hasil penelitian ditulis secara objektif berdasarkan analisa
univariat, analisa bivariat, dan analisa multivariat.

a. Analisa univariat

Padalam analisa univariat menyajikan hasil analisa secara deskriptif


(Descriptive Statistic) untuk setiap variabel yang yang diteliti yaitu
meliputi nilai mean, median, modus, standar deviasi, nilai minimum, nilai
maksimum dan kemencengan serta kurtosis. Selanjutnya menetapkan cut of
point sebagai dasar untuk merubah data kuantitatif menjadi data
kategorik

b. Analisa bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis 2 (dua) variabel yaitu
hubungan variabel independen dengan dependen secara satu persatu.

c. Analisa multivariat

Analisa multivariat adalah merupakan pemodelan secara kuantitatif

Pemilihan jenis dan keluaran analisis tergantung pada:


(1) Pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dan hipotesa.
(2) Skala pengukuran variabel

(3) Metode sampling dan


(4) Besar sampel.

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh; Syahrum, S.Pd., M.Kes 124


Sedangkan pembahasan hasil hasil penelitian memuat tentang:
(1) Mengapa didapatkan hasil tersebut dipandang dari segi dimensi
subtansial ilmu dan metodologi (cara melakukan penelitian)
(2) Hasil konformasi dengan teori atau studi terdahulu
(3) Kontras dengan hasil-hasil terdahulu.

2. Kesimplan dan Saran


a. Kesimpulan
Kesimpulan yang dikemukakan adalah berpedoman pada "apakah semua
pertanyaan penelitian telah terjawab (jawaban terhadap pertanyaan
penelitian)" dan "apakah semua tujuan penelitian/studi tervapai (hasil yang
didapat).

b. Saran
Saran yang disampaikan dalam laporan penelitian hanya berhubungan
dengan hasil penelitian. Saran sebaiknya bersifat aplikatif dan bersifat
manfaat aplikatif dan feasible. Saran yang bersifat aplikatifjuga ditujukan
untuk penelitian/studi lebih lanjut

Bahan Ajar Penelitian Keperawatan; Oleh; Syahrum, S.Pd., M.Kes 125


BAHAN BACAAN

Denise F. Polit, Bernadette P. Hungler, 2000, Nursing Research, Principles and


Method, J.B. Lippincott Company, Philadelphia

Dorothy Young Brockopp, Marie T.Hastings Tolsma, 1995, Dasar-Dasar


Riset Keperwatan, Alih bahasa oleh Yasmin Asih, Aniek Maryananie, EGC
Penerbit Buku Kedokteran

Eko Budiarto, 2002, Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan


Masyarakat, EGC, Penerbit Buku Kedokteran

Nursalam, 2011, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan, Salemba Medika, Bandung.

Peggy L. Chinn, Macona K.Kramer, 2000, Theory and Nursing, Mostby Year
Book, Philadelphia.

Pamela J.Brink, Marillynn J.Wood, 2000, Langkah-Langkah Dasar dalam


Perencanaan Riset Keperawatan, diterjemahkan oleh Aniek Maryunani, EGC,
Penerbit Buku Kedokteran,

Anda mungkin juga menyukai