Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari persamaan dan perbedaan geosfer
dengan menggunakan pendekatan kelingkungan dan kewilayahan dalam kontek keruangan. Ilmu
geografi memiliki ciri khas tersendiri yaitu menggambarkan tentang segala sesuatu aktivitas alam
maupun manusia yang saling berhubungan satu sama lainnya. Dalam ilmu grografi ada yang disebut
dengan paham determinisme dan posibilisme. Paham determinis adalah paham yang menganggap
bahwa manusia dipengaruhi penuh oleh kondisi alam sehingga segala aktivitas manusia ditentukan
oleh kondisi alam. Sedangkan paham posibilis adalah paham dimana manusia adalah makhluk yang
berakal. Dengan kemampuan akalnya itu manusia mampu merespon apa yang diberikan oleh alam.
Pada faham ini juga disebutkan bahwa alam tidak selamanya mampu mendikte setiap kehidupan
dan aktivitas manusia, namun alam memberikan berbagai alternatif (pilihan) dan manusia
menanggapi setiap pilihan yang diberikan oleh alam tersebut.

Dalam berkehidupan, manusia memang tidak akan pernah lepas oleh pengaruh alam. Alam akan
mempengaruhi aktivitas manusia sehari-hari baik yang bersifat negatif maupun posotif. Berifat
positif ketika alam membeikan andil atau keuntungan bagi manusia seperti hasil alam yang
melimpah sehingga dapat membantu kesejahteraannya, kemudian alam juga dapat berubah menjadi
merugikan saat alam mengeluarkan kekuatannya dengan bencana-bencana yang ditimbulkan dan
manusia tidak bisa berbuat apa-apa, manusia hanya mampu menghindar dan meniminimalisir
kerugian yang ditimbulkan.

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Efek yang ditimbulkan dari bencana alam
maupun non alam bersifat merusak dan merugikan apapun yang ada di sekitarnya. Banyak sekali
jenis-jenis bencana alam yang ada di dunia ini, salah satunya adalah lubang besar (sinkhole).
Sinkhole adalah lubang yang terjadi secara tiba-¬tiba akibat amblasnya permukaan tanah.

Amblasnya permukaan tanah yang tiba-tiba mengakibatkan kerusakan dan kerugian dalam berbagai
hal, terutama korban jiwa. Hal ini yang melatarbelakangi penulis untuk mengangkat judul makalah
“Tahapan Dan Pengeloaan Bencana pada Pasca Terjadinya Lubang Besar (Sinkhole)”.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah:

a. Apa pengertian dari lubang besar atau sinkhole?

b. Bagaimana proses terjadinya lubang besar atau sinkhole?

c. Bagaimana pelayanan medik dan kesehatan pada saat terjadi bencana lubang besar
(sinkhole) ?

d. Tahapan dan pengelolaan bencana pada pasca terjadinya lubang besar (sinkhole)?
e. Apa saja dampak adanya lubang besar atau sinkhole?

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui:

a. Mendeskripsikan pengertian dari lubang besar atau sinkhole

b. Mendeskripsikan proses terjadinya lubang besar atau sinkhole

c. Mendeskripsikan tahapan dan pengelolaan bencana pada pasca terjadinya lubang besar
(sinkhole)

d. Mendeskripsikan dampak adanya lubang besar atau sinkhole

BAB II

ISI

2.1 Pengertian Lubang Besar (Sinkhole)

Sinkhole adalah lubang yang terjadi secara tiba¬-tiba akibat amblasnya

permukaan tanah. Lubang runtuhan atau sinkhole adalah depresi alami atau

lubang dalam topografi permukaan yang muncul akibat hilangnya lapisan tanah

atau bantalan batuan, atau keduanya yang umumnya terjadi akibat aliran air di

bawah tanah. Lubang runtuhan memiliki ukuran yang bervariasi dari kurang

dari satu meter sampai ratusan meter dalam diameter dan kedalamannya, dan

juga tidak bergantung dari jenis lapisan tanah dan bantalan batuan di atasnya.
Pembentukan lubang runtuhan ini dapat terjadi berangsur¬angsur atau secara

mendadak, berbeda¬beda, ditemukan di berbagai tempat di dunia.

Sinkhole kebanyakan terjadi pada daerah yang berada di atas permukaan batu kapur yang bisa
menampung banyak air di aquifer, yaitu lapisan tempat air

dapat mengalir di bawah tanah. Seiring dengan air tanah yang secara perlahan

mengalir melalui batu kapur, air itu akan membentuk lanskap yang disebut

karst. Pada akhirnya akan terbentuk sebuah gua, mata air, dan sejumlah

lubang amblasan lainnya. Air di aquifer juga bisa memberi tekanan pada batu

kapur dan membantu menstabilkan lapisan permukaan tanah. Bisanya berupa

tanah liat, endapan lumpur, dan pasir

Sinkhole bisa juga dipicu oleh beban berlebih yang sering disebabkan hujan deras atau banjir. Saat
air keluar dari rongga batu kapur, tekanan yang

menopang material di permukaan tanah juga hilang. Karenanya, lapisan atas

bisa tiba-¬tiba amblas. Sinkhole juga terbentuk dari aktivitas manusia, seperti runtuhnya tambang
yang ditinggalkan hal ini jarang / langka tapi masih sesekali terjadi. Umumnya, sinkhole terjadi di
daerah perkotaan akibat kerusakan pada saluran air utama atau runtuhnya saluran pembuangan
ketika pipa-¬pipa tua telah rusak. Dapat juga terjadi karena over pumping dan ekstraksi air tanah
dan fluida bawah tanah.

Sinkhole juga dapat terbentuk ketika pola drainase alam berubah dan system pengalihan air yang
baru dikembangkan. Beberapa sinkhole terbentuk ketika permukaan tanah berubah, seperti ketika
kolam industri dan penyimpanan

limpasan air diciptakan, berat substansial dari materi baru dapat memicu

runtuhnya materi pendukung tanah, sehingga menyebabkan sebuah sinkhole.

2.2 Proses Terjadinya Lubang Besar (Sinkhole)

Fenomena sinkhole, terjadi pada batu gamping, limestone, atau masyarakat

mengenal batu gamping ini sebagai batu kapur. Keterbentukan batuan ini

melalui proses kimia dan biogenik. Mineral yang dominan pembentuk batuan ini

adalah CaCO3, Calcium Carbonat. Batu gamping terbentuk pada umumnya pada daerah pantai, laut
dangkal, dalam hal ini CaCO3 terakumulasi dalam bentuk padat, itulah yang disebut batu gamping
atau batu kapur.

Reaksi terbentuk Calcium Carbonate, CaCO3, (dalam Samboggs,2006)


H2O + CO2 + CaCO3 <‐‐‐‐> Ca²+ + 2 HCO3¯ reaksi tersebut merupakan reaksi bolak‐balik, reaksi
kesetimbangan, kesetimbangan tersebut akan terganggu oleh hilangnya karbondioksida (CO2),
konsentrasi ion hydrogen berkurang dan pH akan bertambah. Reaksi kearah kiri menyebabkan
terendapkannya

CaCO3, atau batu gamping (Samboggs, 2006). Selain itu, aktivitas organik pun mempengaruhi dalam
pengendapan batu kapur ini, Cangkang‐cangkang Foraminifera atau dikenal sebagai ‘kerang’
terbentuk dari CaCo3. Singkatnya, ketika organik yang memiliki CaCO3 ini mati akan berpengaruh
dalam pembentukan batu kapur. Penyebab utama terjadinya sinkhole adalah larutnya batuan
sekitar karena pengaruh air dan terbentuk gua di bawah permukaan tanah seperti gambar di bawah
ini;

Stadia 1: Pada awalnya ada sebuah retakan kecil karena sesar dan kekar kemudian membentuk
lubang akibat masuknya air. Daerah ini biasanya terjadi pada daerah yg tersusun oleh batu gamping.
Batu gamping ini relatif mudah terlarutkan ketimbang batupasir (batuan yang terssun oleh pasir,
biasanya mineral kuarsa). Stadia 2: Karena adanya aliran bawah tanah, maka akan muncul rongga
karena bagian bawah terjadi erosi oleh aliran sungai bawah tanah. Stadia 3-¬4-¬5-¬6: Proses ini
berlangsung terus menerus dengan kikisan serta jatuhan dari batuan diatasnya. Hingga akhirnya
bolongan ini membentuk ruang cukup lebar dan jembatan dibagian atas tidak kuat menahan dan

Stadia 7: Lubang ini tidak seluruhnya memenuhi hingga dasar terbawah, karena volume yang
mengisi batuan atas tidak seluruhnya hilang. Kedalaman lubang bisa mulai hanya beberapa meter
hingga berukuran besar sedalam 100 meter seperti yang di Guatemala itu. Stadia 8: Proses
pengendapan diatas cekungan ini akhirnya menutup Lubang yang seringkali tidak disadari oleh
penghuni diatasnya. Proses siklus ini berjalan ribuan tahun yang dalam skala geologi yang sering
dalam juta tahun bisa saja hanya disebut proses yang sekejap. Tetapi walaupun telah terjadi hanya
seribu tahun yang lalu, barangkali kita tidak memiliki rekaman itu, dan kita hanya menggunakan
tanah diatasnya itu seolah¬-olah dahulu tidak terjadi apa-¬apa.

2.3 Pelayanan medik dan kesehatan pada saat terjadi bencana Lubang Besar (Sinkhole)

Tujuan pelayanan medik dan kesehatan pada kejadian bencana adalah memberikan hasil terbaik
untuk sebanyak-banyaknya korban. Ini mungkin melibatkan pembalikan prosedur normal atau
prioritas. Penilaian dan mobilisasi sumber daya mungkin mendahului pengobatan kasus individual.
Perencanaan untuk bencana didasarkan atas konsep 4 fase yaitu: pencegahan, kesiapsiagaan,
tanggap reaksi (response) dan pemulihan (recovery).

A. Pencegahan

Upaya meringankan (mitigasi) dari efek bencana mungkin melibatkan kisaran strategi kedokteran
dan kesehatan pencegahan, termasuk imunisasi untuk penyakit menular, perbaikan sanitasi, higiene
personal, bahaya pembuangan limbah, kontrol vector dan cacing, kontrol imigrasi dan bea cukai,
pendidikan dan peringatan dini masyarakat

B. Kesiapsiagaan

Sumber daya manusia dan perbekalan yang diperlukan segera dimobilisasi dan disebar. Sumber daya
medik terutama melibatkan persiapan dan penyebarannya. Pendekatan ”all hazards” diterima dan
digunakan sebagai konsep dasar untuk melakukan tanggap reaksi dan pemulihan dari bencana.
Kerangka yang berdasar ”identifikasi masalah” melahirkan struktur organisasi yang luwes dalam
penyesuaian kebutuhan pada setiap macam bahaya. Rencana menunjang fungsi kesehatan wilayah
meliputi hal berikut: a. pengendalian, penggerakan dan koordinasi sumber daya medik b.
menyediakan manajemen kesehatan dan medik pra-hospital untuk kasus c. transpor kasus menuju
fasilitas yang layak untuk pengelolaan definitif d. manajemen kesehatan masyarakat untuk kondisi
bencana e. pelayanan konseling untuk korban bencana f. pelayanan kesehatan dan kedokteran
berkelanjutan pada masa pemulihan g. memikirkan masa depan penderita cacat di masyarakat

C. Tanggap reaksi

Disini merupakan tindakan yang diambil segera sesudah, dan selama kejadian atau dampak bahaya
untuk meminimalkan efek dari peristiwa. Ini adalah fase paling aktif dari sumber daya medik dan bila
pengendalian, perintah dan koordinasi semua kemampuan akan diperkirakan menurut Pedoman dan
Perencanaan yang menopangnya. Prinsip untuk mencapai hasil terbaik untuk sebanyak-banyaknya
pasien sebagai hasil dari proses triage, yang mana dilakukan pemilahan, prioritisasi dan distribusi
kasus berdasar kebutuhan untuk resusitasi, transpor dan pengobatan definitif. Triage adalah proses
berlanjut pada tempat kejadian dan berlanjut sampai rumah sakit. Disesuaikan kebutuhan pada
sumber daya tersedia untuk mencapai hasil terbaik untuk jumlah terbanyak korban. Penilaian dan
triage akan mendahului manajemen kasus per kasus, yang mungkin agak berlainan dengan prosedur
medik konvensional. Pengobatan medik dilapangan mungkin dibutuhkan bila meliputi jumlah besar
kasus untuk menghindari transpor awal ke rumah sakit untuk terapi definitif (stabilisasi kasus di
lapangan), atau bila ada kelambatan memperoleh transportasi mengharuskan manajemen medik di
luar rumah sakit. Triage dan pengobatan kasus minor di lapangan mungkin menghindarkan transfer
banyak kasus ke rumah sakit, walaupun ini harus dikerjakan dengan hati-hati, harus selalu dipikirkan
risiko cedera tak diketahui karena fasilitas tak memadai di lapangan. Transpor kasus dibawah arahan
Komandan Ambulans, yang melakukan koordinasi semua perpindahan kasus dalam semua cara dan
bentuknya. Ini dilakukan setelah konsultasi dengan komandan medik untuk memastikan bahwa tiap
kasus diantar pada tempat yang tepat, pada saat yang tepat dan dengan cara yang tepat. Distribusi
penerima kasus harus direncanakan untuk mencegah penumpukan kasus pada satu tempat
sedangkan yang yang lain kosong atau hanya sedikit. Sistim transportasi kasus normal digunakan bila
mungkin, dan harus dikoordinasikan dengan Pelayanan Ambulans (AGD 118), yang mana juga
bertanggung-jawab untuk manajemen dan koordinasi dan pengaturan bentuk lain transpor pasien
(kendaraan pribadi, truk dll). Peralatan medik yang diperlukan untuk manajemen kasus di lapangan
ditentukan oleh Perencanaan Pelayanan Kesehatan Bencana. Bencana adalah eskalasi dari kasus
gawat darurat yang dihadapi setiap hari di rumah sakit. Di rumah sakit maka unit gawat darurat
harus menyiapkan diri agar sewaktu-waktu ada kasus emergensi dapat ditangani dengan baik. Untuk
keperluan ini diperlukan kesiapan SDM yang kompeten baik dokter, perawat maupun staf
pendukungnya, fasilitas alat dan obat, fasilitas ruang dan prosedur tetap untuk kasus emergensi. Di
tingkat masyarakat masih diupayakan suatu bentuk safe community dimana emergensi di luar
rumah sakit dapat ditangani secara awal dan cepat secara baik , sehingga mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas. Daerah yang menjadi langganan bencana harus disiapkan prosedur dan
latihan tetap minimal satu kali dalam setahun. Kesiapan rumah sakit dan kesiapan masyarakat
umum dalam menghadapi kasus emergensi merupakan modal utama dalam menghadapi kasus
korban bencana yang masal.

2.4 Tahapan dan Pengelolaan Bencana pada Pasca Terjadinya Lubang Besar (sinkhole)

Sesudah bencana antara lain pemulihan (recovery) yang dapat dilakukan pemerintah dan
masyarakat diantaranya,
a. Penyelamatan korban secepatnya ke daerah yang lebih aman.

b. Penyelamatan harta benda yang mungkin masih dapat diselamatkan.

c. Menyiapkan tempat-tempat penampungan sementara bagi para pengungsi seperti tenda-


tenda darurat.

d. Menyediakan dapur umum.

e. Menyediakan air bersih dan sarana kesehatan

f. Memberikan pada dorongan semangat bagi para korban bencana agar para korban tersebut
tidak frustasi.

g. Koordinasi dengan aparat secepatnya.

Adapun tahapan mitigasi bencana lubang besar (sinkhole) adalah pemetaan, penyelidikan,
pemeriksaan, pemantauan, sosialisasi, rehabilitasi dan rekonstruksi.

a. Pemetaan

Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi di suatu wilayah,
sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah kabupaten/kota dan provinsi sebagai
data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari bencan.

b. Penyelidikan

Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat diketahui penyebab
dan cara penaggulangannya.

c. Pemerikasaan

Melakukan pemeriksaan setelah terjadinya bencana sinkhole sehingga dapat diketahui penyebab
dan cara penanggulanginya.

d. Pemantauan

Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara ekonomi dan jasa,
agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat tinggal di
daerah tersebut.

e. Sosialisasi

Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau Masyarakat umum,
tentang bencana alam tanah longsor

dan akibat yang ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara antara lain,
mengirimkan poster, booklet, dan leaflet

atau dapat juga secara langsung kepada masyarakat dan aparat pemerintah.

Selain itu dapat ditambahkan,

f. Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana
transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan sinkhole dan teknik pengendaliannya supaya
sinkhole tidak berkembang dan penentuan relokasi korban sinkhole bila bencana ini sulit
dikendalikan.

g. Rekonstruksi

Penguatan bangunan¬-bangunan infrastruktur di daerah yang ditopang oleh batu kapur menjadi
pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh sinkhole. Ada beberapa
tindakan perlindungan dan perbaikan yang bisa ditambah untuk tempat-¬tempat hunian, antara
lain:

• Perbaikan drainase tanah (menambah materi¬materi yang bisa menyerap).

• Mencegah dibangunnya perumahan dan jalan raya diatas batu kapur yang rawan sinkhole.

2.4 Dampak adanya Sinkhole

2.4.1 Dampak positif

- Mengetahui ada aliran air di bawah tanah

Dilihat dari penyebabnya terjadinya sinkhole Pada awalnya ada sebuah retakan kecil karena sesar
dan kekar kemudian membentuk lubang akibat masuknya air. Daerah ini biasanya terjadi pada
daerah yg tersusun oleh batu gamping. Batu gamping ini relatif mudah terlarutkan ketimbang
batupasir (batuan yang terssun oleh pasir, biasanya mineral kuarsa). Karena adanya aliran bawah
tanah, maka akan muncul rongga karena bagian bawah terjadi erosi oleh aliran sungai bawah tanah.

- Sebagai objek wisata

Seperti Terletak di Texas, Amerika Serikat. Sinkhole berada didaerah perairan. Maka air tersebut
berbentuk seperti lubang di air. Wisatawan dapat menyelam ke dalam sinkhole tersebut. Selain itu
menambah pendapatan bagi warga sekitar dan juga pemerintah daerah

2.4.2 Dampak negative

- Menelan Korban Jiwa

Sinkhole sering muncul secara tiba-tiba dan terjadi didaerah mana saja, warga biasanya tidak sadar
akan bahaya tersebut. Sehingga warga bisa saja masuk dalam sinkhole tersebut. Warga bisa saja
terluka dan bahkan meninggal karena tertimpa material seperti tanah dan juga bahan bangunan

- Rusaknya Sarana Dan Prasarana

Sinkhole terjadi dimana saja, bukan selalu muncul ditempat yang lapang dan tidak berpenghuni.
Sinkhole bisa muncul dipusat kota dan bahkan pemukiman warga. Bisa saja sinkhole berada di pusat
perbelanjaan dan bahkan rumah sakit. Hal itu dapat menyebabkan bangunan dan infrastruktur rusak
dan layanan masyarakat terganggu.

BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Sinkhole adalah lubang yang terjadi secara tiba¬tiba akibat amblasnya

permukaan tanah. Sesudah bencana antara lain pemulihan (recovery) dan masyarakat harus
dilibatkan. Yaitu, penyelamatan korban secepatnya ke daerah yang lebih aman, penyelamatan harta
benda yang mungkin masih dapat diselamatkan, menyiapkan tempat-tempat penampungan
sementara bagi para pengungsi seperti tenda-tenda darurat, menyediakan dapur umum.
menyediakan air bersih dan sarana kesehatan, memberikan pada dorongan semangat bagi para
korban bencana agar para korban tersebut tidak frustasi, koordinasi dengan aparat secepatnya.
Pelayanan medik dan kesehatan saat terjadi bencana meliputi pencegahan, kesiapsiagaan, dan
tanggap reaksi. Adapun tahapan mitigasi bencana lubang besar (sinkhole) adalah pemetaan,
penyelidikan, pemeriksaan, pemantauan, sosialisasi, rehabilitasi dan rekonstruksi.
DAFTAR PUSTAKA

Charley, R.J.1984. Geomorphology, Menthusen & ci Ltd: London.

Herlambang, Sudarno. 2004. Dasar-Dasar Geomorphologi. Universitas Negeri Malang : Malang.

Marsudi. 2001. Prediksi Laju Amblesan Tanah di Dataran Aluvial Semarang. Bandung. ITB.

Sarah, Lubis R.F.dkk.2010.Kajian Dampak Lingkungan Bawah Permukaan Wilayah Perkotaan


Indonesia. Laporan Tenis Pusat Geoteknologi LIPI Bandung (tidak diterbitkan).

Syarif, Roestam, 2010.Tata Ruang Air. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai