Bursa efek atau juga bursa saham (Stock Exchange)merupakan sebuah pasar yang akan
berhubungan dengan pembelanjaan dan penjualan efek perusahaan yang sudah
terdaftar di bursa tersebut. Bursa efek ialah pihak yang akan menyelenggarakan atau
menyiapkan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran dan permintaan
efek pihak lain dengan tujuan yang akan memperdagangkan efek di antara mereka.
Bursa Efek merupakan sebuah pasar yang akan terorganisasi dimana para pialang
melakukan transaksi jual beli saham ataupun surat berharga dengan berbagai perangkat
aturan yang telah ditetapkan di Bursa Efek tersebut.
Bursa Efek merupajan tempat pertemuan pencari modal dengan pihak yang akan
memiliki uang dengan tujuan investasi.
Secara garis besar, surat yang berharga yang akan diperjual belikan di Bursa Efek atau
Stock Exchange terdiri dari yakni:
Bursa saat itu masih bersifat demand-following, karena para investor atau para perantara
pedagang efek akan merasakan keperluan akan adanya suatu bursa efek di Jakarta.
Bursa lahir karena permintaan akan jasanya sudah mendesak. Orang-orang Belanda
yang akan bekerja di Indonesia saat itu sudah lebih dari tiga ratus tahun yang mengenal
akan investasi dalam efek, dan penghasilan serta hubungan mereka memungkinkan
besar mereka akan menanamkan uangnya dalam aneka rupa efek. Baik efek dari
perusahaan yang ada di Indonesia maupun efek dari luar negeri. Sekitar 30 sertifikat
(sekarang disebut depository receipt) perusahaan Amerika, perusahaan Kanada,
perusahaan Belanda, perusahaan Prancis maupun juga perusahaan Belgia.
Aktivitas di bursa ini akan dapat terhenti dari tahun 1940 sampai 1951 yang akan di
sebabkan perang dunia II yang lalu kemudian akan disusul dengan perang kemerdekaan.
Baru pada tahun 1952 akan di buka kembali, dengan adanya memperdagangkan saham
dan obligasi yang akan diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda di
nasionalisasikan pada tahun 1958. Meskipun pasar yang terdahulu belum mati sampai
tahun 1975 masih banyak yang ditemukan kursi resmi bursa efek yang telah dikelola
Bank Indonesia.Bursa Efek Jakarta akan kembali dibuka pada tanggal 10 Agustus 1977
atau juga ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru akan
di bawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham
pun akan mulai sangat meningkat seiring dengan perkembangan pasar finansial dan
sektor swasta yang puncak perkembangannya pada tahun 1990. Pada tahun 1991, bursa
saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta dan akan menjadi salah satu
bursa saham yang dinamis di Asia. Swastanisasi bursa saham ini akan menjadi PT.
Bursa Efek Jakarta yang mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal.
Fasilitas perdagangan ini dilakukan secara sederhana elektronik atau tanpa warkat.
Bursa Efek ini juga dapat diberikan kewenangan untuk dapat melakukan pengawasan
terhadap anggota bursa efek,untuk mengingat kegiatan perdagangan efek menyangkut
dana masyarakat dalam jumlah yang lumayan besar.
Sumber: https://pengajar.co.id/bursa-efek-pengertian-sejarah-fungsi-tugas-tujuan-kewajiban/
Kasus
"Orang sedang mencari katalis positif, namun kebetulan beritanya politik yang lagi
kurang bagus," ujar Laksono Widodo di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (25/9/2019).
Sambung dia menambahkan, tidak hanya sentimen domestik, pasar modal juga tengah
menghadapi tantangan dari pasar global, terutama dari AS. Kondisi itu menimbulkan
ketidakpastian di pasar. "Ketidakpastian itu kebanyakan secara efek tidak terlalu positif
buat pasar ekuitas. Hanya saja, yang terjadi di Indonesia dalam tiga hari ini lebih
kepada situasi domestik," katanya.
Baca Juga:
Ekonomi Terkendali, IHSG Diprediksi Reli
IHSG Diprediksi Menguat, Ini 6 Saham yang Direkomendasikan
Dia berharap suhu politik internal terus membaik agar tidak menganggu pasar
keuangan, khususnya pada bursa saham. "Diharapkan dalam beberapa hari ini
kondisinya bisa lebih normal. Dalam arti sentimen politik, kalau tidak berkelanjutan,
IHSG bisa balik lagi ke posisi yang lebih fundamental," tuturnya.
Sementara itu pada perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
berhasil menguat, meski tidak terlalu besar mengiringi kejatuhan bursa utama Asia
lainnya. Di akhir sesi, IHSG bertambah 8,80 poin yang setara dengan 0,14% ke level
6.146,40.
Kasus
Aksi Demonstrasi di DPR, Asing Jual Saham di Bursa Nyaris Rp 1 Triliun Penulis: Happy
Fajrian 24/9/2019, 18.32 WIB Tiga saham yang paling banyak dilepas investor asing hari ini
yaitu BBCA, BMRI, dan TLKM. AJENG DINAR ULFIANA | KATADATA Suasana Bursa Efek
Indonesia. Investor merespon negatif aksi demonstrasi mahasiswa di depan gedung parlemen
hari ini, Selasa (24/9). IHSG tercatat turun 1,11% menjadi 6.137,61 sedangkan investor asing
membukukan penjualan bersih saham (net sell) di pasar reguler nyaris Rp 1 triliun, tepatnya Rp
993,94 miliar. Pasar saham merespons negatif aksi demonstrasi mahasiswa di depan gedung
parlemen, menuntut pemerintah dan DPR untuk membatalkan revisi undang-undang tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK), dan revisi UU Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP). Investor asing ramai-ramai melepas sahamnya (net sell) di bursa saham domestik
hingga Rp 993,94 miliar di pasar reguler. Sementara di pasar negosiasi dan tunai, investor
asing terpantau melakukan pembelian bersih saham (net buy) sebesar Rp 220,59
miliar. Sebagai informasi, sepanjang tahun ini dana asing telah keluar dari pasar saham hingga
mencapai Rp 15,55 triliun di pasar reguler. Namun di pasar negosiasi/tunai, dana asing
mengalir masuk ke Indonesia sebesar Rp 63,93 triliun sehingga aliran modal asing masih
mengalir masuk ke pasar saham Rp 48,38 triliun. Keluarnya dana asing dari pasar saham
membuat indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini, Selasa (24/9), terkoreksi sebesar
68,59 poin atau 1,11% ke level 6.137,61. Ini pertama kalinya IHSG turun di bawah level
psikologis 6.200 sejak 6 Agustus 2019. (Baca: IHSG Terjun 1,11% Tertekan Aksi Demonstrasi
Mahasiswa) "Kalau bicara IHSG dua hari terakhir, sejak ada demonstrasi memang cenderung
terkoreksi. Demonstrasi mempengaruhi perseposi katalis negatif untuk investor terhadap IHSG
hari ini," kata Head of Research Infovesta Wawan Hendrayana ketika ditemui di Gedung BEI,
Jakarta, Selasa (24/9). Kendati demikian, menurut Wawan, demonstrasi saat ini tak akan
berakhir seperti di Hong Kong. Hal tersebut karena DPR sebenarnya menunda pengesahan
revisi Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP). "Tuntutan mahasiswa diakomodasi
sehingga demonstrasi bisa mereda," kata Wawan. Menurut data RTI Infokom, ada tiga saham
yang paling banyak dilepas oleh investor asing sepanjang hari ini. Ketiga saham tersebut yaitu
saham Bank Central Asia Tbk. (BBCA) di urutan teratas dengan net sell investor asing sebesar
Rp 221,8 miliar. Saham BCA hari ini tercatat turun 1,33% menjadi Rp 29.725 per saham.
Mengikuti saham BCA di urutan kedua yaitu saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan net
sell investor asing sebesar Rp 184,7 miliar. Saham Bank Mandiri hari ini terkoreksi 1,67%
menjadi Rp 4.110 per saham. (Baca: Ramai Demonstrasi Mahasiswa, Rupiah Melemah Tipis)
Sedangkan di posisi ketiga ada saham Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan net sell
asing Rp 117 miliar. Sepanjang hari ini saham perusahaan telekomunikasi pelat merah ini
terkoreksi sebesar 0,94% menjadi Rp 4.210 per saham. Selain ketiga saham tersebut, investor
asing juga terpantau melepas saham lainnya seperti Astra International Tbk (ASII) sebesar Rp
60,2 miliar, United Tractors Tbk (UNTR) sebesar Rp 54,6 miliar, dan Adaro Energy Tbk (ADRO)
sebesar 46,6 miliar. Ketiga saham ini juga mencatatkan koreksi yakni ASII turun 2,26% menjadi
Rp 6.475 per saham, UNTR anjlok 4,07% menjadi Rp 21.200, dan ADRO memimpin koreksi di
kelompok 45 saham berkapitalisasi pasar terbesar atau LQ 45 dengan turun 5,47% menjadi Rp
1.295 per saham.
Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Aksi Demonstrasi di DPR, Asing Jual
Saham di Bursa Nyaris Rp 1 Triliun" , https://katadata.co.id/berita/2019/09/24/aksi-demonstrasi-di-
dpr-asing-jual-saham-di-bursa-nyaris-rp-1-triliun
Penulis: Happy Fajrian
Editor: Happy Fajrian
Sumber: https://katadata.co.id/berita/2019/09/24/aksi-demonstrasi-di-dpr-asing-jual-saham-di-bursa-
nyaris-rp-1-triliun
Kasus:
Foto: Sejumlah coretan (vandalisme) di dinding sekitar kawasan MPR/DPR, Senayan, Selasa (24/9/2019). (CNBC
Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Aksi demo yang dilakukan mahasiswa di sejumlah
titik di Indonesia, termasuk di gedung parlemen yang berlangsung sejak Senin
kemarin membuat langkah investor saham pada perdagangan Selasa ini
(24/9/2019) surut.
Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, pada penutupan sesi I,
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah jatuh 1,26% ke 6.128,2 poin,
artinya IHSG sudah melorot dari level 6.200.
Sepanjang perdagangan pagi ini, posisi terendah indeks ada pada level 6.121,35
poin. Investor asing bahkan sudah mencatatkan aksi jual bersih (net sell) senilai
Rp 528,17 miliar di semua pasar.
Baca:
Asing Kabur, 4 Saham BUMN Tambang Berguguran!
Bahkan dalam sebulan terakhir, asing sudah kabur dari pasar saham Indonesia
hingga Rp 6,90 triliun di semua pasar.
"Kita [IHSG] turun sendirian [di Asia]. Jadi menurut saya karena faktor demo
yang berpotensi berkepanjangan," kata Suria kepada CNBC Indonesia, Selasa
(24/9/2019).
Baca:
Lautan Demo di Gedung MPR/DPR, IHSG Babak Belur!
Mengacu data perdagangan, bursa saham regional Asia justru menghijau. Nikkei
225 di Jepang naik 0,20%, Hang Seng di Hong Kong menguat 0,35%, dan
Shanghai Composite di China naik 0,64%.
Suria menjelaskan, aksi demo ini dinilai cukup sensitif dan bisa menimbulkan
ketidakpastian yang lebih lanjut. Perlu diketahui, pasar tak selalu merespons
seluruh demo yang berlangsung.
Tak hanya karena faktor demo yang masih berlangsung, analis PT Royal
Investium Sekuritas Janson Nasrial menambahkan bahwa hingga saat ini belum
ada katalis positif dari perekonomian dalam negeri. Faktor ini menjadi salah satu
sentimen yang membuat investor cabut dari dalam negeri.
Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20190924121645-17-101770/asing-sudah-kabur-rp-
6-t-demo-bikin-investor-ogah-masuk