Anda di halaman 1dari 6

AL HADITS

Sulkhan Zainuri

A. Pengertian Hadits
Hadits adalah apa saja yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAAW. Baik
berupa; perkataan, perbuatan, pengakuan, maupun sifat Beliau. Hadits Qudsi adalah
hadits yang maknanya dari Allah SWT. Tetapi susunan katanya dari Nabi SAAW./
Kalamullah seperti al Qur'an.

As-Sunnah

Pengertian As-Sunnah

As-Sunnah menurut istilah syari’at ialah segala sesuatu yang bersumber dari
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam bentuk qaul (ucapan), fi’il (perbuatan), taqrir
(penetapan), sifat tubuh serta akhlak yang dimaksudkan dengannya sebagai tasyri’
(pensyari’atan) bagi ummat Islam.

As-Sunnah menurut istilah ulama ushul fiqih ialah segala sesuatu yang
bersumber dari Nabi j selain dari Al-Qur-an, baik perbuatan, perkataan, taqrir
(penetapan) yang baik untuk menjadi dalil bagi hukum syar’i.
As-Sunnah menurut istilah ahli fiqih (fuqaha’) ialah segala sesuatu yang sudah
tetap dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan hukumnya tidak fardhu dan tidak
wajib, yakni hukumnya sunnah
As-Sunnah menurut ulama Salaf adalah petunjuk yang dilaksanakan oleh
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para Shahabatnya, baik tentang ilmu,
i’tiqaad (keyakinan), perkataan maupun perbuatannya.
BENTUK-BENTUK HADITS

Sesuai pengertiannya dengan berdasarkan secara terminologi, Hadits ataupun


Sunnah, dapat dibagi menjadi tiga macam hadits :

1. Hadits Qauli
Hadits yang berupa perkataan (Qauliyah), contohnya sabda Nabi SAW :
"Orang mukmin dengan orang mukmin lainnya bagaikan sebuah bangunan,
yang satu sama lain saling menguatkan." (HR. Muslim)
2. Hadits Fi’il,
Hadits yang berupa perbuatan (fi’liyah) mencakup perilaku Nabi SAW, seperti
tata cara shalat, puasa, haji, dsb. Berikut contoh haditsnya, Seorang sahabat berkata :
“Nabi SAW menyamakan (meluruskan) saf-saf kami ketika kami melakukan shalat.
Apabila saf-saf kami telah lurus, barulah Nabi SAW bertakbir.” (HR. Muslim)

3. Hadits Taqriri
Hadits yang berupa penetapan (taqririyah) atau penilaian Nabi SAW terhadap
apa yang diucapkan atau dilakukan para sahabat yang perkataan atau perbuatan
mereka tersebut diakui dan dibenarkanolehNabiSAW.
Contohnya hadits berikut, seorang sahabat berkata ;
“Kami (Para sahabat) melakukan shalat dua rakaat sesudah terbenam matahari
(sebelum shalat maghrib), Rasulullah SAW terdiam ketika melihat apa yang kami
lakukan, beliau tidak menyuruh juga tidak melarang kami ” (HR. Muslim)
Macam Sunah Menurut Ulama Ushul
a. Sunnah Tasyri’iyah
Sunnah yang wajib diikuti. Contoh:
Nabi memberikan tuntunan tata cara shalat, berpuasa, menunaikan
Haji,bemu’amalah,
b. Sunnah Ghairu Tasyri’iyyah
Sunnah yang berkenaan dengan kebiasaan yang sifatnya manusiawi.Contoh:
Nabi makan dengan tiga jari,Nabi suka dengan warna-warna tertentu
c. Sunnah Takhasusiyah
Sunnah yang berlaku khusus untuk Nabi, bukan berlaku secara umum.Contoh:
Nabi menikahi lebih dari 4 perempuan.

PEMBAGIAN HADIS DITINJAU DARI KWANTITAS RAWI

A). Hadits Mutawatir

“Suatu hasil hadis tanggapan pancaindera, yang diriwayatkan oleh sejumlah


besar rawi, yang menurut kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan bersepakat
untuk dusta

Para ulama membagi hadits mutawatir menjadi 3 (tiga) macam:] :

1. Hadits Mutawatir Lafzi

“Suatu yang diriwayatkan dengan bunyi lafaznya oleh sejumlah rawi dari
sejumlah rawi dari sejumlah rawi.”

2. Hadits mutawatir maknawi

Adalah hadis mutawatir yang para perawinya berbeda dalam menyusun


redaksi hadis tersebut, namun terdapat persesuaian atau kesamaan dalam
maknanya.

3. Hadis Mutawatir Amali


“Sesuatu yang mudah dapat diketahui bahwa hal itu berasal dari agama dan
telah mutawatir di antara kaum muslimin bahwa Nabi melakukannya atau
memerintahkan untuk melakukannya atau serupa dengan itu.”

B). Hadis Ahad

Artinya: “Suatu hadis (khabar) yang jumlah pemberitaannya tidak mencapai


jumlah pemberita hadis mutawatir; baik pemberita itu seorang. dua orang, tiga
orang, empat orang, lima orang dan seterusnya, tetapi jumlah tersebut tidak
memberi pengertian bahwa hadis tersebut masuk ke dalam hadis mutawatir

Pembagian hadis Ahad :

A. Hadis Masyhur.
Hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih pada setiap thabaqah- tidak
mencapai derajat mutawatir
B. Aziz
Hadis yang perawinya kurang dari dua orang dalam semua thabaqat sanad
C. Gharib
Hadis yang diriwayatkan oleh seoran perawi yang menyendiri dalam meriwayatkannya,
baik yang menyendiri itu imamnya maupun selainnya

C).Hadis Dhoif

“Hadis daif adalah hadis yang tidak menghimpun sifat-sifat hadis sahih,
dan juga tidak menghimpun sifat-sifat hadis hasan
FUNGSI HADITS TERHADAP AL-QUR’AN

a. Hadist menguatkan hukum yang ditetapkan Al-qur`an. Di sini hadits berfungsi


memperkuat dan memperkokoh hukum yang dinyatakan oleh Al-quran.
Misalnya, Al-quran menetapkan hukum puasa, dalam firman-Nya :

َ‫علَى الَّذِينَ ِم ْن َقَ ْْب ِل ُك ْم لََعَلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬ ِ ‫علَ ْي ُك ُم‬


َ ِ‫الصيَا ُم َك َما ُكت‬
َ ‫ب‬ َ ِ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ُكت‬
َ ‫ب‬
(183)
“Hai orang – orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang – orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa” . (Q.S AL BAQARAH/2:183)

b. Hadits memberikan rincian terhadap pernyataan Al qur`an yang masih bersifat


global. Misalnya Al-qur`an menyatakan

ِ َّ َ‫الز َكاة َ َو َما تُقَ ِد ُموا ِِل َ ْنفُ ِس ُك ْم ِم ْن َخي ٍْر تَ ِجدُوهُ ِع ْند‬
َ َّ ‫َّللا ِإ َّن‬
‫َّللا ِب َما‬ َّ ‫َوأََقِي ُموا ال‬
َّ ‫ص ََلة َ َوآتُوا‬
)110( ‫صير‬
ِ َ‫ب‬ َ‫ت َ َْع َملُون‬

“Dan dirikanlah oleh kamu shalat dan bayarkanlah zakat” (Q.S Al Baqarah
/2:110) shalat dalam ayat diatas masih bersifat umum, lalu hadits merincinya,
misalnya shalat yang wajib dan sunat. sabda Rasulullah SAW:
Dari Thalhah bin Ubaidillah : bahwasannya telah datang seorang Arab Badui
kepada Rasulullah SAW. dan berkata : “Wahai Rasulullah beritahukan kepadaku
salat apa yang difardukan untukku?” Rasul berkata : “Salat lima waktu, yang
lainnya adalah sunnat” (HR.Bukhari dan Muslim)

Referensi
1. Al-Qur’an dan Terjemahan
2. Abdul Baqi, Fuad, Mu’jam Al-Fadzul Qur’an,
3. Al-Zuhaily, Wahbah. Ushul Fiqh al-Islamy. Beirut: Dar el- Fikr al-Mu’ashir, 1424
H/2004 M, vol. 2, cet. II.
4. Khalaf, Abdul Wahab. Ilm Ushul Fiqh. Damaskus: Dar el-Qalam, 1398 H/1978 M,
cet. XII
5. Sulkhan Zainuri, Modul Ushul Fiqh
6. Zaidan, Abdul Karim, al-Wajiz fi Ushul Fiqh, Beirut: Dar el- Fikr al-Mu’ashir

Anda mungkin juga menyukai